Tugas kelompok
MAKALAH
SISTEM PERTANIAN
BERKELANJUTAN
OLEH :
KELOMPOK 1
ROSYANI ADA (913 04 002)
SADRYANTO MUNANDAR (913 04 001)
WA HALIA (913 04 020)
MULIASTI (913 04 039)
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
SEKOLAH TINGGI PERTANIAN (STIP) WUNA
RAHA 2015
KATA
PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Puji rasa syukur marilah kita
panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang mana telah memberikan kenikmatan kepada
kita semua, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Makalah ini. Sholawat serta Salam senantiasa
tercurahkan kepada baginda kita Nabi Besar Muhamad SAW. Yang telah membawa
umatnya dari zaman jahiliah menuju zaman Islamiah.
Bergema
seiring nada mengalunkan kata hati yang senantiasa mengungkapkan getaran jiwa,
Penyusun dengan penuh kesadaran diri bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
banyak kekurangan dan kesalahan, hal ini dengan keterbatasan kemampuan dan
kedangkalan ilmu yang kami miliki. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan
terima kasih kepada teman-teman dan pihak yang turut membantu terselesainya
makalah ini.
Akhirnya
kepada Illahi kita berharap dan berdo’a, semoga makalah ini bermanfaat
khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi pembaca. Amin….!
Raha,
Juli 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………..……..
DAFTAR
ISI…………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang………………………………………………………….
B.
Tujuan…………………………………………………………………….
C.
Rumusan
Masalah……………………………………………………….
BAB II
SISTEM PERTANIAN
BERKELANJUTAN
BAB
III PEMBANGUNAN PERTANIAN BERKELANJUTAN BERBASIS SISTEM PERTANIAN
BERKELANJUTAN
ORGANIK
A.
Beberapa
Istilah……………………………………………………..
B.
Konsep
Usaha Tani Organik……………………………………….
BAB IV BEBERAPA PENDEKATAN KEGIATAN
YANG MENUNJANG PERTANIAN BERKELANJUTAN
A.
Pengendalian
Hama Terpadu………………………………….
B.
System
Rotasi Dan Budidaya Rumput……………………..
C.
Konservasi
Lahan……………………………………………...
D.
Menjaga
Kualitas Air Lahan Basa………………………..
E.
Perlindungan
Tanaman…………………………………………………..
F.
Deversifikasi
Lahan Basa………………………………
G.
Pengolahan
Nutrisi Tanaman……………………………………
H.
Agroforestri
(Wana Tani)……………………………………………
I.
Pemasaran……………………………………………………………
BAB V PENUTUP………………………………………………………..
A.
Kesimpulan
B.
Saran
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Awalnya,
tahun 1980, istilah “sustainable agriculture” atau diterjemahkan menjadi
‘pertanian berkelanjutan’ digunakan untuk menggambarkan suatu sistem pertanian
alternatif berdasarkan pada konservasi sumberdaya dan kualitas kehidupan di
pedesaan.
Sistem
pertanian berkelanjutan ditujukan untuk mengurangi kerusakan lingkungan,
mempertahankan produktivitas pertanian, meningkatkan pendapatan petani dan
meningkatkan stabilitas dan kualitas kehidupan masyarakat di pedesaan.
Tiga
indikator besar yang dapat dilihat:
o
Lingkungannya lestari
o
Ekonominya meningkat (sejahtera)
o
Secara sosial diterima oleh masyarakat
petani.
Zaman
Mesopotamia yang merupakan awal perkembangan kebudayaan, merupakan zaman yang
turut menentukan sistem pertanian kuno. Perekonomian kota yang pertama
berkembang di sana dilandaskan pada teknologi pertanian yang berkiblat pada
kuil-kuil, imam, lumbung, dan jutu tulis-juru tulis.
Penciptaan
surplus sosial menyebabkan terjadinya lembaga ekonomi berdasar peperangan dan
perbudakan. Administrasi untuk surplus yang harus disimpan mendesak kebutuhan
sistem akuntansi. Pemecahan masalah ini datang 6.000 tahun yang lalu dengan
terciptanya tulisan-tulisan yang merupakan awal kebudayaan. Kebudayaan
Mesopotamia bertahan untuk beribu tahun di bawah banyak pemerintahan yang
berbeda. Pengaruhnya, walaupun sukar didefinisikan secara tepat, memancar ke
Siria dan Mesir dan mungkin juga ke India dan Cina.
Tulang
punggung pertanian terdiri dari tanaman-tanaman yang sekarang masih penting
untuk persediaan pangan dunia: gandum dan barlai, kurma dan ara, zaitum dan
anggur. Kebudayaan kuni dari Mesopotamia - Sumeria, Babilonia, Asiria, Cahldea
- mengembangkan pertanian yang bertambah kompleks dan terintegrasi. Reruntuhan
menunjukkan sisa teras-teras, taman-taman dan kebun-kebun yang beririgasi.
Emapt ribu tahun yang lalu saluran irigasi dari bata dengan sambungan beraspal
membantu areal seluas 10.000 mil persegi tetap ditanami untuk memberi pangan 15
juta jiwa. Pada tahun 700 SM sudah dikenal 900 tanaman.
Pengetahuan
tentang pertanian kuno di mana pun tidak lebih banyak dari pada di Mesir, di
mana pasir
yang bertiup dari gurun memelihara data dan catatan dari zaman yang
menakjubkan. Walaupun lembah Nil telah mendukung manusia sekurang-kurangnya
20.000 tahun, di duga perkembangan pertaniannya yang mendorong
perubahan-perubahan yang terjadi di wilayah mediteran.
Kebudayaan
Mesir jaya, yang berpengaruh pada kebudayaan-kebudayaan Barat sekarang, adalah
makmur dalam keberlimpahan pertanian yang dimungkinkan oleh kebanjiran Sungai
Nil yang menyuburkan tanah kembali. Orang Mesir adalah akhli dalam
mengembangkan teknik drainase dan irigasi. Drainase yaitu pembuangan kelebihan
air, merupakan tuntutan di daerah seperti lembah Nil; hal ini meminta
pengembangan lereng-lereng lahan dan pembuatan sistem pengangkutan serta
saluran air yang efisien. Irigasi yaitu pemberian air pada tanaman secara
buatan, menyangkut penadahan, pengantaran dan pemberian air. Masalah drainase
dan irigasi saling menjalin; pemecahannya oleh orang Mesir dengan membangun
serentetan parit untuk menyimpan air dan saluran yang melayani kedua tujuan tersebut.
Orang Mesir mengembangkan teknik menaikkan air, yang masih dipakai sekarang.
Penemuan yang utama adalah shaduf, yang memungkinkan menaikkan 2.250 liter air
setinggi 1.8 m tiap hari kerja pria.
Teknologi
pengolahan tanah dapat dilacak lewat perbaikan cangkul. Cangkul asalnya dari
suatu tongkat bercabang yang lancip dan digunakan dengan gerakan memotong.
Bajak kuno juga hanya merupakan cangkul yang ditarik manusia (belakangan oleh
hewan) untuk menggaruk permukaan tanah, dan masih banyak digunakan kini di
banyak bagian dunia. Kemudian bajak diperbaiki dengan penemplean besi di bagian
yang besinggungan dengan tanah dan dengan konstruksi yang lebih kuat dan
efisien. Orang-orang Mesir menggunakan berbagai alat potong pada waktu panen,
salah satunya adalah arit yang merupakan alat yang paling baik ketika itu.
B. Tujuan
Adapun
tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Memenuhi
tugas kelompok
2. Untuk
mengetahui system pertanian berkelanjutan di masa depan.
3. Memberi informasi kepada pembaca tentang
system pertanian masa depan
C.
Batasan
Masalah
Dalam penulisan makalah
ini penulis hanya menjelaskan tentang System Pertanian Berkelanjutan Berbasis
System Pertanian Organik.
BAB II
FALSAFAH ILMU SISTEM PERTANIAN
BERKELANJUTAN
Menurut
Technical Advisorry Committee of the CGIAR (TAC-CGIAR, 1988), “pertanian
berkelanjutan adalah pengelolaan sumberdaya yang berhasil untuk usaha pertanian
guna membantu kebutuhan manusia yang berubah sekaligus mempertahankan atau
meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumberdaya alam”.
Ciri-ciri
pertanian berkelanjutan:
o
Mantap secara ekologis, yang berarti
kualitas sumberdaya alam dipertahankan dan kemampuan agroekosistem secara
keseluruhan – dari manusia, tanaman, dan hewan sampai organisme tanah
ditingkatkan. Dua hal ini akan terpenuhi jika tanah dikelola dan kesehatan
tanaman dan hewan serta masyarakat dipertahankan melalui proses biologis
(regulasi sendiri). Sumberdaya lokal digunakan secara ramah dan yang dapat
diperbaharui.
o
Dapat berlanjut secara ekonomis, yang berarti
petani mendapat penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan, sesuai dengan
tenaga dan biaya yang dikeluarkan, dan dapat melestarikan sumberdaya alam dan meminimalisasikan risiko.
o
Adil, yang berarti sumberdaya dan
kekuasaan disistribusikan sedemikian rupa sehingga keperluan dasar semua
anggota masyarakat dapat terpenuhi dan begitu juga hak mereka dalam penggunaan
lahan dan modal yang memadai, dan bantuan teknis terjamin. Masyarakat
berkesempatan untuk berperanserta dalam pengambilan keputusan, di lapangan dan
di masyarakat.
o
Manusiawi, yang berarti bahwa martabat
dasar semua makhluk hidup (manusia, tanaman, hewan) dihargai dan menggabungkan
nilai kemanusiaan yang mendasar (kepercayaan, kejujuran, harga diri, kerjasama,
rasa sayang) dan termasuk menjaga dan memelihara integritas budaya dan
spiritual masyarakat.
o
Luwes, yang berarti masyarakat desa
memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan ubahan kondisi usahatni yang
berlangsung terus, misalnya, populasi yang bertambah, kebijakan, permintaan pasar,
dll.
Anggap
saja sistem pertanian berkelanjutan dipandang sebagai suatu paradigma ilmu.
Sistem pertanian berkelanjutan sebagai paradigma ilmu membuat khalayak yang
mempercayainya hendaknya
a.
mengetahui apa yang harus dipelajarinya,
b.
apa saja pernyataan-pernyataan yang
harus diungkapkan, dan
c.
kaidah-kaidah apa saja yang harus
dipakai dalam menafsirkan semua jawaban atas fenomena pertanian berkelanjutan.
Dalam
perspektif falsafah ilmu berikutnya, suatu paradigma ilmu pada hakekatnya
mengharuskan ilmuwan untuk mencari jawaban atas suatu pertanyaan mendasar yaitu
bagaimana, apa dan untuk apa. Tiga
pertanyaan di atas dirumuskan menjadi beberapa dimensi yaitu:
a.
Dimensi
ontologis yaitu apa sebenarnya hakikat dari sesuatu kejadian alam dan sosial
ekonomi masyarakat yang dapat diketahuinya atau apa hakikat dari setiap
kejadian di sektor pertanian dan sistem pertanian berkelanjutan pertanian
selama ini ditinjau sebagai ilmu; mengapa terjadi kerusakan lingkungan;
bagaimana hubungan degradasi tersebut dengan sistem nilai masyarakat dan sistem
nilai suatu kebijakan pembangunan; bagaimana sektor pertanian di Indonesia
dinilai terpinggirkan ketimbang kebijakan industri manufaktur, sehingga terjadi
transformasi struktural semu; dsb,
b.
Dimensi
epistemologis yaitu apa sebenarnya hakikat hubungan antara pencari ilmu
khususnya di bidang pertanian dengan fenomena obyek yang ditemukannya;
bagaimana prosedurnya; hal-hal apa yang seharusnya diperhatikan untuk
memperoleh pengetahuan tentang sistem pertanian berkelanjutan yang benar; apa
kriteria benar itu; tehnik dan sarana apa untuk mendapatkan pengetahuan sistem
pertanian berkelanjutan sebagai suatu ilmu.
c.
Dimensi
axiologis yaitu seberapa jauh peran sistem nilai dalam suatu penelitian tentang
sistem pertanian berkelanjutan; untuk apa mengetahui sistem pertanian
berkelanjutan; bagaimana menentukan obyek dan tehnik prosedural suatu telaahan
sistem pertanian berkelanjutan dengan mempertimbangkan kaidah moral atau
profesional;
d.
Dimensi
retorik yaitu apa bahasa yang digunakan dalam penelitian sistem pertanian
berkelanjutan; bagaimana dengan bahasa yang dipakai sebagai alat berpikir dan
sekaligus menjadi alat komunikasi yang berfungsi untuk menyampaikan jalan
pikirannya kepada orang lain; bahasa yang dipakai seharusnya sebagai sarana ilmiah
dan tentunya obyektif namun menafikan kecenderungan sifat emotif dan afektif;
e.
Dimensi
metodologis yaitu bagaimana cara atau metodologi yang dipakai dalam menemukan
kebenaran suatu ilmu pengetahuan sistem pertanian kaitannya dengan fenomena
pertanian berkelanjutan; apakah deduktif atau induktif; monodisiplin,
multidisiplin dan interdisiplin; kuantitatif atau kualitatif atau kombinasi
keduanya; penelitian dasar atau terapan.Berkaitan pula dengan sistem pertanian
berkelanjutan, khususnya bagi yang berminat dalam kegiatan penelitian,
diperlukan penerapan metodologi program penelitian.
Meminjam
pendapat Imre Lakatos dalam Mohammad Muslih (2005), ada tiga elemen yang harus
diketahui dalam program penelitian.
o
Pertama adalah inti pokok yaitu
asumsi-asumsi dasar yang menjadi ciri dari penelitian berbagai aspek yang
terkait dengan sistem pertanian berkelanjutan.Kedudukannya sebagai dasar di
atas elemen lain yang dicerminkan sebagai hipotesis umum dan kerangka teoretis
yang bersifat umum. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul adalah seperti mengapa
dan bagaimana timbulnya masalah degradasi lingkungan dan degradasi sosial
ekonomi pertanian serta bagaimana peran masyarakat dalam kerusakan lingkungan
fisik dan sosial-ekonomi (eksternalitas negatif) yang kemudian dijawab
sementara dalam bentuk hipotesis berdasarkan teori dan empirik.
o
Kedua adalah sebagai lingkaran pelindung
yang terdiri dari beberapa hipotesis awal atas terjadinya fenomena di sektor
pertanian. Kedudukannya sebagai pelengkap inti pokok agar penelitian tentang
pertanian mampu menerangkan dan meramalkan setiap fenomena pertanian
berkelanjutan yang nyata. Disini sudah dimunculkan perlakuan bagaimana
mengembangkan beragam varian yang kompleks dari suatu sistem pertanian,
bagaimana memodifikasinya. Namun teori yang dipakai sebagai suatu struktur yang
koheren dapat tetap terbuka untuk dikembangkan. Artinya penelitian sistem
pertanian berkelanjutan tidak selalu berlangsung sekali jadi tetapi terbuka
untuk penelitian lanjutan.
o
Ketiga adalah serangkaian teori yaitu keterkaitan
antara teori yang satu dengan teori lainnya. Penelitian tentang sistem
pertanian berkelanjutan seharusnya dinilai dari serangkaian teori. Karena ciri
fenomena pertanian berkelanjutan yang begitu kompleksnya maka dalam penelitian
ini sudah dapat diduga teori yang digunakan meliputi antara lain teori
ekonomimakro, ekonomimikro, teori ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan, teori
ekonomi produksi, teori perilaku konsumen, teori kebijakan lingkungan,
kebijakan pertanian, teori ekonomi ketenagakerjaan, sosiologi, antropologi, ekologi
manusia, kelembagaan dsb.
Sumber:
Tb Sjafri Mangkuprawira,2007, bahan kuliah Filsafat Sains Mahasiswa Doktor
Program Ekonomi Pertanian IPB,Kelas Khusus.
BAB III
PEMBANGUNAN PERTANIAN BERKELANJUTAN
BERBASIS SISTEM
PERTANIAN ORGANIK
A. Beberapa
Istilah
Pertanian
berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah pemanfaatan sumber daya yang
dapat diperbaharui (renewable resources) dan sumberdaya tidak dapat
diperbaharui (unrenewable resources) untuk proses produksi pertanian dengan
menekan dampak negatif terhadap lingkungan seminimal mungkin. Keberlanjutan
yang dimaksud meliputi : penggunaan sumberdaya, kualitas dan kuantitas
produksi, serta lingkungannya. Proses produksi pertanian yang berkelanjutan
akan lebih mengarah pada penggunaan produk hayati yang ramah terhadap lingkungan
(Kasumbogo Untung, 1997).
Pertanian
organik
merupakan salah satu bagian pendekatan pertanian berkelanjutan, yang di
dalamnya meliputi berbagai teknik sistem pertanian, seperti tumpangsari
(intercropping), penggunaan mulsa, penanganan tanaman dan pasca panen.
Pertanian organik memiliki ciri khas dalam hukum dan sertifikasi, larangan
penggunaan bahan sintetik, serta pemeliharaan produktivitas tanah.
The
International Federation of Organic Agriculture Movements (IFOAM) menyatakan
bahwa pertanian organik bertujuan untuk:
1.
menghasilkan produk pertanian yang
berkualitas dengan kuantitas memadai
2.
membudidayakan tanaman secara alami
3.
mendorong dan meningkatkan siklus hidup
biologis dalam ekosistem pertanian
4.
memelihara dan meningkatkan kesuburan
tanah jangka panjang
5.
menghindarkan seluruh bentuk cemaran
yang diakibatkan penerapan teknik pertanian
6.
memelihara keragaman genetik sistem pertanian
dan sekitarnya, dan mempertimbangkan
dampak sosial dan ekologis yang lebih luas dalam sistem usaha tani.
B. Konsep
Usaha Tani Organik
Keberhasilan
pembangunan pertanian selama ini telah memberikan dukungan yang sangat tinggi
terhadap pemenuhan kebutuhan pangan rakyat Indonesia, namun demikian disadari
bahwa dibalik keberhasilan tersebut terdapat kelemahankelemahan yang perlu
diperbaiki. Produksi yang tinggi yang telah dicapai banyak didukung oleh
teknologi yang memerlukan input (masukan) bahan-bahan anorganik yang tinggi
terutama bahan kimia pertanian seperti pupuk urea, TSP/SP-36, KCl, pestisida,
herbisida, dan produk-produk kimia lainnya yang berbahaya bagi kesehatan dengan
dosis yang tinggi secara terus-menerus, terbukti menimbulkan banyak pencemaran
yang dapat menyumbang degradasi fungsi lingkungan dan perusakan sumberdaya
alam, serta penurunan daya dukung lingkungan. Adanya kesadaran akan akibat yang
ditimbulkan dampak tersebut, perhatian masyarakat dunia perlahan mulai bergeser
ke pertanian yang berwawasan lingkungan. Dewasa ini masyarakat sangat peduli
terhadap alam dan kesehatan, maka muncullah teknologi alternatif lain, yang
dikenal dengan “pertanian organik”, “usaha tani organik”, “pertanian alami”,
atau “pertanian berkelanjutan masukan rendah”. Pengertian tersebut pada
dasarnya mempunyai prinsip dan tujuan yang sama, yaitu untuk melukiskan sistem
pertanian yang bergantung pada produk-produk organik dan alami, serta secara
total tidak termasuk penggunaan bahan-bahan sintetik.
BAB IV
BEBERAPA
PENDEKATAN KEGIATAN YANG MENUNJANG
PERTANIAN BERKELANJUTAN
PERTANIAN BERKELANJUTAN
Beberapa
kegiatan yang diharapkan dapat menunjang dan memberikan kontribusi dalam
meningkatkan keuntungan produktivitas pertanian dalam jangka panjang,
meningkatkan kualitas lingkungan, serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat
pedesaan adalah sebagai berikut:
A. Pengendalian Hama Terpadu
Pengendalian
Hama Terpadu merupakan suatu pendekatan untuk mengendalikan hama yang dikombinasikan
dengan metode-metode biologi, budaya, fisik dan kimia, dalam upaya untuk
meminimalkan; biaya, kesehatan dan resiko-resiko lingkungan. Adapun caranya
dapat melalui;
o
Penggunaan insek, reptil atau
binatang-binatang yang diseleksi untuk mengendalikan hama atau dikenal musuh
alami hama, seperti Tricogama sp., sebagai musuh alami dari parasit telur dan
parasit larva hama tanaman.
o
Menggunakan tanaman-tanaman “penangkap”
hama, yang berfungsi sebagai pemikat (atraktan), yang menjauhkan hama dari
tanaman utama.
o
Menggunakan drainase dan mulsa sebagai
metode alami untuk menurunkan infeksi jamur, dalam upaya menurunkan kebutuhan
terhadap fungsida sintetis.
o
Melakukan rotasi tanaman untuk memutus
populasi pertumbuhan hama setiap tahun .
B. Sistem Rotasi dan Budidaya Rumput
Sistem
pengelolaan budidaya rumput intensif yang baru adalah dengan memberikan tempat
bagi binatang ternak di luar areal pertanian pokok yang ditanami rumput
berkualitas tinggi, dan secara tidak langsung dapat menurunkan biaya pemberian
pakan. Selain itu, rotasi dimaksudkan pula untuk memberikan waktu bagi
pematangan pupuk organik. Areal peternakan yang dipadukan dengan rumput atau
kebun buah-buahan dapat memiliki keuntungan ganda, antara lain ternak dapat
menghasilkan pupuk kandang yang merupakan pupuk untuk areal pertanian.
C. Konservasi Lahan
Beberapa
metode konservasi lahan termasuk penanaman alur, mengurangi atau tidak
melakukan pembajakan lahan, dan pencegahan tanah hilang baik oleh erosi angin
maupun erosi air. Kegiatan konservasi lahan dapat meliputi:
o
Menciptakan jalur-jalur konservasi.
o
Menggunakan dam penahan erosi.
o
Melakukan penterasan.
o
Menggunakan pohon-pohon dan semak untuk
menstabilkan tanah.
D. Menjaga Kualitas Air/Lahan Basah
Konservasi
dan perlindungan sumberdaya air telah menjadi bagian penting dalam pertanian.
Banyak diantara kegiatan-kegiatan pertanian yang telah dilaksanakan tanpa
memperhatikan kualitas air. Biasanya lahan basah berperan penting dalam
melakukan penyaringan nutrisi (pupuk anoraganik) dan pestisida. Adapun
langkah-langkah yang ditujukan untuk menjaga kualitas air, antara lain;
a.
Mengurangi tambahan senyawa kimia
sintetis ke dalam lapisan tanah bagian atas (top soil) yang dapat mencuci hingga
muka air tanah (water table).
b.
Menggunakan irigasi tetes (drip
irrigation).
c.
Menggunakan jalur-jalur konservasi
sepanjang tepi saluran air.
d.
Melakukan penanaman rumput bagi binatang
ternak untuk mencegah peningkatan racun akibat aliran air limbah pertanian yang
terdapat pada peternakan intensif.
E. Tanaman Pelindung
Penanaman
tanaman-tanaman seperti gandum dan semanggi pada akhir musim panen tanaman
sayuran atau sereal, dapat menyediakan beberapa manfaat termasuk menekan
pertumbuhan gulma (weed), pengendalian erosi, dan meningkatkan nutrisi dan
kualitas tanah.
F. Diversifikasi Lahan dan Tanaman
Bertanam
dengan memiliki varietas yang cukup banyak di lahan pertanian dapat mengurangi
kondisi ekstrim dari cuaca, hama penggangu tanaman, dan harga pasar.
Peningkatan diversifikasi tanaman dan jenis tanaman lain seperti pohonpohon dan
rumput-rumputan, juga dapat memberikan kontribusi terhadap konservasi lahan,
habitat binatang, dan meningkatkan populasi serangga yang bermanfaat. Beberapa
langkah kegiatan yang dilakukan;
a.
Menciptakan sarana penyediaan air, yang
menciptakan lingkungan bagi katak, burung dan binatang-binatang lainnya yang
memakan serangga dan insek.
b.
Menanam tanaman-tanaman yang berbeda
untuk meningkatkan pendapatan sepanjang tahun dan meminimalkan pengaruh dari
kegagalan menanam sejenis tanaman saja.
7. Pengelolaan Nutrisi Tanaman
Pengelolaan
nutrisi tanaman dengan baik dapat meningkatkan kondisi tanah dan melindungi
lingkungan tanah. Peningkatan penggunaan sumberdaya nutrisi dilahan pertanian,
seperti pupuk kandang dan tanaman kacang-kacangan (leguminosa) sebagai penutup tanah
dapat mengurangi biaya pupuk anorganik yang harus dikeluarkan. Beberapa jenis
pupuk organik yang bisa digunakan antara lain:
ü
Pengomposan
ü
Penggunaan kascing
ü
Penggunaan Pupuk Hijauan (dedaunan)
ü
Penambahan nutrisi pada tanah dengan emulsi
ikan dan rumput laut.
8. Agroforestri (wana tani)
Agroforestri
merupakan suatu sistem tata guna lahan yang permanen, dimana tanaman semusim
maupun tanaman tahunan ditanam bersama atau dalam rotasi membentuk suatu tajuk
yang berlapis, sehingga sangat efektif untuk melindungi tanah dari hempasan air
hujan. Sistem ini akan memberikan keuntungan baik secara ekologi maupun
ekonomi. Beberapa keuntungan yang diperoleh dari pengelolaan lahan dengan
system agroforestri ini antara lain:
Dapat diperoleh secara berkesinambungan hasil tanaman-tanaman musiman
dan tanaman-tanaman tahunan.
Dapat diperoleh secara berkesinambungan hasil tanaman-tanaman musiman
dan tanaman-tanaman tahunan.
·
Dapat dicegah terjadinya serangan hama
secara total yang sering terjadi pada tanaman satu jenis (monokultur).
·
Keanekaan jenis tanaman yang terdapat
pada sistem agroforestri memungkinkan terbentuknya stratifikasi tajuk yang
mengisi ruang secara berlapis ke arah vertikal. Adanya struktur stratifikasi
tajuk seperti ini dapat melindungi tanah dari hempasan air hujan, karena energi
kinetik air hujan setelah melalui lapisan tajuk yang berlapis-lapis menjadi
semakin kecil daripada energi kinetik air hujan yang jatuh bebas.
9. Pemasaran
Petani
dan peternak mengakui bahwa meningkatkan pemasaran merupakan suatu langkah
untuk mendapatkan keuntungan yang lebih baik. Adapun cara yang dapat
dikembangkan antara lain:
ü
Pemasaran langsung melalui surat
permintaan, pasar petani, restoran lokal, supermarket, dan kios-kios pasar
tradisional.
ü
Menggunakan bisnis usaha kecil produk
lokal sebagai bahan mentah makanan olahan.
BAB V
PROSPEK
PERTANIAN ORGANIK
Di
Indonesia sendiri, gaung pertanian organik sudah berkembang sekitar 10 tahun
yang lalu, akan tetapi pemainnya dapat dihitung dengan jari (Trubus No. 363,
2000). Kemudian meningkat pesat sejak terjadi krisis moneter, dimana sebagian
besar saprodi yang digunakan petani melonjak harganya berkali-kali lipat.
Petani mulai melirik alternatif lain dengan model pertanian organik. Melalui
proses adaptasi, pertanian organik mulai digeluti dan mendapat respon yang
cukup baik, dengan ditandai oleh bermunculnya kelompok petani organik di
berbagai daerah. Di Jawa Tengah, sentra pertanian organik terletak di Klaten,
Yogyakarta, Karanganyar, Magelang, dan Kulonprogo. Di Jawa Barat; Bogor,
Bandung dan Kuningan. Di Jawa Timur; Malang, serta beberapa daerah di Bali
Meskipun pertanian organik ini masih sedikit diusahakan, akan tetapi
pertumbuhannya sangat penting di dalam sektor pertanian. Sebagai gambaran, di
Austria dan Switzerland menunjukkan bahwa kebutuhan pertanian organic
diperkirakan mencapai lebih dari 10 persen, sedangkan Amerika, Perancis, Jepang
dan Singapura meningkat rata-rata 20 persen setiap tahun. Permintaan akan
produk-produk organik merupakan peluang dunia usaha baru baik untuk tujuan
ekspor maupun kebutuhan domestik. Beberapa Negara berkembangpun mulai memanfaatkan
peluang pasar ekspor produk organik ini terhadap negara maju, diantaranya
buah-buah daerah tropik untuk industri makanan bayi ke Eropa, herbas Zimbabwe
ke Afrika Selatan, kapas Afrika ke Uni Eropa, dan teh Cina ke Belanda dan
kentang ke Jepang. Umumnya, ekspor produk organik dijual dengan harga cukup
tinggi, biasanya 20 persen lebih tinggi dari produk pertanian non-organik.
Keuntungan pokok pertanian organik sangat bervariasi, dalam beberapa kajian
ekonomi menyatakan bahwa pertanian organik memiliki akses nyata terhadap
prospek jangka panjang. Beberapa studi menunjukkan bahwa pertanian organik
berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah tenaga kerja dibandingkan dengan
pertanian konvensional. Terutama pada sistem pertanian organik melalui
diversifikasi tanaman, perbedaan pola tanam dan jadwal tanam dapat
mendistribusikan kebutuhan tenaga kerja berdasarkan waktunya.
BAB
VI
PENUTUP
Pertanian
organik merupakan salah satu teknologi alternatif yang memberikan berbagai hal
positif, yang dapat diterapkan pada usaha tani produkproduk bernilai komersial
tinggi dan tidak mengurangi produksi. Untuk menerapkan pertanian ramah
lingkungan dan berkelanjutan, perlu dilakukan upaya:
ü
Sosialisasi pemasyarakatan mengenai
pentingnya pertanian yang ramah lingkungan
ü
Penggalakkan konsumsi produk hasil
pertanian organik.
ü
Diperlukan lebih banyak
kajian/penelitian untuk mendapatkan saprotan organik. Usaha tani yang
berorientasi pasar global perlu menekankan aspek kualitas, keamanan, kuantitas
dan harga bersaing.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen
Pertanian, Direktorat Jenderal Produksi Hortikultura dan Aneka
Tanaman, 2000.
Tanaman, 2000.
Kebijakan
Perlindungan Tanaman Hortikultura Dengan Orientasi Pasar Global. Jakarta Ecological Agriculture Projects.
1989.
Sustainability
Agriculture. EAP Publication – 16. Macdonald College of McGill University.
FAO Committee on Agriculture (COAG). 1999. Based on Organic agriculture. Rome on 25-26 January 1999.
FAO Committee on Agriculture (COAG). 1999. Based on Organic agriculture. Rome on 25-26 January 1999.
Manwan
Ibrahim. 1994 Strategi dan Langkah Operasional Penelitian Tanaman
Pangan Berwawasan Lingkungan Dalam Kinerja Penelitian Tanaman Pangan. Buku I. Kebijaksanaan dan Hasil Utama Penelitian. Puslitbang Tanaman Pangan.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kasumbogo Untung. 1997 Peranan Pertanian Organik Dalam Pembangunan yang Berwawasan Lingkungan.
Makalah yang Dibawakan Dalam Seminar Nasional Pertanian Organik. Outerbridge, P. B . 1991 Limbah Padat di Indonesia. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta
Teruo Higa. 1997. EM Technology Serving The World. Seminar Nasional Pertanian Organik. Jakarta. 3 April 1997.
Pangan Berwawasan Lingkungan Dalam Kinerja Penelitian Tanaman Pangan. Buku I. Kebijaksanaan dan Hasil Utama Penelitian. Puslitbang Tanaman Pangan.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kasumbogo Untung. 1997 Peranan Pertanian Organik Dalam Pembangunan yang Berwawasan Lingkungan.
Makalah yang Dibawakan Dalam Seminar Nasional Pertanian Organik. Outerbridge, P. B . 1991 Limbah Padat di Indonesia. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta
Teruo Higa. 1997. EM Technology Serving The World. Seminar Nasional Pertanian Organik. Jakarta. 3 April 1997.
Trubus
No. 363. 2000. Pertanian Organik. Yayasan Tani Membangun. Jakrta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar