Seringkali dalam setiap pesta pemilihan kepala daerah (PILKADA) selalu diperdengarkan nyanyian nyanyian merdu pro rakyat dengan janji janji yang begitu manis untuk siap melaksanakan program-program yang berpihak kepada rakyat walaupun setelah itu tingkat kemiskinan tidak pernah turun dan angka penggangguran terus meningkat. mungkin para pemimpin kita salah memahami arti sebenarnya kata “PRO RAKYAT” dimana selalu diterjemahkan kepada hanya bagi-bagi uang, kesehatan gratis, sekolah gratis dan serba gratis lainnya yang hanya mampu menyenangkan rakyat ntuk masa yang tidak dapat dipastikan akan terus berlanjut karena program tersebut hanya menambah pengeluaran negara tampa mampu mencptakan kemandirian masyarakat terutama dibidang ekonomi. Mari kita serukan ” JANGAN PILIH PEMIMPIN” kalau hanya mampu menawarkan program-program gratisan tampa mampu menolong masyarakat secara jangkan panjang keluar dari garis kemiskinan dengan salah satu program memberdayakan usaha Mikro, Kecil. Sektor usaha mikro merupakan sktor yang banyak digelut oleh masyarakat di Indonesia termasuk di daerah Aceh dan mereka juga mampu membuktikan bahwa mereka sanggup bertahan dalam berbagai krisis sehingga mampu menompang perekonomian Indonesai dan banyak negara lainnya. Akan tetapi kenyataan ini tidak mampu mengalihkan perhatian pemerintah agar lebih serius dalam membangun sektor ini untuk tumbuh berkembang dan mampu bersaing baik secara nasional maupun global yang terus mengancam dalam perjajian bilateral AFTA plus China. Aceh misalnya sangat jelas terlihat ketidakperdulian pemerintah dalam pembangunan usaha mikro bahkan menimbulkan ancaman baru untuk bumi rencong ini yaitu keruntuhan ekonomi. Ada tiga alasan utama dari pernyataan ini:
1. Hingga kini tidak ada satupun produk usaha kecil aceh yang mampu tampil secara lokal apalagi nasional sehingga mampu memotivasi produk lainnya untuk tumbuh dan sudah pasti serapan tenaga kerja akan meningkat yang pada akhirnya mengurangi tingkat penggangguran. 2. Kebanyakan produk usaha kecil aceh tidak menggunakan sumber-sumber lokal Aceh sehingga berdampak pada tidak kompetitifnya produk untuk bersaing secara nasional dan juga akan berpengaruh kepada ketahan ekonomi aceh diaman akan terjadi banyaknya uang yang akan berputar keluar.
3. Kenyataan pahit ternyata harus tetap diterima oleh para pengusaha mikro Aceh karena ternya tidak banyak masyarakat yang menyukai produk usaha kecil Aceh, bahkan pemerintahpun lebih menyukai mengkonsumsi produk luar Aceh.
Memang dilemma kalau setiap pemilihan kepala daerah diserukan dengan program-program pro Rakyat, Mari kita serukan lagi JANGAN PILIH pemimpin yang tidak pro rakyat, yamg tidak mendukung usaha mikro dan kecil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar