Didalam majalah maupun surat kabar sering kita jumpai ramalan bintang (Astrologi) dikaitkan juga dengan ramalan tentang rizki, jodoh maupun kesehatan seseorang dikenal dengan Horoscope, seperti : Bintang Scorpio. Gemini.. dll. Hingga banyak orang yang merasa yakin dan percaya akan ramalan bintang tersebut. Mempercayai hal demikian merupakan suatu kesyirikan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Apa hikmah bintang yang sebenarnya. Simak pendapat ‘ulama berikut ini.
Ilmu Nujum (Perbintangan)
Dari Qotadah Radhiallahu’anhu bahwa ia berkata :
“خلق الله هذه النجوم لثلاث : زينة للسماء، ورجوما للشياطين، وعلامات يهتدى بها، فمن تأول فيها غير ذلك أخطأ، وأضاع نصيبه، وتكلف ما لا علم له به”.
“Allah menciptakan bintang-bintang ini untuk tiga hikmah : sebagai hiasan langit, sebagai alat pelempar syetan, dan sebagai tanda untuk petunjuk (arah dan sebagainya). Maka barang siapa yang berpendapat selain hal tersebut maka ia telah melakukan kesalahan, dan menyianyiakan nasibnya, serta membebani dirinya dengan hal yang diluar batas pengetahuannya”. (Hadits Riwayat Bukhory).
Sementara tentang mempelajari tata letak peredaran bulan, Qotadah mengatakan makruh, sedang Ibnu Uyainah tidak membolehkan, seperti yang diungkapkan oleh Harb dari mereka berdua. Tetapi Imam Ahmad memperbolehkan hal tersebut ([1]).
Abu Musa Radhiallahu’anhu menuturkan : Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
“ثلاثة لا يدخلون الجنة، مدمن الخمر، وقاطع الرحم، ومصدق بالسحر” رواه أحمد وابن حبان في صحيحه.
“Tiga orang yang tidak akan masuk sorga : pecandu khomr (minuman keras), orang yang memutuskan hubungan kekeluargaan, dan orang yang mempercayai sihir ([2])”. (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban dalam kitab shohihnya).
Penjelasan bab ini :
1. Hikmah diciptakannya bintang-bintang.
2. Sanggahan terhadap orang yang mempunyai anggapan adanya fungsi lain selain tiga tersebut.
3. Adanya perbedaan pendapat dikalangan ulama tentang hukum mempelajari ilmu letak peredaran bulan.
4. Ancaman bagi orang yang mempercayai sihir (yang di antara jenisnya adalah ilmu perbintangan), meskipun ia mengetahui akan kebatilannya.
([1]) Maksudnya, mempelajari letak matahari, bulan dan bintang, untuk mengetahui arah kiblat, ewaktu shalat dan semisalnya, maka hal itu diperbolehkan.
([2]) Mempercayai sihir yang di antara macamnya adalah ilmu nujum (astrologi), sebagaimana yang telah dinyatakan dalam suatu hadits : “ barang siapa yang mempelajari sebagian dari ilmu nujum (Astrologi), maka sesungguhnya dia telah mempelajari sebagian dari ilmu sihir…” lihat bab 25.
Dikutip dari: file chm kitab tauhid penulis Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab At Tamimi, Judul Asli : Kitabut-Tauhid, Bab 29: Ilmu Nujum (Perbintangan).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar