entrepreneurship sangatlah luas. Begitu luasnya hingga ia bisa diaplikasikan dalam berbagai bidang kehidupan. Di antaranya ialah bidang infopreneurship. Sementara itu, orang yang bergerak di dalam bidang ini dinamai infopreneur.
Pertama-tama, mungkin Anda belum sepenuhnya paham makna infopreneurship dan infopreneur. Seperti kita sudah ketahui, kata ini dibentuk dengan menggabungkan informasi dan entrepreneurship. Secara harafiah, artinya ialah entrepreneurship yang diaplikasikan dengan menggunakan informasi sebagai pondasi bisnisnya. Kevin Riley mendefinisikannya sebagai seseorang yang mengukur risiko memulai dan menjalankan usaha yang mengkhususkan diri pada pendirian dan penjualan produk informasi. Sementara itu, Wikipedia menjelaskan infopreneur sebagai seseorang yang bisnis utamanya ialah mengumpulkan dan menjual informasi elektronik. Jadi dapat disimpulkan bahwa infopreneur adalah seseorang yang mengumpulkan informasi, mengemasnya menjadi sebuah produk dan membangun sebuah bisnis dengan menggunakan informasi yang ia kumpulkan untuk kemudian menjualnya kepada konsumen.
Mengapa Anda perlu mempertimbangkan peluang menjadi infopreneur? Alasannya sederhana, karena dengan menjadi infopreneur (yang biasanya bergerak di dunia maya) tingkat risiko menjadi relatif lebih rendah daripada bidang bisnis yang lain. Masih menurut Riley, biaya pendirian bisnis semacam ini tidak setinggi yang lain dan margin keuntungannya juga tidak kalah menggiurkan. Dengan kata lain, risikonya rendah.
Infopreneur erat kaitannya dengan Internet. Hal ini karena kebanyakan infopreneur sekarang bergerak di dunia digital. Hampir semuanya dilakukan secara online. Infopreneur masa kini lebih banyak bergerak di Internet sehingga tak aneh kalau Anda akan menjumpai mereka di website, blog, serta menjadi penerbit ebook dan sebagainya. Ini lain dengan generasi sebelumnya yang mengandalkan media lama seperti rekaman audio, CD, CD-ROM, video, siaran radio, konferensi, dan sebagainya.
Dan sebagai pengetahuan, kata infopreneur ternyata sudah didaftarkan sebagai merek dagang jauh sebelum era Internet melanda dunia. Harold F. Weitzen di tahun 1984 adalah orang yang pertama kali mendaftarkannya sebagai trademark.
Terdapat 2 jenis infopreneur. Pertama ialah mereka yang menjual informasi yang telah dikumpulkan sendiri dan yang kedua, mereka yang mendapatkan komisi dari menjual informasi yang mereka sendiri tidak tahu (karena mereka tidak terlibat langsung dalam pengumpulannya). Jenis kedua dapat disebut sebagai seorang penyalur/ bandar informasi.
Untuk bisa sukses menjadi infopreneur di era Internet, seseorang sedikit banyak perlu akrab dengan dunia teknologi informasi karena dengan begitu ia bisa menjelajahi berbagai kemungkinan untuk memaksimalkan kinerja bisnisnya. Biasanya seorang infopreneur dapat menjaring laba dari bisnisnya dengan menarik sebanyak mungkin pengguna Internet ke websitenya. Ia bisa menggunakan cara organik atau memanipulasi sedemikian rupa agar situsnya tampil di halaman pertama mesin pencari.
Infopreneur perlu mengetahui bagaimana caranya membangun website yang kuat dan solid dalam hal informasi yang disajikan serta menarik dalam hal desain dan tampilan. Mengetahui konfigurasi kata kunci META dan deskripsi yang secara akurat menggambarkan halaman web yang ia miliki juga menjadi faktor penting keberhasilan.
Meski dikatakan sebelumnya bahwa Anda perlu akrab dengan dunia TI untuk sukses sebagai infopreneur, Anda tidak perlu bersusah payah jika tidak memiliki banyak waktu dan tenaga memperdalam aspek teknis tersebut. Anda bisa menggandeng seorang mitra yang memiliki kompetensi dalam bidang TI.
Beberapa sosok infopreneur yang banyak dikenal di dunia ialah Michael Arrington (pendiri dan co-editor blog TechCrunch), Darren Rowse (blogger terkemuka dari Australia dengan problogger.net) dan John Chow (pendiri dan CEO TTC Media, Inc). (*Akhlis)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar