Salah satu pendekatan untuk mengembangkan Usaha Kecil dan Menengah
yang dianggap berhasil adalah melalui pendekatan
klaster/kelompok. Namun demikian dilakukan di beberapa sentra industri
di Indonesia. Namun masih banyak klaster di Indonesia dalam kondisi pasif.
Dalam pendekatan klaster, dukungan (baik teknis maupun keuangan) disalurkan
kepada kelompok Usaha Kecil dan Menengah bukan per individu UKM. Pendekatan
kelompok diyakini lebih baik karena UKM secara individual biasanya tidak
sanggup menangkap peluang pasar dan Jaringan bisnis yang terbentuk terbukti
efektif meningkatkan daya saing usaha karena dapat saling bersinergi.
Bagi pemberi dukungan, pendekatan kelompok juga lebih baik karena proses identifikasi dan pemberdayaan UKM menjadi lebih fokus dan efisien. Dari kasus berhasil (success story) yang ditemui, pengembangan UKM dalam kelompok berhasil meningkatkan kapasitas daya saing usaha UKM, mengoptimalkan potensi sumberdaya manusia dan sumberdaya alam setempat, memperluas kesempatan kerja, serta meningkatkan produktivitas dan nilai tambah UKM.
Bagi pemberi dukungan, pendekatan kelompok juga lebih baik karena proses identifikasi dan pemberdayaan UKM menjadi lebih fokus dan efisien. Dari kasus berhasil (success story) yang ditemui, pengembangan UKM dalam kelompok berhasil meningkatkan kapasitas daya saing usaha UKM, mengoptimalkan potensi sumberdaya manusia dan sumberdaya alam setempat, memperluas kesempatan kerja, serta meningkatkan produktivitas dan nilai tambah UKM.
Berbeda dengan Jaringan Bisnis yang merupakan
sistem tertutup yang ditujukan untuk mengembangkan proyek bersama, Klaster bisnis merupakan suatu sistem terbuka
yang melibatkan lebih banyak pelaku dan merupakan kelompok perusahaan yang
saling terhubung dan berdekatan secara geografis dengan institusiinstitusi
terkait dalam suatu bidang tertentu. Pembentukan klaster menjadi issue yang
penting karena secara individual UKM seringkali tidak sanggup menangkap peluang
pasar yang membutuhkan jumlah volume produksi yang besar, standar yang homogen
dan penyerahan yang teratur.
UKM seringkali mengalami kesulitan mencapai
skala ekonomis dalam pembelian input (seperti peralatan dan bahan baku) dan
akses jasa-jasa keuangan dan konsultasi. Ukuran kecil juga menjadi suatu
hambatan yang signifikan untuk internalisasi beberapa fungsi pendukung penting
seperti pelatihan, penelitian pasar, logistik dan inovasi teknologi; demikian
pula dapat menghambat pembagian kerja antar perusahaan yang khusus dan efektif
secara keseluruhan fungsi-fungsi tersebut merupakan inti dinamika perusahaan.
Beberapa contoh keuntungan yang dapat ditarik
dari sebuah kerjasama dalam klaster adalah:
- Melalui kerjasama horisontal, misalnya bersama UKM lain menempati posisi yang sama dalam mata rantai nilai (value chain) secara kolektif perusahaanperusahaan dapat mencapai skala ekonomis melampaui jangkauan perusahaan kecil secara individual.
- Melalui integrasi vertikal (dengan UKM lainnya maupun dengan perusahaan besar dalam mata rantai pasokan), perusahaan-perusahaan dapat memfokuskan diri ke bisnis intinya dan memberi peluang pembagian tenaga kerja eksternal.
- Melalui kerjasama horisontal, misalnya bersama UKM lain menempati posisi yang sama dalam mata rantai nilai (value chain) secara kolektif perusahaanperusahaan dapat mencapai skala ekonomis melampaui jangkauan perusahaan kecil secara individual.
- Melalui integrasi vertikal (dengan UKM lainnya maupun dengan perusahaan besar dalam mata rantai pasokan), perusahaan-perusahaan dapat memfokuskan diri ke bisnis intinya dan memberi peluang pembagian tenaga kerja eksternal.
Dari penelitian mengenai pengembangan Usaha Kecil
Dan Menengah Berbasiskan pendekatan Klaster ada beberapa kesimpulan yang
diperoleh antara lain:
1. Pendekatan klaster industri bisa diadopsi sebagai platform nasional, baik dalam konteks pembangunan ekonomi nasional, daerah, lokal maupun pemberdayaan UKM khususnya, sehingga instansi-instansi yang berkepentingan memiliki kerangka cara pandang yang sama dalam menanganani masalah-masalah yang dihadapi oleh UKM.
1. Pendekatan klaster industri bisa diadopsi sebagai platform nasional, baik dalam konteks pembangunan ekonomi nasional, daerah, lokal maupun pemberdayaan UKM khususnya, sehingga instansi-instansi yang berkepentingan memiliki kerangka cara pandang yang sama dalam menanganani masalah-masalah yang dihadapi oleh UKM.
2. Pendekatan
klaster industri menjadi kunci pengembangan unggulan daerah, dimana UKM
yang kompetitif menjadi tulang punggung system perekonomian daerah yang
sekaligus juga menjadi pilar ekonomi nasional karena memungkinkan strategi,
kebijakan dsn program upaya partisipasi yang memiliki kememadaian cakupan dan
daya dongkrak tinggi bagi peningkatan produktivitas, kesetaraan posisi tawar,
kemampuan inovasi UKM dan peran UKM dalam system perekonomian, memberikan
platform sistemik dan sistematik serta focus yang terpadu bagi pengembangan
unggulan daerah, lebih memungkinkan strategi dan kebijakan yang sinergis untuk
mengembangkan kondisi sistemik yang mendukung bagi keterpaduan dan koherensi
rantai nilai dan aliran rantai teknologi/inovasi, mendukung akselerasi
pengembangan/penguatan jaringan dan kolaborasi para stake holders khususnya
tingkat lokal memfasilitasi pragmatisasi alternatif pengembangan sejalan dengan
karakteristik lokal dan dinamika perubahan global.
3. Walaupun sejumlah klaster di Indonesia
telah berkembang pesat selama beberapa tahun belakangan ini, namun usaha
pemerintah untuk mengembangkan klaster belu dianggaptelah berkembang pesat
selama beberapa tahun belakangan ini, namun usaha pemerintah untuk
mengembangkan klaster belu dianggap berhasil. Kegagalan tersebut disebabkan
oleh sejumlah faktor antara lain adalah pengembangan program pemerintah kurang
mempertimbangkan adanya jaringan pemasaran yang dimiliki oleh klaster, baik
jaringan potensial maupun yang telah ada, kegagalan dalam memanfaatkan potensi
klaster untuk mengembangkan organisasinya sendiri dan bentuk social capital
lainnya yang dimiliki, dan pemerintah lokal tidak memiliki ruang gerak yang
cukup untuk mendorong pengembangan klaster dan jaringan bisnis memerlukan suatu
konsep yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing klaster atau jaringan bisnis
(tailor made) dan mempertimbangkan kemampuan maupun potensi peluang pasar yang
dimiliki oleh klaster tersebut.
4. Kunci keberhasilan dalam upaya
pengembangan klaster dan jaringan bisnis adalah partisipasi aktif dari semua
stakeholders dalam membuat dan mengimplementasikan strategi pengembangan
klaster.(Galeriukm).
Sumber :
http://www.smecda.com/kajian/files/Jurnal_3_2008/02_Lestari.pdf
http://ppkwu.uns.ac.id/isi_data.php?id=4&ktg=Journal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar