PROPOSAL
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KUNJUNGAN BALITA KE POSYANDU DI PUSKESMAS NAPABALANO
KABUPATEN TAHUN 2016
Karya
Tulis Ilmiah
Diajukan sebagai
Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Pendidikan
di Akademi Kebidanan
Paramata Raha Kabupaten Muna
Oleh :
Ayu Intan Nuari
2013.IB.0005
YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE
AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA
KABUPATEN MUNA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi
dan sekaligus sebagai investasi, sehingga perlu diupayakan, diperjuangkan dan
ditingkatkan oleh setiap individu dan seluruh komponen bangsa agar masyarakat
dapat menikmati hidup sehat dan pada akhirnya dapat mewujudkan derajat
kesehatan masyarakat yang optimal. Hal ini perlu karena kesehatan bukanlah
tanggung jawab pemerintah saja, namun merupakan tanggung jawab bersama
pemerintah dan masyarakat (Kemenkes RI, 2011).
Sumber daya manusia yang sehat
dan berkualitas merupakan modal utama atau investasi dalam pembangunan
kesehatan. Dalam laporan UNDP (United
Nation Development Program) tahun 2011 menunjukkan bahwa pada tahun 2011
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia yaitu sebesar 0,617 dan menduduki
peringkat 127 dari 187 negara (Kemenkes RI, 2011).
Sejalan
dengan perkembangan paradigma pembangunan telah ditetapkan arah kebijakan
pembangunan kesehatan yang telah dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) bidang kesehatan. Kondisi pembangunan kesehatan diharapkan
mampu mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang ditunjukkan dengan membaiknya
indikator pembangunan sumber daya manusia, seperti meningkatnya derajat
kesehatan masyarakat dan status gizi masyarakat, meningkatnya tumbuh kembang
optimal kesejahteraan dan perlindungan anak, terkendalinya laju pertumbuhan
penduduk serta menurunnya kesenjangan antar individu, kelompok masyarakat dan
antar daerah dengan tetap lebih mengutamakan pada upaya prenetif, promotif
serta pemberdayaan keluarga dan mayarakat bidang kesehatan. Salah satu bentuk upaya pemberdayaan
mayarakat dalam bidang kesehatan adalah menumbuhkembangkan posyandu (Kemenkes
RI, 2011).
Pentingnya peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan masyarakat, telah diakui oleh
semua pihak. Hasil pengamatan, pengalaman lapangan sampai peningkatan cakupan
program yang dikaji secara statistik, semuanya membuktikan bahwa peran serta
masyarakat amat menentukan terhadap keberhasilan, kemandirian dan kesinambungan
pembangunan kesehatan.
Posyandu merupakan salah satu
bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang dikelola dan
diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan
pada msyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar, utamanya mempercepat
penurunan angka kematian ibu dan anak (Kemenkes RI, 2011).
Posyandu merupakan jenis UKBM yang paling berkembang di masyarakat dewasa
ini. Posyandu yang meliputi 5 program prioritas (KB, KIA, gizi, imunisasi dan
penanggulangan diare) memiliki peranan yang sangat penting karena terbukti
mempunyai daya ungkit besar terhadap penurunan angka kematian bayi (Depkes RI, 2005).
Indikator pemanfaatan posyandu
salah satunya dapat dilihat dari angka cakupan balita dibandingkan dengan
sasaran yang ada dalam wilayah posyandu tersebut. Cakupan D/S dimana D (jumlah balita yang datang
ditimbang) dan S (jumlah
sasaran semua balita). Balita yang
datang dan ditimbang diasumsikan telah mendapat pelayanan kesehatan di Posyandu
sesuai dengan standar. Indikator ini cukup sensitif dalam memotret upaya
pelayanan kesehatan balita di Posyandu (Depkes, 2011).
Cakupan pemanfaatan
posyandu dari tahun 2010 sampai tahun 2014 di Indonesia cenderung
meningkat. Cakupan balita ditimbang pada tahun 2014 di Indonesia sebesar 80,8%.
Sejak tahun 2010 sampai tahun 2013 cakupan penimbangan balita telah mencapai
target Renstra 2010-2013, namun pada tahun 2014 target Renstra sebesar 85%
tidak tercapai. Cakupan tertinggi terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Barat
dengan cakupan 91,2% dan Jawa Barat sebesar 90,2%. Sedangkan cakupan
penimbangan balita terendah terjadi di Provinsi Papua dan Papua Barat. (Kemenkes
RI, 2015).
Di Provinsi Sulawesi Tenggara,
tingkat partisipasi masyarakat dalam memanfaatkan Posyandu. Pada tahun 2013
cakupan pemanfaatan Posyandu provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 46,7%. Pada
tahun 2014 cakupan pemanfaatan Posyandu provinsi Sulawesi Tenggara naik menjadi
sebesar 66,68%. Angka ini juga masih berada dibawah target nasional sebesar 80%
(Kemenkes RI, 2015).
Pada tahun 2013, cakupan
pemanfaatan / kunjungan balita di Posyandu di Kabupaten Muna yakni sebesar 45%.
Pada tahun 2014, cakupan pemanfaatan/kunjungan balita di Posyandu Kabupaten Muna
berada dibawah target yakni sebesar 48%. Cakupan disebagian besar Puskesmas
yang ada di Kabupaten Muna belum mencapai target. Pada tahun 2015, cakupan
pemanfaatan kunjungan balita di Kabupaten Muna sebesar 54% (Dinkes Muna, 2016).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Napabalano, Pada
tahun 2012, cakupan pemanfaatan/kunjungan balita di Posyandu sebesar 62,72%.
Tahun 2013, cakupan pemanfaatan/kunjungan balita di Posyandu turun menjadi
sebesar 50,37%. Rata-rata persentase kunjungan Posyandu pada 10 posyandu yang ada sampai dengan bulan Oktober 2016 adalah sebesar 67,34% dari jumlah sasaran yang ada. Walaupun dalam 2 (dua) tahun terakhir, cakupan
kunjungan balita ke posyandu di wilayah kerja Puskesmas Napabalano berdasarkan
data yang ada menunjukkan trend yang meningkat namun perbandingan antara balita yang datang ke
Posyandu setiap tahunnya dengan jumlah sasaran balita masih berada di
bawah target yaitu minimal 80%. Kondisi ini menunjukkan bahwa sebagian besar posyandu di wilayah kerja Puskesmas Napabalano memiliki
persentase kunjungan balita yang rendah (Profil Puskesmas Napabalano, 2016)
Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Fitrah Pratiwi (2010), di Puskesmas Puuwatu yang
menyatakan bahwa pengetahuan dan jumlah balita dalam keluarga berhubungan
dengan kunjungan balita di Posyandu, sementara pekerjaan Ibu tidak berhubungan
dengan kunjungan balita di Posyandu. Penelitian lainnya yang
dilakukan Tondang (2005), di Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari yang
menyatakan bahwa pengetahuan ibu yang cukup tentang posyandu memiliki kunjungan
balita yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengetahuan ibu yang kurang
tentang posyandu. Tingkat pengetahuan ibu tentang kesehatan khususnya mengenai
pentingnya posyandu akan mempengaruhi pola perilaku ibu tersebut, sehingga dengan
adanya pengetahuan tersebut akan
memberikan motivasi untuk berperan serta dan aktif dalam kegiatan Posyandu (Fitrah
Pratiwi, 2010)
Ibu yang memiliki
pengetahuan cukup dan sikap yang
positif terhadap keberadaan posyandu cenderung lebih sering berkunjung ke Posyandu. Hal ini
disebabkan karena adanya pengetahuan tentang posyandu dan sikap yang positif, maka ibu memiliki
pemahaman dan kesadaran akan pentingnya manfaat Posyandu bagi anaknya, sehingga
ibu cenderung lebih aktif mengikuti kegiatan Posyandu, bukan hanya menganggap posyandu sebagai tempat
pelayanan imunisasi saja.
Menurut Gunarsa (1995) dalam Fitrah Pratiwi (2010) menyatakan
bahwa ibu yang tidak bekerja cenderung memiliki banyak waktu untuk mengasuh
anaknya. Banyaknya kesibukan orang tua karena bekerja tentu saja akan membuat
orang tua kesulitan dalam mengurusi anaknya. Sebaliknya, seorang ibu yang tidak
bekerja umumnya memiliki
cukup waktu untuk mengurus anak dan mengikuti kegiatan Posyandu yang penting
bagi anaknya (Fitrah Pratiwi, 2010).
Dukungan keluarga baik itu
dari suami atau anggota keluarga lain sangat penting dalam mendorong ibu untuk
memanfaatkan posyandu. Seorang
ibu yang kurang didukung oleh suami dan keluarganya dalam
memanfaatkan Posyandusebagai sarana
pemantauan tumbuh kembang balita akan berpengaruh pada tumbuh kembang balita tersebut. Oleh karena
itu dukungan keluarga sangat penting dalam mendorong ibu untuk membawa balitanya ke Posyandu. Sementara itu sikap petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan di
posyandu sangat mendukung keaktifan ibu berkunjung ke Posyandu. Apabila
ibu diperlakukan dengan tidak baik atau kurang mendapat perhatian cenderung
untuk mengabaikan saran dan nasehat dari pemberi pelayanan, maka ibu tidak mau
ke posyandu lagi (Tondang, 2005)
Posyandu merupakan
sarana yang tepat untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan balita. Cakupan
kunjungan balita di posyandu
yang rendah di Puskesmas Napabalano belum terungkap dengan baik dalam laporan
penelitian karena belum pernah
dilakukan penelitian sebelumnya, sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan posyandu.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “Faktor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan balita ke Posyandu diPuskesmas Napabalano Kabupaten Muna tahun 2016”.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang timbul berdasarkan latar belakang tersebut adalah apakah ada hubungan pengetahuan ibu, pekerjaan dan dukungan keluarga dengan kunjungan balita ke Posyandu di Puskesmas Napabalano Kabupaten Muna?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan kunjungan balita ke
Posyandu di Puskesmas Napabalano Kabupaten Muna.
2. Tujuan Khusus
a.
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan kunjungan balita ke Posyandu di Puskesmas Napabalano
Kabupaten Muna.
b.
Untuk mengetahui hubungan pekerjaan ibu dengan kunjungan balita ke Posyandu di Puskesmas Napabalano Kabupaten Muna.
c.
Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kunjungan balita ke Posyandu di Puskesmas Napabalano Kabupaten Muna.
D. Manfaat Penelitian
1.
Manfaat Praktis
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Muna dan Puskesmas Napabalano serta institusi terkait di
lingkungan pemerintah Kabupaten Muna dalam pengambilan kebijakan terutama terkait pengembangan posyandu.
2.
Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang teori
dan konsep tentang beberapa faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan posyandu, serta menjadi salah
satu bahan bacaan bagi yang memerlukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Tinjauan Umum Tentang Posyandu
Posyandu merupakan wadah peran serta masyarakat untuk
pelayanan kesehatan dasar dan merupakan tempat untuk membangun SDM usia dini.
Pengalaman membuktikan bahwa bila penyelenggaraan posyandu baik, maka upaya
untuk pemenuhan kebutuhan dasar pengembangan anak akan baik pula, seperi
tercapainya cakupan imunisasi yang tinggi dan peningkatan umur serta
peningkatan hidup (Kemenkes RI, 2011).
Peranan pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) melalui
Puskesmas dan Puskesmas pembantu makin efektif setelah di dukung oleh peran
serta masyarakat dalam bentuk Pos Pelayanan Terpadu yang lebih dikenal dengan
nama Posyandu. Posyandu merupakan bentuk peran serta masyarakat yang nyata
khususnya oleh pembinaan kesejahteraan keluarga (PKK) dan organisasi wanita
lainnya. Peningkatan peran serta tersebut memungkinkan Posyandu sebagai lembaga
masyarakat yang dapat berkembang dengan pesat (Kemenkes RI, 2011).
Posyandu merupakan jenis UKBM yang
paling masyarakat dewasa ini. Posyandu yang meliputi 5 program prioritas (KB,
KIA, gizi, imunisasi dan penanggulangan diare) terbukti mempunyai daya ungkit
besar terhadap penurunan angka kematian bayi (Depkes RI, 2005).
Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) merupakan
penyelenggaraan program kesehatan yang terpadu di suatu tempat pelayanan
kesehatan masyarakat yang diselenggarakan oleh masyarakat.
Program posyandu meliputi (Kemenkes
RI, 2011):
a.
Upaya pelayanan KIA
b.
Pelayanan imunisasi
c.
Pemberian tablet tambah darah, vitamin A dan obat
lainnya
d.
Pelayanan KB
e.
Program tambahan kesehatan lingkungan
Bentuk-bentuk pelayanan kesehatan minimal di posyandu adalah (Kemenkes RI, 2011):
a.
Bayi dan anak balita yang kegiatannya meliputi
penimbangan bulanan dan penyuluhan kesehatan dan gizi, pemberian vitamin A,
MP-ASI dan PMT, imunisasi dan pemantauan kasus lumpuh layu, identifikasi
penyakit, pengobatan sederhana dan rujukan diare dan radang paru-paru.
b.
Ibu hamil yang kegiatannya meliputi pemeriksaan
kehamilan, PMT ibu kurang gizi, pemberian tablet tambah darah, penyuluhan
tentang gizi dan kesehatan ibu.
c.
Ibu nifas/menyusui yang kegiatannya meliputi pemberian
kapsul vitamin A, PMT, pelayanan nifas bagi ibu dan bayinya, pemberian tablet
tambah darah, pelayanan KB, penyuluhan kesehatan dan gizi serta KB.
d.
Kegiatan tambahan yaitu program samijaga dan perbaikan
lingkungan pemukiman, bina keluarga balita, pemberantasan penyakit, usaha
kesehatan gigi masyarakat dan lain-lain.
Salah satu program dalam kegiatan Posyandu adalah
pelayanan imunisasi. Imunisasi adalah upaya memberikan imunitas atau kekebalan
tubuh kepada seseorang secara aktif dengan cara memberikan vaksin. Manfaat dari
pemberian imunisasi adalah agar anak kebal terhadap beberapa penyakit infeksi
berbahaya, dan jika tidak diberikan imunisasi, maka akan mudah terserang
penyakit yang seharusnya dapat dicegah dengan imunisasi (Tim Penggerak PKK,
2005).
Dalam pelayanan imunisasi, ada 5 jenis imunisasi yang
diberikan yaitu:
a.
Hepatitis B, untuk mencegah penyakit Hepatitis B dan
kerusakan hati. Diberikan sebanyak 3 kali.
b.
BCG, untuk mencegah penyakit TBC. Diberikan sebanyak 1
kali.
c.
Polio, untuk mencegah penyakit polio atau kelumpuhan.
Diberikan sebanyak 3 kali.
d.
DPT, untuk mencegah penyakit difteri, pertusis (batuk
rejan/batuk 100 hari) dan tetanus. Diberikan sebanyak 3 kali.
e.
Campak, untuk mencegah penyakit campak. Diberikan
sebanyak 1 kali. Bayi yang sudah diberikan semua jenis imunisasi tersebut maka
telah mendapatkan imunisasi lengkap (Depkes RI, 2008).
Tumbuh dan berkembangnya posyandu telah membawa dampak
yang amat luas, yang dapat digolongkan dalam 3 hal (Depkes RI, 2005):
a.
Berkembangnya posyandu telah mendorong tumbuhnya UKBM
lainnya seperti POD (Pos Obat Desa), Polindes (Pondok Bersalin Desa), Pos UKK (Upaya Kesehatan Kerja), UKGMD (Upaya
Kesehatan Gigi Masyarakat Desa), P2M-PKMD (Pemberantasan Penyakit Menular
dengan pendekatan PKMD), DPKL (Desa Percontohan Kesehatan Lingkungan, Dana
Sehat, dll.
b.
Di sisi lain, institusi posyandu yang menguat membuat
setiap program bahkan dari sektor lain, beramai-ramai memanfaatkan posyandu
sebagai ‘Entry point’ pelaksanaan
programnya. Penambahan program ini memang bertujuan untuk mengembangkan
posyandu, tetapi tentu saja membawa konsekwensi dalam aspek pembinaan.
c.
Makin banyaknya jumlah posyandu mendorong terjadinya
variasi tingkat perkembangan yang beragam. Ada sebagian posyandu telah mencapai
tingkat perkembangan yang sangat maju, di sisi lain masih banyak posyandu yang
berjalan tersendat bahkan kemudian tinggal papan nama.
Semua posyandu di data tingkat pencapaiannya, baik
dari segi pengorganisasian maupun pencapaian programnya. Tujuannya adalah
melakukan kategorisasi atau stratifikasi posyandu, yang bisa dikelompokkan
menjadi 4 tingkat, yaitu berturut-turut dari yang terendah sampai tertinggi
adalah sebagai berikut (Depkes RI, 1995):
a.
Posyandu pratama (Warna merah)
Posyandu pratama adalah posyandu yang masih belum mantap,
kegiatannya belum bisa rutin tiap bulan dan kader aktifnya terbatas.
b.
Posyandu madya (warna kuning)
Posyandu pada tingkat madya sudah mampu melaksanakan
kegiatan lebih dari 8 kali per tahun. Akan tetapi cakupan program utamanya (KB,
KIA, Gizi dan Imunisasi) masih rendah, yaitu kurang dari 50%. Ini berarti,
kelestarian kegiatan posyandu sudah baik tetapi masih rendah cakupannya.
c.
Posyandu purnama (warna hijau)
Posyandu pada tingkat ini adalah posyandu yang frekwensinya
lebih dari 8 kali per tahun, rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih,
dan cakupan 5 program utamanya (KB, KIA, Gizi dan Imunisasi) lebih dari 50%.
Sudah ada program tambahan bahkan mungkin sudah ada dana sehat yang masih
sederhana.
d.
Posyandu mandiri (warna biru)
Posyandu ini berarti sudah dapat melakukan kegiatan
secara teratur, cakupan 5 program utama sudah bagus, ada program tambahan dan
dana sehat telah menjangkau lebih dari 50% KK.
Dalam rangka meningkatkan kinerja posyandu yang
tersebar di seluruh wilayah di Indonesia, telah dibuat program yang disebut
dengan ‘Previtalisasi Posyandu’. Program ini dilaksanakan berpedoman pada surat
edaran Mendagri No. 411.3/536/SJ pada tahun 1999. program ini telah dijalankan
di seluruh Indonesia dan di dukung oleh berbagai instansi terkait lembaga
internasional seperti UNICEF. Kinerja posyandu menjadi salah satu ukuran
keberhasilan program ini termasuk menurunnya jumlah anak yang mengalami
kekurangan gizi (Kemenkes RI,
2011).
2. Tinjauan Umum Tentang Kunjungan Balita
Balita merupakan salah satu sasaran posyandu yang
cukup penting, oleh karena balita merupakan proporsi yang cukup besar dari
komposisi penduduk Indonesia, sehingga berdasarkan kenyataan di atas, analisis
tentang faktor-faktor yang mendorong balita berkunjung ke posyandu perlu di
lakukan.
Secara bivariat,
faktor-faktor yang berhubungan terhadap kunjungan balita ke posyandu adalah
faktor umur balita, tenaga penolong persalinan, kemampuan membaca, jumlah anak,
status pekerjaan ibu, ketersediaan waktu ibu untuk merawat anak. Secara
multivariate, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kunjungan balita ke
posyandu adalah umur balita, kemampuan ibu membaca, tenaga penolong persalinan
dan jumlah anak. Faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap kunjungan
balita ke posyandu adalah faktor umur, umur 1 hingga 12 bulan merupakan umur
yang paling berpengaruh terhadap kunjungan (Hasmar, 2012).
Pada umumnya balita atau anak-anak berumur 0 sampai 59bulan jarang di bawa ke BKIA (Balai
Kesehatan Ibu dan Anak) untuk mendapat pemeriksaan secara terarur, jarang pula
dimintakan nasehat mengenai kesehatan umum (makanan dan sebagainya). Golongan
umur 0 sampai 59bulan ini merupakan golongan dimana angka
kematian masih cukup tinggi, terdapat banyak penyakit infeksi dan investasi
cacing, terdapat frekuensi tertinggi daripada defisiensi kalori-protein dan defisiensi
vitamin A (seroftalmia dan sebagainya), oleh karena itu BKIA harus lebih
memperhatikan golongan umur dan menyadarkan
orang tua/ibu bahwa pengawasan teratur anak-anak umur 0-59bulansama pentingnya dengan pengawasan bayi.
3. Tinjauan Umum Tentang Balita
Balita adalah anak yang
berusia dibawah lima tahun termasuk bayi 1 – 12 bulan dan anak usia 1 – 4 tahun
yang belum mencapai ulang tahun ke – 5 (Kardjati, dkk, dalam Fitrah Pratiwi, 2010).
Balita adalah anak
yang usianya di bawah lima tahun (anak yang berusia 0 sampai kurang 1 hari dari
60 bulan). Ciri khas seorang anak balita adalah tumbuh kembang yang berpengaruh
terhadap kesehatannya. Kelompok anak balita menjadi istimewa karena menuntut
curahan perhatian yang intensif untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan
perkembangannya.
Balita merupakan
generasi yang perlu mendapat perhatian karena :
1.
Balita merupakan generasi penerus dan modal dasar untuk
kelangsungan hidup bangsa.
2.
Balita amat peka terhadap penyakit
3.
Tingkat kematian balita yang masih tinggi.
Masa balita adalah masa
tumbuh kembang yang amat pesat. Pada masa ini proses perubahan fisik, emosi dan
sosial anak berlangsung dengan cepat. Proses ini dipengaruhi oleh berbagai
faktor dari diri anak sendiri maupun lingkungannya. Tumbuh kembang anak pada
usia ini dapat dipantau melalui pengukuran fisiknya dan melalui pengamatan
sikap atau pengukuran fisiknya dan melalui pengamatan sikap atau perilaku anak.
Secara nasional telah ditetapkan standar ukuran fisik maupun perkembangan emosi
dan perilaku seorang anak yang dapat diperoleh melalui kartu seperti kartu
menuju sehat (KMS) sehingga diperoleh gambaran kondisi anak tersebut.
Setiap pertumbuhan yang serius dapat mempengaruhi
sistim yang tengah berkembang dan dapat menyebabkan keterlambatan pertumbuhan
dan perkembangan, kegagalan pertumbuhan dan perkembangan antara lain dapat
disebabkan oleh kekurangan gizi, penyakit infeksi, dan gangguan hormonal
(Nuralim, 2005).
Beberapa faktor
penyebab kematian maupun yang berperan dalam proses tumbuh kembang bayi dan
anak balita yaitu : diare, dan infeksi saluran pernapasan akut. Untuk itu
kegiatan yang dilakukan terhadap balita antara lain pemeriksaan penyakit
infeksi, pemeriksaan perlengkapan
kecerdasan, imunisasi, perbaikan gizi, dan pendidikan kesehatan pada orang tua
(Ristanto, 2005).
4. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi
setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengidraan
terjadi melalui panca indra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overbehavior).
Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif
mempunyai 6 tingkat, yakni:
1)
Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang
telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) terhadap
suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan
dan sebagainya.
2)
Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan didapat menginterpretasi materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus
dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
3)
Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat
diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan
sebaginya dalam konteks atau situasi yang lain.
4)
Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu
struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5)
Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6)
Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah
ada (Wawan, 2010)
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari
subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui
atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas (Wawan,
2010).
Perubahan
Pengetahuan sendiri memerlukan beberapa tingkatan mulai dari yang sederhana
sampai yang kompleks, yaitu ; Pengetahuan dasar, Pengetahuan menyeluruh, penerapan, kemampuan
analisis, kemampuan menguraikan dan kemampuan evaluasi.
5.
Tinjauan
Umum Tentang Pekerjaan
Pekerjaan adalah mata pencaharian. Pekerjaan
memperoleh unsur ekonomis pada saat masyarakat menerapkan pembagian pekerjaan,
sekalipun pembagian masih dalam taraf kasar. Pada waktu orang tidak lagi merasa
mencukupi keperluan diri sendiri dan mulai menukar hasil kerja mereka, maka
pekerjaan itu menciptakan hubungan ekonomis dan sekaligus juga menciptakan
konflik ekonomis.
Pekerjaan adalah satu mata pencaharian untuk seseorang
dimana pekerjaan adalah dasar kelangsungan hidup ekonomisnya. Tetapi pekerjaan
juga menimbulkan modal ekonomi. Pekerjaan memberikan sarana supaya suatu
ekonomi dapat melestarikan diri, memberikan jalan untuk menghadapi resiko
kegiatan ekonomi dan dapat memupuk sumber-sumber untuk hari esok, terutama
sumber-sumber yang dibutuhkan untuk menciptakan pekerjaan di hari esok dan
dengan demikian memberikan nafkah pada manusia hari esok (Noor Nasry, 2008).
Menurut Anoraga (1995) dalam Noor Nasry, 2008, inti
pekerjaan sebenarnya adalah kesadaran manusia yang bersangkutan. Pekerjaan
dapat memungkinkan orang dapat menyatakan diri secara obyektif ke dunia ini,
sehigga ia dan orang lain dapat memandang dan memahami keberadaan dirinya.
Bekerja adalah kewajiban dan dambaan bagi setiap orang untuk memenuhi kebutuhan
hidup dan kehidupan sepanjang masa, selama ia mampu berbuat atau membanting
tulang, memeras keringat dan memutar otak.
Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang hendak
dicapai dan orang berharap bahwa aktivitas kerja yang dilakukan akan membawanya
pada suatu keadaan yang lebih memuaskan daripada keadaan sebelumnya, dengan
demikian dapat dikatakan bahwa pada diri manusia terdapat kebutuhan yang pada
saatnya membentuk tujuan yang mudah dicapai dan dipenuhinya, demi mencapai
tujuan-tujuan itu, orang terdorong melakukan suatu aktifitas yang disebut
kerja.
Keluarga merupakan
lingkungan pertama yang paling berperan dalam membentuk kepribadian anak.
Tetapi kadang tanpa disengaja orang tua kurang memberikan perhatian dan kasih
sayang kepada anaknya. Jumlah anak dalam keluarga dapat mempengaruhi
perkembangan anak. Pada keluarga yang hanya memiliki seorang anak, tentunya
perhatian yang akan diberikan akan sepenuhnya dicurahkan kepada anak
satu-satunya. Tetapi hal tersebut berbeda pada keluarga yang memiliki anak
lebih dari satu. Keuntungannya adalah, anak yang mempunyai kakak atau adik akan
lebih banyak bergaul dan belajar untuk berbagi. Belajar membagi kasih sayang
yang diperoleh dan terbiasa dengan perhatian yang harus dibagi bersama dengan saudara
lainnya. Tetapi, ada masalah lain yang harus dihadapi. Banyaknya kesibukan di
luar rumah karena pekerjaan dan terlebih lagi jika memiliki anak balita dengan
perbedaan umur yang tidak jauh berbeda, tentu saja orang tua akan mengalami
kesulitan dalam mengasuh anak.
6.
Tinjauan
Umum Tentang Dukungan Keluarga
Manusia membangun kehidupan keluarganya sebagai
bagian atau unit yang terkacil dari
masyarakatnya. Dalam kehidupan sehari - sehari keluarga mumpunyai ikatan yang
tidak dapat dipisahkan dengan alam lingkungannya dan masyarakat sekitarnya
untuk memenuhi keperluan hidupnya. Ada berbagai norma, pola tingkah laku dan
system nilai yang berlaku sebagai pengatur hubungan dalam sebuah keluarga,
sehingga tercipta suasana kekeluargaan yang harmonis, penuh kasih kesadaran,
tanggung jawab, dan kesetiaan untuk berkoban serta penuh kasih sayang satu sama
lainnya (Budi, 2007).
Keluarga
diharapkan mampu berfungsi untuk mewujudkan proses pengembangan timbal balik
rasa cinta, dan kasih sayang antara anggaota keluarga, antar kerabat, serta
antar generasi yang merupakan dasar keluarga yang harmonis. Karena sebagai unit
yang terkecil dari masyarakat, maka kedudukan keluarga menjadi inti yang paling
penting dari suatu masyarakat. Dengan demikian maka kehidupan suatu masyarakat
merupakan pantulan dari kehidupan sejumlah keluarga yang terikat dalamnya (Suryana, 2006)
Hubungan kasih sayang dalam keluarga merupakan suatu
keperluan bersama diantara para anggotanya sebagai jembatan komunikasi menuju
tangga yang bahagia. Dalam kehidupan yang diwarnai oleh kasih sayang, maka
semua pihak dituntut agar memiliki tanggung jawab, pengorbanan, saling tolong-
menolong, kejujuran, saling mempercayai, saling membina pengertian dan
keterbukaan, sehingga dapat tercipta suasana yang rukun dan damai dalam rumah
tangga. Suasana yang seperti ini merupakan media yang diperlukan tumbuh kembang
anak, disamping itu bapak/ibu dapat berkarya dengan tenang, sehingga dapat
berprestasi seperti yang diharapkan. Karena cinta kasih merupakan bagian hidup
dalam diri manusia dalam membangkitkan daya kreativitas manusia baik dalam
mencipta maupun menikmati hasil budaya (Suryana, 2006).
Sikap ibu dan ayah terhadap anak memenuhi kebutuhan
anak itu sendiri. Balita memerlukan cinta ibu tanpa syarat, yang tidak mengharapkan
imbalan atas ketidakberdayaan anaknya. Sedangkan ayah mempunyai sedikit
hubungan dengan anak pada tahun- tahun pertama hidupnya, dan pentingnya ayah
bagi anak pada masa awal ini tidak dapat dibandingkan dengan pentingnya ibu.
Balita memerlukan pengasuhan baik secara lahiriah juga secara kejiwaan.
Masa balita merupakan masa tumbuh kembang yang amat pesat dalam siklus hidup manusia. Pada masa ini proses perubahan fisik, emosi dan sosial
anak berlangsung dengan cepat. Proses ini dipengaruhi oleh berbagai faktor dari
diri balita sendiri maupun lingkungannya. Kegiatan pemantauan tumbuh kembang
pada balita dilakukan di Posyandu yang secara
nasioanal telah ditetapkan standar ukuran fisik maupun perkembangan emosi dan
perilaku seorang anak yang dapat diperoleh melalui kartu menuju sehat (KMS). Olehnya itu, dukungan keluarga merupakan
hal yang sangat penting terhadap pemantauan
tumbuh kembang balita ini dan sudah sepatutnya keluarga dapat terlibat
membantu dalam upaya pemanfaatan
Posyandu. Keluarga adalah unit terdekat dengan ibu yang bertindak selaku pendorong,
pemberi semangat dan perhatian agar mau memanfaatkan Posyandu.
Dukungan dan dorongan keluarga serta faktor emosional ibu terhadap keluarganya mempunyai
efek terutama kepada pemanfaatan
Posyandu. Hubungan baik dalam keluarga akan memberikan motivasi kepada ibu untuk membawa balitanya ke Posyandu
Dukungan keluarga pada dasarnya adalah bantuan yang bermanfaat secara emosional dan
memberikan pengaruh positif yang berupa informasi, bantuan instrumental, emosi,
maupun penilaian yang diberikan oleh anggota keluarga yang terdiri dari suami,
orang tua, mertua, maupun saudara lainnya (Budi, 2007).
Seorang ibu
yang kurang didukung oleh suami dan keluarganya dalam
memanfaatkan Posyandu sebagai sarana
pemantauan tumbuh kembang balita akan berpengaruh pada tumbuh kembang balita tersebut. Oleh karena
itu dukungan keluarga sangat penting dalam mendorong ibu untuk membawa balitanya ke Posyandu (Fitrah Pratiwi, 2010)
B.
Landasan Teori
Posyandu merupakan wadah peran serta masyarakat untuk pelayanan kesehatan
dasar dan merupakan tempat untuk membangun SDM usia dini. Pengalaman
membuktikan bahwa bila penyelenggaraan posyandu baik, maka upaya untuk
pemenuhan kebutuhan dasar pengembangan anak akan baik pula, seperi tercapainya
cakupan imunisasi yang tinggi dan peningkatan umur serta peningkatan hidup (Kemenkes RI, 2011).
Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengidraan terjadi melalui panca
indra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (overbehavior).
Pekerjaan adalah mata pencaharian. Pekerjaan memperoleh unsur ekonomis
pada saat masyarakat menerapkan pembagian pekerjaan, sekalipun pembagian masih
dalam taraf kasar. Pada waktu orang tidak lagi merasa mencukupi keperluan diri
sendiri dan mulai menukar hasil kerja mereka, maka pekerjaan itu menciptakan
hubungan ekonomis dan sekaligus juga menciptakan konflik ekonomis.
Dukungan keluarga pada
dasarnya adalah bantuan yang bermanfaat secara emosional dan memberikan
pengaruh positif yang berupa informasi, bantuan instrumental, emosi, maupun
penilaian yang diberikan oleh anggota keluarga yang terdiri dari suami, orang
tua, mertua, maupun saudara lainnya (Budi, 2007).
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi rendahnya kunjungan balita ke
Posyandu antara lain
pengetahuan, pekerjaan dan dukungan
keluarga. Jika seorang ibu tidak memiliki pengetahuan tentang Posyandu,
maka dia tidak akan tahu tentang pentinganya manfaat Posyandu bagi anaknya.
Seorang ibu yang memiliki banyak pekerjaan baik di rumah maupun diluar, maka
dia akan kesulitan untuk membawa anaknya ke Posyandu. Begitu pula dengan ibu yang didukung dengan baik oleh
suami/keluarga untuk membawa balitanya ke Posyandu diharapkan dapat
meningkatkan cakupan kunjungan balita ke Posyandu.
C. Kerangka Konsep
Untuk lebih mengetahui
hubungan antar variabel tersebut dapat dilihat pada kerangka konsep berikut
ini:
Pekerjaan Ibu
|
Kunjungan Balita
di Posyandu
|
Dukungan Keluarga
|
Pengetahuan
|
Keterangan :
|
|
Gambar 1. Bagan Kerangka Konsep
Penelitian
D.
Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini
adalah :
1. Pengetahuan
Ho Tidak ada hubungan antara pengetahuan
ibu dengan kunjungan balita
ke Posyandu di Puskesmas Napabalano Kabupaten Muna.
Ha Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kunjungan balita ke
Posyandu di Puskesmas Napabalano Kabupaten Muna.
2. Pekerjaan
Ho Tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu
dengan kunjungan balita ke Posyandu di Puskesmas Napabalano Kabupaten Muna.
Ha Ada hubungan antara pekerjaan ibu
dengan kunjungan balita ke Posyandu di Puskesmas Napabalano Kabupaten Muna
3. Dukungan
Keluarga
Ho Tidak ada hubungan antara dukungan
keluarga dengan kunjungan balita ke Posyandu di Puskesmas Napabalano Kabupaten Muna.
Ha Ada hubungan antara dukungan keluarga
dengan kunjungan balita ke Posyandu di Puskesmas Napabalano Kabupaten Muna.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional study yakni suatu
rancangan penelitian yang mempelajari dinamika korelasi antara sebab dengan
akibat pada saat yang bersamaan. Penggunaan
Cross Sectional Study dalam
penelitian ini dimaksudkan untuk
mengetahui hubungan pengetahuan,
pekerjaan ibu, dan dukungan
keluarga dengan kunjungan balita ke Posyandu di Puskesmas Napabalano Kabupaten Muna (Soekidjo, 2010).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada seluruh
Posyandu yang ada dalam wilayah kerja Puskesmas Napabalano Kabupaten
Muna. Waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus
2016.
C.
Subyek Penelitian
1. Populasi
Populasi
dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki balita (0-59
bulan) yang menjadi sasaran Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Napabalano Kabupaten Muna tahun 2016 yang
berjumlah 1070 ibu balita, yang tersebar di 6 desa (13 Posyandu).
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini
adalah ibu yang memiliki balita
(0-59 bulan) yang menjadi sasaran Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Napabalano Kabupaten Muna
tahun 2016 yang berjumlah 100 ibu. Jumlah sampel ditentukan mengunakan rumus sebagai
berikut :
Keterangan :
N = Besar
populasi
n = Besar sampel
d2 = Tingkat kepercayaan presisi (0,05)
Hasil perhitungan di dapatkan :
100
Penarikan sampel
dilakukan secara proportional random sampling
untuk mendapatkan perwakilan dari masing-masing unit dengan memakai rumus sebagai berikut :
Keterangan :
ni = Jumlah Sampel menurut Stratum
N = Jumlah Seluruh Populasi
n
= Jumlah sampel seluruhnya
Ni = Jumlah populasi menurut
stratum
D. Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif
No
|
Variabel
|
Definisi
Operasional
|
Kriteria
Obyektif
|
Alat ukur
|
Skala
|
1
|
Dependent
Kunjungan Balita ke Posyandu
|
Kunjungan Ke Posyandu adalah jumlah rata-rata
kunjungan balita ke Posyandu dalam 5 bulan terakhir
|
Cukup : Bila jumlah
kunjungan balita ke Posyandu adalah 4-5 kali dalam
5 bulan terakhir.
Kurang : Bila
jumlah kunjungan balita ke Posyandu adalah 4-5 kali dalam 5 bulan terakhir.
|
Kuesioner
|
Nominal
|
2
|
Independent
a. pengetahuan
|
Pengetahuan
adalah apa yang diketahui ibu balita tentang posyandu, manfaat posyandu,
tujuan posyandu dan pemahaman tentang Kartu Menuju Sehat (KMS).
|
Cukup : Jika jawaban responden benar ≥ 75% -100% dari nilai skor
jawaban.
Sedang : Jika
jawaban responden benar < 75% - 50%
dari nilai skor jawaban.
Kurang : Bila
jawaban responden benar < 50% dari
nilai skor jawaban
|
Kuesioner
|
Nominal
|
b. Pekerjaan
|
Pekerjaan
adalah kegiatan atau aktivitas ibu yang dilakukan sehari-hari sebagai mata
pencaharian yang mendatangkan
penghasilan.
|
Bekerja : Bila dalam
kegiatan sehari-hari selain ibu rumah tangga, juga ibu
bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), karyawan Swasta, Wiraswasta
Tidak bekerja : Bila dalam kegiatan sehari-hari ibu hanya bekerja
sebagai ibu rumah tangga.
|
Kuesioner
|
Nominal
|
|
|
c. Dukungan keluarga
|
Adalah adanya dukungan yang
diperoleh ibu dalam pemanfaatan Posyandu dari keluarga (Suami, Orang
tua dan anggota keluarga lainnya)
|
Ya :
Apabila ibu memperoleh dukungan dalam
pemanfaatan Posyandu dari keluarga (Suami, Orang
tua dan anggota keluarga lainnya).
Tidak :
Apabila tidak sesuai dengan kriteria di samping.
|
Kuesioner
|
Nominal
|
E.
Instrumen
Penelitian
Instrumen penelitian
adalah suatu alat
yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun
sosial yang diamati
secara spesifik. Instrumen
yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kuesioner
F.
Metode Pengumpulan Data
1. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer
adalah sumber data
yang langsung memberikan
data kepada pengumpul data. Dalam penelitian ini data primer diperoleh dengan menggunakan kuesioner.
b. Data Sekunder
Data
sekunder adalah sumber data
yang langsung memberikan
data kepada pengumpul data. Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dan dikumpulkan melalui
pemeriksaan dokumen dan arsip di Posyandu dan Puskesmas Napabalano yang berhubungan dengan penelitian.
G.
Pengolahan
dan Penyajian Data
1.
Pengolahan data
Pengolahan data dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
a. Tahap
editing
Dilakukan dengan
tujuan agar data yang diperoleh merupakan informasi yang benar. Pada tahap ini
dilakukan dengan memperhatikan kelengkapan jawaban dan kejelasan jawaban.
b. Pengkodean
data (Coding)
Merupakn suatu proses
penyusunan secara sistematis data mentah ke dalam bentuk yang mudah diolah dan
dianalisis dengan memberikan kode-kode dalam bentuk angka.
c. Memberikan
score (Scoring)
Dilakukan dengan
tujuan memberikan nilai pada jawaban-jawaban responden.
d. Pemindahan
data ke computer (Entering)
Entering adalah
memindahkan data yang sudah diubah menjadi kode ke dalam komputer.
e. Pembersihan
data (Cleaning)
Cleaning adalah
memastikan bahwa seluruh data yang dimasukkan ke dalam komputer sudah benar.
2.
Penyajian data
Data yang
telah diolah akan disajikan dalam bentuk table distribusi frekuensi dan table
analisis disertai narasi dan penjelasan
H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data
dilakukan secara manual dan elektronik
dengan sistem komputerisasi.
1. Analisis Univariat
Analisis univariat
adalah analisis terhadap satu variabel. Data dari masing-masing variabel
dianalisis dan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi.Analisis univariat
dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Dahlan, 2009) :
Keterangan
:
n : Hasil
persentase
X : Jumlah
karakteristik variabel
K :
Konstanta (100).
2.
Analisis
Bivariat
Analisis bivariat
dilakukan untuk melihat hubungan dua variabel yang meliputi variabel bebas dan
terikat. Dilakukan analisis data dengan menggunakan uji statistic non
parametric dengan teknik chi-square (x²).
Hipotesis yang akan diuji adalah hipotesis nol (Ho)
dengan kemaknaan 0,05 yang menggunakan uji statistic Chi Square, dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
n(|ad-bc| -½ n)2
X2=
(a+b)(a+c)(b+d)(c+d)
Dimana :
X2 : hasil uji chi square
n : Jumlah sampel
Dinyatakan berhubungan bila Χ2 hitung lebih besar dari Χ2 tabel atau bila menggunakan komputerisasi jika nilai
ρ lebih kecil dari 0.05 (ρ < 0.05), maka Ho ditolak.
Apabila ada frekuensi harapan kurang dari 5 maka
menggunakan Uji Fisher Exact Tes,
dengan rumus :
r1!
r2! s1! s2!
XP =
N!a!b!c!d!
Sedangkan untuk mengetahui kekuatan hubungan
digunakan uji koefisien phi dengan
rumus sebagai berikut :
X2
Φ = N
Keterangan :
Φ = Nilai Chi-Square atau Fisher’s Exact
N =
Besar Populasi
Dengan interpretasi sebagai berikut :
0.01 – 0.25 = Hubungan lemah
0,26 – 0,55 = Hubungan sedang
0,56 – 0,75 = Hubungan kuat
0,76 – 1,00 = Hubungan sangat kuat.
I.
Rencana
Penelitian
Tabel
Rencana Penelitian
No
|
Kegiatan
|
Bulan
|
|||||||||||
Juni
|
Juli
|
Agustus
|
|||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1.
|
Survey awal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
|
Pembuatan proposal penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3.
|
Presentasi proposal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4.
|
Pengumpulan data
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5.
|
Pengolahan data / analisis data
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6.
|
Penyusunan laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7.
|
Presentasi / seminar hasil
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
LAMPIRAN 1 : Kuisioner Penelitian
KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN BALITA
KE POSYANDU DI PUSKESMAS NAPABALANO
KABUPATEN MUNA TAHUN 2016
DIISI OLEH PENELITI
|
No Responden :………………………..
Jawablah pertanyaan-pertanyaan
berikut sesuai dengan petunjuk pada jawaban yang menurut anda benar, tepat
dan sesuai.
Kami menjamin
jawaban yang anda berikan akan kami jamin kerahasiaannya dan hanya
digunakan untuk kepentingan penelitian.
|
A. Karakteristik Responden
Nama :
………………………..
Umur :
…………Tahun
Pekerjaan
Ibu : ………………………..
Pendidikan Terakhir : 1. SD 2. SMP 3. SMA 4.
PT
Jumlah
Anak Balita : …………Orang
Alamat : ………………………..
B. Pengetahuan
( Berilah tanda (√) pada kolom yang tersedia dan pilih
sesuai dengan jawaban anda)
Ada 2 alternatif jawaban, yaitu :
Benar (B)
Salah (S)
No
|
Pertanyaan
|
B
|
S
|
1.
|
Posyandu adalah unit pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibimbing oleh petugas
kesehatan.
|
|
|
2.
|
Posyandu bertujuan untuk menurunkan angka kematian
ibu dan anak.
|
|
|
3.
|
Manfaat posyandu adalah untuk memelihara kesehatan
bayi dan balita, ibu menyusui, ibu hamil serta Pasangan Usia Subur (PUS).
|
|
|
4.
|
Kegiatan posyandu di laksanakan setiap 2 bulan
sekali.
|
|
|
5.
|
Dalam pelaksanaan posyandu, ada 5 program utama yang
dilakukan, yaitu KB, KIA, gizi, imunisasi dan diare.
|
|
|
6.
|
Posyandu memberikan pelayanan kesehatan dengan biaya
murah.
|
|
|
7.
|
Manfaat imunisasi adalah untuk melindungi bayi dan
balita dari beberapa penyakit infeksi berbahaya, mencegah kecatatan dan
kematian.
|
|
|
8.
|
Ada 3 macam imunisasi yaitu Hepatitis B, Polio, dan
Campak.
|
|
|
9.
|
Imunisasi lengkap harus diberikan kepada anak
berumur dibawah 5 tahun.
|
|
|
10.
|
KMS adalah kartu untuk mencatat dan memantau tumbuh
kembang balita.
|
|
|
11.
|
KMS berfungsi untuk memantau status pertumbuhan dan
perkembangan anak dengan melihat garis pertumbuhan berat badan anak dari
bulan ke bulan.
|
|
|
12.
|
Balita yang berumur 3-5 tahun tidak perlu lagi
datang ke posyandu.
|
|
|
13.
|
Kader berfungsi untuk membantu petugas kesehatan
dalam pelaksanaan posyandu.
|
|
|
14.
|
Dalam pelaksanaannya, posyandu hanya terdiri dari 1
meja pelayanan.
|
|
|
15.
|
Selain imunisasi, kegiatan Posyandu juga memberikan
tablet tambah darah, pemberian vitamin A, Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
serta pelayanan KB.
|
|
|
|
|
|
|
C.
Pekerjaan ibu
1. Apakah pekerjaan yang sedang ibu tekuni
saat ini bersifat menetap ?
a.
Ya b. Tidak
2. Apakah ditempat kerja ibu menetapkan jam
kerja?
a.
Ya b. Tidak
Jika Iya, berapa jam ibu bekerja ............................., Jam......
s/d Jam .........
3. Apakah pekerjaan yang menjadi
tanggungjawab ibu tidak bisa didelegasikan kepada orang lain, terutama pada
saat posyandu?
a.
Ya b. Tidak
D.
Dukungan Suami/Keluarga
1.
Apakah
suami/keluarga selalu mengingatkan untuk ke Posyandu?
a.
Ya b. Tidak
2.
Apakah
suami/keluarga selalu mengantar/menemani ke Posyandu?
a.
Ya b. Tidak
3.
Apakah
suami/keluarga mengetahui manfaat posyandu?
a.
Ya b. Tidak
4.
Apakah
suami/keluarga bersedia menggantikan untuk mengantar anak balita ke posyandu
jika ibu sibuk/tidak sempat keposyandu?
a.
Ya b. Tidak
5.
Apakah
suami/keluarga lebih mementingkan urusan lain ketimbang ke Posyandu?
a.
Ya b. Tidak
E. Kunjungan balita ke posyandu
Berapa kali
ibu membawa anak ibu ke posyandu dalam 5 bulan terakhir ?
..................... kali
DAFTAR PUSTAKA
Budi, R. 2007. Hubungan Pengetahuan,
Sikap dan Tindakan Ibu terhadap Pemanfaatan
Posyandu di Puskesmas Makkasau Kota Makassar. Skripsi, Tidak
diterbitkan, STIK Tamalatea Makassar
Dahlan, Sopiyudin, 2009, Statistik Untuk Kedokteran
Dan Kesehatan, edisi 4,
Penerbit Salemba Medika :
Jakarta
Dahlan, Sopiyudin, 2010, Besar
Sampel dan Cara Menentukan Besar Sampel, edisi 3, Penerbit Salemba
Medika, Jakarta
Depkes RI, 1995. ARRIF Pedoman Manajemen Peran Serta
Masyarakat. Depkes RI. Jakarta.
________, 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No 128/kepmenkes/2004. Depkes RI. Jakarta.
_________, 2006. “Pelayanan
Puskesmas”. www.depkes.go.id. Diakses
4 Maret 2012. Jakarta.
________, 2008. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Depkes RI.
Jakarta.
________, 2011, Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu, Jakarta
________, 2013, Profil Kesehatan
Indonesia Tahun 2014, Jakarta
________, 2014, Profil Kesehatan
Indonesia Tahun 2015, Jakarta
Dinkes Provinsi Sultra. 2015.
Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara. Kendari.
Dinkes Muna, 2016. Data Kunjungan Posyandu Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe
Tahun 2015.Raha.
Dinkes Kendari. 2006a. Peran Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu.
Dinkes Kota Kendari. Kendari.
Dinkes Kendari. 2006b. Teknis Pelaksanaan Posyandu Di Kota Kendari.
Dinkes Kota Kendari. Kendari.
Fitrah Pratiwi. 2009. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kunjungan Ibu Balita Ke Posyandu Di Puskesmas Puuwatu Kota Kendari
Tahun 2009. Skripsi. IKM Universitas Haluoleo. Kendari.
Nasry Noor, Nur, 2008, Epidemiologi,
Penerbit PT. Rineka Cipta, Jakarta
Primisasiki, Rita. 2007. Mengenal
Penyakit Penyakit Balita dan Anak. Sunda Kelapa Pustaka. Jakarta.
Puskesmas Napabalano,
2016. Profil Puskesmas Lambuya Tahun 2015. Tampo
Razak, Amran, 2005, Permintaan Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Pesisir, Kalammedia Pustaka, Makassar.
Ristanto. 2006. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kunjungan
Balita Ke Posyandu di
desa Kalibalik , Kecamatan Limpung, Kabupaten Batang. Skripsi. FKM UNDIP. Semarang.
Ridwan, Bahan Ajar Penelitian Kualitatif, Jurusan PKIP, Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Hasanuddin, Makassar, 2004.
Soekidjo, 2005, Promosi
Kesehatan Teori dan Aplikasi, Jakarta: Rineka Cipta.
________. 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat : Ilmu dan Seni. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
________. 2010. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Penerbit Rineka
Cipta. Jakarta.
Suryana, Ahmad, 2006. Pemberdayaan
Ekonomi Keluarga dalam Rangka Meningkatkan Ketahanan Pangan, RI Lokakarya
Ketahanan Pangan Rumah Tangga, 26-30 mei 2006, Yogyakarta.
Sugiyono. 2010. Metodologi Penelitian Kualitati Kuantitatif dan R & D.
Penerbit CV. Alfabeta. Bandung.
Tim Penggerak PKK. 2005. Buku
Pegangan Kader Dalam Imunisasi. Tim Penggerak PKK / UNICEF. Jakarta.
Tondang, Rinasari. 2005. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kunjungan Balita Ke Posyandu Di Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari. Skripsi.
Universitas Haluoleo. Kendari.
Wawan, 2010,Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan
Prilaku Manusia, Jogjakarta ; Penerbit Nuha Medika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar