KARYA
TULIS ILMIAH
GAMBARAN
KECEMASAN IBU PRIMIGRAVIDA DALAM
MENGHADAPI
PERSALINAN DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS
TANJUNG KARANG TAHUN 2013
Karya
Tulis Ilmiah
Disajikan
Untuk Ujian Akhir
Program
Pendidikan Diploma III Kebidanan Stikes Yarsi
Oleh
Nama : Ni
Nengah Krisna Maitrayani
Nim : 028
SYE BID 10
YAYASAN
RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM
STUDI D III KEBIDANAN
MATARAM
2013
KARYA
TULIS ILMIAH
GAMBARAN
KECEMASAN IBU PRIMIGRAVIDA DALAM
MENGHADAPI
PERSALINAN DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS
TANJUNG KARANG TAHUN 2013
Oleh
Nama : Ni
Nengah Krisna Maitrayani
Nim : 028
SYE BID 10
YAYASAN
RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM
STUDI D III KEBIDANAN
MATARAM
2013
MOTTO
Jadi diri sendiri,
mencari jati diri untuk hidup mandiri
Optimis, karena hidup
terus mengalir dan kehidupan terus berputar
Sesekali
melihat kebelakang untuk melanjutkan yang tertunda
PERSEMBAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini
saya persembahkan untuk
Ida Sang Hyang Widhi
Wasa yang telah memberikan wara nugrahanya
Ibuku
(Ni Ketut Niarsi, S.Pd) dan Bapakku (I Wayan Subrata, S.Pd), yang selalu
membimbingku dengan penuh kesabaran
Kakakku
satu-satunya (I Wayan Adi Saptana, S.Kom), yang selalu memberikan dukungan
Dosen
Pembimbing dan Penguji Karya Tulis Ilmiah (Zainal Arifin, Ns.S.Kep. Sp.MB, Ns.
Badarudin.MM dan Nurul Fatmawati, S,ST) yang dengan sabar membimbing tahap demi
tahap pembuatan karya tulis ilmiah ini.
Sahabat-sahabatku
dan teman-teman kebidanan angkatan 2010
Dan
semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu
Terimaksaih
atas doa, semangat dan dukungannya sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
terselesaikan.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Yarsi Mataram
Program Studi DIII Kebidanan
Karya Tulis Ilmiah, Agustus 2013
Ni Nengah Krisna Maitrayani (028
SYE BID 10)
Gambaran Tingkat
Kecemasan Ibu Primigravida Dalam Menghadapi Persalinan di Puskesmas Tanjung
Karang Tahun 2013.
xv + 74 Halaman + 11 Tabel + 4 Gambar
ABSTRAK
Kecemasan
adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan
perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi tingkat kecemasan ibu primigravida dalam menghadapi persalinan
di Puskesmas Tanjung Karang tahun 2013, obyek yang digunakan dalam penelitian
ini adalah 32 ibu hamil trimester III sebagai responden.
Desain
penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan metode pendekatan survey,
yaitu variabel pada obyek penelitian di ukur secara simultan dalam waktu yang
bersamaan. Pada penelitian ini menggunakan data primer yang berupa data
kecemasan dengan tehnik wawancara dengan alat ukur kecemasan HAR-S sedangkan
data skunder berupa gambaran umum tempat penelitian.
Hasil
penelitian tentang tingkat kecemasan ibu primigravida dalam menghadapi
persalinan di puskesmas Tanjung Karang terdapat ibu yang mengalami tingkat
kecemasan berat sebanyak 2 orang
(6,25%), sedang sebanyak 14 orang (43,75%), kecemasan ringan sebanyak 6
orang (18,75%), dan tidak mengalami kecemasan sebanyak 10 orang (31,25%).
Berdasarkan
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tingkat kecemasan ibu hamil
primigravida dalam menghadapi persalinan di dapatkan kecemasan tingkat sedang
yaitu sebanyak 14 orang (43,75%).Saran yaitu bagi para ibu hamil diharapkan
secara rutin memeriksakan kehamilannya ke petugas kesehatan untuk mendapatkan
pengetahuan umum ibu hamil serta bagi tenaga kesehatan untuk mampu memberikan
KIE yang baik serta melibatkan anggota keluarga terutama suami.
Kata Kunci : Tingkat Kecemasan, Persalinan
Daftar Pustaka : 21 (2005-2012).
Yarsi
School of Health
Diploma III Midwifery Study Program
Scientific Paper, Agust 2013
Ni Nengah Krisna Maitrayani (028 SYE BID 10)
Description
Of Anxiety Level Of Primigravida Woman
Dealing Iin Health Delivery of Tanjung Karang 2013.
vii
+ 69 Page + 11Table
ABSTRACT
Anxiety
is a concern that is not clear and the spread, which is associated with
feelings of uncertainty and helplessness. This study aims to identify the level
of anxiety in the face of labor primigravida at Puskesmas Tanjung Karang in
2013, an object used in this study were 32 third trimester pregnant women as
respondents.
The
study design used descriptive survey method approach, which is variable in
research object simultaneously measured at the same time. In this study, using
primary data is data with interview techniques with anxiety measure anxiety
HAR-S while the secondary data in the form of an overview of the research site.
The
results of the level of anxiety in the face of labor primigravida at Tanjung
Karang clinic are women who experience severe anxiety level by 2 people
(6.25%), while as many as 14 people (43.75%), mild anxiety as many as 6 people
(18, 75%), and did not experience anxiety as many as 10 people (31.25%).
Based
on the results of this study concluded that the level of maternal anxiety in
the face of labor in primigravida get moderate level of anxiety that is equal
to many as 14 people (43.75%). Advice is for pregnant women are routinely
expected checkups with a healthcare provider to get a general knowledge of
pregnant women as well as for health workers KIE to be able to provide a good
and involving family members, especially her husband.
Keywords:
The level worries, Labor
References:
21 (2005-2012).
RIWAYAT
HIDUP
Ni Nengah Krisna Maitrayani, lahir
di Mataram Nusa Tenggara Barat tahun 1992. Pendidikan yang telah ditempuh dari
Sekolah Dasar (SD) yaitu di SDN 1 Anyar Bayan Kabupaten Lombok Utara tahun
1998-2004 , SMP di SMP 1 Kuta Selatan Jimbaran Bali hingga tahun 2005 kemudian
pindah ke SMP 1 Bayan dan menamatkan Sekolah Menengah Pertama Pada Tahun 2007,
melanjutkan di SMAN 1 Bayan dari tahun 2007-2010, dan kini sedang menenmpuh
Diploma (D3) jurusan kebidanan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yayasan Rumah
Sakit Islam (STIKES YARSI) Mataram. Pernah mengikuti olimpiade biologi tingkat
kecamatan pada saat kelas 5 SD dan mendapatkan peringkat pertama dan pernah
mengikuti olympiade Teknologi, informasi dan telekomuniasi pada saat kelas 2
SMA dan mendapatkan peringkat 2 Cita-cita ingin menjadi bidan yang mengabdi
pada masyarakat
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayah-Nyalah
sehingga penyusunan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Gambaran kecemasan ibu
primigravida dalam menghadapi persalinan di puskesmas Tanjung Karang Tahun 2013
” dapat terselesaikan. Proposal ini merupakan salah satu syarat untuk dapat
menyelesaikan gelar Ahli Madya Kebidanan (Amd.Keb) pada Program Studi DIII
Kebidanan STIKES Yarsi Mataram
Bersama dengan ini perkenankan penulis
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada :
1.
Ns.
Agus
Supinganto, S.Kep. M.Kes
selaku Ketua STIKES YARSI Mataram yang telah memberikan kesempatan dan
fasilitas kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan pada
Program Studi DIII Kebidanan.
2.
Irni Setyawati, M.Keb selaku Ketua Program Studi DIII Kebidanan STIKES YARSI Mataram .
3.
Ns. Badarudin, S.Kep.
MM, selaku Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan proposal
ini ini.
4.
Nurul Fatmawati, S.ST, selaku pembimbing II yang telah
memberikan dorongan, bimbingan dan arahan yang sangat berguna bagi penulis
sehingga proposal
ini dapat terselesaikan.
5.
Semua
Staf Pengajar dan Tata Usaha STIKES YARSI Mataram yang telah banyak membantu
dan memudahkan segala fasilitas sehingga proposal ini dapat terselesaikan.
6.
Orang tua dan saudara saya, yang telah banyak memberikan dukungan moril
dan spiritual kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan di STIKes YARSI Mataram.
Semoga
Tuhan membalas kemurahan hati dan budi baik semua pihak yang telah memberi
kesempatan, dukungan, fasilitas, kritik dan saran dalam menyelesaikan Proposal ini.
Mataram,
Agustus 2013
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN..................................................................................... i
PERNYATAAN ........................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................. iii
PENGESAHAN PENGUJI ........................................................................ iv
UCAPAN TERIMAKASIH ....................................................................... v
ABSTRAK ................................................................................................... vi
RIWAYAT HIDUP .................................................................................... viii
KATA PENGANTAR................................................................................. ix
DAFTAR ISI................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang.................................................................................. 1
1.2 Rumusan
Masalah............................................................................. 4
1.3 Tujuan
Penelitian............................................................................... 4
1.4 Manfaat
Penelitian............................................................................ 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kecemasan......................................................................................... 6
2.1.1
Pengertian Kecemasan............................................................. 6
2.1.2
Faktor Penyebab....................................................................... 7
2.1.3
Gejala Klinis Cemas................................................................. 8
2.1.4
Tingkat Kecemasan.................................................................. 9
2.1.5
Alat Ukur Kecemasan ............................................................ 10
2.2 Primigravida..................................................................................... 16
2.2.1
Definisi.................................................................................... 16
2.2.2
Kehamilan............................................................................... 16
2.3 Persalinan.......................................................................................... 21
2.3.1
Fisiologi Persalinan Normal..................................................... 21
2.3.2
Bentuk Persalinan Berdasarkan Definisi................................. 22
2.3.3
Tanda-Tanda Permulaan Persalinan........................................ 22
2.3.4
Tanda-Tanda Inpartu............................................................... 23
2.3.5
Tahap Persalinan...................................................................... 23
2.5 Kecemasan dalam Persalinan............................................................ 31
2.4.1
Faktor-Faktor Kecemasan....................................................... 31
2.5 Hasil Penelitian yang Berkaitan........................................................ 38
BAB 3 KRANGKA KONSEPTUAL
3.1
Kerangka Konseptual....................................................................... 41
BAB 4 METODE
PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian.............................................................................. 42
4.2 Kerangka
Kerja................................................................................. 42
4.3 Populasi,
Sampel, Besar Sampel dan Tehnik Sampling.................... 43
4.4 Tempat danWaktu
Penelitian........................................................... 45
4.5 Definisi Operasional......................................................................... 46
4.6 Instrumen
Penelitian......................................................................... 49
4.7
Pengambilan dan Pengumpulan Data............................................... 51
4.8 Analisa
Data..................................................................................... 53
4.9 Etika Penelitian................................................................................. 53
BAB 5 HASIL DAN
PEMBAHASAN
5.1 Gambaran
Umum Tempat Penelitian................................................ 55
5.2 Hasil
Penelitian................................................................................. 58
5.3
Pembahasan...................................................................................... 61
BAB 6 KESIMPULAN
DAN SARAN
6.1
Kesimpulan....................................................................................... 68
6.2 Saran ................................................................................................ 68
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Lamanya persalinan ............................................................................
29
Tabel 4.1
Identifikasi variabel
............................................................................ 49
Tabel 4.2 Lembar
kode .......................................................................................
56
Tabel 5.1 Data
Ketenagakerjaan
......................................................................... 62
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan
umur di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Karang Tahun
2013............................................. 63
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan
pendidikan di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Karang Tahun
2013............................................. 64
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan
pekerjaan di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Karang Tahun
2013............................................. 64
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan
kunjungan antenatal di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Karang Tahun 2013.......................
65
Tabel 5.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan
dukungan sosial di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Karang Tahun
2013.................................... 65
Tabel 5.7 Distribusi frekuensi tingkat kecemasan
pada ibu dalam menghadapi persalinan di Puskesmas Tanjung Karang bulan Juli
tahun 2013........ 66
LAMPIRAN
1.
Lembar konsultasi
2. Surat
permohonan pengambilan data
3. Surat
permohonan sebagai responden
4. Chek
list
5.
Jadwal penelitian
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak
jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak
berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kecemasan atau
ansietas dialami secara subyektif dan dikomunikasikan secara interpersonal.
Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual
terhadap bahaya. Ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut (Stuart ,2006). Persalinan adalah suatu proses
pengeluaran hasil konsepsi dari rahim ibu melalui jalan lahir atau dengan jalan
lain, yang kemudian janin dapat hidup di dunia luar (Asuhan persalinan normal,
2007). Takut melahirkan pada wanita nulipara paling sering terjadi antara
perempuan dengan sumber daya sosial dan psikologis sedikit. Frekuensi takut
melahirkan adalah sama pada akhir kehamilan seperti di awal kehamilan (2008 The
Authors Journal compilation ª RCOG 2008 BJOG An International Journal of
Obstetrics and Gynaecology). Berbagai faktor penyebab kecemasan pada ibu hamil
antara lain: 1) Umur, wanita yang muda cenderung beresiko mengalami peningkatan
disstres emosional sedangkan wanita yang lebih dewasa lebih memiliki persepsi
yang positif; 2) Pendidikan,wanita yang memiliki pendidikan tinggi mampu
menghadapi kehamilannya secara objektif dan rasional; 3) Pekerjaan, Ibu yang
bekerja lebih aktif mempunyai emosi yang lebih stabil dibandingkan ibu yang
tidak bekerja dan ibu yang bekerja lebih tahan terhadap penderitaan atau rasa
sakit ketika melahirkan bayinya; 4)Asuhan kebidanan antenatal memberikan
kesempatan kepada ibu untuk lebih mengenal bayinya sebelum lahir dapat membantu
meminimalkan disstres. Kurangnya
Pengetahuan ibu mengenai manfaat kunjungan antenatal dapat mengakibatkan
kecemasan saat persalinan. Ada berbagai penyebab ibu tidak melakukan
pemeriksaan kehamilannya antara lain karena pendidikan yang masih rendah serta
kepercayaan penduduk yang salah namun tetap diyakini sebagai suatu kebenaran
(Kartono,2005)
Kecemasan dalam menghadapi persalinan
sering kali disebabkan oleh perasaan takut mati dikarenakan peristiwa
persalinan seringkali disertai perdarahan dan kesakitan yang hebat, selain itu
pula terdapat kekhawatiran ibu terhadap yang akan terjadi pada bayi yang
dilahirkan seperti kemungkinan cacat serta kenyakinan akan dirinya sendiri atas
kemampuannya untuk menjaga dan merawat bayinya dikemudian hari (Kartono, 2005).
Dampak ibu yang mengalami kecemasan
dalam kehamilannya akan berpengaruh dalam proses pengeluaran bayi (kelahiran)
atau pun sangat berpengaruh pada perawatan bayi, dikarenakan ibu yang mengalami
kecemasan selama kehamilan cenderung beresiko mengalami post partum blues pada
masa pasca persalinan. Banyak orang yang menyebutkan ada beberapa faktor
penyebab dari mudah sulitnya aktivitas melahirkan bayi yang diantaranya adalah
kondisi psikis/kejiwaan wanita yang bersangkutan (Kartono 2005). Depresi masa nifas
merupakan gangguan afeksi
yang sering terjadi pada masa nifas, dan
tampak dalam minggu pertama pasca persalinan. Insiden depresi post partum sekitar 10-15 persen. Post
partum blues
disebut juga maternity
blues atau sindrom ibu baru.
Keadaan ini merupakan hal yang serius, sehingga ibu memerlukan dukungan dan
banyak istirahat.
Gejala post partum tersebut seringkali terjasi akibat perubahan perasaan saat
hail (kecemasan), perubahan fisi dan emosional (Ambarwati, 2008).
Dalam sebuah studi dari 280 wanita
primigravida di USA pada trimester ke tiga ditemukan 193 (68,9%) wanita
memiliki ketakutan yang sangat kuat terhadap proses persalinan sedangkan Swedia
dari 162 wanita terdapat 97 (59,8%) wanita yang ditemukan mengalami kecemasan
dalam menghadapi proses persalinan. (2008 The Authors Journal compilation ª
RCOG 2008 BJOG An International Journal of Obstetrics and Gynaecology). Di
Indonesia terdapat 373.000.000 orang hamil, yang mengalami kecemasan dalam
mengahadapi persalinan ada sebanyak 58,7 % (Depkes RI 2008). Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Larasati dan Wibowo dari Fakultas Kesehatan
Masyarakat UNAIR pada tahun 2008 didapatkan hasil responden yang mengalami
kecemasan dalam menghadapi persalinan sebanyak 32 responden (57,14%), yang
mengalami kecemasan ringan sebanyak 18 responden (32,14%) dan yang mengalami kecemasan
sedang sebanyak 6 responden (10,72%).
Wanita hamil memiliki banyak masalah
kesehatan mental. Masalah yang paling umum di kalangan wanita adalah takut
melahirkan, baik sebelum dan sesudah kehamilan dan melahirkan. Hal ini harus dijadikan
pedoman dalam memberikan asuhan kebidanan.Beberapa yang harus diperhatikan
antara lain 1) Memberikan perhatian khusus dengan cara anamnesis kejiwaan pada
setiap wanita hamil 2) dukungan mental dari keluarga dan orang terdekat dengan
mendampingi ibu saat pemeriksaan kehamilan ataupun saat persalinan 3) pemeriksaan
kehamilan yang teratur. 4) serta upaya untuk menciptakan hubungan atau
komunikasi yang dapat membuat ibu merasa nyaman serta dapat memecahkan
permasalahan yang dirasakan ibu, hal ini dapat mengurangi rasa cemas (2011 The
Authors BJOG An International Journal of Obstetrics and Gynaecology ª 2011
RCOG)
1.2.Perumusan masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang
diatas dapat dirumuskan masalah “Bagaimana gambaran kecemasan pada ibu
primigravida dalam menghadapi persalinan di Puskesmas Tanjung Karang ?”
1.3
Tujuan penelitian
1.3.1
Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran kecemasan
pada ibu primigravida dalam menghadapi persalinan.
1.3.2
Tujuan
khusus
Mengidentifikasi tingkat kecemasan ibu
primigravida dalam menghadapi persalinan di Puskesmas Tanjung Karang Tahun
2013.
1.4
Manfaat penelitian
1.4.1
Bagi Puskesmas
Dapat digunakan sebagai bahan masukan
untuk menyusun strategi yang tepat dalam mengurangi kecemasan pada ibu
primigravida dalam menghadapi persalinan di wilayah kerja Puskesmas Tanjung
Karang.
1.4.2
Bagi institusi
Sebagai pengembangan bahan bacaan dan
hasil yang berguna dan sebagai tambahan bahan pustaka dan memberikan tambahan
teori tentang gambaran kecemasan pada ibu hamil bagi aktivitas akademik
Kebidanan Stikes Yarsi Mataram.
1.4.3
Bagi ibu hamil
Diharapkan hasil penelitian ini menjadi
masukan serta informasi bagi seluruh masyarakat pada umumnya serta dapat
mengurangi kecemasan ibu dalam menghadapi persalinan.
1.4.4
Bagi peneliti
Dapat bermanfaat bagi peneliti dalam
menelaah suatu masalah secara sistematis dengan menggunakan pengetahuan dan
pengalaman yang telah diperoleh selama menempuh pendidikan D III Kebidanan.
BAB 2
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1.Kecemasan
2.1.1.
Pengertian
Kecemasan
Kecemasan
adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan
perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki
objek yang spesifik. Kecemasan atau ansietas dialami secara subyektif dan
dikomunikasikan secara interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang
merupakan penilaian intelektual terhadap bahaya. Ansietas adalah respon
emosional terhadap penilaian tersebut (Stuart ,2006).
Seseorang akan menderita gangguan cemas
manakala yang bersangkutan tidak mampu mengatasi stresor psikososial yang
dihadapinya.Tetapi pada orang-orang tertentu meskipun tidak ada stesor
psikososial, yang bersangkutan menunjukkan kecemasan juga, yang ditandai dengan
corak atau tipe kepribadian pencemas (Hawari 2011).
Definisi Kecemasan adalah kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang
akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak
menentu dan tidak berdaya (Suliswati, 2005).
2.1.2.
Faktor
penyebab
Berbagai teori telah dikembangkan
untuk menjelaskan asal kecemasan (ansietas).
1.
Dalam pandangan
pikoanalitis, ansietas adalah konfilik emosional yang terjadi antara dua elemen
kepribadian: id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif,
sedangkan superego mencerminkan hati nurani dan di kendalikan oleh norma
budaya. Ego atau Aku , berfungsi menegahi tuntutan dari dua elemen yang
bertentangan tersebut, dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada
bahaya.
2.
Menurut pandangan
interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut terhadap ketidak setujuan
dan penolakan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan
trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kerentanan
tertentu. Individu dengan harga diri rendah terutama rentan mengalami ansietas
yang berat.
3.
Menurut pandangan
perilaku, ansietas merupakan produk frustrasi yaitu segala sesuatu mengganggu
kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Ahli teori perilaku
lain menganggap ansietas sebagai suatu doronganyang dipelajari berdasarkan
keinginan dari dalam diri untuk menghindari kepedihan. Ahli teori pembelajaran
meyakini bahwa individu yang terbiasa sejak kecil dihadapkan pada ketakutan
yang berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas pada kehidupan selanjutnya.
Ahli teori konfik memandang ansietas sebagai pertentangan antara dua
kepentingan yang berlawanan. Mereka meyakini adanya hubungan timbal balik
antara konflik dan ansietas : konflik menimbulkan ansietas, dan ansietas
menimbulkan perasaan tidak berdaya, yang pada gilirannya meningkatkan konflik
yang dirasakan.
4.
Kajian keluarga
menunjukkan bahwa gangguan ansietas biasanya terjadi dalam keluarga. Gangguan
ansietas juga tumpang tindih antara gangguan ansietas dengan depresi.
5.
Kajian biologis
menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepin,
obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam gama-aminobutirat (
GABA), yang berperan penting dalam mekanisme biologis yang berhubungan dengan
ansietas. Selain itu, kesehatan umum individu dan riwayat ansietas pada
keluarga memiliki efek nyata sebagai predisposisi ansietas. Ansietas mungkin
disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kemampuan individu
untuk mengatasi stresor.
2.1.3.
Gejala
Klinis Cemas
Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan
oleh orang yang mengalami gangguan kecemasan antara lain sebagai berikut:
1.
Cemas, khawatir,
firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung;
2.
Merasa tegang, tidak
tenang, gelisah, mudah terkejut;
3.
Takut sendirian, takut
keramaian dan banyak orang;
4.
Gangguan pola tidur,
mimpi-mimpi yang menegangkan;
5.
Gangguan kosentrasi dan
daya ingat;
6.
Keluhan-keluhan
somatik, misalnya rasa sakit pada otot tulang, pendengaran berdenging
(tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan
perkemihan, sakit kepala dan lain sebagainya (Hawari, 2011).
2.1.4.
Tingkat
Kecemasan
1.
Ringan
Berhubungan
dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari; ansietas ini menyebabkan
individu menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya. Ansietas ini
dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.
2.
Sedang
Memungkinkan individu untuk berfokus
pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Ansietas ini mempersempit
lapang persepsi individu. Dengan demikian, individu mengalami tidak perhatian
ang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk
melakukannya.
3.
Berat
Sangat mengurangi lapang persepsi
individu. Individu cendrung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta
tidak berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi
ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area
lain.
4.
Panik
Berhubungan dengan terperangah,
ketakutan dan teror. Hal yang rinci terpecah dari proporsinya. Karena mengalami
kehilangan kendali, individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu
dengan arahan. Panik mencakup disorganisasi kepribadian dan menimbulkan
peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan
orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional.
Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan; jika berlangsung terus
dalam waktu lama, dapat terjadi kelelahan dan kematian (Stuart, 2006).
2.1.5.
Alat
Ukur Kecemasan
Untuk
mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang apakah ringan, sedang, berat
atau berat sekali orang menggunakan alat ukur (instrumen) yang dikenal dengan
nama Hamilton Rating Scale for Anxienty
(HRS-A). Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok gejala yang masing-masing
kelompok dirinci lagi dengan gejala-gejala yang lebih spesifik. Masing-masing
kelompok gejala diberi penilaian angka (score)
antara 0 – 4 , yang artinya adalah:
Nilai 0 = tidak ada gejala (keluhan).
1 = gejala ringan
2 = gejala sedang
3 = gejala berat
4 = gejala berat sekali (panik)
Penilaian atau pemakaian alat ukur ini
dilakukan oleh dokter (psikiater) atau orang yang telah dilatih untuk
menggunakannya melalui teknik wawancara langsung. Masing-masing nilai angka
(score) dari keempat belas kelompok gejala tersebut dijumlahkan dan dari hasil
penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang, yaitu :
Total Nilai
(score):
> 14 =
tidak ada kecemasan
14 – 20 =
kecemasan ringan
21 – 27 =
kecemasan sedang
28 – 41 =
kecemasan berat
42 – 56 =
kecemasan berat sekali
Adapun
hal-hal yang dinilai dalam alat ukur HRS-A ini adalah sebagai berikut:
Gejala Kecemasan Nilai
angka (score)
01.
Perasaan cemas
(ansietas) 0 1 2 3 4
-
cemas
-
firasat buruk
-
takut akan pikiran
sendiri
-
mudah tersinggung
02.
Ketegangan 0 1 2 3 4
-
merasa tegang
-
lesu
-
tidak bisa istirahat
tenang
-
mudah terkejut
-
mudah menangis
-
gemetar
-
gelisah
03.
Ketakutan 0 1 2 3 4
-
pada gelap
-
pada orang asing
-
ditinggal sendiri
-
pada binatang besar
-
pada keramaian lalu
lintas
-
pada kerumunan orang
banyak
04.
Gangguan tidur 0 1 2 3 4
-
sukar masuk tidur
-
terbangun malam hari
-
tidur tidak nyenyak
-
bangun dengan lesu
-
banyak mimpi-mimpi
-
mimpi buruk
-
mimpi menakutkan
05.
Gangguan kecerdasan 0 1 2 3 4
-
sukar konsentrasi
-
daya ingat menurun
-
daya ingat buruk
06.
Perasaan depresi
(murung) 0 1 2 3 4
-
hilangnya minat
-
berkurangnya kesenangan
pada hobi
-
sedih
-
bangun dini hari
-
prasaan berubah-ubah
sepanjang hari
07.
Gejala somatik/fisik
(otot) 0 1 2 3 4
-
sakit dan nyeri di
otot-otot
-
kaku
-
kedutan otot
-
gigi gemerutuk
-
suara tidak stabil
08.
Gejala somatik/fisik
(sensorik)0 1 2 3 4
-
tinitus (telinga
berdenging)
-
penglihatan kabur
-
muka merah atau pucat
-
merasa lemas
-
perasaan ditusuk-tusuk
09.
Gejala kardiovaskuler 0 1 2 3 4
(jantung dan pembuluh darah)
-
takikardia (denyut
jantung cepat)
-
berdebar-debar
-
nyeri di dada
-
denyut nadi mengeras
-
rasa lesu/lemas seperti
mau pingsan
-
detak jantung
menghilang (berhenti sekejap)
10.
Gejala respiratori 0 1 2 3 4
(pernafasan)
-
rasa tertekan atau
sempit didada
-
rasa tercekik
-
sering menarik nafas
-
nafas pendek/sesak
11.
Gejala gastrointestinal 0 1 2 3 4
(pencernaan)
-
sulit menelan
-
perut melilit
-
gangguan pencernaan
-
nyeri sebelum dan
sesudah makan
-
perasaan terbakar
diperut
-
rasa penuh atau kembung
-
mual
-
muntah
-
buang air besar lembek
-
sukar air besar (
konstipasi)
-
kehilangan berat badan
12.
Gejala urogenital 0 1 2 3 4
(
perkemihan dan kelamin )
-
sering buang air kecil
-
tidak dapat menahan air
seni
-
tidak datang bulan
(tidak ada haid )
-
darah haid berlebihan
-
darah haid amat sedikit
-
masa haid
berkepanjangan
-
masa haid amat pendek
-
haid beberapa kali
dalam sebulan
-
menjadi dingin (frigid
)
-
ejakulasi dini
-
ereksi melemah
-
ereksi hilang
-
impotensi
13.
Gejala autonom 0 1 2 3 4
-
mulut kering
-
muka merah
-
mudah berkeringat
-
kepala pusing
-
kepala terasa berat
-
kepala terasa sakit
-
bulu-bulu berdiri
14.
Tingkah laku (sikap) 0 1 2 3 4
pada wawancara
-
gelisah
-
tidak senang
-
jari gemetar
-
kerut kening
-
muka tegang
-
otot tegang/mengeras
-
nafas pendek dan cepat
-
muka merah
Jumlah Nilai Angka (
Total score) =
Perlu diketahui bahwa alat ukur HRS-A
ini bukan dimaksudkan untuk menegakkan diagnosa gangguan cemas. Diagnosa
gangguan cemas ditegakkan dari pemeriksaan klinis oleh dokter ( psikiater );
sedangkan untuk mengukur derajat berat ringannya gangguan cemas itu digunakan
alat ukur HRS-A.
2.2.Primigravida
2.2.1.
Pengertian
Primigravida ialah seorang wanita hamil
untuk pertama kalinya. (Sofian, 2011) Tanda-tanda kehamilan primigravida
meliputi perut tegang, pusat menonjol, rahim tegang, payudara tegang, labia
mayora tampak bersatu, vagina sempit dengan rugae yang utuh, serviks licin
bulat dan tidak dapat dilalui oleh satu ujung jari, perineum utuh dan baik.
Pada serviks terdapat pembukaan yang
didahului dengan pendataran dan setelah itu baru pembukaan (pembukaan rata-rata
1 cm dalam 2 jam) pada bagian terbawah janin turun pada 4-6 minggu akhir
kehamilan dan persalinan hampir sealu dengan episiotomi (Sofian, 2011). Takut
melahirkan pada wanita nulipara paling sering terjadi antara perempuan dengan
sumber daya sosial dan psikologis sedikit. Frekuensi takut melahirkan adalah
sama pada akhir kehamilan seperti di awal kehamilan. (2008 The Authors Journal
compilation ª RCOG 2008 BJOG An International Journal of Obstetrics and
Gynaecology)
2.2.2.
Kehamilan
1.
Pengertian
Kehamilan adalah masa mulai ovulasi
sampai partus kira-kira 280 hari (40 minggu). Kehamilan 40 minggu disebut matur
(cukup bulan), lebih dari 43 minggu disebut post matur dan antara 28-36 minggu
disebut prematur (Rohani, dkk 2011).
Kehamilan dibagi
kedalam 3 bagian :
a.
Trimester I (antara 0
sampai 12 minggu)
b.
Trimester II (antara
> 12 minggu - < 28 minggu)
c.
Trimester III ( antara
28 minggu sampai 40 minggu)
2.
Kebutuhan Fisik Ibu
Hamil
a.
Oksigen
Kebutuhan oksigen selama kehamilan
meningkat sebagai respon tubuh terhadap akselerasi metabolisme rate perlu untuk
menambah masa jaringan pada payudara, hasil konsepsi dan masa uterus.
b.
Nutrisi
1)
Proses physic 66 % =
1,440 Kcal
2)
Aktivitas 17% total
tidak hamil
3)
Bekerja rata-rata 7 –
10 % membutuhkan 150-200 Kcal
4)
Metabolisme 7 %
membutuhkan 144 Kcal
c.
Personal Hygiene
1)
Selama kehamilan PH
vagina menjadi asam berubah dari 4-3 menjadi 5-6, akibat vagina mudah terkena
infeksi.
2)
Stimulus esterogen
menyebabkan adanya keputihan
3)
Peningkatan
vaskularisasi di perifer menyebabkan wanita hamil sering berkeringat
4)
Uterus yang membesar
menekan kandung kemih, mengakibatkan wanita sering berkemih
5)
Mandi teratur mencegah
iritasi vagina, teknik pencucian perianal dari depan kebelakang.
d.
Eliminasi
1)
Berkaitan dengan
adaptasi gastrointestinal sehingga menurunkan tonus dan motolitas lambung dan
usus terjadi reabsorpsi zat makanan peristaltik usus lebih lambat sehingga
menyebabkan obstipasi.
2)
Penekanan kandung kemih
karena pengaruh hormon esterogen dan progesteron sehingga menyebabkan sering
buang air kecil.
3)
Terjadi pengeluaran
keringat.
e.
Kebutuhan Seksual
Meningkatnya
vaskularisasi pada vagina dan visera pelvis dapat mengakibatkan meningkatnya
sensitifitas seksual sehingga meningkatkan hubungan intercourse sebaliknya
ketakutan akan injuri pada ibu ataupun janin akan mengakibatkan menurunnya pola
seksualitas, anjuran yang diberikan yaitu jangan berhubungan intercourse
sesudah buang air kecil.
f.
Istirahat/ Tidur
Pada
ibu hamil sebaiknya banyak menggunakan waktu luangnya untuk banyak
istirahat/tidur untuk memperbaiki sirkulasi darah, sebaiknya jangan bekerja
terlalu berlebihan.
3.
Kebutuhan Psikologis
Ibu Hamil
1.
Dukungan Suami
Wanita
yang mengalami depresi selama kehamilan dapat mengalami depresi pasca
persalinan jika tidak mengalami kepuasan dalam perkawinannya, sebaiknya wanita
yang mengalami depresi selama hamil dapat membaik pasca persalinan apabila
dalam perkawinan ia mengalami kepuasan.
2.
Dukungan Keluarga dan
Lingkungan
Berbagi
pengalaman tentang kehamilan dan persalinan serta dukungan doa dari anggota
keluarga sangat berpengaruh pada aspek psikologis ibu.
3.
Peran Bidan dalam
Persiapan Psikologis Ibu
a.
Memberikan informasi
dan pendidikan kesehatan.
b.
Memberikan dukungan mental
c.
Menganjurkan latihan
fisik seperti senam hamil untuk relaksasi dan persiapan persalinan.
4.
Rasa Aman dan Nyaman
Selama Kehamilan
Sebagai
bidan kita sebaiknya mendengarkan dan membantu ibu untuk mendapatkan solusi
serta keluarga dapat memberikan perhatian dan dukungan sehingga ibu merasa aman
dan tidak sendiri dalam mengahdapi kehamilannya.
4.
Perubahan Psikologis
Ibu di Tiap Trimester
1.
Trimester I
Orang
yang paling penting bagi seorang wanita hamil adalah ayah dari sang anak.
Semakin banyak bukti menunjukkan bahwa wanita yang diperhatikan dan dikasihi
oeh pasangan prianya selama hamil memiliki gejala emosi dan fisik lebih sedikit
komplikasi dalam persalinannya dan lebih mudah melakukan penyesuaian pada masa
nifas.
Sebagai
tenaga kesehatan dapat membantu ibu memahami setiap perubahan yang terjadi pada
dirinya baik fisik maupun psikologis. Yakinkan bahwa kebanyakan ibu akan mulai
merasa lebih baik dan berbahagia pada trimester kedua.
2.
Trimester II
Dukungan
yang dapat diberikan keluarga atau suami pada trimester ini adalah bersama-sama
dengan ibu untuk merencanakan persalinan, ikut mewaspadai adanya tanda-tanda
bahaya.
Sebagai
tenaga kesehatan dapat memberikan dukungan dengan memberikan berbagai
penyuluhan tentang nutrisi, pertumbuhan bayi, tanda-tanda bahaya, dan rencana
persalinan ibu.
3.
Trimester III
Rasa
tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali ibu merasa dirinya jelek dan aneh.
Disamping itu ibu merasa sedih karena akan berpisah dari bayinya dan kehilangan
perhatian khusus yang diterima selama hamil.
Keluarga
dan suami dapat memberikan dukungan dengan memberikan keterangan tentang
persalinan yang akan ibu lalui dan itu hanya masalah waktu saja. Tetap
memberikan perhatian dan semangat pada ibu selama menunggu persalinannya.
Bersama-sama mematangkan persiapan persalinan dengan tetap mewaspadai
komplikasi yang mungkin terjadi.
Seorang
petugas kesehatan dapat memberikan dukungan dengan memberikan penjelasan bahwa
yang dirasakan ibu adalah normal. Kebanyakan ibu hamil memiliki perasaan
kekhawatiran yang serupa pada trimester ini. Menenangkan ibu dengan mengatakan
bahwa bayinya saat ini merasa senang berada dalam perut ibu dan tubuh ibu
secara alamiahakan menyiapkan kelahiran bayi. Menjelaskan kembali pada ibu
tanda-tanda persalinan dan menenangkan ibu dengan menyatakan bahwa pengalaman
kehamilan adalah unik, dan meyakinkan bahwa akan selalu bersama ibu dan
membantu melahirkan bayinya ( Ai Yeyeh 2009).
2.3.Persalinan
2.3.1.
Fisiologi
Persalinan Normal
Persalinan adalah suatu proses
pengeluaran hasil konsepsi dari rahim ibu melalui jalan lahir atau dengan jalan
lain, yang kemudian janin dapat hidup di dunia luar.
Persalinan dimulai (inpartu) sejak
uterus berkontraksi, sehingga menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan
menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap (Asuhan
persalinan normal 2007).
Persalinan merupakan proses pergerakan
keluarnya janin, plasenta dan membran dari dalam rahim melalui jalan lahir.
Proses ini berawal dari pembukaan dan dilatasi serviks sebagai akibat kontraksi
uterus dengan frekuensi, durasi dan kekuatan yang teratur. Mula-mula kekuatan
yang muncul kecil, kemudian terus meningkat sampai pada puncaknya pembukaan
lengkap sehingga siap untuk pengeluaran janin dari rahim ibu.
Dalam rangka proses persalinan tersebut,
maka secara alamiah ibu bersalin akan mengeluarkan banyak energi dan mengalami
perubahan-perubahan baik secara fisiologis maupun psikologis (Prawirohadjo
2008).
Dalam persalinan normal hampir 96% janin
berada dalam uterus dengan presentasi kepala dan pada presentasi kepala ini
ditemukan ± 58% ubun-ubun kecil terletak di bagian kiri depan, ± 23 % di kanan
depan, ± 11 % di kanan belakang dan ± 8 % dikiri belakang (Prawirohardjo 2008).
2.3.2.
Bentuk
persalinan berdasarkan definisi
1.
Persalinan spontan
Bila persalinan ini
berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir.
2.
Persalinan buatan
Bila persalinan dibantu
dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi dengan forcep atau dilakukan operasi
sectio caesarea.
3.
Persalinan anjuran
Pada umumnya persalinan
terjadi bila bayi sudah cukup besar untuk hidup diluar, tetapi tidak sedemikian
besarnya sehingga menimbulkan kesuliatan dalam persalinan.
Kadang-kadang
persalinan tidak mulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung setelah
pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau prostaglandin (Rohani, dkk. 2011).
2.3.3.
Tanda-tanda
permulaan persalinan
Sebelum terjadi persalinan yang
sebenarnya beberapa minggu sebelumnya, wanita memasuki “ bulan-nya” atau
“minggu-nya” atau “hari-nya” yang disebut kala pendahuluan (preparatory stage of labor). Kala pendahuluan
memberikan tanda-tanda sebagai berikut.
1.
Lightening atau
settling atau dropping, yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul,
terutama pada primiravida. Pada multipara, hal tersebut tidak begitu jelas.
2.
Perut kelihatan lebih
melebar, fundus uteri turun.
3.
Sering buang air kecil
atau sulit berkemih (Polakisuria)
karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
4.
Perasaan nyeri diperut
dan dipinggang oleh adanya kontraksi kontraksi lemah uterus, kadang-kadang
disebut “false labor pains”.
5.
Serviks menjadi lembek;
mulai mendatar; dan sekresinya bertambah, mungkin bercampur darah (bloody show) (Sofian.2011).
2.3.4.
Tanda-
Tanda Inpartu
1.
Rasa nyeri oleh adanya
his yang datang lebih kuat, sering, dan teratur.
2.
Keluar lendir bercampur
darah (show) yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks.
3.
Kadang-kadang, ketuban
pecah dengan sendirinya.
4.
Pada pemeriksaan dalam,
serviks mendatar dan telah ada pembukaan.
2.3.5.
Tahap
Persalinan
Kala I (Kala Pembukaan)
Inpartu ditandai dengan keluarnya
lendir bercampur darah karena serviks mulai membukan dan mendatar. Darah
berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena
pergeseran-pereseran, ketika serviks mendatar dan membuka
Kala I persalinan
dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks, hingga
mencapai pembukaan lengkap (10 cm).
Persalinan
kala I dibagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten dan fase aktif
1.
Fase laten, dimana
pembukaan serviks berlangsung lambat dimulai sejak awal kontraksi yang
menyebabkan penipisan dan pembukaan secara bertahap sampai pembukaan 3 cm,
berlangsung dalam 7-8 jam.
2.
Fase aktif (pembukaan
serviks 4-1 cm), berlangsung selama 6 jam dan dibagi dalam 3 subfase.
a.
Periode akselerasi :
berlangsung selama 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.
b.
Periode dilatasi
maksimal : berlangsung selama 2 jam, pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.
c.
Periode deselarisasi :
berlangsung lambat, dalam 2 jam pembukaan jadi 10 cm atau lengkap.
Pada fase aktif persalinan, frekuensi
dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi dianggap adekuat jika
terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40
detik atau lebih) dan terjadi penurunan bagian terbawah janin. Pembukaan pada
primigravida 1 cm/jam dan pada multigravida 2cm/jam.
Mekanisme membukanya serviks berbeda
antara primigravida dan multigravida. Pada primigravida, ostium uteri internum
akan membuka lebih dulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis, kemudian
ostium uteri internum akan sedikit terbuka. Ostium uteri internum dan eksternum
serta penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam waktu yang sama.
Perubahan
fisiologi pada kala I
1.
Tekanan darah
Tekanan darah meningkat selama
terjadinya kontraksi (sistol rata-rata naik 10-20 mmHg, diastol naik 5-10 mmHg,
Antara kontraksi, tekanan darah kembali seperti saat sebelum persalianan. Rasa sakit, takut, dan cemas
juga akan meningkatkan tekanan darah.
2.
Metabolisme
Metabolisme karbohidrat aerob dan
anaerob akan meningkat secara berangsur-angsur disebabkan karena kecemasan dan
aktivitas otot skeletal, peningkatan ini ditandai dengan adanya peningkatan
suhu tubuh, denyut nadi, curah jantung (cardiac
output), pernapasan, dan kehilangan cairan.
3.
Suhu Tubuh
Oleh karena adanya peningkatan
metabolisme, maka suhu tubuh sedikit meningkat selama persalinan. Selama dan
setelah persalinan akan terjadi peningkatan, jaga agar peningkatan suhu agar
tidak lebih dari 0,5-1 ºC.
4.
Detak Jantung
Berhubungan dengan peningkatan
metabolisme, detak jantung akan meningkat secara dramatis selama kontraksi.
5.
Pernafasan
Oleh karena terjadinya peningaktan
metabolisme, maka terjadi sedikit peningkatan laju pernapasan yang dianggap
normal, hiperventilasi yang lama dianggap tidak normal dan bisa menyebabkan
alkalosis.
6.
Ginjal
Poliuri sering terjadi selama proses
persalinan, mungkin dikarenakan adanya peningkatan cardiac output, peningkatan
filtrasi glomerulus, dan peningakatan aliran plasma ginjal. Proteinuria yang
sedikit dianggap normal dalam persalinan.
7.
Gastrointestinal
Motilitas lambung dan absorpsi makanan
padat secara substansi berkurang sangat banyak selama persalinan. Selain itu,
berkurangnya pengeluaran getah lambung menyebabkan aktivitas pencegahan hampir
berhenti dan pengosongan lambung menjadi sangat lambat, cairan tidak
berpengaruh dan meninggalkan perut dalam waktu biasa. Mual dan muntah bisa
terjadi sampai ibu mencapai kehamilan kala I.
8.
Hematologi
Hemoglobin meningkat sampai 1,2 gr / 100
ml selama persalinan dan akan kembali sebelum persalinan sehari pasca
persalinan, kecuali terdapat perdarahan post partum.
Perubahan
psikologis pada kala I
Asuhan yang bersifat mendukung selama
persalinan merupakan suatu standar pelayanan kebidanan. Ibu yang bersalin
biasanya mengalami perubahan emosional yang tidak stabil (Rohani, dkk 2011).
Kala
II (Kala Pengeluaran Janin)
Kala II persalinan dimulai ketika
pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala
II pada primipara berlangsung selama 2 jam dan pada multipara 1 jam.
Tanda
dan Gejala Kala II
1.
His semakin kuat,
dengan interval 2-3 menit.
2.
Ibu merasa ingin
meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
3.
Ibu merasakan makin
meningkatnya tekanan pada rektum dan/atau vagina.
4.
Perinium terlihat
menonjol.
5.
Vulva-vagina dan
spingter ani terlihat membuka.
6.
Peningkatan pengeluaran
lendir dan darah.
Diagnosis
Kala II ditegakkan atas dasar pemeriksaan dalam yang menunjukkan:
1.
Pembukaan serviks telah
lengkap.
2.
Terlihat bagian kepala
bayi pada introitus vagina.
Tabel 2.1 Lamanya persalinan (Rohani,
dkk. 2011)
Lamanya
Persalinan
|
||
|
Primipara
|
Multipara
|
Kala
I
|
13
jam
|
7
jam
|
Kala
II
|
1
jam
|
½
jam
|
Kala
III
|
½
jam
|
¼
jam
|
Total
|
14
½ jam
|
7
¾ jam
|
Penatalaksanaan Fisiologis Kala II
Penatalaksanaan pada prinsip bahwa kala
II merupakan pristiwa normal yang diakhiri dengan kelahiran normal tanpa adanya
intervensi. Saat pembukaan sudah lengkap, anjurkan ibu untuk meneran sesuai
dengan dorongan alamiahnya dan beristirahat diantara 2 kontraksi. Jika
menginginkan, ibu dapat mengubah posisinya, biarkan ibu mengeluakan suara
selama persalinan dan proses kelahiran berlangsung ( Rohani, dkk 2011).
Pada permulaan kala II, umumnya
kepala janin telah masuk ruang panggul. Ketuban yang menonjol biasanya akan
pecah sendiri. Apabila belum pecah, ketuban harus dipecahkan. His datang lebih
sering dan lebih kuat, lalu timbullah his mengedan. Penolong harus telah siap
memimpin persalinan.
Ada
2 cara ibu mengedan,
1.
Posisi berbaring sambil
merangkul kedua pahanya dengan kedua lengan sampai batas siku. Kepala diangkat
sedikit hingga dagu mengenai dada, mulut dikatup.
2.
Dengan sikap seperti diatas,
tetapi badan miring kearah terdapatnya punggung janin dn hanya satu kaki yang
dirangkul, yaitu yang sebelah atas. (Sofian.2011)
Perubahan
Psikologi Kala II
Pada kala II, his terkoordinasi kuat,
cepat, dan lebih lama kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun dan
masuk ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul
yang secara reflektoris menimbulkan rasa ingin meneran. Karena tekanan rektum,
ibu merasa seperti mau buang air besar, dengan tanda anus terbuka. Pada waktu
terjadinya his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka, dan perineum
meregang dengan his meneran yang terpimpin, maka akan lahir kepala diikuti oleh
seluruh badan janin.
Kala
III (Kala Pengeluaran Plasenta)
Kala III Persalinan dimulai setelah
lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban.
Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir.
Perubahan
Fisiologis Kala III
Pada kala III persalinan, otot uterus
menyebabkan berkurangnya ukuran rongga uterus secara tiba-tiba setelah lahirnya
bayi. Penyusutan ukuran rongga uterus ini menyebabkan implantasi plasenta
karena tempat implantasi menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak
berubah. Oleh karena itu plasenta akan menekuk, menebal, kemudian terlepas dari
dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun kebagian bawah uterus atau
bagian atas vagina (APN 2007).
Perubahan
Psikologis Kala III
1.
Ibu ingin melihat,
menyentuh, dan memeluk bayinya.
2.
Merasa gembira, lega,
dan bangga akan dirinya ; juga merasa sangat lelah.
3.
Memusatkan diri dan
kerap bertanya apakah vaginanya perlu dijahit.
4.
Menaruh perhatian
terhadap plsenta.
Kala
IV (Kala Pengawasan)
Kala IV dimulai setelah lahirnya
plasenta dan berakhir 2 jam setelah proses tersebut. Observasi yang harus
dilakukan pada kala IV.
1.
Tingkat kesadaran.
2.
Pemeriksaan tanda-tanda
vital : tekanan darah, nadi, dan pernafasan.
3.
Kontraksi uterus.
4.
Terjadinya perdarahan.
Perdarahan dianggap masih normal jika jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc.
Asuhan
dan pemantauan pada kala IV
1.
Lakukan rangsangan
taktil (seperti pemijatan) pada uterus, untuk merangsang uterus berkontraksi.
2.
Evaluasi tinggi fundus
dengan meletakkan jari tangan secara melintang antara pusat dan fundus uteri.
3.
Perkiraan kehilangan
darah secara keseluruhan.
4.
Periksa perineum dari
perdarahan aktif (misalnya apakah ada laserasi atau episiotomi).
5.
Evaluasi kondisi ibu
secara umum.
6.
Dokumnetasikan semua
asuhan dan temuan selama kala IV persalinan dihalaman belakang partograf segera
setelah asuhan diberikan atau setelah penilaian dilakukan.
Pemantauan
keadaan umum ibu pada kala IV
Sebagian besar kejadian kesakitan dan
kematian ibu disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan dan terjadi dalam 4
jam pertama setelah kelahiran bayi. Karena alasan ini, penting sekali untuk
memantau ibu secara ketat segera setelah setiap tahapan atau kala persalinan
diselesaikan.
Hal-hal
yang perlu dipantau selama 2 jam pertama pasca persalinan.
1.
Pantau tekanan darah,
nadi, tinggi fundus, kandung kemih, dan perdarahan setiap 15 menit dalam 1 jam
pertama dan setiap 30 menit dalam 1 jam kedua pada kala IV.
2.
Pemijatan uterus untuk
memastikan uterus menjadi keras, setiap 15 menit dalam 1 jam pertama dan setiap
30 menit dalam jam kedua kala IV.
3.
Pantau suhu ibu satu
kali pada jam pertama dan satu kali pada jam kedua pasca persalinan.
4.
Nilai perdarahan,
periksa perineum dan vagina setiap 15 menit dalam 1 jam pertama dan setiap 30
menit pada jam kedua.
5.
Ajarkan ibu dan
keluarganya bagaimana menilai tonus dan perdarahan uterus, juga bagaimana
melakukan pemijatan jika uterus menjadi lemberk. (Rohani, dkk 2011)
2.4.
Kecemasan
dalam Persalinan
2.4.1.
Faktor
Ibu yang Mengalami Kecemasan Dalam Menghadapi Persalinan.
1.
Umur
Umur
atau usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau
makhluk, baik yang hidup maupun yang mati.
a.
Usia ≤ 19 Tahun
Wanita
yang lebih muda dan tidak menikah lebih cenderung beresiko mengalami
peningkatan disstres emosional.
Kehamilan
remaja umumnya terkait dengan pendidikan dan karier di masa depan,implikasi
finansial tentang perawatan anak, kurang pengetahuan tentang mengasuh anak dan
pergumulan psikologis karena saat ini ia sedang berada dalam tahap pembentukan
identitas diri.
b.
Usia 20-35 Tahun
Pada
spektrum usia subur terdapat persepsi umum yang setara bahwa wanita yang lebih
dewasa dapat mempengaruhi kemampuan wanita untuk beradaptasi terhadap
kehamilannya.Pada wanita di usia ini mempunyai presepsi lebih positif terhadap
tubuh mereka dibandingkan dengan wanita yang berusia lebih muda.
c.
Usia ≥ 35 Tahun
Wanita
yang pertama kali hamil pada usia lebih dari 35 tahun mempunyai resiko
abnormalitas kongenital janin, seperti sindrom down. Wanita di usia ini
memiliki kebutuhan lebih besar untuk ditawarkan penapisan antenatal maka wanita
di usia lebih dari 35 tahun ini cenderung ditawari melahirkan dengan seksio
sesaria. (Henderson dan Jones, 2005). Adapun pertanyaan yang diajukan untuk
umur menurut (Notoatmodjo 2012) adalah Berapa umur ibu sekarang?
2.
Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Pendidikan
merupakan peran penting dalam proses tumbuh kembang seluruh kemampuan dan
perilaku manusia. Dengan pengetahuan manusia dianggap akan memperoleh
pengetahuan. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka akan semakin berkualitas
pengetahuan seseorang. Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih mudah menerima ide teknologi baru
(Notoatmojo, 2003).
Wanita-wanita
intlektual biasanya menghadapi kehamilan dan kecemasan itu secara
objektif-rasional walaupun seringkali diliputi pengharapan dan antisipasi,
pengalaman-pengalaman tersebut dapat memperkaya dan lebih mematangkan
dirinya.Pada wanita non intlektual seringkali mengganggap kehamilannya sebagai
proses biologis yang sangat berat dan membebani dirinya, mereka tidak
menunjukkan pengertian dan simpati terhadap arti dari peristiwa kehamilan
(Kartono,2005). Adapun pertanyaan yang diajukan untuk pendidikan menurut
(Notoatmodjo 2012) adalah apa pendidikan terakhir ibu ?
3.
Pekerjaan
Pekerjaan dalam
arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh manusia. Dalam
arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang
menghasilkan uang bagi seseorang. Dalam pembicaraan
sehari-hari istilah ini sering dianggap sinonim dengan profesi.
Pengalaman
dan pendidikan seseorang dari sejak kecil akan mempengaruhi sikap dan
penampilan seseorang. Hurlock mengemukakan bahwa kesesuaian antara pekerjaan
dalam diri seseorang memberikan kesan dan pengetahuan (Hurlock. 2003).
Diketahui ibu yang bekerja lebih aktif dibandingkan dengan ibu yang tidak
bekerja atau ibu yang bekerja lebih stabil dibandingkan dengan ibu yang tidak
bekerja.Wanita yang bekerja memiliki toleransi yang lebih besar terhadap
penderitaan dan rasa sakit ketika melahirkan bayinya (Kartono, 2005). Adapun
pertanyaan yang diajukan untuk pekerjaan menurut (Notoatmodjo 2012) adalah apa
kegiatan ibu sehari-hari ?
4.
Kunjungan Antenatal
Kunjungan
antenatal yaitu pemeriksaan berkala yang dilakukan ibu hamil yang bertujuan
untuk mengetahui keadaan dirinya dan bayinya serta mendapatkan pendidikan
kesehatan seputar ibu hamil, persalinan, nifas dan perawatan bayi serta
tanda-tanda bahaya disetiap tingkatannya.
Banyak
wanita hamil menyadari kenyataan adanya bayi , terutama saat pertama kali
gerakan janin dirasakan, beberapa wanita mengadopsi sikap yang lebih positif
terhadap kehamilan mereka pada saat ini.Oleh karena itu, asuhan antenatal
memberi kesempatan pada wanita untuk mengenal bayinya sebelum lahir dapat membantu
meminimalkan disstres. Teknik pemindaian simpatis (USG) dapat digunakan untuk
membantu wanita menyesuaikan diri secara positif terhadap kehamilannya dan,
selain itu, dapat membantu ayah untuk lebih mudah beradaptasi (Henderson dan Jones, 2005). Adapun pertanyaan
yang diajukan untuk kunjungan antenatal menurut (Notoatmodjo 2012).
5.
Dukungan Suami dan
Keluarga
Dukungan
sosial merupakan bantuan yang diterima individu dari orang-orang tertentu dalam
kehidupannya dan berada dalam lingkungan sosial tertentu seperti suami,
orangtua, mertua, teman atau tetangga yang membuat penerima merasa
diperhatikan, dihargai dan dicintai.
Wanita
yang diperhatikan dan dikasihi oleh pasangannya selama hamil dan merasa bahagia
dengan pernikahannya menunjukkan gejala emosi yang lebih ringan dan sedikit
komplikasi persalinan dan lebih mudah dalam penyesuaian selama masa nifas.
Suami
dapat memberikan dukungan dengan mengerti dan memahami setiap perubahan yang
terjadi pada istrinya, memberikan perhatian dengan penuh kasih sayang dan
berusaha meringankan beban kerja istri.
Dukungan
keluarga dapat berupa mengunjungi ibu serta dalam pelaksanaan ritual adat yang
pada beberapa orang mempunyai arti tersendiri yang tidak boleh diabaikan. (Ai
Yeyeh 2009). Adapun pertanyaan yang diajukan untuk dukungan keluarga menurut
(Notoatmodjo 2012) adalah 1) Saya jarang ditemani suami dan keluarga saat
memeriksakan kehamilan saya 2) Saya khawatir apabila suami dan keluarga saya
tidak mendampingi saat persalinan.
Kecemasan
menghadapi proses persalinan adalah respon emosi terhadap stres dan emosi
negatif yang ditandai dengan perasaan ketakutan dan kekhawatiran yang mendalam
yang berkelanjutan terhadap suatu proses pengeluaran hasil konsepsi ke dunia
luar dari rahim melalui jalan lahir atau jalan lain dengan bantuan atau tanpa
bantuan yang dilakukan oleh tubuh wanita.
Kecemasan
merupakan implementasi rasa aman terhadap situasi yang mengancam, kecemasan
dapat timbul ketika individu menghadapi pengalaman-pengalaman baru seperti saat
sedang manjalani kehamilan dan persalinan. Sebab terjadinya kecemasan tersebut
antara lain:
1.
Takut Mati
Sekalipun
peristiwa kelahiran itu merupakan suatu fenomena fisiologis yang normal, namun
hal-hal tersebut tidak kalis dari risiko-risiko dan bahaya kematian. Bahkan
pada proses kelahiran yang normal sekalipun senantiasa disertai pendarahan dan
kesakitan-kesakitan hebat. Peristiwa inilah yang menimbulkan
ketakutan-ketakutan, khususnya takut mati, baik kematian dirinya sendiri,
maupun anak bayi yang akan dilahirkan.
2.
Trauma Kelahiran
Trauma
kelahiran ini berupa ketakutan akan berpisahnya bayi dari rahim ibunya,
ketakutan berpisah ada kalanya menghinggapi seorang ibu yang merasa amat takut
kalau bayinya akan berpisah dari dirinya, seolah-olah ibu tersebut menjadi
tidak mampu menjamin keselamatan bayinya.
3.
Perasaan Berdosa atau
Bersalah Terhadap Ibunya
Sering
kita jumpai adat kebiasaan sejak zaman dahulu sampai sekarang berupa
a.
Orang lebih suka dan
merasa lebih mantap kalau ibunya (nenek sang bayi) menunggui ketika melahirkan
bayinya.
b.
Maka menjadi sangat
pentinglah kehadiran ibu tersebut pada saat anaknya melahirkan oroknya.
4.
Ketakutan Melahirkan
Ketakutan
melahirkan berhubungan dengan proses melahirkan yang berkaitan dengan ibu,
kejadian melahirkan merupakan peristiwa besar yang membawa ibu berada antara
hidup dan mati, menyebabkan ibu merasa cemas akan keadaannya, dukungan yang
penuh dari anggota keluarga penting artinya bagi seorang ibu bersalin terutama
dukungan suami sehingga memberikan support moril terhadap ibu. (Kartono.2005)
2.5.
Dampak
kecemasan yang dialami oleh ibu hamil primigravida.
1.
Pada proses kelahiran
bayi.
Banyak orang berspekulasi tentang mudah
atau sulitnya aktivitas melahirkan bayi itu, dengan membandingkan prosesnya
diantara berbagai suku bangsa yang mempunyai bermacam-macam kebudayaan. Orang
menyebut beberapa faktor penyebab mudah sulitnya aktivitas melahirkan bayi,
antara lain ialah :
a.
Perbedaan iklim dan
lingkungan sosial, yang mempengaruhi fungsi-fungsi kelenjar endokrin dan
kelenjar endokrin ini sangat penting fungsinya pada saat melahirkan bayi.
b.
Cara hidup yang baik
atau cara hidup yang sangat ceroboh dari wanita yang bersangkutan. Sebab cara
hidup tersebut. Terutama cara hidup seksualnya, mempengaruhi kondisi rahim dan
organ genetalianya.
c.
Kondisi otot-otot
panggul wanita.
d.
Kondisi psikis/kejiwaan
wanita yang bersangkutan (Kartono 2005).
2.
Pada proses perawatan
bayi selanjutnya.
Keadaan dimana ibu merasa sedih
berkaitan dengan bayinya disebut baby blues. Penyebabnya antara lain :
perubahan perasaan saat hamil (kecemasan), perubahan fisik dan emosional.
Perubahan yang ibu alami akan kembali secara perlahan setelah beradaptasi
dengan peran barunya..
Gejala
baby blues antara lain:
a.
Menangis
b.
Sulit tidur
c.
Gelisah
d.
Perubahan perasaan
e.
Cemas
f.
Kesepian
g.
Tidak menyukai dan
takut menyentuh bayinya
h.
Penurunan libido
i.
Kurang perhatian
terhadap penampilannya sendiri
j.
Penurunan/peningkatan
berat badan
k.
Perasaan bersalah dan
putus harapan
l.
Kurang percaya diri
dalam perawatan bayinya
Beberapa
faktor predisposisinya antara lain:
a.
Perubahan hormonal yang
cepat.
b.
Masalah medis dalam
kehamilan
c.
Karakter pribadi
d.
Ketidakmampuan membina
hubungan dengan orang lain
e.
Riwayat depresi
f.
Kehamilan yang tidak
diinginkan
g.
Terisolasi
h.
Kelemahan, kecemasan
serta ketakutan-ketakutan terhadap berbagai masalah yang akan muncul setelah
kelahiran bayi (Ambarwati, 2008).
2.6.
Hasil penelitian yang berkaitan
1.
Inka
puty larasati, 2010,Puskesmas Jagir Kecamatan Wonokromo Surabaya, Pengaruh
keikutsertaan senam hamil terhadap kecemasan primigravida trimester ketiga
dalam menghadapi persalinan, Untuk mengetahui hubungan antara kecemasan dengan
keikutsertaan dalam senam hamil, Metode dalam penelitian ini menggunakan metode
penelitian observarsional (survei), Hasil didapatkan responden
yang sering mengikuti senam hamil (> 5 kali) seluruhnya tidak mengalami
kecemasan (14,28%), jarang mengikuti senam hamil (1 – 5 kali) selama kehamilan
trimester ketiga, 22 (39,29%) responden tidak mengalami kecemasan, 7 (12,5%)
responden mengalami cemas ringan dalam menghadapi persalinan dan 19 responden
(33,93%) yang tidak pernah mengikuti senam hamil
2.
Ayu siska, 2010, Di
RSUP DR. Djamil Padang, Gambaran tingkat kecemasan (Anxiety) terhadap operasi
sectio caesarea yang tidak direncanakan, Untuk mengetahui gambaran tingkat
kecemasan terhadap tindakan operasi sectio caesarea yang tidak direncanakan,
Metode yang digunakan yaitu survei deskriptif, Hasil yang didapatkan yaitu
53,85% mengalami kecemasan pada ibu multigravida dan 58,82% pada ibu
primigravida.
3.
Laili rahmi, 2009, Di RSUP DR. Djamil Padang, Hubungan usia,
tingkat pendidikan, dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan menjelang
persalinan pada ibu primigravida trimester III, Untuk mengetahui hubungan usia,
tingkat pendidikan, dukungan suami dan dukungan keluarga dengan tingkat
kecemasan menjelang persalinan pada ibu primigravida trimester III, Metode yang
digunakan yaitu survei analitik, Hasil yang di dapatkan. Terdapat hubungan yang
bermakna antara dukungan suami dengan tingkat kecemasan menjelang persalinan
pada ibu primigravida trimester III .Terdapat hubungan yang bermakna antara
dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan Menjelang persalinan pada ibu
primigravida trimester III. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara usia
dengan tingkat kecemasan. Menjelang persalinan pada ibu primigravida trimester
III. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan
tingkat Kecemasan menjelang persalinan pada ibu primigravida trimester III.
4.
Maria rosa lamude, 2009, Rumah sakit umum kota Semarang,
Hubungan support sistem suami dengan tingkat kecemasan ibu dalam proses
persalinan kala I dan kala II, Untuk mengetahui adanya hubungan antara support
sistem suami dengan tingkat kecemasan ibu dalam proses persalinan kala I dan
kala II, Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analitik yang
menggunakan pendekatan crossectional, Hasilnya adalah adanya hubungan antara
support sistem suami dengan tingkat kecemasan ibu dalam proses persalinan kala
I dan kala II.
5.
Ditha arindra, 2009. Di BPS. Ny. Muarofah Asem Rowo Surabaya
.Kecemasan menghadapi persalinan anak pertama pada ibu dewasa awal, Tujuannya
untuk mengetahui kecemasan pada ibu ketika menghadapi persalinan anak pertama
dan mengetahui penyebab kecemasan pada ibu dalam menghadapi persalinan anak
pertama, Penelitian ini menggunakan pendahuluan kualitatif, Kecemasan tertinggi
terdapat pada subjek ketiga dan terendah subjek pertama.
6.
Tri indri maharani, 2010, di rumah bersalin Melania, depok,
Hubungan antara dukungan sosial dan kecemasan dalam menghadapi persalinan pada
ibu hamil trimester ketiga, Tujuan penelitian ini ongin memperoleh gambaran
atau deskripsi mengenai hubungan antara dukungan sosial dan kecemasan pada
wanita hamil trimester ketiga dalam menghadapi persalinan, Menggunakan metode
survei analitik, Hasil subjek penelitian yang memiliki dukungan sosial yang
rata-rata tinggi dan kecemasan dalam menghadapi persalinan rendah.
BAB 3
KERANGKA
KONSEP
Menurut
Notoatmojo (2012). Konsep merupakan suatu abstraksi yang dibentuk dengan
menggeneralisasikan suatu pengertian. Kerangka konsep penelitian pada dasarnya
adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang diinginkan, diamati atau
diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan. Berdasarkan pada
latar belakang dan landasan teori, maka dalam penelitian ini dibuat kerangka
konsep seperti berikut:
Ibu
Primigravida
|
Tingkat
Kecemasan
Ringan
Sedang
Berat
Panik
|
Hal-hal yang mempengaruhi kecemasan:
·
Umur
·
Pendidikan
·
Pekerjaan
·
Kunjungan Antenatal
·
Dukungan Sosial
|
Keterangan
: Diteliti
:
Tidak di Teliti
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Gambaran Kecemasan
Primigravida dalam Menghadapi Persalinan ( Modifikasi teori 1) Kartini kartono,
2005, 2) Henderson dan Jones, 2005,3) Stuart,
2006, 4) Notoatmodjo, 2012)
BAB 4
METODE
PENELITIAN
4.1.
Desain Penelitian
Desain dalam penelitian ini menggunakan
jenis penelitian deskriptif. Menurut Notoatmodjo (2012), penelitian deskriptif
dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya bertujuan untuk melihat
gambaran fenomena (termasuk kesehatan) yang terjadi di dalam suatu populasi
tertentu. Penelitian ini untuk mengetahui bagaimana Gambaran Kecemasan Ibu
Primigravida dalam Menghadapi Persalinan di Puskesmas Tanjung Karang.
Populasi
|
Probability
Sampling
|
Pengumpulan
Data dengan Check List
|
Pengolahan
Data
|
Analisis
Data
|
Penetapan
Sampel ( Kriteria Inklusi)
|
Infomed
Consent
|
Tabulasi
Data Sesuai Variabel yang Diukur
|
Hasil
|
Kesimpulan
|
Gambar 4.1. Kerangka
Kerja
4.3.
Populasi, Sample dan Teknik Sampling
4.3.1.
Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti ukntuk di pelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya ( Alimul aziz 2012). Populasi yang akan digunakan yaitu ibu hamil
primigravida yang kehamilannya memasuki usia kehamilan 38 - 40 minggu pada
bulan Mei 2013 sejumlah 46 orang.
4.3.2
Sampel dan Besar Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang
akan diteliti untuk mewakili seluruh anggota populasi (Notoatmodjo, 2012)
Kriteria Inklusi
dan Ekslusi
Agar karakteristik sampel tidak
menyimpang dari populasinya, maka sebelum dilakukan pengambilan sampel perlu
ditentukan kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah kriteria atau
ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil
sebagai sampel. Sedangkan kriteria ekslusi adalah ciri-ciri anggota populasi
yang tidak dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo 2012).
a.
Kriteria Inklusi
1.
Ibu yang baru pertama
kali hamil (primigravida)
2.
Ibu yang tinggal di wilayah
Puskesmas Tanjung Karang dan memeriksakan kehamilannya di Puskesmas Tanjung
Karang.
3.
Ibu yang pada bulan Mei
usia kehamilannya telah memasuki trimester ke III minggu ke 38 – 40.
4.
Bersedia dijadikan
responden
5.
Memahami bahasa
Indonesia dan bisa baca tulis
b.
Kriteria Ekslusi
1.
Ibu yang sudah hamil
beberapa kali (Multigravida)
2.
Ibu yang tidak bersedia
dijadikan responden
3.
Ibu yang pada bulan Mei
usia kehamilannya belum memasuki trimester ke III minggu ke 38-40.
4.
Tidak memahami bahasa
Indonesia dan tidak bisa baca tulis
5.
Ibu hamil sedang dalam
keadaan tidak sehat (sakit)
(Notoatmodjo 2012).
Dalam penelitian ini besar sampel ditentukan dengan menggunakan metode
slovin adalah sebagai berikut:
dimana
n:jumlah sampel
N: jumlah populasi
e:batas toleransi
kesalahan (error tolerance)
Jumlah ibu hamil yang
memasuki usia kehamilan 38-40 minggu pada bulan Juli terdapat : 46 Orang.
n =
= 31,5 = 32 Orang
Jadi besar sampel pada
penelitian ini adalah 32 orang.
4.3.3.
Teknik Sampling
Teknik sampling suatu proses seleksi
sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah
sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada. Dalam penelitian ini akan
digunakan probability sampling yaitu
teknik pengambilan sampling dengan memberikan peluang yang sama dari setiap
anggota populasi, teknik probability sampling yang digunakan yaitu simple
random sampling yaitu cara pengambilan sample yang dilakukan dengan cara acak
tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi.
4.4.
Waktu dan Lokasi Penelitian
4.4.1.
Waktu penelitian
Penelitian
ini telah dilaksanakan pada bulan Juli 2013.
4.4.2.
Tempat penelitian
Penelitian dilaksanakan di wilayah
Puskesmas Tanjung Karang. Sebelumnya belum pernah dilakukan penelitian tentang
Gambaran kecemasan ibu primigravida dalam menghadapi persalinan.
No
|
Variabel
|
Definisi Operasional
|
Parameter
|
Alat Ukur
|
Skala Ukur
|
Skor
|
1
|
Tingkat kecemasan ibu primigravida
|
Suatu ketengangan yang dialami ibu yang pertama
kali hamil dalam menghadapi persalinannya yang usia kehamilannya memasuki 38
– 40 minggu pada bulan Mei.
|
Perasaan cemas (ansietas)
a.
Cemas
b.
firasat buruk
c.
takut akan pikiran sendiri
d.
mudah tersinggung
Ketegangan
-
merasa tegang
-
lesu
-
tidak bisa istirahat tenang
-
mudah terkejut
-
mudah menangis
-
gemetar
-
gelisah
Ketakutan
a.
pada gelap
b.
pada orang asing
c.
ditinggal sendiri
d.
pada binatang besar
e.
pada keramaian lalu lintas
f.
pada kerumunan orang banyak
Gangguan tidur
a.
Sukar masuk tidur
b.
terbangun malam hari
c.
tidur tidak nyenyak
d.
bangun dengan lesu
e.
banyak mimpi-mimpi
f.
mimpi buruk
g.
mimpi menakutkan
Gangguan kecerdasan
a.
sukar konsentrasi
b.
daya ingat menurun
c.
daya ingat buruk
Perasaan depresi (murung)
a.
hilangnya minat
b.
berkurangnya kesenangan pada hobi
c.
sedih
d.
bangun dini hari
e.
prasaan berubah-ubah sepanjang hari
Gejala somatik/fisik (otot)
a.
sakit dan nyeri di otot-otot
b.
kaku
c.
kedutan otot
d.
gigi gemerutuk
e.
suara tidak stabil
Gejala somatik/fisik (sensorik)
a.
tinitus (telinga berdenging)
b.
penglihatan kabur
c.
muka merah atau pucat
d.
merasa lemas
e.
perasaan ditusuk-tusuk
Gejala kardiovaskuler
(jantung dan pembuluh darah)
a.
takikardia (denyut jantung cepat)
b.
berdebar-debar
c.
nyeri di dada
d.
denyut nadi mengeras
e.
rasa lesu/lemas seperti mau pingsan
f.
detak jantung menghilang (berhenti
sekejap)
Gejala respiratori (pernafasan)
a.
rasa tertekan atau sempit didada
b.
rasa tercekik
c.
sering menarik nafas
d.
nafas pendek/sesak
Gejala gastrointestinal (pencernaan)
a.
sulit menelan
b.
perut melilit
c.
gangguan pencernaan
d.
nyeri sebelum dan sesudah makan
e.
perasaan terbakar diperut
f.
rasa penuh atau kembung
g.
mual
h.
muntah
i.
buang air besar lembek
j.
sukar air besar ( konstipasi)
k.
kehilangan berat badan
Gejala urogenital ( perkemihan dan kelamin )
a.
sering buang air kecil
b.
tidak dapat menahan air seni
c.
tidak datang bulan (tidak ada haid )
d.
darah haid berlebihan
e.
darah haid amat sedikit
f.
masa haid berkepanjangan
g.
masa haid amat pendek
h.
haid beberapa kali dalam sebulan
i.
menjadi dingin (frigid )
j.
ejakulasi dini
k.
ereksi melema
l.
ereksi hilang
m.
impotensi
Gejala autonom
-
mulut kering
-
muka merah
-
mudah berkeringat
-
kepala pusing
-
kepala terasa berat
-
kepala terasa sakit
-
bulu-bulu berdiri
Tingkah laku (sikap) pada wawancara
a.
gelisah
b.
tidak senang
c.
jari gemetar
d.
kerut kening
e.
muka tegang
f.
otot tegang/mengeras
g.
nafas pendek dan cepat
h.
muka merah
|
Check list
|
Ordinal
|
Penilaian
14 – 20 = ringan
21 – 27 = sedang
28 – 41 = berat
42 – 56 = panik
|
Tabel
4.1 Notoatmodjo 2012, Metode Penelitian Kesehatan.
4.6.
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitan adalah alat-alat
yang digunakan untuk pengumpulan data ( Notoatmodjo 2012).
Alat ukur yang digunakan dalam penelitan
ini berupa check list adalah suatu daftar untuk men “cek” dengan meberikan
tanda “ √ “ pada daftar yang telah di siapkan, hanya mencatat ada atau tidaknya
suatu gejala ( Notoatmodjo 2012). Adapun item tersebut terdiri dari 14 item
dengan kriteria gejala sebagai berikut 1) Perasaan cemas (ansietas) dengan
kriteria cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung; 2)
Ketegangan dengan kriteria merasa tegang, lesu, tidak bisa istirahat tenang,
mudah terkejut, mudah menangis, gemetar, gelisah; 3) Ketakutan dengan kriteria pada
gelap, pada orang asing, ditinggal sendiri, pada binatang besar, pada keramaian
lalu lintas, pada kerumunan orang banyak; 4) Gangguan tidur dengan kriteria sukar
masuk tidur, terbangun malam hari, tidur tidak nyenyak, bangun dengan lesu,
banyak mimpi-mimpi, mimpi buruk, mimpi menakutkan; 5) Gangguan kecerdasan
dengan kriteria sukar konsentrasi, daya ingat menurun, daya ingat buruk ; 6)
Perasaan depresi (murung) (hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hobi,
sedih, bangun dini hari, prasaan berubah-ubah sepanjang hari; 7) Gejala
somatik/fisik (otot) dengan kriteria sakit dan nyeri di otot-otot, kaku,
kedutan otot, gigi gemerutuk, suara tidak stabil; 8) Gejala somatik/fisik
(sensorik) dengan kriteria tinitus (telinga berdenging), penglihatan kabur,
muka merah atau pucat, merasa lemas, perasaan ditusuk-tusuk; 9) Gejala
kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) dengan kriteria takikardia (denyut
jantung cepat), berdebar-debar, nyeri di dada, denyut nadi mengeras, rasa
lesu/lemas seperti mau pingsan, detak jantung menghilang (berhenti sekejap);
10) Gejala respiratori (pernafasan) dengan
kriteria rasa tertekan atau sempit didada, rasa tercekik, sering menarik nafas,
nafas pendek/sesak; 11) Gejala gastrointestinal (pencernaan) dengan kriteria sulit
menelan, perut melilit, gangguan pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah makan,
perasaan terbakar diperut, rasa penuh atau kembung, mual, muntah, buang air
besar lembek, sukar air besar ( konstipasi), kehilangan berat badan; 12) Gejala
urogenital ( perkemihan dan kelamin ) dengan kriteria sering buang air kecil,
tidak dapat menahan air seni, tidak datang bulan (tidak ada haid ), darah haid
berlebihan, darah haid amat sedikit, masa haid berkepanjangan, masa haid amat
pendek, haid beberapa kali dalam sebulan, menjadi dingin (frigid ), ejakulasi
dini, ereksi melemah, ereksi hilang, impotensi; 13) Gejala autonom dengan
kriteria mulut kering, muka merah, mudah berkeringat, kepala pusing, kepala
terasa berat, kepala terasa sakit, bulu-bulu berdiri; 14) Tingkah laku (sikap)
pada wawancara dengan kriteria gelisah, tidak senang, jari gemetar, kerut
kening, muka tegang, otot tegang/mengeras, nafas pendek dan cepat, muka merah).
Cara Penilaian kecemasan
adalah dengan memberikan nilai dengan kategori:
0: Tidak ada gejala dari pilihan yang ada
1: Satu gejala dari pilihan yang ada
2: Kurang dari separuh dari pilihan yang ada
3: Separuh atau lebih dari pilihan yang ada
4: Semua gejala ada ( Suliswati, 2005).
4.7.
Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data
4.7.1.
Lembar Persetujuan (Informed Consent)
Informed consent merupakan bentuk
persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian. Tujuannya adalah agar
responden mengerti maksud dan tujuan penelitian dan mengetahui dampaknya.
4.7.2.
Pengumpulan Data
Setelah itu peneliti melakukan
pengumpulan data dengan tabel observasi berupa check list.
4.7.3.
Verifikasi Data
Mengecek nama dan kelengkapan identitas
responden untuk menghindari kesalahan ataupun kekurangan identitas responden
serta mengecek kelengkapan data yaitu memeriksa kelengkapan pengisian instrumen
pengumpulan data.
4.7.4.
Pengolahan dan Penyajian Data
1.
Membuat lembar kode (coding sheet)
Tabel .
4.2. Lembar kode (coding sheet), Notoatmodjo 2012
No
|
Item
Cek list
|
Jumlah
|
|||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
13
|
14
|
||
1
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
-
32
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
Memasukkan Data (Data Entry)
Yakni mengisi kolom- kolom atau
kotak-kotak lembar kode atau kartu kode sesuai dengan jawaban masing-masing
pertanyaan.
3.
Tabulasi
Yakni membuat tabel-tabel data,
sesuai dengan tujuan penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti.
4.8.
Analisa Data
Dalam penelitian ini menggunakan analisa
deskriptif yaitu analisa yang paling mendasar untuk menggambarkan keadaan data
secara umum yaitu dalam penelitian ini untuk menggambarkan tingkat kecemasan
ringan, sedang, berat dan panik yang hasilnya berupa jumlah dan persentase dari
setiap kategori.
4.9.
Etika Penelitian
4.9.1.
Prinsip-Prinsip Petunjuk Etika Penelitian
1.
Prinsip manfaat
Dengan berprinsip pada aspek manfaat,
maka segala bentuk penelitian yang dilakukan memiliki harapan dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan manusia.
2.
Prinsip menghormati
manusia
Manusia memiliki hak dan makhluk yang
mulia yang harus dihormati, karena manusia memiliki hak dalam menentukan
pilihan antara mau dan tidak untuk diikut sertakan menjadi subjek penelitian.
3.
Prinsip keadilan
Prinsip ini dilakukan untuk menjunjung
tinggi keadilan manusia dengan menghargai hak atau memberikan pengobatan secara
adil, hak menjaga privasi manusia, dan tidak berpihak dalam perlakuan terhadap
manusia.
4.9.2.
Masalah Etika Penelitian
1.
Informed consent
Informed consent merupakan bentuk
persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan
lembar persetujuan.
2.
Anonimity (tanpa nama)
Masalah etika kebidanan merupakan
masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara
tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan
hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang
akan disajikan.
3.
Kerahasiaan
Masalah ini merupakan masalah etika
dengan memberikan jaminan kerahasian penelitian, baik informasi maupun
masalah-masalah lainnya.
BAB 5
HASIL
PENELITIAN
5.1
Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Karang
5.1.1
Letak Geografis
Puskesmas
Tanjung Karang seperti halnya puskesmas lain di Indonesia berdasarkan pada
KEPMENKES No.128 Tahun 2008, sebuah unit pelaksanaan teknik (UPT) Dinas
Kesehatan Kota Mataram yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di
satu atau sebagian wilayah kecamatan yang dalam hal ini yaitu wilayah kecamatan
Ampenan dan Sekarbela kota Mataram. Keadaan geografis Wilayah kerja Puskesmas
Tanjung Karang sebagian besar berupa dataran pinggir pantai dan sebagian
lainnya daerah dataran rendah.
Wilayah kerja
Puskesmas Tanjung Karang yang daerahnya berupa dataran rendah adalah kelurahan
Kekalik Jaya dan Taman Sari.Luas Wilayah kerja Puskesmas Tanjung Karang adalah
7.533 km² yang terdiri dari 6 kelurahan dengan batas wilayah sebagai berikut:
1.
Sebelah Utara : Berbatasan dengan kelurahan Ampenan
Tengah, Wilayah kerja Puskesmas Ampenan.
2.
Sebelah Timur : Berbatasan dengan kecamatan Mataram,
Wilayah kerja Puskesmas Pagesangan.
3.
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan kelurahan Karang Pule,
Wilayah kerja Puskesmas Karang Pule.
4.
Sebelah Barat : Berbatasan dengan selat Lombok.
5.1.2
Demografi Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Karang
1.
Kepadatan
Penduduk
Jumlah kepadatan penduduk yang dilayani
di wilayah kerja puskesmas Tanjung Karang adalah 40.231 jiwa yang tersebar di 6
kelurahan. Penduduk terpadat berada dikelurahan Tanjung Karang Permai yaitu
berjumlah 8.630 jiwa, kemudian disusul dengan kelurahan Ampenan Selatan yang
berjumlah 6.735 jiwa, dan kelurahan Kekalik Jaya 8.171 jiwa, Kelurahan Banjar
6.735 jiwa, kelurahan Taman Sari 5.502 jiwa, kelurahan Tanjung Karang 2.300
jiwa. Sedangkan kelurahan terluas adalah Tanjung Karang dan luas wilayah
terkecil adalah Tanjung Karang Permai.
Perbandingan antara penduduk berjenis
kelamin laki-laki dan perempuan adalah 20.469 jiwa (47,78%) dengan 22.402 jiwa
(52,22%). Kebanyakan penduduk tinggal di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Karang
bekerja dibidang perdagangan, nelayan, jasa angkutan dan industri pengolahan.
2.
Sarana/
tempat pelayanan kesehatan
Sarana pelayanan kesehatan lingkup kerja
Puskesmas Tanjung Karang selain Puskesmas induk juga memiliki 2 Puskesmas
Pembantu (pustu) yaitu Pustu Ampenan Selatan dan Pustu di Tanjung Karang
tepatnya di wilayah Perumnas. Dengan 2 buah polindes di Ampenan Selatan dan 1
buah polindes di wilayah Kekalik Jaya dimana bidan desanya menetap di polindes.
3.
Sumber
Daya Tenaga Kesehatan
Jumlah
tenaga pada lingkup Puskesmas Tanjung Karang tahun 2012 adalah 46 orang yang
terdiri dari 38 (80,85%) tenaga PNS dan 8 (19,15%) tenaga mengabdi/sukarela.
Dari jumlah 46 orang tenaga yang ada, sebagian besar adalah tenaga paramedik
perawatan (perawat, perawat gigi, dokter dan bidan) dan para non medik
perawatan (Sarjana kesehatan, sanitarian, ahli gizi, analis kesehatan dan
asisten apoteker).
Tabel 5.1 Data Ketenagakerjaan
No
|
Jenis
Tenaga *
|
Jumlah
|
1
|
Medik
-
Dokter
umum
-
Dokter
gigi
|
3
1
|
2
|
Serjana kesehatan
-
S.
Kep
-
SKM
|
-
-
|
3
|
Paramedik perawatan
-
S.
Kep. Ners
-
D3
Keperawatan
-
SPK
-
D3
Kebidanan
-
Bidan
-
SPRG
|
-
7
9
7
2
2
|
4
|
Paramedik non perawatan
-
AKL/APK
-
AAK
-
AKZI
-
DIII
FARMASI
-
SPAG
-
SPPH
-
SMF/SAA
-
Pekarya
kesehatan
-
SMAK
|
3
2
1
2
-
2
1
1
-
|
5
|
Non medik
-
Sarjana
(S1)
-
Sarjana
muda (DIII)
-
SMU
-
SMP
-
SD
|
1
-
2
-
-
|
|
Jumlah
|
46
Orang
|
*Data Profil PKM Tanjung Karang.
5.2
Hasil Penelitian
5.2.1
Karakteristik Umum Responden
Gambaran karakteristik umum responden
yang akan dijelaskan meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, kunjungan antenatal
dan dukungan keluarga yang dideskripsikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi berikut ini:
1.
Berdasarkan
Umur
Hasil Identifikasi
karakteristik responden berdasarkan umur dapat terlihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di Wilayah kerja Puskesmas
Tanjung Karang Tahun 2013
No
|
Umur
|
Frekuensi
(N)
|
Persentase
(%)
|
1
|
< 20 tahun
|
5
|
15,62
%
|
2
|
20 – 35 tahun
|
25
|
78,12
%
|
3
|
> 35 tahun
|
2
|
6,25 %
|
Jumlah
|
32
|
100 %
|
Sumber
: Data Primer Penelitian, 2013.
Berdasarkan tabel 5.2
diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai umur antara
20-35 tahun yaitu sebanyak 25 orang (78,12%), dan usia responden yang paling
sedikit adalah > 35 tahun sebanyak 2 orang (6,25%).
2.
Berdasarkan
Pendidikan
Hasil Identifikasi
karakteristik responden berdasarkan pendidikan dapat terlihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan di Wilayah kerja
Puskesmas Tanjung Karang Tahun 2013
No
|
Pendidikan
|
Frekuensi
(N)
|
Persentase
(%)
|
1
|
SD
|
3
|
9,37 %
|
2
|
SMP
|
7
|
21,87
%
|
3
|
SMA
|
19
|
59,37
%
|
4
|
PT
|
3
|
9,37 %
|
Jumlah
|
32
|
100
|
Sumber
: Data Primer Penelitian, 2013.
Berdasarkan
tabel 5.3 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu lebih
dari setengah responden berpendidikan SMA yaitu sebanyak 19 orang (59,37%) dan
yang paling sedikit adalah responden yang memiliki tingkat pendidikan PT yaitu
3 orang (9,37%).
3.
Berdasarkan
Pekerjaan
Hasil identifikasi
karakteristik responden berdasarkan pekerjaan dapat terlihat pada tabel berikut
ini:
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Wilayah kerja Puskesmas
Tanjung Karang Tahun 2013
No
|
Pekerjaan
|
Frekuensi
(N)
|
Persentase
(%)
|
1
|
IRT
|
21
|
65,62
%
|
2
|
Swasta
|
9
|
28,12
%
|
3
|
PNS
|
2
|
6,25 %
|
4
|
Lain-lain
|
0
|
0
|
Jumlah
|
32
|
100
|
Sumber : Data
Primer Penelitian, 2013.
Berdasarkan
tabel 5.4 diatas dapat diketahui bahwa lebih dari setengan responden yang tidak
bekerja atau sebagai ibu rumah tangga (IRT) yaitu sebanyak 21 orang (65,62%)
dan paing sedikit adalah responden yang bekerja sebagai PNS yaitu 2 orang
(6,%).
4.
Berdasarkan
Kunjungan Antenatal
Hasil identifikasi
karakteristik responden berdasarkan kunjungan antenatal dapat terlihat pada
tabel berikut ini:
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kunjungan Antenatal di Wilayah kerja
Puskesmas Tanjung Karang Tahun 2013
No
|
Kunjungan
Antenatal
|
Frekuensi
(N)
|
Persentase
(%)
|
1
|
< 4 kali
|
6
|
18,25
%
|
2
|
> 4 kali
|
26
|
81,25
%
|
Jumlah
|
32
|
100
|
Sumber : Data
Primer Penelitian, 2013.
Berdasarkan
tabel 5.5 diatas dapat diketahui bahwa lebih dari setengan responden yang
melakukan kunjungan antenatal > 4 kali yaitu sebanyak 26 orang (81,25%)
serta yang < 4 kali yaitu sebanyak 6
orang (18,25%).
5.
Berdasarkan
Dukungan Sosial
Hasil Identifikasi
karakteristik responden berdasarkan dukungan sosial dapat terlihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Sosial di Wilayah kerja
Puskesmas Tanjung Karang Tahun 2013
No
|
Dukungan
Sosial
|
Frekuensi
(N)
|
Persentase
(%)
|
1
|
Ia
|
29
|
90,62
%
|
2
|
Tidak
|
3
|
9,37 %
|
Jumlah
|
32
|
100
|
Sumber : Data
Primer Penelitian, 2013.
Berdasarkan
tabel 5.6 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yang mendapat dukungan
sosial yaitu sebanyak 29 orang (90, 62%) dan yang kurang mendapat dukungan
sosial yaitu sebanyak 3 orang (9, 37%).
5.2.2
Tingkat Kecemasan
Tingkat kecemasan pada
ibu
Untuk
mengetahui gambaran tingkat kecemasan pada ibu dapat dilihat pada table 5.7
berikut:
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan
Pada Ibu Dalam Menghadapi Persalinan di Puskesmas Tanjung Karang bulan Juli
tahun 2013
No
|
Tingkat
Kecemasan
|
Frekuensi
(N)
|
Persentase
(%)
|
1
|
Tidak mengalami kecemasan
|
10
|
31, 25
%
|
2
|
Ringan
|
6
|
18,75
%
|
3
|
Sedang
|
14
|
43, 75
%
|
4
|
Berat
|
2
|
6,25 %
|
5
|
Panik
|
0
|
0
|
Jumlah
|
32
|
100
|
Berdasarkan
table 5.7 diatas terlihat dari 32 responden sebagian besar responden 14 orang (43,75%)
memiliki tingkat kecemasan sedang dan sebagian kecil responden 2 orang (6,25%)
memiliki tingkat kecemasan berat.
5.3
Pembahasan
5.3.1
Karakteristik Demografi Responden
1.
Umur
Hasil penelitian pada tabel 5.2 dan
lampiran 3 diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai umur antara 20-35
tahun yaitu sebanyak 25 orang (78,12%), dimana terdapat 10 orang yang tidak
mengalami kecemasan. Pada umur < 20 tahun sebanyak 5 orang terdapat 3 orang
yang mengalami tingkat kecemasan sedang dan yang berumur > 35 tahun sebanyak
2 orang dan terdapat 2 orang yang mengalami tingkat kecemasan sedang.
Berdasarkan hasil tersebut berarti bahwa
sebagian besar responden mempunyai usia pada masa remaja dewasa dan masih dalam
masa produktif dalam usia 20-35 ini selain memiliki tingkat kematangan diri
yang cukup pada wanita usia 20-35 resiko komplikasi serta abnormalitas rendah.
Pada wanita yang melahirkan lebih muda mempunyai kecendrungan mengalami
distrees emosional menjelang menghadapi persalinan, selain itu pula wanita yang
telah berusia > 35 tahun mempunyai resiko komplikasi persalinan dan
abnormalitas kongenital hal ini menyebabkan kecemasan pada ibu dengan usia >
35 tahun.
Pada spektrum usia subur terdapat
persepsi umum yang setara bahwa wanita yang lebih dewasa dapat mempengaruhi
kemampuan wanita untuk beradaptasi terhadap kehamilannya (Henderson dan Jones,
2005).
2.
Pendidikan
Hasil penelitian pada tabel 5.3 dan
lampiran 3 diketahui bahwa responden berpendidikan hampir dari setengah
responden berpendidikan SMA yaitu sebanyak 19 orang (59,37%) terdapat 7 orang
yang tidak mengalami kecemasan dan paling sedikit mempunyai pendidikan PT
(perguruan tinggi) sebanyak 3 orang (9,37%) terdapat 3 orang yang tidak
mengalami kecemasan dan SD sebanyak 3 orang (9,37%) terdapat 2 orang yang
mengalami tingkat kecemasan sedang dan yang berpendidikan SMP terdapat 7 orang
(21,87 %) terdapat 6 orang yang mengalami tingkat kecemasan sedang.
Berdasarkan hasil tersebut berarti
menunjukkan bahwa sebagian besar responden sudah memiliki tingkat pendidikan
yang cukup baik. Pada wanita yang memiliki tingkat pendidikan yang cukup baik
akan mempengaruhi seseorang dalam menerima ide baru hal ini mempengaruhi dapat
mempengaruhi kecemasan pada saat menghadapi persalinan dikarenakan ibu yang
memiliki tingkat pendidikan yang baik dapat menerima proses demi proses dalam
kehamilannya sebagai suatu hal yang biologis sedangkan pada ibu yang
berpendidikan rendah sering kali mengalami kecemasan dikarenakan proses
kehamilan tersebut dianggap sebagai hal yang membebani dirinya serta kurang
dapat menerima ide baru.
Wanita-wanita intelektual biasanya
menghadapi kehamilan dan kecemasan itu secara objektif-rasional walaupun
seringkali diliputi penghargaan dan antisipasi, pengalaman-pengalaman tersebut
dapat memperkaya dan lebih mematangkan dirinya (Kartono 2005).
3.
Pekerjaan
Hasil
penelitian pada tabel 5.4 dan lampiran 3 diketahui bahwa responden mempunyai
pekerjaan hampir dari setengah responden tidak bekerja atau sebagai Ibu Rumah
Tangga (IRT) yaitu sebanyak 21 orang (65,62%) terdapat 8 orang yang mengalami
tingkat kecemasan sedang sedangkan paling sedikit responden mempunyai pekerjaan
sebagai PNS yaitu sebanyak 2 orang (6,25%) terdapat 2 orang yang tidak
mengalami kecemasan. Pekerjaan swasta sebanyak 9 orang (28,12 %) terdapat 4
orang yang tidak mengalami kecemasan.
Diketahui
ibu yang bekerja memiliki toleransi terhadap penderitaan dan rasa sakit ketika
melahirkan bayinya (Kartono, 2005). Sehingga ibu yang bekerja dapat memahami
rasa sakit sebagai suatu hal yang biologis sehingga dapat meningkatkan adaptasi
ibu terhadap kehamilannya dan meminimalkan tingkat kecemasan ibu dalam
menghadapi persalinan.
4.
Kunjungan
Antenatal
Hasil
penelitian pada tabel 5.5 dan lampiran 3 diketahui bahwa responden sebagian
besar telah melakukan kunjungan antenatal > 4 kali yaitu sebanyak 26 orang
(81,25%) terdapat 10 orang yang mengalami tingkat kecemasan sedang dan 10 orang
yang tidak mengalami kecemasan. Pada ibu yang melakukan kunjungan antenatal
< 4 kali terdapat 6 orang (18,25 %) terdapat 4 orang yang mengalami tingkat
kecemasan sedang . Hal ini menggambarkan telah tingginya angka kesadaran
masyarakat terhadap pentingnya pemeriksaan kehamilan hal tersebut juga
dipengaruhi oleh pendidikan ibu dan sudah cukup tinggi.
Asuhan
antenatal memberikan kesempatan pada wanita untuk mengenal bayinya sebelum
lahir dapat meminimalkan disstres (Henderson dan Jones, 2005). Dengan ibu
mengetahui kondisi perkembangan bayinya serta dapat menerima konseling pada
saat kunjungan antenatal hal ini dapat meningkatkan kenyamanan serta ketenangan
yang akan sangat berpengaruh pada tingkat kecemasan ibu yang akan mengahadapi
persalinannya.
5.
Dukungan
Sosial
Hasil
penelitian pada tabel 5.6 dan lampiran 3diketahui bahwa hanya sebagian kecil
saja dari para ibu hamil yang tidak mendapatkan dukungan sosial yaitu sebanyak
3 orang (9,37%) terdapat 2 orang yang mengalami tingkat kecemasan berat . Pada
ibu yang mendapatkan dukungan sosial yaitu 29 orang (90,62 %) terdapat 13 orang
yang mengalami kecemasan sedang hal ini terlihat pada saat pemeriksaan ibu
hamil ibu diantar oleh suami, orang tua, saudara dan bahkan para tetangga.
Wanita
yang diperhatikan dan dikasihi oleh pasangannya selama hamil dan merasa bahagia
dengan pernikahannya menunjukkan gejala emosi yang lebih ringan dan sedikit
komplikasi persalinan dan lebih mudah dalam penyesuaian masa nifas (Ai Yeyeh, 2009).
5.3.2 Tingkat Kecemasan
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel
5.7 dan lampiran 3 diperoleh data pada primigravida tingkat kecemasan dalam
menghadapi persalinan 14 (43,75%) memiliki tingkat kecemasan ringan.
Yang menghadapi tingkat kecemasan
berat hanya terdapat 2 orang (6,25%) dan tidak terdapat ibu yang mengalami
tingkat kecemasan panik.Hal ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu yang
sudah memadai serta umur ibu hanya sebagian kecil yang berusia < 20 tahun
serta kesadaran ibu hamil primigravida di wilayah kerja puskesmas Tanjung
Karang telah memiliki kesadaran tinggi dalam pemeriksaan ibu hamil hal ini
dapat terlihat dari kunjungan ibu hamil > 4 kali terdapat 26 orang (81,25%)
serta dukungan dari keluarga cukup besar yaitu 29 (90,62%).
Menghadapi proses persalinan menimbulkan
respon emosi yang umum ditandai dengan kekhawatiran dan ketegangan menghadapi
proses kelahiran dan persalinan, sehingga cenderung memicu kecemasan baik untuk
kelahiran yang pertama maupun yang kesekian kalinya. Sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa kegelisahan atau kecemasan kadang-kadang berhubungan dengan
pengalaman pun yang pernah dialami kegelisahan atau kecemasan kadang-kadang
berhubungan dengan pengalaman pun yang pernah dialami. Emosional dan
kekhawatiran yang tinggi biasanya tercatat pada wanita-wanita yang sebelumnya
pernah kehilangan bayinya (Kartono, 2005).
Pada proses persalinan kondisi
psikis/kejiwaan wanita yang bersangkutan akan berpengaruh pada aktivitas
melahirkan bayi, emosi yang terkontrol akan memudahkan ibu untuk menyimpan
energinya dan menerima arahan oleh tenaga kesehatan. Selain itu pada perawatan
bayi selanjutnya, perasaan saat hamil (kecemasan), perubahan fisik dan
emosional akan dapat berlanjut setelah kelahiran bayi yaitu pada masa nifas
yang disebut dengan baby blues yaitu dimana ibu akan merasa sedih berkaitan
dengan bayinya hal ini akan berpengaruh pada proses perawatan bayinya
(Ambarwati, 2008).
Sementara menurut hasil penelitian orang
lain, terdapat penelitian yang mendukung hasil penelitian antara lain
penelitian oleh Maria Rosa Lamunde tahun 2009 di RSU kota Semarang yang
menyatakan bahwa adanya hubungan antara support sistem suami dengan tingkat
kecemasan ibu dalam proses persalinan kala I dan kala II; demikian pula pada
penelitian yang dilakukan Tri Indri Maharani pada tahun 2010 di Rumah sakit
Melania Depok yang menyatakan hasil subyek yang memiliki dukungan sosial yang
rata-rata tinggi dan kecemasan dalam menghadapi persalinan rendah.hal ini
sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan yaitu hanya terdapat 2 orang yang
memiliki tingkat kecemasan berat yang terdapat pada ibu yang tidak menerima
dukungan sosial dari keluarga ataupun lingkungannya.
Sedangkan pada penelitian yang
dilakukan oleh Laili Rahmi, 2009 di RSUP DR. Djamil Padang terdapat hasil yang
mendukung dan yang tidak mendukung. Hasil yang mendukung antara lain yaitu a)
terdapat hubungan antara dukungan suami dan tingkat kecemasan, b) terdapat
hubungan bermakna antara dukungan keluarga dan tingkat kecemasan, dan yang tidak
mendukung antara lain yaitu c) tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
usia dan tingkat kecemasan, d) tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
pendidikan dan tingkat kecemasan. Pada pengaruh usia dan pendidikan hal ini
bertentangan dengan hasil penelitian dikarenakan pada penelitian tingkat
kecemasan berat berada pada usia < 20 tahun serta pada pendidikan yang
memiliki pendidikan PT yang hanya terdapat 3 orang tidak mengalami kecemasan.
BAB 6
KESIMPULAN
DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan pada bab sebelumnya maka dapat diambil
kesimpulan bahwa sebagian besar ibu primigravida mengalami tingkat kecemasan
sedang yaitu sebanyak 14 orang (43,75%)
6.1.1
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa jumlah responden yang tidak
mengalami kecemasan yaitu sebanyak 10 orang (31,25 %).
6.1.2
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa jumlah responden yang
menggalami tingkat kecemasan ringan yaitu sebanyak 6 orang (12,5 %).
6.1.3
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa jumlah responden yang
menggalami tingkat kecemasan sedang yaitu sebanyak 14 orang (43,75 %).
6.1.4
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa jumlah responden yang
menggalami tingkat kecemasan berat 2 orang (18,75 %)
6.1.5
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa jumlah responden yang
menggalami tingkat kecemasan berat sekali (panik) tidak ada.
6.2
Saran
6.2.1 Saran Bagi Puskesmas
Disarankan KIE yang baik dan benar
dengan jalan menyusun rencana KIE yang bertahap diharapkan mengurangi kecemasan
dalam persalinan primi dan dalam pertotlongan persalinan melibatkan orang
terdekat pasien.
6.2.2 Saran Bagi Institusi
Diharapkan untuk dipergunakan sebagai
pengembangan bahan bacaan dan hasil yang berguna dan berguna dan sebagai
tambahan bahan pustaka dan memberikan tambahan teori tentang tingkat kecemasan
pada ibu hamil bagi aktivis Akademik Kebidanan Stikes Yarsi Mataram.
6.2.3 Saran Bagi Ibu Hamil
Bagi para ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Tanjung Karang diharapkan secara rutin memeriksakan kehamilannya
petugas kesehatan untuk mendapatkan pengetahuan umum ibu hamil khususnya yang
mengalami kecemasan dalam menghadapi persalinan.
6.2.4 Bagi Peneliti
Diharapkan peneliti dapat
mengaplikasikan teori yang didapat dari perkuliahan dan menjadikan pengalaman
di bidang asuhan kebidanan pada ibu.
DAFTAR PUSTAKA
Ai Yeyeh. 2009. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan).Jakarta: Trans Info Media
Arindra, D. 2009. Kecemasan Menghadapi Persalinan Pada Ibu Dewasa Awal.
Aziz,
A. (2009). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Salemba Medika Jakarta.
Hawari,
Dadang.2011. Manajemen Stres Cemas dan
Depresi. Jakarta : FKUI
Henderson,
Christine dan Jones, Kathleen. 2005. Konsep
Kebidanan. Jakarta : EGC.
Hurlock, Elizabeth B. 2003.Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.Jakarta : Erlangga
JNPK KR. 2007. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK KR
Kartono, Kartini. 2005. Psikologi Wanita 2 . Bandung : Mandar Maju
Lamunde, M.R. 2009. Hubungan Support Sistem Suami dengan Tingkat Kecemasan Ibu dalam Proses
Persalinan Kala I dan II.
Larasati, I.P. 2010. Pengaruh Keikutsertaan Senam Hamil Terhadap Kecemasan Primigravida
Trimester Ketiga dalam Menghadapi Persalinan.
Maharani, T.I. 2010. Hubungan Antara Dukungan Sosial dan Kecemasan dalam Menghadapi Persalinan
pada Ibu HamilTrimester Ketiga.
Notoadmodjo. S. 2012. Metode Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono
Rahmi, L. 2009. Hubungan Usia, Tingkat Pendidikan, Dukungan Keluarga dengan Tingkat
Kecemasan Menjelang Persalinan pada Ibu Primigravida Trimester III.
Rohani, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan.Jakarta: Salemba Medika.
Siska, A. 2010. Gambaran Tingkat Kecemasan (Anxiety) Terhadap Operasi Sectio Caesarea
yang Tidak Direncanakan.
Sofian,
Amru. 2011. Sinopsis Obstetri Fisiologis
dan Patologis. Jakarta: EGC
Stuart,
GK. 2007. Keperawatan Jiwa. Jakarta :
EGC
Suliswati, dkk. 2005.
Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC.
The
Authors Journal compilation ª RCOG 2008 BJOG An International Journal of
Obstetrics and Gynaecology.
LEMBAR
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth.
Calon Responden Penelitian
Di-
Wilayah Puskesmas Tanjung Karang
Saya yang
bertandatangan di bawah ini adalah mahasiswi D III Kebidanan Stikes Yarsi
Mataram.
Nama : Ni Nengah Krisna Maitrayani
Nim :
028 SYE BID 10
Akan mengadakan
penelitian dengan judul “ Gambaran Kecemasan Ibu Hamil Primigravida dalam
Mengahdapi Persalinannya di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Karang Tahun 2013”,
Penelitian ini tidak menimbulkan kerugian bagi responden. Kerahasiaan semua
informasi akan dijaga dan hanya dipergunakan untuk kepentingan penelitian dalam
usaha menggembangkan ilmu pengetahuan.
Demikian surat
permohonan ini kami ajukan atas perkenaan dan kesediaan ibu sekalian penulis
khaturkan banyak terimakasih.
Peneliti
(Ni Nengah Krisna
Maitrayani)
LEMBAR PERSETUJUAN
MENJADI RESPONDEN
Setelah
membaca dan memahami isi penjelasan pada lampiran pertama, saya yang bertanda
tangan dibawah ini menyatakan bersedia berpartisipasi sebagai responden dalam
penelitian yang dilakukan oleh mahasiswi D III Kebidanan Stikes Yarsi Mataram
yang bernama Ni Nengah Krisna Maitrayani dengan judul “ Gambaran Kecemasan Ibu
Primigravida dalam Mengahdapi Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung
Karang Tahun 2013” saya memahami bahwa dalam penelitian ini tidak berakibat
negatif dan tidak akan merugikan bagi saya, karena penelitian ini digunakan
untuk perkembangan ilmu kesehatan. Oleh karena itu saya bersedia menjadi
responden dalam penelitian ini.
Mataram,
Responden
( )
LEMBAR
OBSERVASI PASIEN
GAMBARAN
KECEMASAN IBU PRIMIGRAVIDA DALAM MENGHADAPI PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
TANJUNG KARANG TAHUN 2013
Bagian 1
Pada bagian ini
adalah untuk mengetahui Tingkat kecemasan responden pertanyaan harus dijawab
dengan lengkap dan benar.
1.
Identitas Responden :
Nama
:
Umur
:
Alamat :
Pendidikan :
Pekerjaan :
2. Riwayat
kehamilan
Hamil
ke :
Berapa
kali periksa hamil :
Yang menemani ibu saat memeriksakan kehamilannya :
Gejala
Kecemasan Nilai
angka (score)
15.
Perasaan cemas
(ansietas) 0 1 2 3 4
-
cemas
-
firasat buruk
-
takut akan pikiran
sendiri
-
mudah tersinggung
16.
Ketegangan 0 1 2 3 4
-
merasa tegang
-
lesu
-
tidak bisa istirahat
tenang
-
mudah terkejut
-
mudah menangis
-
gemetar
-
gelisah
17.
Ketakutan 0 1 2 3 4
-
pada gelap
-
pada orang asing
-
ditinggal sendiri
-
pada binatang besar
-
pada keramaian lalu
lintas
-
pada kerumunan orang
banyak
18.
Gangguan tidur 0 1 2 3 4
-
sukar masuk tidur
-
terbangun malam hari
-
tidur tidak nyenyak
-
bangun dengan lesu
-
banyak mimpi-mimpi
-
mimpi buruk
-
mimpi menakutkan
19.
Gangguan kecerdasan 0 1 2 3 4
-
sukar konsentrasi
-
daya ingat menurun
-
daya ingat buruk
20.
Perasaan depresi
(murung) 0 1 2 3 4
-
hilangnya minat
-
berkurangnya kesenangan
pada hobi
-
sedih
-
bangun dini hari
-
prasaan berubah-ubah
sepanjang hari
21.
Gejala somatik/fisik
(otot) 0 1 2 3 4
-
sakit dan nyeri di
otot-otot
-
kaku
-
kedutan otot
-
gigi gemerutuk
-
suara tidak stabil
22.
Gejala somatik/fisik
(sensorik)0 1 2 3 4
-
tinitus (telinga
berdenging)
-
penglihatan kabur
-
muka merah atau pucat
-
merasa lemas
-
perasaan ditusuk-tusuk
23.
Gejala kardiovaskuler 0 1 2 3 4
(jantung dan pembuluh darah)
-
takikardia (denyut
jantung cepat)
-
berdebar-debar
-
nyeri di dada
-
denyut nadi mengeras
-
rasa lesu/lemas seperti
mau pingsan
-
detak jantung
menghilang (berhenti sekejap)
24.
Gejala respiratori 0 1 2 3 4
(pernafasan)
-
rasa tertekan atau
sempit didada
-
rasa tercekik
-
sering menarik nafas
-
nafas pendek/sesak
25.
Gejala gastrointestinal 0 1 2 3 4
(pencernaan)
-
sulit menelan
-
perut melilit
-
gangguan pencernaan
-
nyeri sebelum dan
sesudah makan
-
perasaan terbakar
diperut
-
rasa penuh atau kembung
-
mual
-
muntah
-
buang air besar lembek
-
sukar air besar ( konstipasi)
-
kehilangan berat badan
26.
Gejala urogenital 0 1 2 3 4
(
perkemihan dan kelamin )
-
sering buang air kecil
-
tidak dapat menahan air
seni
-
tidak datang bulan
(tidak ada haid )
-
darah haid berlebihan
-
darah haid amat sedikit
-
masa haid
berkepanjangan
-
masa haid amat pendek
-
haid beberapa kali
dalam sebulan
-
menjadi dingin (frigid
)
-
ejakulasi dini
-
ereksi melemah
-
ereksi hilang
-
impotensi
27.
Gejala autonom 0 1 2 3 4
-
mulut kering
-
muka merah
-
mudah berkeringat
-
kepala pusing
-
kepala terasa berat
-
kepala terasa sakit
-
bulu-bulu berdiri
28.
Tingkah laku (sikap) 0 1 2 3 4
pada wawancara
-
gelisah
-
tidak senang
-
jari gemetar
-
kerut kening
-
muka tegang
-
otot tegang/mengeras
-
nafas pendek dan cepat
-
muka merah
Jumlah Nilai Angka (
Total score) =
Tidak ada komentar:
Posting Komentar