BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Telah kita ketahui bersama bahwa rokok itu sangat
membahayakan kesehatan dan bersifat merusak. Menurut ilmu kedokteran, sekali
batang rokok yang dibakar akan mengeluarkan sekitar 4000 bahan kimia termasuk nikotin
dan gas karbon monoksida ( CO ) yang menimbulkan berbagai penyakit. Berbagai
hasil penelitian diberbagai Negara membenarkan bahwa merokok merusak kesehatan,
Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO ) pun gencar mengkampanyekan gerakan anti
merokok. Jadi masalah merokok tidak hanya menjadi masalah nasional tetapi juga
menjadi masalah dunia ( Istiqomah, 2006 ).
Merokok merupakan suatu kebiasaan yang dapat
memberikan kenikmatan bagi perokok, namun dilain pihak dapat menimbulkan dampak
buruk bagi perokok itu sendiri maupun orang-orang disekitarnya ( Soetjiningsih,
2005 ). Banyaknya perokok dan produksi rokok yang semakin tinggi menyebabkan
semakin luasnya kawasan bebas merokok dimasyarakat. Para perokok kurang
mengerti bahwa rokok tersebut bisa menimbulkan penyakit karena bahan rokok
mengandung ribuan racun yang membahayakan kesehatan ( Dody Hidayat, 2006 ).
Merokok mengganggu kesehatan, kenyataan ini tidak
dapat dipungkiri. Banyak penyakit telah terbukti karena akibat buruk kebiasaan
merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung seperti jantung dan
gangguan pembuluh darah, kangker paru-paru, kangker rongga mulut, kangker
laring, kangker esophagus, bronchitis, tekanan darah tinggi dan lain-lain ( Suara
Media, 2009 ).
Konsumsi
rokok di Indonesia setiap tahun mencapai kurang lebih 199 miliar batang rokok,
akibatnya tingkat kematian mencapai 5 juta orang tiap tahunnya ( Gondodiutro,
2010 ).
Rokok juga mempunyai dose resonse effect artinya makin muda usia perokok, akan makin
besar pengaruhnya terhadap kesehatan ( Bustan, 2000 ).
Di Indonesia rokok menyebabkan 9,8% kematian
karena penyakit paru-paru kronik dan emfisema, 5% stroke. Wanita yang merokok
mungkin mengalami penurunan atau penundaan kemampuan hamil, pada pria
meningkatkan resiko impotensi sebesar 50%. Seorang bukan perokok yang menikah
dengan perokok mempunyai resiko kangker paru sebesar 20- 30% lebih tinggi daripada mereka
yang pasangannya bukan perokok dan juga resiko mendapatkan penyakit jantung ( Survey
Sosial Ekonomi Nasional, 2008 ).
Indonesia masih menjadi Negara
terbesar ke Tiga dalam jumlah perokok di Dunia. Dari tahun 2000 - 2010
mengalami peningkatan, baik dikalangan perokok laki-laki maupun perempuan
jumlah perokok laki-laki dengan usia diatas 15 tahun sudah mencapai 60%.
Sedangkan perokok perempuan 4%. Juga yang meningkat adalah perokok pemula yang
berusia muda seperti 10-14 tahun ( Menteri Kesehatan Endang Rahayu
Sedyaningsih, 2011 ).
Prevalensi
rokok di Indonesia dengan usia diatas 5 tahun terjadi dibeberapa provinsi, dan
yang terbesar ada dijawa timur, jawa tengah, jawa barat, daerah istimewa
yogyakarta dan sumatera selatan ( Julyah,
2012 ).
Perilaku
merokok merupakan suatu fenomena yang muncul dalam masyarakat, dimana sebagian
besar masyarakat sudah mengetahui dampak negatif merokok, namun besikeras
menghalalkan tindakan merokok ( Aula, 2010 ).
Perilaku
merokok seorang disebabkan oleh adanya pergaulan, kebiasaan dan adat istiadat
serta lingkungan sosial masyarakat. Perilaku merokok juga diakibatkan oleh
seorang karena rasa ingin tahu, coba-coba dan adanya dorongan pergaulan pada
situasi dan kondisi tertentu, sehingga seseorang harus melakukannya.
Asap
rokok yang dihisap menghasilkan kandungan zat-zat kimia berbahaya yang berada
dirongga mulut, secara otomatis akan mempengaruhi jaringan organ yang ada
didalam rongga mulut, termaksud gigi ( kusuma, 2011 ).
Kelainan yang terjadi dirongga mulut akibat
merokok antara lain pada gusi berupa gingivitis ( Ruslan, 2007 ).
Sukarnya penyembuhan luka, pembentukan
kalkulus karena aktifitas plak gigi. Leukoplakia merupakan salah satu akibat
yang disebabkan oleh merokok. Pada perokok berat, noda atau stain pada gigi
akibat pembakaran tembakau juga sering ditemukan dan noda tersebut dapat masuk kelapisan email
gigi dan sukar untuk dihilangkan ( Lelyati, 2008 ).
Rongga
mulut merupakan daerah yang paling mudah terpapar rokok dan merupakan awal
terjadinya penyerapan zat-zat hasil pembakaran rokok. Keadaan ini menyebabkan
perubahan dalam rongga mulut misalnya perubahan taste pengecapan, stomatitis
nikotin, infeksi jamur dan lidah berwarna hitam ( Golman dan Cohen, 2007 ).
Merokok
dapat menybabkan perubahan sekresi kelenjar saliva. Gangguan sekresi pada
saliva ini dapat menyebabkan self
cleansing akan menurun sehingga terjadi akumulasi plak dan yang lama
kelamaan akan mengakibatkan adanya karang gigi ( Khan, 2006 ).
kebiasaan merokok di Indonesia
diperkirakan dimulai pada awal abad ke-19, dimana warisan budaya luhur bangsa
Indonesia ialah rokok kretek. Rokok kretek adalah rokok yang menggunakan
tembakau asli yang dikeringkan, dipadukan dengan cengkeh dan saat dihisap
terdengar bunyi ‘kretek’. Sejarah rokok kretek di Indonesia bermula dari kota
Kudus, Jawa Tengah ( poetra, 2012 ).
Jumlah perokok di Indonesia
mengalami peningkatan dan cukup memprihatinkan. Menurut Organisasi Kesehatan
Dunia ( WHO, 2010 ) menyebutkan bahwa tingkat perokok di Indonesia sebanyak
31,4% dan jumlah perokok laki-laki mencapai 59% dan jumlah perokok perempuan
mencapai 3,7% ( Dody Hidayat, 2008 ).
Dr.W.L Mendenhall dari Haryard
University mengemuakan bahwa rokok menyebabkan iritasi serius pada selaput
lendir mulut dan hampir 65% perokok ditemukan adanya luka didalam mulut serta
diskolarasi pada gigi jika kebiasaan tidak dihentikan ( Ernest Kald Well, 2011 ).
Sebatang rokok mempunyai kandungan nikotin
sekitar 20,9 mg bahkan didalam rokok yang tidak mengandung nikotinpun pada
mereknya terdapat sekitar 10,4 mg nikotin. Menurut percobaan yang dilakukan
para ahli menemukan bahwa 50 mg nikotin yang disuntikan langsung kedalam aliran
darah dapat menimbulkan kematian. Untungnya tidak seluruh kandungan nikotin
dari rokok yang dihisap dari jumlah sekecil itu memang tidak langsung membuat
orang meninggal tetapi sudah merusak sistem pernapasan dan bagian tubuh yang
lain seperti pada gigi dan mulut ( Ernest Kald Well, 2011 ).
Merokok
merupakan hal
yang biasa dijumpai saat ini sehingga menjadi kebiasaan umum dan hampir kita
jumpai disemua kalangan masyarakat. Kebiasaan ini telah menjadi bagian dari
perilaku hidup masyarakat Indonesia, baik dari kalangan masyarakat yang
berpendidikan rendah sehingga berpendidikan tinggi. Rokok merupakan barang
berbahaya dan sangat merugikan kesehatan bagi perokok itu sendiri dan
orang-orang disekitar yang menghirup asap rokok. Konsumsi rokok di Indonesia
menempati posisi ketiga tertinggi didunia setelah cina dan india ( WHO, 2008 ).
Merokok juga menyebabkan penyakit
periodontal dan terjadinya karang gigi yang mengeras membentuk kalkulus. Selain
itu merokok dapat menyebabkan plak dan lubang gigi ( mervyn G. Hardinge, 2006 ).
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur
Pemberdayaan Sumber Daya ( 2004 ). Kesehatan gigi dan mulut adalah suatu untuk
mengurangi penyakit gigi dan mulut yang tujuannya unutk meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang pentingnya pemeliharaan gigi dan mulut.
Untuk membatasi hal ini maka peran
perawat melaksanakan penyuluhan kesehatan gigi dengan menambah pengetahuan,
mengubah sikap dan mengarahkan tingkah laku sesuai konsep kesehatan gigi dan
mulut ( Azrul Azwar 1994, cit. Azwar, 2008 ).
Karang
gigi ( kalkulus ) merupakan salah satu penyakit yang terjadi dirongga mulut
yang disebabkan oleh plak dan salah satu faktornya adalah faktor pengaruh
kebiasaan merokok. Rongga mulut merupakan daerah yang paling mudah terpapar
rokok dan merupakan awal terjadinya penyerapan zat-zat hasil pembakaran rokok.
Bila diabaikan keadaan ini menyebakan perubahan dalam rongga mulut misalnya
perubahan taste pengecapan stomatitis nikotin, infeksi jamur dan
berwarna hitam ( Khan, 2005 ).
Dari
hasil pengamatan peneliti Desa Tolaku Kecamatan Wakorumba Selatan Kab.Muna
menunjukan banyaknya penggunaan rokok yang berpengaruh pada kebersihan gigi dan
mulut sehingga nenimbulkan kalkulus ataupun karang gigi yang seharusnya bisa
diatasi atau dicegah dengan melakukan komunikasi atau penyuluhan sehingga
sebagian dari mereka dapat teratasi serta dalam penyuluhn yang akan dilakukan
diberikan informasi selanjutnya bisa membantu mereka yang menderita penyakit
gigi agar melakukan tindakan perawatan gigi dipuskesmas atau dokter terdekat.
Data
dari Desa Tolaku Kecamatan Wakorumba Selatan Kab.Muna Tahun 2016 sebanyak 300 kepala keluarga.
Dari 300 kepala keluarga tersebut
terdapat 200 orang yang mewakili, dimana yang banyak mengonsumsi rokok atau perokok
aktif berjumlah
125 orang, perokok pasif berjumlah 15 orang dan yang tidak merokok terdapat 60 orang.
B. Rumusan
Masalah
Bedasarkan
latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah adalah untuk mengetahui
“Gambaran Penggunaan Rokok Terhadap Terjadinya Kalkulus di Desa Tolaku
Kecamatan Wakorumba Selatan Kab.Muna Tahun 2016”.
C. Tujuan
Penelitian
1.
Tujuan
Umum
Untuk
mengetahui gambaran penggunaan rokok terhadap terjadinya kalkulus di desa tolaku
kecamatan wakorumba Selatan kab.Muna Tahun 2016.
2.
Tujuan
Khusus
a).
Untuk mengetahui gambaran penggunaan rokok di Desa Tolaku Kecamatan Wakorumba Selatan
Kab.Muna Tahun 2016.
b).
Untuk mengetahui gambaran kalkulus di Desa Tolaku Kecamatan Wakorumba Selatan Kab.Muna
Tahun 2016.
D.
Manfaat
Penelitian
1.
Manfaat
Teoritis
a).
Bagi Praktek Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat dijadikan sebagai masukan bagi perawat gigi dan meningkatkan pelayanan
terhadap penderita penyakit gigi khususnya di Desa Tolaku Kecamatan Wakorumba Selatan
Kab. Muna.
b). Bagi pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat digunakan sebagai masukan bagi perkembangan kurikulum keperawatan gigi
khususnya dalam pemberian asuhan keperawatan profesional bagi pasien dengan
masalah tingkat kecemasan yang tinggi dan
dapat digunakan sebagai data dasar untuk melakukan penelitian lebih
lanjut.
2.
Manfaat
Praktis
Bagi peneliti untuk hasil penelitian
ini dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam mengaplikasikan ilmu yang
diperoleh.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Tinjauan
Teori
1.
Tinjauan Umum Tentang Rokok
a). Defenisi Rokok
Rokok adalah silinder dari kertas
berukuran panjang sekitar 70-120 mm ( bervariasi tergantung Negara ) dengan
diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah ( Elizabet,
2010 ).
Rokok adalah salah satu zat adiktif
yang bila digunakan mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan
masyarakat. Kemudian ada juga yang menyebutkan bahwa rokok adalah hasil olahan
tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bahan lainnya yang dihasilkan dari
tanamn Nicotiana Tabacum, Nicotiana
Rustica dan spesies lainnya atau sintesisnya yang mengandung nikotin dan
tar dengan atau tanpa bahan tambahan ( Hans Tendra, 2009 ).
Rokok dapat meningkatkan resiko
penyakit kardiovaskuler termasuk stroke, kematian mendadak, gagal jantung,
penyakit vascular perifer dan pembengkakan pembuluh aorta. Banyak komponen yang
terkandung didalam rokok yang bersifat ciliotoxic dimana sifatnya mengiritasi
dinding dari system pernafasan yang menyebabkan meningkatnya sekresi mucus dibronkus,
penyakit pulmonal kronik dan fungsi dari mucosilia.
Rokok adalah hasil olahan tembakau
yang terbungkus, dihasilkan dari tanaman Nicotiana
Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesisnya yang
mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan ( Heryani, 2014 ).
Menurut Budiantoro dari Ikatan Ahli
Kesehatan Masyarakat Indonesia ( IAKMI ) mengatakan, sebanyak 25% zat berbahaya
yang terkandung dalam rokok masuk ketubuh perokok ( perokok aktif ) sedangkan
75% beredar diudara bebas yang beresiko masuk ketubuh orang sekelilingnya ( perokok
pasif ). Konsentrasi zat berbahaya didalam tubuh perokok pasif lebih besar
karena racun yang terhisap melalui asap perokok aktif tidak terfilter sedangkan
racun rokok dalam tubuh perokok aktif terfilter melalui ujung rokok yang ia
hembuskan. Racun rokok terbesar dihasilkan oleh asap yang mengepul dari ujung
rokok yang sedang tak dihisap sebab asap yang dihasilkan berasal dari
pembakaran tembakau yang tidak sempurna.
Rokok merupakan salah satu zat
adiktif yang bila digunakan dapat mengakibatkan bahaya kesehatan bagi individu
dan masyarakat. Berdasarkan PP NO.19 tahun 2003. rokok adalah hasil olahan tembakau dibungkus
termasuk cerutu ataupun bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan
spesies lainnya. Rokok merupakan silinder dari kertas berukuran panjang antara
70 hingga 120 mm ( bervariasi tergantung Negara ) dengan diameter sekitar 10 mm
yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok di bakar pada salah
satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat di hirup lewat mulut
pada ujung lain ( Henryani, 2014 ).
b.
Bahan Baku Rokok
Bahan baku yang digunakan untuk
membuat rokok adalah sebagai berikut :
1. Tembakau
Jenis tembakau yang dibudidayakan
dan berkembang di Indonesia termasuk dalam spesies Nicotiana Tabacum ( Santika,
2011 ).
2. Cengkeh
Bagian yang biasa digunakan adalah
bunga yang belum mekar. Bunga cengkeh dipetik dengan tangan oleh para pekerja,
kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari, kemudian cengkeh ditimbang dan
dirajang dengan mesin sebelum ditambahkan kedalam campuran tembakau untuk
membuat rokok kretek ( Anonim, 2013 ).
3. Saus Rahasia
Saus ini terbuat dari beraneka
rempah dan ekstrak buah-buahan untuk menciptakan aroma serta citra rasa
tertentu. Saus ini yang menjadi pembeda antara setiap merek dan varian kretek ( Anonim, 2013 ).
c.
Kandungan Rokok
Menurut Muhibah ( 2011 ) racun rokok
yang paling utama adalah sebagai berikut :
1. Nikotin
Nikotin dapat meningkatkan adrenalin
yang membuat jantung berdebar lebih cepat dan bekerja lebih keras, frekuensi
jantung meningkat dan kontraksi jantung meningkat sehingga menimbulkan tekanan
darah meningkat ( Tawbariah et al, 2014 ).
2. Tar
Tar adalah substansi hidrokarbodn
yang bersifat lengket dan menempel pada paru-paru, mengandung bahan-bahan
karsinogen ( Mardjun, 2012 ).
3. Karbon
Monoksida ( CO )
Merupakan gas yang berbahaya yang
terkandung dalam asap pembuangan kendaraan. CO menggantikan 15% oksigen yang
seharusnya dibawah oleh sel darah merah. CO juga dapat nerusak lapisan dalam
pembuluh darah dan meninggikan endapan lemak pada dinding pembuluh darah,
menyebabkan pembuluh darah tersumbat ( Caldwell, 2009 ).
d.
Sejarah Rokok di Indonesia
Kebiasaan merokok di Indonesia
diperkirakan dimulai pada awal abad ke-19, dimana warisan budaya luhur bangsa Indonesia
ialah rokok kretek. Rokok kretek adalah rokok yang menggunakan tembakau asli
yang dikeringkan, dipadukan dengan cengkeh dan saat dihisap terdengar bunyi
‘kretek’. Sejarah rokok kretek di Indonesia bermula dari kota Kudus, Jawa
Tengah ( Poetra, 2012 ).
e.
Pembagian
Rokok
Rokok dibedakan menjadi beberapa
jenis, yaitu :
1. Rokok berdasarkan bahan baku atau
isinya, dibedakan menjadi:
a.
Rokok Putih
Isi rokok ini hanya daun tembakau
yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu. Rokok putih
mengandung 14 -15 mg tar dan 5 mg nikotin ( Mardjun, 2012. cit. Alamsyah, 2009 ).
b.
Rokok Kretek
Bahan
baku atau isinya berupa daun tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk
mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu, rokok kretek mengandung sekitar 20 mg
tar dan 44 – 45 mg nikotin ( Mardjun, 2012 ).
c. Rokok klembak
Bahan
baku atau isinya berupa daun tembakau, cengkeh dan kemenyan yang diberi saus
untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
2.
Rokok berdasarkan penggunaan filter menurut ( Mardjun, 2012 )
dibagi menjadi dua kelompok :
a.
Rokok filter : rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat
gabus.
b.
Rokok non filter : rokok yang pada bagian pangkalnya tidak
terdapat gabus.
f.
Jenis Rokok
Menurut Mustikaningrum ( 2010 )
jenis rokok dibagi menjadi delapan, yaitu :
1.
Rokok
Merupakan sediaan tembakau yang
banyak digunakan.
2.
Rokok Organik
Merupakan jenis rokok yang dianggap
tidak mengandung bahan adiktif sehingga dinilai lebih aman disbanding rokok
modern.
3.
Rokok Gulungan atau “Lintingan”
Peningkatan penggunaan rokok dengan
cara melinting sendiri ini sebagian besar disebabkan oleh budaya dan faktor
financial.
4.
Bidis
Bidis berasal dari india dan
beberapa Negara Asia Tenggara. Bidis dihisap lebih intensif dibandingkan rokok
biasa, sehingga terjadi peningkatan pemasukan nikotin yang dapat menyebabkan
efek kardiovaskuker.
5.
Kretek
Mengandung 40% cengkeh dan 60% tembakau. Cengkah menimbulkan aroma yang
enak, sehingga kretek dihisap lebih dalam daripada rokok biasa.
6.
Cerutu
Kandungan tembakaunya lebih banyak
dibandingkan jenis lainnya, seringkali cerutu hanya mengandung tembakau saja.
7.
Pipa
Asap yang dihasilkan pipa lebih basa
jika dibandingkan asap rokok biasa, sehingga tidak perlu hisapan yang langsung
untuk mendapatkan kadar nikotin yang tinggi dalam tubuh.
8.
Pipa Air
Sediaan ini telah digunakan
berabad-abad dengan persepsi bahwa cara ini sangat aman. Beberapa nama lokal
yang sering digunakan adalah hookah, bhang, narghile, shisha.
g.
Filter Rokok
Filter rokok yang terbuat dari
asetat selulosa berfungsi untuk menahan tar dan partikel rokok yang berasal
dari rokok yang dihisap, namun dalam jumlah sangat sedikit. Filter juga
berfungsi untuk mendinginkan rokok sehingga menjadi mudah dihisap ( Mustikaningrum,
2010 ).
h.
Dampak Rokok
Bagi Kesehatan
Menurut center of desease control ( CDC ) dalam Octafrida ( 2011 ) merokok
membahayakan setiap organ di dalam tubuh. Merokok menyebabkan penyakit dan
memperburuk kesehatan, seperti :
1.
Penyakit Paru Obstruktif Kronik ( PPOK )
PPOK sudah terjadi pada 15% perokok.
Individu yang merokok mengalami penurunan pada Forced Expiratory Volume in second ( FEVI ), dimana kira-kira
hamper 90% perokok berisiko menderita PPOK ( Saleh, 2011 ).
2.
Pengaruh Rokok terhadap Gigi
Hubungan antara merokok dengan
kejadian karies, berkaitan dengan penurunan fungsi saliva yang berperan dalam
proteksi gigi. Risiko terjadinya kehilangan gigi pada perokok, tiga kali lebih
tinggi dibanding pada bukan perokok ( Andina, 2012 ).
Jumlah karang gigi pada peroko
cenderung lebih banyak daripada yang bukan perokok. Karang gigi yang tidak
dibersihkan akan menimbulkan berbagai keluhan seperti gusi berdarah, gigi dapat
berubah warna karena efek tembakau ( Suyanto, 2009 ).
3.
Pengaruh Rokok Terhadap Mata
Rokok
merupakan penyebab penyakit katarak nuklear, yang terjadi dibagian tengah
lensa. Meskipun mekanisme penyebab tidak diketahui, banyak logam dan bahan
kimia lainnya yang terdapat dalam asap rokok dapat merusak protein lensa ( Muhibah,
2011 ).
4.
Pengaruh Terhadap Sistem Reproduksi
Merokok akan mengurangi terjadinya
konsepsi, fertilitas pria maupun wanita. Pada wanita hamil yang merokok, anak
yang dikandung akan mengalami penurunan berat badan, lahir premature, bahkan
kematian janin ( Anggraini, 2014 ).
2.
Perokok
1.
Defenisi Perokok
Perokok adalah seseorang yang suka
merokok, disebut perokok aktif bila orang tersebut yang merokok secara aktif,
dan disebut perokok pasif bila orang tersebut hanya menerima asap rokok saja,
bukan melakukan aktivitas merokok sendiri ( KBBI, 2012 ).
Defenisi
lain dari perokok adalah mereka yang merokok setiap hari untuk jangka waktu
minimal enam bulan selama hidupnya masih merokok saat survei dilakukan ( Octavrida,
2011 ).
2.
Klasifikasi Perokok
Perokok
dibagi atas tiga kategori, yaitu ringan ( 1-10 batang perhari ), sedang ( 11-12
batang perhari ) dan berat ( lebih dari 20 batang perhari ). Klasifikasi
perokok dapat juga ditentukan oleh indeks Brikhman ( IB ) dengan rumus : jumlah
rata-rata konsumsi rokok ( batang ) x lama merokok ( tahun ), dengan hasil
ringan ( 0-199 ), sedang ( 200-599 ) dan berat ( lebih dari 600 ) Menurut (
Bustan, 2007 ).
3. Tipe Kondisi Perokok
Menurut ( Syafiie, 2009 ), ada empat
perilaku merokok yaitu :
a). Kondisi perokok yang dipengaruhi
oleh perasaan positif terdapat tiga sub tipe perokok yang menjadikan rokok
sebagai penambah kenikmatan yang sudah didapat, seperti merokok setelah makan
atau minum kopi, merokok untuk sekedar menenangkan perasaan, dan kenikmatan
seorang perokok saat memegang rokoknya.
b). Kondisi merokok yang dipengaruhi
oleh perasaan negatif perokok merokok saat marah, cemas dan gelisah. Rokok
dianggap sebagai penyelamat.
c).
Kondisi merokok yang adiktif
mereka yang sudah adiksi akan menambah
dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya
berkurang.
d). Kondisi merokok yang sudah
menjadi kebiasaan. Mereka menggunakan rokok bukan karena untuk mengendalikan
perasaan, tetapi karena benar-benar sudah menjadi kebiasaannya rutin. Ia
menghidupkan api rokoknya bila rokok yang sebelumnya telah benar-benar habis.
3.
Merokok
1.
Defenisi
Merokok
Merokok adalah membakar tembakau
yang kemudian dihisap isinya, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa ( Saleh,
2011 ).
2.
Tahapan
Perilaku Merokok
Menurut Leventhal & Clearly
dalam Mustikaningrum ( 2010 ) terdapat empat tahap seseorang menjadi perokok,
yaitu :
1.
Tahap Persiapan
Seseorang mendapatkan gambaran yang
menyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat atau dari hasil
bacaan. Hal ini bagi mereka menimbulkan minat untuk merokok.
2.
Tahap Inisiasi
Tahap perintisan merokok yaitu tahap
apakah seseorang akan menuruskan atau tidak terhadap perilaku merokok.
3.
Tahap Menjadi Perokok
Seseorang telah mengonsumsi rokok
sebanyak empat batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi perokok.
4.
Tahap Pemeliharaan
Pada tahap ini merokok sudah menjadi
salah satu bagian dari cara pengaturan diri.
3.
Faktor Penyebab Perilaku Merokok
Faktor yang menyebabkan seseorang
merokok diantaranya sebagai berikut :
a).
Gemerlap
mengenai perokok
b). Sebagai hasil dari kampanye
besar-besaran dari rokok dimedia iklan dan media cetak, maka semakin banyak
pria, wanita, tua dan muda yang menjadi perokok.
c).
Kemudahan mendapat rokok, harganya yang relatif murah, dan distribusinya
yang merata.
d). Kurangnya pengetahuan tentang
bahaya merokok bagi kesehatan.
e). Adanya anggapan bahwa merokok
dapat mengatasi kesepian, kesedihan, kemarahan dan frustasi.
f). Faktor sosio-kultural seperti
pengaruh orangtua, teman dan kelompoknya.
B.
Tinjauan
Teori
1.
Tinjauan
Umum Tentang Karang Gigi ( Kalkulus )
a.
Defenisi Karang Gigi ( Kalkulus )
Karang gigi ( kalkulus ) adalah
suatu endapan keras yang teletak pada permukaan gigi yang berwarna mulai dari
kekuning-kuningan, kecoklat-coklatan, sampai kehitam-hitaman dan mempunyai
permukaan kasar. Karang gigi juga tempat yang baik untuk pertumbuhan plak
dengan semua akibat dari plak tersebut. Karang gigi yang tidak dirawat akan
mengakibatkan gingivitis, bau mulut, estetika jadi jelek, gigi goyang, periodontitis
dan karies gigi ( 1989 ,cit Nio, 2007 ).
Kalkulus merupakan kelanjutan dari plak.
Kalkulus adalah massa yang mengalami kalsifikasi pada permukaan gigi asli dan
prothesa. Jikalau plak dapat diangkat dengan menyikat gigi dan flossing, maka
kalkulus hanya dapat dibersihkan oleh mekanisme yang dilakukan dokter gigi.
Kalkulus akan mengantarkan anda secara langsung kepada infeksi kronis dan
peradangan. Jadi, kalau anda ingin gigi anda infeksi atau meradang, silahkan
saja pelihara dan sayangi kalkulus dirongga mulut anda ( Djuita, 2006 ).
Jurnal health to day mengatakan
plak, merupakan penyebab kerusakan gigi. Plak dan sisa makanan yang melekat digigi
secara bertahap akan diubah menjadi asam oleh bakteri. Jika plak dan sisa
makanan tersebut dibiarkan terlalu lama dipermukaan gigi atau tidak segera
dibersikan dan ditambah lagi dengan adanya air liur, plak beserta sisa makanan
menumpuk yang lama kelamaan akan mengeras sehingga berubah menjadi karang gigi
yang mempunyai permukaan kasar sehingga memudahkan kotoran-kotoran menempel (
Ita, 2007 ).
Plak yang dibiarkan lama kelamaan
akan menjadi karang gigi. Karang gigi menyebabkan permukaan gigi menjadi kasar
dan menjadi tempat menempelnya plak kembali sehingga lama kelamaan karang gigi
akan semakin mengendap tebal dan menjadi sarang kuman. Karang gigi dapat terlihat
kekuningan atau kehitaman ( Mieke, 2008 ).
Plak akan merusak jaringan gigi dan
jaringan periodontal yang lama kelamaan akan mengakibatkan adanya karang gigi,
gingivitis, karies, periodontitis dan pocket ( Djuita, 2009 ).
Jika plak tidak segera dibersihkan
maka dapat menimbulkan karang gigi. Pembentukan karang gigi dimulai dengan
pengendapan garam kalsium fosfat yang dapat terjadi apabila lingkungannya
mempunyai ph tinggi yang basa, sehingga plak dan sisa-sisa makanan menempel
pada permukaanya. Akibat adanya pengendapan kalsium fosfat dalam lingkungan
basah dapat memudahkan bakteri dalam menghasilkan amoniak yang mengandung
uriase. Hasil dari metabolisme bakteri ini berupa gas atau senyawa sulful yang
mudah menguap sehingga dapat menyebabkan bau mulut ( Wibisono, 2008 ).
Kalkulus dikenal sebagai keadaan
klinis yang berhubungan dengan penyakit periodontal. Sejak abad ke-10 , Abu
Casis dan Cordova telah mendesain alat-alat scaling untuk membersihkan kalkulus
pada pasien dengan penyakit periodontal. Fauchard ( 1728 ) menyebutkan kalkulus
dengan nama “ tar-tar” oleh Slime yang terakumulasi pada permukaan gigi,
merupakan penyebab paling tinggi tanggalnya gigi akibat kelalaian membersihkan
gigi.
Karang gigi ( kalkulus ) adalah
suatu masa yang mengalami klasifikasi yang melekat yang menumpuk pada permukaan
gigi dan struktur-struktur keras lainya didalam mulut, biasanya kalkulus
terdiri dari bakteri termineralisasi. Kalkulus jarang ditemukan pada gigi susu
meskipun demikian pada usia 9 tahun kalkulus sudah dapat ditemukan pada
sebagian besar rongga mulut dan hampir seluruh rongga mulut individu dewasa ( Nurjannah
Neneng dkk, 2009 ).
b.
Penyebab Karang Gigi ( Kalkulus )
Penyebab karang gigi adanya kotoran
pada gigi atau plak terbentuk akibat aktifitas bakteri yang mengubah sisa gula
diatas permukaan email gigi. Plak sangat sulit dibersihkan, namun jika
dibiarkan menumpuk dapat memicu gangguan kesehatan mulut yang lain, akibatnya
dapat menyebabkan berbagai penyakit gusi seperti radang gusi yang ditandai
dengan gusi tampak kemerahan, agak membengkak dan sering berdarah saat
menggosok gigi ( Nurjannah Neneng dkk, 2009 ).
Hal ini dapat berlanjut menjadi
radang jaringan penyangga gigi lainnya ( periodontitis ) bila tidak segera dirawat.
Bila sudah tahap ini dapat menimbulkan gigi goyang karena jaringan penyangga
gigi sudah rusak. Merokok juga menyebabkan penyakit periodontal dan terjadinya
karang gigi yang bisa mengeras membentuk kalkulus selain itu merokok dapat
menyebabkan plak dan lubang gigi ( Mervyn G. Hardinge, 2006 ).
c.
Pembagian Karang Gigi ( Kalkulus )
Klasifikasi kalkulus yang ada hubungannya dengan gingival
margin :
1.
Kalkulus Supra Gingival
Melekat
disebelah korona dari crest gingival margin dan dapat dilihat. Warnanya putih
kekuningan atau putih keabuan, klasifikasinya tergantung pada mineral-mineral
yang terdapat didalam saliva dan lebih banyak terdapat didaerah tempat
berkumpulnya saliva, misalnya pada daerah lingual gigi, daerah anterior bawah
dan permukaan bukal gigi molar rahang atas ( Sunaryo, 2008 )
Supra gingival kalkulus mempunyai konsentrasi
seperti tanah liat, warnanya dapat dipengaruhi oleh pigmentasi yang berasal
dari tembakau, makanan atau metabolisme bakteri. Pada kasus-kasus yang ekstrim
kalkulus dapat membentuk menutupi permukaan oklusi gigi yang tidak berfungsi ( Sunaryo,
2008 ).
2.
Kalkulus subgingiva
Melekat disebelah apical dari krest gingival margin didalam sulkus
gingival dan poket, tidak terlihat pada pemeriksaan. Untuk menentukan adanya
subgingiva kalkulus digunakan sonde. Konsentrasinya padat dank eras, warnanya
coklat tua atau hijau kehitam-hitaman. Bayangan warna ini dapat terlihat berupa
warna gelap membayang disekitar gingival margin. Klasifikasinya sebagian besar
berasal dari mineral-mineral yang terdapat didalam gingival ( Sunaryo, 2008 ).
d.
Komposisi Karang Gigi ( Kalkulus )
Komposisi karang gigi berfariasi sesuai dengan lamanya pembentukan.
Terdiri dari 80% masa anorganik, air dan matrik organik dari protein dan
karbohidrat. Fraksi anorganik terutama dari fosfat kalsium, dalam bentuk
hidroksid apatid, broside, whitlockite,dan fosfat okta kalsium. Selain itu juga
terdapat sejumlah kecil kalsium karbonat, magnesium fosfat dan flour. Kandungan
flour dari karang gigi adalah beberapa kali lebih besar dari pada didalam plak
( Manson, 2007 ).
e.
Pemeriksaan
Karang Gigi ( Kalkulus )
Maksud pemeriksaan adalah untuk
mengumpulkan data kebersihan gigi dan mulut yang selanjutnya merencanakan tindakan
promotif dan preventif :
No
|
Kriteria
|
Nilai
|
1.
|
Tidak ada karang gigi
|
0
|
2.
|
Pada permukaan gigi
ada karang gigi supra gingival yang menutupi gigi tidak lebih dari sepertiga
permukaan dari tepi gusi.
|
1
|
3.
|
a. Pada
permukaan gigi yang terlihat pada karang gigi supra, karena dua dari pertiga
permukaan dari tepi gusi.
b. Sekitar
bagian serfikal gigi terdapat sedikit karang gigi sub gingival.
|
2
|
4.
|
a. Pada
permukaan gigi yang diperiksa ada karang gigi supra gingival yang menutupi
permukaan gigi lebih dari dua pertiga permukaan dari tepi gusi.
b. Sekitar
bagian servikal gigi ada karang gigi sub gingival yang menutupi dan
melingkari seluruh bagian servikal.
|
3
|
1. Cara
pemeriksaan Calculus Indeks
Pemeriksaan dimulai dari bagian insisal
gigi.
a. Permukaan
gigi bersih, nilai = 0.
b. Kurang
dari sepertiga permukaan gigi (
dihitung
dari batas gusi )
terhadap karang gigi, nilai = 2.
c. Lebih
dari sepertiga tetapi kurang dari dua pertiga permukaan gigi ( dihitung dari batas gusi ) tertutup karang gigi,
nilai = 2.
d. Lebih
dari dua pertiga permukaan gigi (
dihitung
dari batas gusi )
tertutup karang gigi, nilai = 3.
Untuk memeriksa adanya karang gigi sub
gingival selalu dilakukan pada bagian A1 dari permukaan gigi.
e. Permukaan gigi bersih tetapi pada bagian
servikal ada bercak-bercak karang gigi, nilai = 2.
f. Permukaan
gigi bersih tetap pada bagian servikal ada karang gigi yang melingkari gigi
seperti sebuah pita, nilai = 3
2. Menghitung
Calculus Indeks ( CI )
Jumlah
Nilai Calculus
Calculus
Indeks =
Jumlah gigi yang diperiksa
3 0 0
Contoh = = DI = 3/6 = 0,5
0 0 0
f.
Cara
Mencegah Karang Gigi ( Kalkulus )
Karang gigi juga dapat dicegah agar
tidak muncul, beberapa usaha pencegahan kalkulus maupun karies gigi yang dapat
dilakukan melalui UKGS ini adalah ( Rara, 2006 dalam Elvan, 2013 ).
a). Menjaga kebersihan mulut dengan
cara menyikat gigi dua kali sehari, dapat mencegah pembentukan plak pada
permukaan email gigi.
b). Pembersihan sisa-sisa makanan
dari sela-sela gigi dengan menggunakan benang gigi ( dental floss ) atau sikat
interdental.
c). Memperbanyak minum air putih.
d). Mengurangi konsumsi makanan yang
mengandung gula dan tepung.
e). Dilakukan pemeriksaan gigi
secara berkala, 6 bulan sekali.
g.
Cara menghilangkan
atau membersihkan karang gigi
Karang gigi tidak dapat hilang bila
hanya dengan menggosok gigi atau berkumur dengan obat kumur. Untuk membersihkan
karang gigi tidak dianjurkan untuk membersihkan sendiri, karena dikhawatirkan
akan memperparah keadaan gigi. Pembersihan karang gigi memerlukan bantuan
dokter atau perawat gigi. Jika dilakukan dengan baik dan benar, pembersihan
karang tidak akan merusak gigi.
C.
Kerangka
Konsep
Kerangka
konsep adalah abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal khusus.
Konsep hanya dapat diamati atau diukur melalui konstruktur atau yang lebih
dikenal dengan nama variable. Variable adalah simbol atau lambang yang
menunjukan nilai atau bilangan dari konsep ( Notoatmojo, 2005 ).
Variabel terikat :
-
Karang gigi ( Kalkulus )
|
Variabel bebas :
-
Rokok
|
Variabel penganggu :
-
Tingkat pengetahuan
terhadap rokok, kesehatan gigi dan
mulut yang menyebabkan
terjadinya karang gigi
|
D.
Defenisi
Opersasional
Defenisi
operasional adalah defenisi yang didasarkan atas sifat-sifat variabel yang
diamati. Devenisi operasional mencakup hal-hal penting dalam penelitian yang
mengeluarkan penjelasan. Devenisi operasional bersifat spesifik, rinci, tegas
dan pasti yang mengambarkan karakteristik variabel-variabel dan hal-hal yang
dianggap penting. Devenisi operasional hanya berlaku pada area penelitian yang
sedang dilakukan ( W. Gede Merta, 2006 ).
NO
|
Variabel
|
Defenisi
operasional
|
Cara
ukur
|
Alat
ukur
|
Hasil
ukur
|
Skala
ukur
|
1.
2.
|
Pengetahuan tentang
kebersihan gigi dan mulut di Desa tolaku
Karang gigi
|
Pengetahuan tentang
masyarakat desa tolaku bagaimana cara memelihara kesehatan gigi dan mulut.
Suatu keadaan yang
menunjukan adanya karang gigi ditandai dengan adanya permukaan gigi yang
terasa kasar dan berwarna kekuning-kuningan, kecoklatan sampai kehitaman.
|
Wawancara
Pemeriksaan
|
Kuisioner
- ceklis
- diagnose
|
Baik > 35%
kurang baik < 15%
dan buruk 65%
- ada
- tidak ada
|
Ordinal
Nominal
|
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Penelitian
ini bersifat deskriptif yaitu untuk menegtahui gambaran penggunaan rokok
terhadap terjadinya kalkulus di desa Tolaku Kecamatan Wakorumba Selatan
Kab.Muna Tahun 2016.
B.
Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat
Penelitian
dilaksanakan di Desa Tolaku Kecamatan Wakorumba Selatan Kab.Muna Tahun 2016
a. Waktu
Adapun
waktu penelitian adalah dilaksanakan pada tanggal…….
C.
Populasi,
Sampel dan Sampling Penelitian
1. Populasi
Populasi
adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto 2010). Pada penelitian ini
populasi yang digunakan adalah keseluruhan masyarakat desa Tolaku Kecamatan
Wakorumba Selatan yang berjumlah 300 kepala keluarga.
2.
Sampel
Sampel adalah sebagian populasi yang
akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Hidayat 2009). Sampel dalam penelitian ini diambil dari total
populasi yang berjumlah 300 kepala keluarga yang menjadi sampel dalam penelitian
ini yaitu berjumlah 200 orang kepala keluarga masyarakat Desa Tolaku.
3.
Sampling
Teknik pengambilan sampel atau
teknik sampling adalah suatu cara pengambilan sampel yang representative dari
populasi (Sudjana 2005). Sampling yang dipakai dalam penelitian ini adalah
dengan teknik simple random sampling yaitu pengambilan secara acak populasi
dimana setiap anggota populasi memiliki peluang sama dipilih menjadi sampel.
Sampel yang akan digunakan sebanyak 300 orang yang
terdiri 200 orang yang sudah dianggap mewakili populasi. Jumlah sampel dalam
penelitian ini diperoleh dengan menggunakan rumus ( Dr. Supriyanto, M.Kes 2009 )
:
n=
keterangan :
N = Jumlah Populasi
n = Jumlah Sampel
d = tingkat kepercayaan (
0,05
)
n= 300 300
1 + 300
( (0,05) 2 ) 1,5
= 200
responden
D. Alat dan Bahan
Instrument
yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Alat :
-
Kaca mulut
-
Sonde
-
Pinset
-
Near bekken
-
Air kumur dan
gelas kumur
-
Masker dan
henscund
2. Bahan :
-
Kapas, alcohol,
batadine, tampon dan alat tulis menulis.
E.
Metode Pengumpulan Data
1.
Data Primer
Data primer adalah data yang diambil
secara langsung pada objek yang akan diteliti dengan Pengumpulan data dilakukan
dengan cara melakukan ( wawancara ) dan menggunakan lembar status untuk
mengumpulkan data-data kesehatan gigi terhadap responden yang terkait dengan
variabel penelitian.
2.
Data Sekunder
Data
sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari masyarakat desa
yaitu berjumlah berjumlah 300 kepala
keluarga di Desa Tolaku Kecamatan Wakorumba Selatan Kab. Muna.
Pengumpulan
data dilakukan dengan sosialisasi serta dilakukan wawancara kepada responden
dan menggunakan lembar status untuk mengumpulkan data-data kesehatan gigi
terhadap responden yang terkait dengan variabel penelitian.
F.
Cara Pengolahan Data
Proses pengolahan data dilakukan
dengan cara :
a. Editing
Editing ini dimaksud untuk
memperoleh data yang dapat diolah dengan baik sehingga menghasilkan informasi
yang benar. Kegiatan yang dilakukan adalah mengoreksi kesalahan-kesalahan dalam
pengisian atau pengolahan data.
b. Coding
Coding adalah usaha untuk
mengklasifikasikan jawaban atau hasil yang ada menurut macamnya klasifikasi
dilakukan dengan cara menandai masing-masing
jawaban dengan kode tertentu.
c. Tabulating
Data yang diperoleh kemudian
dikelompokan dan ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
No.
|
Pertanyaan
|
Jawaban
Pertanyaan
|
|
Ya
|
idak
|
||
1.
|
Apakah anda
mengetahui dampak buruk bagi perokok ?
|
|
|
2.
|
\\\\\
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar