BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sorgum ( Sorghum spp.) adalah
tanaman serbaguna yang dapat digunakan sebagai sumber pangan, pakan ternak dan
bahan baku industri. Sebagai bahan pangan ke-5, sorgum berada pada urutan ke-5
setelah gandum, jagung, padi, dan jelai. Sorgum merupakan makanan pokok penting
di Asia Selatan dan Afrika sub-sahara.Keunggulan sorgum terletak pada daya
adaptasi agroekologi yang luas, tahan terhadap kekeringan, produksi tinggi,
perlu input lebih sedikit serta lebih tahan terhadap hama dan penyakit dibading
tanaman pangan lain.
Sorgum terdiri dari beberapa
varietas dengan kandungan nutrisi yang berbeda-beda. Dengan adanya berbagai
varietas tanaman sorgum maka kualitas yang ada pada daun tanaman ini untuk
tiap-tiap varietas kemungkinan besar berbeda, sehingga untuk pemanfaatannya
sebagai pakan perlu mengetahui kandungan nutrisi tanaman sorgum dari varietas
yang tepat pakan yang dihasilkan tanaman sorgum di Sulawesi Selatan sehingga
perlu danya analisis untuk pemanfaatannya sebagai pakan dengan pemilihan
varietas yang tepat.
Kandungan nutrisi tanaman sorgum ini setara dengan tanaman jagung, sebagai bahan pangan maupun sebagai pakan. Tanaman sorgum juga memiliki kelebihan dapat dipanen 2-3 kali dalam sekali tanam. Sorgum merupakan tanaman penghasil pakan hijauan sekitar 15-20 ton/ha/th dan pada kondisi optimum dapat mencapai 30-45 ton/ha/th dalam bentuk bahan segar. Tanaman sorgum, mempunyai keistimewaan lebih tahan terhadap kekeringan dan genangan bila dibandingkan dengan tanaman palawija lainnya serta dapat tumbuh hampir disetiap jenis tanah. Kendati kandungan nutrisi sorgum yang tinggi, saat ini belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Hal ini dikarenakan sorgum sendiri belum mencapai taraf pengembangan yang memuaskan. Nilai jual sorgum dilihat belum potensial sebagaimana produk serealia yang lain seperti beras, jagung, gandum dan kacang-kacangan. Pemanfaatan sorgum oleh petani sendiri masih terkendala dengan kelengkapan fasilitas yang diperlukan seperti mesin pemecah biji dan peralatan pengolahan pascapanen lainnya. Biji sorgum sulit dikupas sehingga diperlukan perbaikan teknologi penyosohan. Kesulitan ini pun dialami Maria Loretha yang harus bersusah payah mendapatkan penggilingan beras di pedalaman Pulau Adonara yang mau menyosoh sorgum hasil panen pertamanya.
Kandungan nutrisi tanaman sorgum ini setara dengan tanaman jagung, sebagai bahan pangan maupun sebagai pakan. Tanaman sorgum juga memiliki kelebihan dapat dipanen 2-3 kali dalam sekali tanam. Sorgum merupakan tanaman penghasil pakan hijauan sekitar 15-20 ton/ha/th dan pada kondisi optimum dapat mencapai 30-45 ton/ha/th dalam bentuk bahan segar. Tanaman sorgum, mempunyai keistimewaan lebih tahan terhadap kekeringan dan genangan bila dibandingkan dengan tanaman palawija lainnya serta dapat tumbuh hampir disetiap jenis tanah. Kendati kandungan nutrisi sorgum yang tinggi, saat ini belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Hal ini dikarenakan sorgum sendiri belum mencapai taraf pengembangan yang memuaskan. Nilai jual sorgum dilihat belum potensial sebagaimana produk serealia yang lain seperti beras, jagung, gandum dan kacang-kacangan. Pemanfaatan sorgum oleh petani sendiri masih terkendala dengan kelengkapan fasilitas yang diperlukan seperti mesin pemecah biji dan peralatan pengolahan pascapanen lainnya. Biji sorgum sulit dikupas sehingga diperlukan perbaikan teknologi penyosohan. Kesulitan ini pun dialami Maria Loretha yang harus bersusah payah mendapatkan penggilingan beras di pedalaman Pulau Adonara yang mau menyosoh sorgum hasil panen pertamanya.
Produksi sorgum di Indonesia masih
sangat rendah, bahkan secara umum produk sorgum belum tersedia di pasar-pasar.
Terkait dengan energi, di beberapa negara seperti Amerika, India dan Cina,
sorgum telah digunakan sebagai bahan baku pembuatan bahan bakar etanol
(bioetanol). Secara tradisional, bioetanol telah lebih lama diproduksi dari
molases hasil limbah pengolahan gula tebu (sugarcane). Walaupun harga molases
tebu relatif lebih murah, namun bioetanol sorgum dapat berkompetisi. Aspek
Ekonomi dan Botani Sorgum.
Sorgum termasuk tanaman rumputan
kekar dengan tinggi mencapai 0,5 - 6 m. Batang tunggal, padat tanpa rongga, dan
di bagian tengahnya terdapat berkas-berkas pengangkut. Daun mempunyai panjang
30 - 135 cm, dan lebar 1,5 - 15 cm. Sistem perakaran memanjang sampai kedalaman
1,5 m ke dalam tanah, dimana 90% dari jumlah akar terletak pada kedalaman
sampai 90 cm dari permukaan tanah. Biji sorgum berbentuk bola dan mempunyai
warna yang bervariasi, dari putih, kuning pucat, merah, cokelat, sampai cokelat
tua keunguan. Keberhasilan perkecambahannya selain dipengaruhi oleh lingkungan
(suhu, air, cahaya, dan sebagainya) juga dipengaruhi oleh keadaan biji (penuaan
pada saat panen, penyimpanan, ukuran dan berat biji). Daun sorgum berbentuk
lurus memanjang. Biji sorgum berbentuk bulat dengan ujung mengerucut, berukuran
diameter sekitar 2 mm. Satu pohon sorgum mempunyai satu tangkai buah yang
memiliki beberapa cabang buah. Produktivitas sorgum di Indonesia sangat
berfluktuatif. Hal ini dikarenakan budidaya tanaman dan pengelolahan pasca
panen sorgum belum stabil.
Sorgum mempunyai prospek yang cukup
baik untuk dikembangkan di Indonesia sebagai tanaman penghasil bahan pangan dan
pakan ternak. Sistem pengolahan tanah bagi sorgum sebaiknya dilakukan seperti
halnya pengolahan tanah pada jagung. Waktu tanam sorgum sebaiknya diatur dengan
baik agar pembungaan tanaman terjadi pada saat hujan mulai kurang dan pemasakan
biji bersamaan pada musim kemarau.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi
Tanaman Sorgum
Klasifikasi Taksonomi Tanaman Sorgum
(Anonim, 2012):
Kingdom : Plantae/tumbuhan
Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
Kelas
:
Liliopsida (berkeping satu/monokotil)
SubKelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus : Sorghum
Spesies : Sorghum bicolor (L.) Moench
Tanaman sorgum merupakan tanaman yang
termasuk ke dalam famili graminae yang mampu tumbuh tinggi hingga 6 meter.
Bunga sorgum termasuk bunga sempurna
dimana kedua alat kelaminnya berada di dalam
satu bunga. Bunga sorgum merupakan bunga tipe panicle (susunan bunga
di tangkai). Rangkaian bunga sorgum
berada di bagian ujung tanaman. Bentuk
tanaman ini secara umum hampir mirip dengan jagung, yang membedakan adalah tipe bunga dimana jagung memiliki
bunga tidak sempurna, sedangkan sorgum bunga sempurna.Tanaman sorgum memiliki
akar serabut. menyatakan bahwa sorgum merupakan tanaman biji berkeping satu
tidak membentuk akar tunggang dan hanya
akar lateral. Sistem perakarannya
terdiri atas akar-akar seminal (akar-akar primer) pada dasar buku
pertama
pangkal batang, akar-akar koronal (akar-akar pada pangkal batang yang tumbuh ke arah atas) dan akar udara (akar-akar yang tumbuh dipermukaan tanah).Tanaman sorgum membentuk perakaran sekunder 2 kali lipat dari jagung, (Rismunandar, 2006).
pangkal batang, akar-akar koronal (akar-akar pada pangkal batang yang tumbuh ke arah atas) dan akar udara (akar-akar yang tumbuh dipermukaan tanah).Tanaman sorgum membentuk perakaran sekunder 2 kali lipat dari jagung, (Rismunandar, 2006).
Tanaman sorgum (Sorghum bicolor L.
Moench) merupakan tanaman graminae yang mampu tumbuh hingga 6 meter. Bunga
sorgum termasuk bunga sempurna dimana kedua alat kelaminnya berada di dalam
satu bunga. Pada daun sorgum terdapat lapisan lilin yang ada pada lapisan
epidermisnya. Adanya lapisan lilin tersebut menyebabkan tanaman sorgum mampu
bertahan pada daerah dengan kelembaban sangat rendah (Kusuma dkk., 2008).
Pentingnya tanaman sorgum tersebut
menyebabkan perkembangan pemuliaan tanaman ini berkembang cukup pesat.
Pemuliaan tanaman sorgum lebih diarahkan pada tinggi tanaman, hasil, ketahanan
terhadap hama penyakit, kualitas dan mutu biji. Berdasarkan bentuk malai dan
tipe spikelet, sorgum diklasifikasikan ke dalam 5 ras yaitu ras Bicolor,
Guenia, Caudatum, Kafir, dan Durra. Ras Durra yang umumnya berbiji putih
merupakan tipe paling banyak dibudidayakan sebagai sorgum biji (grain sorgum)
dan digunakan sebagai sumber bahan pangan. Diantara ras Durra terdapat varietas
yang memiliki batang dengan kadar gula tinggi disebut sebagai sorgum manis
(sweet sorghum). Sedangkan ras-ras lain pada umumnya digunakan sebagai
biomasa dan pakan ternak. Program pemuliaan sorgum telah berhasil memperoleh
varietas dengan kandungan gula yang tinggi (sweet sorghum) sehingga dapat
menggantikan tanaman tebu sebagai penghasil bahan pemanis. Sorgum manis
tersebut telah berhasil dibudidayakan di China sebagai bahan pembuat biofuel
(Kusuma dkk., 2008). Sorgum merupakan tanaman dari keluarga Poaceae dan marga
Sorghum. Sorgum sendiri memiliki 32 spesies. Diantara spesies-spesies tersebut,
yang paling banyak dibudidayakan adalah spesies Sorghum bicolor (japonicum).
Tanaman yang lazim dikenal masyarakat Jawa dengan nama Cantel ini sekeluarga
dengan tanaman serealia lainnya seperti padi, jagung, hanjeli dan gandum serta
tanaman lain seperti bambu dan tebu. Dalam taksonomi, tanaman-tanaman tersebut
tergolong dalam satu keluarga besar Poaceae yang juga sering disebut sebagai
Gramineae/rumput-rumputan (Anas, 2011).
Sorgum telah dibudidayakan di Cina
selama lebih dari 5000 tahun dan sekarang roti dengan bahan sorgum merupakan
makanan paling penting di sebagian besar daerah kering di Afrika dan Asia
(Bouman, 1985). Bahan pangan biji sorgum dapat diolah menjadi berbagai macam
makanan. Tepung sorgum dapat diolah sebagai bahan dasar roti. Roti tawar yang
terbuat dari tepung sorgum tidak berbeda teksturnya dibandingkan roti yang
terbuat dari tepung terigu (Syam dkk., 1996).
Lingkungan tumbuh untuk tanaman
sorgum adalah optimum pada ketinggian tempat kurang lebih 0 – 500 m dpl.
Semakin tinggi tempat pertanaman akan semakin memperlambat waktu berbunga dari
tanaman sorgum. Temperatur yang dibutuhkan tanaman sorgum adalah 25°C – 27°C
adalah suhu terbaik untuk perkecambahan biji sorgum, sedangkan untuk
pertumbuhannya perlu suhu sekitar 23oC – 30°C dengan keasaman tanah atau pH
optimum tanah untuk pertumbuhannya sekitar 6.0 – 7.5. Sorghum dimanfaatkan
sebagai bahan pangan dan pakan ternak, memiliki kandungan nutrisi yang baik
bahkan kandungan proteinnya lebih tinggi daripada beras. Kandungan tersebut
adalah kalori (332 cal), protein (11,0 g), lemak (3,3 g), karbohidrat (73,0 g),
kalsium (28,0 mg), besi (4,4 mg), posfor (287 mg) dan vit B1 (0,38 mg)
(Laimehewira Jantje, 1997). Keunggulan sorgum terletak pada daya adaptasi
agroekologi yang luas, tahan terhadap kekeringan, produksi tinggi, perlu input
lebih sedikit serta lebih tahan terhadap hama dan penyakit dibanding tanaman
pangan lain seperti jagung dan gandum. Selain itu, tanaman sorgum memiliki
kandungan nutrisi yang baik, sehingga dapat digunakan sebagai sumber bahan
pangan maupun pakan ternak alternatif. Biji sorgum memiliki kandungan
karbohidrat tinggi dan sering digunakan sebagai bahan baku industri bir, pati,
gula cair atau sirup, etanol, lem, cat, kertas dan industri lainnya. Tanaman
sorgum telah lama dan banyak dikenal oleh petani Indonesia khususnya di daerah
Jawa Tengah, Jawa Timur, Maluku, NTB, dan NTT (Yanuwar, 2002).
BAB III
PEMBAHASAN
3.1.
Klasifikasi Tanaman Sorgum
Setelah dipanen bahan pangan secara fisiologi
masih hidup. Proses hidup ini perlu dipertahankan, tetapi sebaiknya jangan
dibiarkan berlangsung cepat. Jika proses hidup ini berjalan cepat, maka akan
terjadi kebusukan. Penanganan pascapanen yang baik akan menekan kehilangan (losses),
baik dalam kualitas maupun kuantitas, yaitu mulai dari penurunan kualitas
sampai komoditas tersebut tidak layak pasar (not marketable) atau tidak
layak dikonsumsi.
Bahan pangan yang tergolong pada
biji-bijian banyak sekali jenisnya, antara lain adalah jagung, padi, gandum,
sorgum, kedelai, kacang panjang, kacang hijau, kacang tunggak, berbagai jenis
kara, dan lain-lain. Secara individual, tiap biji-bijian mempunyai sifat-sifat
tersendiri yang spesifik Penanganan
pascapanen pada komoditas tanaman pangan yang berupa biji-bijian (cereal/grains),
ubi-ubian dan kacang-kacangan dilakukan penanganan berupa pemipilan/perontokan,
pengupasan, pembersihan, pengeringan (curing/drying), pengemasan,
penyimpanan, dan pencegahan serangan hama dan penyakit. Hal ini bertujuan untuk
mempertahankan komoditas yang telah dipanen dalam kondisi baik serta layak dan
tetap enak dikonsumsi serta dapat tahan agak lama jika disimpan.
Berdasarkan Laimeheriwa (1990)
tahapan penanganan pascapanen sorgum antara lain:
a. Pengeringan
Biasanya pengeringan dilakukan dengan
cara penjemuran selama ± 60 jam hingga kadar air biji mencapai 10 – 12 %.
Kriteria untuk mengetahui tingkat kekeringan biji biasanya dengan cara
menggigit bijinya. Bila bersuara berarti biji tersebut telah kering.
Apabila hari hujan atau kelembaban udara tinggi,
pengeringan dapat dilakukan dengan cara menggantungkan batang-batang sorgum di
atas api dalam suatu ruangan atau di atas api dapur.
b. Perontokan
Perontokan secara tradisional
dilakukan dengan pemukul kayu dan dikerjakan di atas lantai atau karung goni.
Pemukulan dilakukan terus menerus hingga biji lepas. Setelah itu dilakukan
penampian untuk memisahkan kotoran yang terdiri dari daun, ranting, debu atau
kotoran lainnya. Sejumlah biji dijatuhkan dari atas dengan maksud agar
kotorannya dapat terpisah dari biji dengan bantuan hembusan angin. Agar dicapai
hasil yang terbaik dan efisien dianjurkan agar menggunakan wadah supaya biji
tetap bersih, usahakan agar biji segera dirontokan setelah panen untuk mencegah
serangan tikus dan burung serta kadar air tidak boleh lebih dari 10 – 12 %
untuk mencegah pertumbuhan jamur.
c. Penyimpanan
Penyimpanan sederhana di tingkat
petani adalah dengan cara menggantungkan malai sorgum di ruangan di atas
perapian dapur. Cara ini berfungsi ganda yaitu untuk melanjutkan proses
pengeringan dan asap api berfungsi pula sebagai pengendalian hama selama penyimpanan.
Namun jumlah biji yang dapat disimpan dengan cara ini sangat terbatas. Bila
biji disimpan dalam ruangan khusus penyimpanan (gudang), maka tinggi gudang
harus sama dengan lebarnya supaya kondensasi uap air dalam gudang tidak mudah
timbul. Dinding gudang sebaiknya terbuat dari bahan yang padat sehingga
perubahan suhu yang terjadi pada biji dapat dikurangi. Tidak dianjurkan ruang
penyimpanan dari bahan besi karena sangat peka terhadap perubahan suhu. Sebelum
disimpan biji harus kering, bersih dan utuh (tidak pecah).
Tahapan pascapanen di atas masih
berlanjut pada tahap pengolahan. Pemanfataan sorgum menjadi produk olahan dapat
dibagi menjadi produk olahan setengah jadi dan produk olahan jadi. Produk
olahan setengah jadi atau intermediate product yang dimaksud ialah
pengolahan biji sorgum menjadi beras atau dikenal dengan istilah dhal
sorgum, pembuatan tepung dan pati sorgum. Sedangkan produk olahan jadi ialah
hasil olahan yang siap dikonsumsi.
3.2 Klasifikasi Tanaman Sorgum
3.2.1
Penyosohan biji sorgum
Penyosohan
biji sorgum dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu penyosohan secara
tradisional, penyosohan dengan mesin penyosoh tipe abrasif serta penyosohan
alkalis. Penyosohan dengan metode mekanis. Penyosohan biji sorgum varietas
AZU1-1 (AZ Unpad) dengan mesin penyosoh beras tipe abrasive selama 2 menit
memberikan hasil terbaik (rendemen 82.81%, biji utuh 98.04%, biji pecah 1.96%).
Penyosohan selama 2 menit juga memberikan kualitas tepung yang baik dengan
tingkat kecerahan (putih) yang menyerupai tepung terigu.
Penepungan dapat dilakukan dengan Hammer
mill dengan sebelumnya diberi perlakuan pengeringan. Pengeringan dengan
oven 120oC selama 10 atau 20 menit dan pengayakan dengan menggunakan
ukuran saringan 40 mesh menghasilkan rendemen tertinggi. Untuk mendapatkan
karakteristik tepung terbaik sebaiknya dikeringkan selama 20 menit dan
menggunakan saringan 100 mesh.
3.3. Klasifikasi Tanaman Sorgum
3.3.1.
Substitusi tepung terigu pada pembuatan roti
Dalam
pembuatan roti, imbangan 80% tepung terigu dan 20% tepung sorgum dengan metode
pembuatan roti straight process cara Lange dihasilkan roti tawar dengan
karakteristik baik dan disukai. Nilai kesukaan terhadap roti tawar campuran
tepung terigu dan tepung sorgum adalah untuk penampakan keseluruhan 3,7 (biasa
sampai agak suka); warna crust 3,4 (biasa sampai agak suka); warna crumb
4,0 (agak suka); keseragaman pori 4,0 (agak suka); aroma 3,5 (biasa sampai agak
suka); keempukan dengan ditekan 3,8 (biasa sampai agak suka); keempukan dengan
digigit 4,0 (agak suka) dan rasa 3,7 (biasa sampai agak suka), pengembangan
volume roti tawar sebesar 272,17 % dan kadar air bagian crust 23,52%,
bagian crumb dekat crust 34,21%, serta bagian crumb
53,93%.
3.3.2.
Imbangan tepung sorgum dengan tepung ketan dalam pembuatan Opak
Dalam
pembuatan Opak sorgum, imbangan terbaik antara tepung sorgum dan tepung ketan
diperoleh pada substitusi tepung sorgum 50% (50:50) karena memiliki
tingkat pengembangan paling tinggi dan menghasilkan nilai kesukaan sifat
permukaan, citarasa dan kerenyahan paling baik. Pada imbangan tersebut, Opak
yang disangan memiliki karakteristik inderawi (warna dan pengembangan) lebih
baik dibandingkan dengan opak yang dipanggang.
3.3.3.
Substitusi tepung terigu pada pembuatan Stik Bawang
Untuk
pembuatan makanan ringan stik bawang, imbangan tepung sorgum dan tepung terigu
sebesar 60:40 menghasilkan karakteristik adonan yang baik, dan merupakan
imbangan yang paling disukai yang meliputi citarasa, kehalusan permukaan,
aroma, kerenyahan, dan kenampakan keseluruhan. Rata-rata konsumen/ panelis
dalam penelitian memperlihatkan tingkat kesukaan dari biasa sampai suka.
3.3.4.
Imbangan tepung sorgum dan tepung tapioka dalam pembuatan Krupuk
Untuk
pembuatan krupuk sorgum, imbangan terbaik antara tepung sorgum dan tepung
tapioka adalah sebanyak 50:50. Hasil krupuk rata-rata disukai sampai sangat
suka oleh para konsumen/ panelis. Penambahan imbangan tepung sorgum sampai 60%
telah meningkatkan kerenyahan dan citarasa dari krupuk yang dihasilkan. Namun
demikian penampakan krupuknya menjadi kurang menarik dan berwarna agak coklat.
Hal ini bisa diatasi dengan penambahan pewarna makanan pada adonan krupuk.
BAB IV
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1.
Sorgum ( Sorghum spp.) adalah tanaman serbaguna yang
dapat digunakan sebagai sumber pangan, pakan ternak dan bahan baku industri.
Sebagai bahan pangan ke-5, sorgum berada pada urutan ke-5 setelah gandum,
jagung, padi, dan jelai.
2.
Penanganan pascapanen yang baik akan menekan
kehilangan (losses), baik dalam kualitas maupun kuantitas, yaitu mulai
dari penurunan kualitas sampai komoditas tersebut tidak layak pasar (not
marketable) atau tidak layak dikonsumsi.
3.
Pengelolahan hasil produksi tanaman gandum dapat
dilakukan dengan berbagai cara untuk menghasilkan prodak sehingga nilai jual
tanaman sorgum meningkat.
5.2. Saran
Penanganan pasca panen tanaman sorgum
sangat perlu dilakukan dengan intensif untuk meningkatkan kualitas hasil
produksi. Kami menyadari makalah yang kami tulis ini sangat jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat kami butuhkan untuk
memperbaiki tulisan kami.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 2012.Klasifikasi Tanaman
Sorgum. http://andiariewijakusuma.blogspot.com
/2011/03/laporan-budidaya-tanaman-semusim-sorgum.html. Diakses pada tanggal 4
Desember 2013. Pukul 23.00 WIB. Bandar Lampung
Anas.2011.Sorgum.http://xa.yi1.mg.com/kq/groups/25896088/1112009878/
name/sorgum1.doc. Diakses tanggal 26 Juni 2012. Pukul 23.20 WIB. Bandar Lampung
Kusuma, J., F.N. Azis, A. Hanif,
Erifah I., M. Iqbal, A. Reza dan Sarno. 2008. Tugas Terstruktur Mata Kuliah
Pemulihan Tanaman Terapan; Sorgum. Departemen Pendidikan Nasional, Universitas
Jenderal Soedirman, Fakultas Pertanian, Purwokerto.
Laimeheriwa, Jantje. 1997. Teknologi
Budidaya Sorgum. Departemen Pertanian. Balai Informasi Pertanian Propinsi Irian
Jaya.
Rismunandar .2006. Teknologi
Penanganan Pasca Panen. PT Rineka Cipta. Jakarta.
Sirappa, M.P. 2013. Prospek
pengembangan sorgum di indonesia sebagai komoditas alternatif untuk pangan,
pakan dan industri. Jurnal Litbang Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Sulawei Selatan Makassar.
Syam, M., Hermanto dan A. Musaddad.
1996. Kinerja Penelitian Tanaman Pangan, Prosiding Simposium Penelitian Tanaman
Pangan III, Buku 4. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.
Yanuwar, W. 2002. Aktivitas
Antioksidan dan Imunomodulator Serealia Non-Beras. Institut Pertanian Bogor.
MAKALAH
BUDI DAYA TANAMAN SEMUSIN SORGUN
Oleh :
NAMA : PURNOMO AJI
NIM : 912. 04. 034
JURUSAN : AGROTEKNOLOGI
SEKOLAH TINGGI PERTANIAN WUNA
R A H A
2
0 1 5
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Makalah
ini disusun untuk melengkapi tugas dengan judul “BUDI DAYA TANAMAN SEMUSIM SORGUM”
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca untuk menambah wawasan dalam bidang ilmu tentang pertanian.
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari
sepenuhnya masih terdapat banyak kekurangan-kekurangan yang antara lain
disebabkan oleh terbatasnya buku-buku penunjang yang kami miliki, kurangnya
literatur-literatur yang dapat mendukung materi ini dan terbatasnya waktu yang
dimiliki. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari
teman-teman mahasiswa maupun dasen pembimbing yang sifatnya membangun sehingga
pada kesempatan yang akan datang kami akan dapat menyusun makalah yang lebih
baik lagi.
Raha, Januari
2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
…………………………………………………………….
DAFTAR ISI
………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang …………………………………………………………….
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Klasifikasi Tanaman Sorgum.......................................................................
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Klasifikasi Tanaman Sorgum..........................................................................
B.
Klasifikasi Tanaman Sorgum.........................................................................
C.
Klasifikasi Tanaman Sorgum..........................................................................
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
………………………………………………………………..
B.
Saran
………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar