Makalah :
Ilmu Penyakit Dalam
Dosen
: dr. Lelly Marlina Mahmud
SISTEM MUSKULOSKELETAL
Oleh
:
Kelompok
3
NURDIN
KOWA
LD.
IFAN RUFI
FACHTOR
RAHMAN
LM.
ACAL MANSIRI
SECTYA
NENDYA S
FITRIA
WULANDARI
YULHIRDA
ESTI
WD.
SITI NARNI
LILI
ASMIN
NURNI
AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN
MUNA
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Anatomi Fisisologi Sistem Muskuloskeletal”.
Adapun harapan kami kepada para pembaca atau semua
kalangan yang telah membaca makalah ini yaitu dapat menambah wawasan /
pengetahuan dalam kehidurpan sehari-hari
Namun kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan yang disebabkan karena terbatasnya kemampuan yang kami miliki.
Oleh karena itu, kami mengharapkan partisipasi dalam penyempurnaannya dengan
memberikan kritik dan saran agar makalah ini dapat lebih terkonsep dengan baik.
Kami sangat mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak. Kritik & saran anda sangat kami harapkan dalam penyempurnaan
makalah ini.
Sekian & terima kasih.
Raha, April
2012
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………… i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….. ii
BAB I.
PENDAHULUAN………………………………………………………. 1
A.
LatarBelakang………………………………………………………… 1
B.
Tujuan………………………………………………………………… 1
C.
RumusanMasalah…………………………………………………….. 1
D.
Metode
Penulisan……………………………………………………... 1
BAB II. PEMBAHASAN………………………………………………………… 2
A.
Pengertian
Sistem Muskuloskeletal…………………………………... 2
B.
Anatomi
Fisiologi …………………………………………………….. 2
C.
Penyakit
– penyakit pada Sistem Muskoloskeletal………………………………………….......……….. 14
BAB III. PENUTUP……………………………………………………………… 25
A.
Kesimpulan…………………………………………………………… 25
B.
Saran……………………………………………………….................. 25
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Susunan
kerangka terdiri dari susunan berbagai macam tulang yang banyaknya kira-kira
206 buah tulang yang satu sama lainnya saling berhubunga yang terdiri dari
tulang kepala yang berbentuk tengkorak ( 8 buah), tulang wajah (14 buah),
tulang telinga dalam (6 buah), tulang lidah (1 buah), tulang kerangka dada (25
buah), tulang belakang dan panggul (26 buah), tulang anggota gerak atas (64
buah), tulang anggota gerak bawah (62 buah).
Fungsi utama Sistem Muskuloskeletal adalah menegakkan
posture dan untuk pergerakan
Sedangkan
fungsi otot adalah kontraksi dan
menghasilkan gerakan-gerakan bagian tubuh/Semua komponen bekerjasama untuk
melakukan fungsi gangguan salah satu komponen → mengganggu fungsi. Otot terdiri
dari otot rangka, otot polos, dan otot jantung.
Sendi
merupakan suatu engsel yang membuat anggota tubuh dapat bergerak dengan baik,
juga merupakan suatu penghubung antara ruas tulang yang satu dengan ruas tulang
lainnya, sehingga kedua tulang tersebut dapat digerakkan sesuai dengan jenis
persendian yang diperantarainya.
B.
Tujuan
Adapun
yang menjadi tujuan dalam penulisan dalam makalah ini adalah
1.
Untuk mengetahui devenisi
musculoskeletal
2.
Untuk mengetahui anatomi fisiologi
musculoskeletal
3.
Untuk mengetahui penyakit-penyakit
pada system musculoskeletal
C. Rumusan Masalah
Berdasarka,
tujuan makalah diatas, maka rumusan makalah dalam makalah ini adalah
1.
Apakah devenisi sistem
musculoskeletal?
2.
Bagaimana anatomi fisiologi
musculoskeletal?
3.
Penyakit-penyakit apa saja pada
system musculoskeletal?
D. Manfaat
Manfaat yang kami harapkan dengan
adanya makalah ini adalah dapat menambah wawasan pengetahuan bagi penbaca,
layaknya penyusun makalah ini dan dapat digunakan sebagai referensi untuk
perbaikan makalah ini kedepannya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Sistem Muskuloskeletal
Sistem
Muskuloskeletal adalah penunjang bentuk tubuh dan pengurus pergerakan.
B. Anatomi
Fisiologi Sistem Muskuloskeletal
Muskuloskeletal terdiri atas :
Ø Muskuler/Otot : Otot, tendon,dan ligament
Ø Skeletal/Rangka : Tulang dan sendi
1. Muskuler/Otot
1.1. Otot
Otot Rangka Otot Polos Otot
Jantung
Jenis-jenis
otot
a.
Otot Rangka
Merupakan otot lurik, volunter, dan
melekat pada rangka. Serabut otot sangat panjang, sampai 30 cm, berbentuk
silindris dengan lebar berkisar antara 10 mikron sampai 100 mikron. Setiap
serabut memiliki banyak inti yang tersusun di bagian perifer. Kontraksinya
sangat cepat dan kuat.
Struktur Mikroskopis Otot Skelet/Rangka
v Otot skelet disusun oleh bundel-bundel paralel yang terdiri
dari serabut-serabut berbentuk silinder yang panjang, disebut myofiber /serabut
otot.
v Setiap serabut otot sesungguhnya adalah sebuah sel yang
mempunyaibanyak nukleus ditepinya.
v Cytoplasma dari sel otot disebut
sarcoplasma yang penuh denganbermacam-macam organella, kebanyakan
berbentuk silinder yang panjangdisebut dengan myofibril.
v Myofibril disusun oleh myofilament-myofilament yang
berbeda-beda ukurannya.
Yang kasar terdiri dari protein
myosin dan yang halus terdiri dari protein aktin/actin.
b.
Otot Polos
Merupakan otot tidak berlurik dan involunter. Jenis otot ini
dapat ditemukan pada dinding berongga seperti kandung kemih dan uterus, serta pada
dinding tuba, seperti pada sistem respiratorik, pencernaan,
reproduksi,urinarius, dan sistem sirkulasi darah. Serabut otot berbentuk
spindel dengan nukleus sentral.Serabut ini berukuran kecil, berkisar antara 20
mikron (melapisi pembuluhdarah) sampai 0,5 mm pada uterus wanita hamil. Kontraksinya
kuat dan lamban.
Struktur
Mikroskopis Otot Polos
v Sarcoplasmanya terdiri dari myofibril yang disusun oleh
myofilamen-myofilamen.
Jenis otot polos
Ada dua kategori otot polos berdasarkan cara serabut otot
distimulasi untuk berkontraksi.
1.
Otot polos unit ganda
Ditemukan pada dinding pembuluh
darah besar,pada jalan udara besar traktus respiratorik, pada otot mata
yangmemfokuskan lensa dan menyesuaikan ukuran pupil dan pada otot erektorpili
rambut.
2.
Otot polos unit tunggal (viseral)
Ditemukan tersusun dalam lapisan dinding
organ berongga atau visera. Semua serabut dalam lapisan mampu berkontraksi
sebagai satu unit tunggal. Otot ini dapat bereksitasi sendiri atau miogenik dan
tidak memerlukan stimulasi saraf eksternal untuk hasildari aktivitas listrik
spontan.
c.
Otot Jantung
Merupakan otot lurik. Disebut
juga otot seran lintang involunter. Otot ini hanya terdapat pada jantung. Bekerja
terus-menerus setiap saat tanpa henti, tapi otot jantung jugamempunyai masa
istirahat, yaitu setiap kali berdenyut.
Struktur
Mikroskopis Otot Jantung
v Mirip dengan otot skelet
1.2. Tendon
Tendon adalah tali atau urat daging yang kuat yang
bersifat fleksibel, yang terbuat dari fibrous protein
(kolagen). Tendon berfungsi melekatkan tulang dengan otot atau tot dgn otot.
1.3
Ligamen
Ligamen adalah pembalut/selubung yang
sangat kuat, yang merupakan jaringan elastis penghubung
yang terdiri atas kolagen. Ligamen membungkustulang dengan tulang yang diikat
oleh sendi.
Beberapa
tipe ligamen :
a.
Ligamen Tipis
Ligamen pembungkus tulang dan
kartilago. Merupakan ligament kolateral yang ada di siku dan lutut. Ligamen ini
memungkinkan terjadinya pergerakan.
b.
Ligamen jaringan elastik kuning
Merupakan ligamen yang dipererat
oleh jaringan yang membungkus dan memperkuat sendi, seperti pada tulang bahu
dengan tulang lengan atas.
Fungsi sistem muskuler:
v Pergerakan
Otot menghasilkan gerakan pada
tulang tempat otot tersebut melekat dan bergerak dalam bagian organ internal
tubuh.
v Penopang tubuh dan mempertahankan
postur.
Otot menopang rangka danmempertahankan tubuh saat berada dalam posisi
berdiri atau saat duduk terhadap gaya gravitasi.
v Produksi panas.
Kontraksi otot-otot secara metabolis
menghasilkan panasuntuk mepertahankan suhu tubuh normal.
2.
Skeletal/Rangka
2.1.
Tulang
Susunan
tulang
Ø Tulang kepala/tengkorak
Ø Kerangka dada 25 buah
Ø Tulang belakang dan
pinggul 26 buah
Ø Tulang anggota gerak
atas 64 buah
Ø Tulang anggota gerak
bawah 62 buah
1.
Tulang Tengkorak
Tengkorak
otak
1.
Kubah tengkorak, terdiri dari tulang-tulang:
·
Os frontal/ tulang dahi,
terletak dibagian depan kepala
·
Os parietal/ tulang
ubun-ubun, terletak ditengah kepala
·
Os oksipetal/ tulang belakang
kepala
2. Dasar tengkorak, terdiri dari tulang-tulang:
·
Os sfenoidal/ tulang
baji, terdapat ditengahasar tengkorak, bentuknya seperti kupu-kupu yang
memiliki 3 pasang sayap. Dibagian depan terdapat sebuah rongga yang disebut
kavum sfeinodalis yang berhubungan dengan rongga hidung. Dibagian atasnya agak
meninggi dan berbentuk seperti pelana (sela tursika).
·
Os etmoidal/ tulang
tapis, terletak disebelah depan dari os sfeinodalis, diantara lekuk mata,
terdiri dari tulang tipis yang tegak dan mendatar. Bagian yang mendatar
mempunyai lubang-lubang kecilyaitu te,pat lalunya saraf pencium kehidung
sedangkan bagian yang tegak disebelah depannya membentuk sekat rongga hidung.
3. Samping tengkorak dibentuk oleh tulang pelipis
(os temporal) dan sebagian dari tulang dahi, tulang ubun-ubun, dan tulang baji.
Tulang pelipis dibagian kiri dan kanan, terbagi atas 3 bagian:
·
Bagian tulang karang
(skuamosa), yang membentuk rongga-rongga yaitu rongga telinga tengah dan dalam.
·
Bagian tulang keras (os
petrosum) yang menonjol kebagian tulang pipi dan mempunyai taju yang disebut
prosesus stiloid
·
Bagian mastoid, terdiri
dari tulang-tulang yang mempunyai lubang-lubang halus berisi udara dan
mempunyai taju, bentuknya seperti putting susu yang disebut prosesus mastoid.
2.Tengkorak
wajah
Bagian
hidung
·
Os lakrimal/ tulang air
mata, terletek disebelah kiri/kanan pangkal hidung disudut mata
·
Os nasal/ tulang hidung,
yang membentuk batang hidung sebelah atas
·
Os konka nasal/ tulang karang hidung , letaknya didalam rongga hidung,
bentuknya berlipat-lipat
·
Septum nasi/ tulang
sekat ronggo hidung adalah sanbunga tulang tapis yang tegak
Bagian rahang
·
Os maksilaris (tulang
rahang atas), terdiri dari tulang bagian kiri dan kanan menjadi stu didalamnya
terdapat lubang-lubang besar yang berisi udara yang disebut sinus maksilaris
yang berhubungan dengan rongga hidung.
·
Dibawah os maksilaris
terdapat suatu taju tempat melekatnya urat gigi (prosesus alveolaris)
·
Os zigomatikum/ tulang
pipi, terdiri dari 2 tulang kiri dan kanan
·
Os palatum/ tulang langit-langit,
terdiri dari 2 tulang kiri dan kanan, dibagian tulang muka ini yang keras disebut palatum mole
·
Os mandibularis/ tulang
rahang bawah, 2 buah kiri/ kanan dan menjadi 1 dipertengahan dagu.
·
Os hyoid tulang lidah,
letaknya agak terpisah dari tulang0tulang wajah yang lain yaitu terdapat
dipangkal leher diantara otot-otot leher.
2. Kerangka
Dada
Kerangka dada dibentuk oleh susunan tulang yang melindungi rongga
dada yang terdiri dari tulang dada (sternum) : 1 buah, tulang iga (kosta) : 12
pasang, vertebra torakalis : 12 ruas.
1. Tulang dada (sternum)
Tulang dada menjadi
tonggak dinding depan dari toraks, bentuknya gepeng, dan sedikit melebar,
terdiri 3 bagian:
a. Manubrium sterni, bagian tulang dada sebelah
atas yang membentuk persendian dengan tulang selangka (klavikula) dan tulang
iga.
b. Korpus sterni, bagian yang terbesar dari tulang
dada dan membentuk persendian dengan tulang-tulang iga.
c. Prosesus xifoid, bagian ujung dari tulang dada.
2. Tulang Iga
Banyaknya 12 pasang kiri
dan kanan, bagian depan berhubungan dengan tulang dada dengan perantaraan
tulang rawan. Bagian belakang berhubungan dengan ruas-ruas vertebra torakalis
dengan perantaraan persendian. Tulang iga terdiri dari 3 macam:
a. Iga sejati (os kosta vera), 7 pasang,
berhubungan langsung dengan tulang dada dengan perantaraan persendian.
b. Tulang iga tak sejati (os kosta spuria), 3
pasang, berhubungan dengan tulang dada dengan perantaraan tulang rawan dari
tulang iga sejati ke7.
c. Tulang iga melayang ( os kosta fluitantes), 2
pasang, tidak mempunyai hubungan dengan tulang dada.
3.
Kerangka Tulang Belakang dan Gelang Panggul
3.1. Kerangka Tulang Belakang
Ruas-ruas tulang belakang disebut juga tulang belakang
disusun oleh 33 buah tulang dengan bentuk tidak beraturan. ke 33 buah tulang
tersebut terbagai atas 5 bagian yaitu:
1.
Tujuh ruas pertama disebut tulang
leher/vertebra servikalis. Ruas pertama
dari tulang leher disebut tulang atlas, dan ruas kedua berupa tulang
pemutar atau poros. bentuk dari tulang atlas memungkinkan kepala untuk melakukan
gerakan atau goyangan “ya” atau goyangan “tidak”
2.
Dua belas ruas berikutnya membentuk
tulang punggung/vertebra torakalis. Ruas-ruas tulang punggung pada bagian kiri
dan kanannya merupakan tempat melekatnya tulang rusuk
3.
Lima ruas berikutnya merupakan tulang pinggang/vertebra
lumbalis. Ukuran tulang pinggang lebih besar dibandingkan tulang punggung.
Ruas-ruas tulang pinggang menahan sebagian besar berat tubuh dan banyak melekat
otot-otot
4.
Lima ruas tulang kelangkangan
(sacrum), yang menyatu, berbentuk segitiga terletak dibawah ruas-ruas tulang
pinggang.
5.
Bagian bawah dari ruas-ruas tulang belakang
disebut tulang ekor (coccyx), tersusun atas 3 sampai dengan 5 ruas tulang
belakang yang menyatu.
Ruas-ruas tulang belakang berfungsi untuk menegakkan badan dan menjaga keseimbangan. menyokong kepala dan tangan, dan tempat melekatnya otot, rusuk dan beberapa organ.
Ruas-ruas tulang belakang berfungsi untuk menegakkan badan dan menjaga keseimbangan. menyokong kepala dan tangan, dan tempat melekatnya otot, rusuk dan beberapa organ.
3.2. Gelang Panggul
Tulang gelang panggul terdiri atas
dua buah tulang pinggung. Pada anak anak tulang pinggul ini terpisah terdiri
atas tiga buah tulang yaitu illium (bagian atas), tulang ischiun (bagian bawah)
dan tulang pubis (di bagian tengah). Dibagian belakang dari gelang panggul
terdapat tulang sakrum yang merupakan bagian dari ruas-ruas tulang belakang.
Pada bagian depan terdapat simfisis pubis merupakan jaringan ikat yang
menghubungkan kedua tulang pubis.
Fungsi gelang panggung terutama untuk mendukung berat badan bersama-sama dengan ruas tulang belakang. melindungi dan mendukung organ-organ bawah, seperti kandung kemih, organ reproduksi, dan sebagai tempat tumbuh kembangnya janin.
Fungsi gelang panggung terutama untuk mendukung berat badan bersama-sama dengan ruas tulang belakang. melindungi dan mendukung organ-organ bawah, seperti kandung kemih, organ reproduksi, dan sebagai tempat tumbuh kembangnya janin.
4. Tulang
Anggota Gerak Atas
Tulang
penyusun anggota gerak atas tersusun atas:
1.
Tulang gelang bahu (klavikula dan
scapula / belikat dan selangka)
Tulang gelang bahu disebut juga tulang pectoral bahu tersusun atas 4 buah tulang yaitu 2 tulang belikat (skapula) dan 2 tulang selangka ( klavikula).
Tulang selangka berbentuk seperti huruf “S”, berhubungan dengan tulang lengan atas (humerus) untuk membentuk persendian yang menghasilkan gerakan lebih bebas, ujung yang satu berhubungan dengan tulang dada sedangkan ujung lainnya berhubungan dengan tulang belikat.
Tulang belikat (skapula) berukuran besar, bentuk segitiga dan pipih, terletak pada bagian belakang dari tulang rusuk.
Fungsi utama dari gelang bahu adalah tempat melekatnya sejumlah otot yang memungkinkan terjadinya gerakan pada sendi.
Tulang gelang bahu disebut juga tulang pectoral bahu tersusun atas 4 buah tulang yaitu 2 tulang belikat (skapula) dan 2 tulang selangka ( klavikula).
Tulang selangka berbentuk seperti huruf “S”, berhubungan dengan tulang lengan atas (humerus) untuk membentuk persendian yang menghasilkan gerakan lebih bebas, ujung yang satu berhubungan dengan tulang dada sedangkan ujung lainnya berhubungan dengan tulang belikat.
Tulang belikat (skapula) berukuran besar, bentuk segitiga dan pipih, terletak pada bagian belakang dari tulang rusuk.
Fungsi utama dari gelang bahu adalah tempat melekatnya sejumlah otot yang memungkinkan terjadinya gerakan pada sendi.
2.
Humerus / tulang lengan atas.
Termasuk kelompok tulang panjang /pipa, ujung atasnya besar, halus, dan
dikelilingi oleh tulang belikat. Pada bagian bawah memiliki dua lekukan
merupakan tempat melekatnya tulang radius dan ulna
3.
Radius dan ulna / pengumpil dan hasta. Tulang
ulna berukuran lebih besar dibandingkan radius dan melekat dengan kuat di
humerus. Tulang radius memiliki kontribusi yang besar untuk gerakan lengan
bawah dibandingkan ulna.
4.
Karpal / pergelangan tangan, tersusun
atas 8 buah tulang yang saling dihubungkan oleh ligament
5.
Metakarpal / telapak tangan.
Tersusun atas lima buah tangan. Pada bagian atas berhubungan dengan tulang
pergelangan tangan, sedangkan bagian bawah berhubungan dengan tulang-tulang
jari (palanges)
6.
Falanges (tulang jari-jari).
tersusun atas 14 buah tulang. Setiap jari tersusun atas tiga buah tulang,
kecuali ibu jari yang hanya tersusun atas 2 buah tulang.
5. Tulang
Anggota Gerak Bawah
Tulang anggota gerak bawah disusun oleh tulang:
1.
Femur / tulang paha. Termasuk kelompok tulang
panjang, terletak mulai dari gelang panggul sampai ke lutut.
2.
Tibia dan fibula / tulang kering dan tulang
betis. Bagian pangkal berhubungan dengan lutut bagian ujung berhubungan dengan
pergelangan kaki. Ukuran tulang kering lebih besar dinandingkan tulang betis
karena berfungsi untuk menahan beban atau berat tubuh. Tulang betis merupakan
tempat melekatnya beberapa otot
3.
Patela / tempurung lutut. terletak
antara femur dengan tibia, bentuk segitiga. patela berfungsi melindungi sendi
lutut, dan memberikan kekuatan pada tendon yang membentuk lutut
4.
Tarsal / Tulang pergelangan kaki.
Termasuk tulang pendek, dan tersusun atas 8 tulang dengan salah satunya adalah
tulang tumit.
5.
Metatarsal / Tulang telapak kaki.
Tersusun atas 5 buah tulang yang tersusun mendatar.
6.
Palanges / tulang jari-jari kaki. Tersusunetiap
jari tersusun atas 3 tulang kecuali tulang ibu jari atas 14 tualng.
Fungsi Tulang
Ø Fungsi tulang secara umum:
1.
Formasi kerangka
2.
Formasi sendi
3.
Perlengketan otot
4.
Sebagai pengungkit
5.
Menyokong berat badan
6.
Proteksi
7.
Hemopoiesis
8.
Fungsi imunologi
9.
Penyimpanan kalsium
Ø Fungsi tulang secara khusus:
1.
Sinus-sinus paranasalis dapat
menimbulkan nada khusus pada suara.
2.
Email gigi dikhususkan untuk
memotong, menggigit, dan menggilas makanan . email merupakan struktur terkuat
dalam tubuh.
3.
Tulang-tulang kecil telinga dalam
mengonduksi gelombang suara untuk fungsi pendengaran.
4.
Panggul wanita dikhususkan untuk
memudahkan proses kelahiran bayi.
2.2.
Persambungan Tulang (Sendi)
Sendi merupakan suatu engsel yang
membuat anggota tubuh dapat bergerak dengan baik, juga merupakan suatu
penghubung antara ruas tulang yang satu dengan ruas tulang lainnya, sehingga
kedua tulang tersebut dapat digerakkan sesuai dengan jenis persendian yang diperantarainya.
Persendian Menurut tempat
Sendi anggota gerak atas
a. Sendi pergelangan bahu
Art Sternoklavikular. Sendi ini
adalah antara gelang bahu batang badan, antar pars sternalis klavikula
manubrium sterni rawan iga I, sebelah atas berhubungan dengan klavikula dan
sebelah bawah dengan sternum.
Art. Akromioklavikular. Sendi ini
merupakan hubungan antara ekstermitas akromialis dan klavikula.
Ar. Humeri. Persendian ini merupakan
sendi peluru karena kaput humeri merupakan sebuah bola yang melekat pada bagian
dalam bidang scapula dengan kaput humeris.
b. Sendi siku ( art. Cubiti )
Bagian merupakan
artikulasiokomposita, pada sumbuh ini bertemu humerus, ulna dan radius.
Sedangkan menurut faalnya sendi merupakan sutau sendi engsel yang terdiri dari
tiga bagian.
Art. Humeroulnaris. Sendi antara
trokhlea humeris dan insissura semilunaris ulnae. Kedua permukaan sendi
mempunyai bidang pertemuan yang terlebar pada sikap lengan yang sedikit
dikentulkan sehingga merupakan sikap terbaik bagi lengan untuk menerima tumpuan.
Art. Humeroradialis. Sendi antara
capitula humeri fovea capitulum radii.
Art. Radio ulnaris proksimal. Sendi
antara sirkumferensia artikularis radii dan insisura radialis ulna.
c. Sendi lengan bawah dan tangan
Art. Radiokarpal, merupakan sebuah
sendi ellipsoid, hubungan antara ujung distal radialis yang merupakan lekuk
sendi dan os navikulare,lunatum dan triquintrum merupakan kepala sendi yang
terletak di sebelah distal.
Art
karpometacarpae, terdiri :
a.
Art carpometacarpae ( policcis ),
hubungan antara os metacarpal I dan os multangulum manus merupakan sendi pelana
simpai sendi sangat longgar sehingga pergerakan lebih luas
b.
Articulationes carpometacarpae II-V,
sendi antara ossa carpalia dan ossa
matacarpalia II-V
Articulationes intermetacarpae, basis ossis metacarpalia
II-V bersendi satu sama lainnya dengan
satu permukaan sendi yang kecil.
Articulations metacarpophalangeal, merupakan ossis
metakarpalia, kepala sendi dengan bassis ossis phalanx I merupakan lekuk sendi.
Articulations dugitorum manus, sendi antara phalanx I, II,
III merupakan sendi-sendi engsel
d. Persendian gelang panggul
Sendi pinggul adalah sendi sinovial
dari varietas sendi putar.
a.
Articulation sakroilliaka
Persendian antara os sarkum dan os
ileum melalui fascies artikularis ossis illi dan fasies artikularis ossis
sacrum. Sendi ini merupakan hubungan antara gelang panggul dan rangka badan
yang identik dengan artikulasio sternoklavikularis
b.
Art. Simfisis pubis
Hubungan antara os pubis. Di
dalamnya ada suatu kavum yang disebut pseudokruris berupa kartilago interpubis.
c.
Artikulatio koxae
Persendian ini merupakan enarthrosis
spheroidea, diperkuat oleh ligamentum illeo femorales sehingga caput femoris
bias keluar dari lekuknya dan berada di bawah os ileum.
e.
Persendian tungkai atas dan lutut
Articulation genu menghubungkan
permukaan ujung tulang distal os femur dengan permukaan ujung proksimal tibia
yaitu antara condilus medialis dan lateralis ossis femur dengan fascies
articularis superior ossis tibia.
Sendi lutut adalah sendi engsel yang
dibentuk oleh kondilus femoralis yang bersendi dengan prmukaan dari kondilus
tibia.patela terletak diatas permukaan yang halus pada femur tetapi tidak
termasuk dalam sendi lutut.
f.
Persendian tungkai bawah
Persendian
ini merupakan persendian antara tibia dan fibula
a.
artikulatio tibia-fibula proximal
Sendi yang terdapat
antara fasies artikularis kapitulum fibula ossis pada kondilus dengan fascies
artikularis fibularis ossis pada kodilus tibia,ikat sendi ligamentum tibio
fibularis proximal.
b.
Sindesmosis tibio fibularis
Persendian antara
fasies artikularis tibialis ossis fibulae dengan insisuri fibularis ossis
tibialis.
g.
Pesendian kaki
Art. Talo tibia fibulris. Art. Talo tibia fibularis (pergelangan kaki), antara fascies
articularis tali os tibia dan os fibula dengan trochlea tali bagian medial dan
lateral.
Art.
Talo tarsalia. Art. Talo tarsalia
(sendi loncat), karena pada gerakan meloncat ada dua bagian.
·
Art. Talo calcaneo (sendi loncat
atas), antara fascies articularis calcanei posterior assis talus dan fascies
articularis tali posterior ossis calcaneus
·
Art. Talo calcaneo navicularis
(sendi loncat bagian bawah) antara fasies articular naviculare klkanei
mediaanterio dan fasies artikularis naviculare ossis talus dengan fascies tali
media anterior ossis calcaneus dan fasies artikularis tali ossis navikularf
pedis.
Art. Tarso transversa. Art. Tarso transversa merupakan linea amputasiones choparti
ada dua bagian yaitu art. Talo navikularis pedis dan art. Kalkanea kuboidea.
Art.
Tarso metatarsea. Sendi ini ada di
antara permukaan distal ossa kunaiformi renon
I, II, III dengan permukaan distal ossa metatarsalia I, II, III.
Permukaan sendi distal os kaboideum dengan permukaan proksimal ossa
metatarsalia IV, V. antara permukan distal ossa metatarsalia dengan permukaan
proximal ossa falangea I, digiti I, II, III, IV, V.
Art.
Interfalangeal. Ada diantara ruas
jari I, II, III, masing-masing jari (digiti) I, II, III, IV, V untuk gerakan
flexio dan ekstensio (sendi engsel).
h.
Sendi kolumna vertebralis
Kecuali
vertebra servikalis I, semua vertebrae lainnya saling berartikulasi dengan
perantaraan artikulasio kartilaginea dan
artikulasio sinovial.
a. Sendi antara korpus vertebrae
Permukaan
atas dan bawah korpus vertebrae yang berdekatan di lapisi oleh tulang rawan
hialin tipis. Di antara lempeng tersebut terdapat diskus intervertebralis yang
tersusun oleh jaringan vibrokartilago.
b. Sendu diantara arkus vertebrae
Terdiri
dari dua sendi sinovial di antara prosessus artikularis superior dan inferior
vertebrae. Fasies artikularis tertutup oleh tulang rawan hialin dan sendi dikelilingi
oleh ligamentum kapsularis.
c. Artikulatio atiantio oksipitalis
Sendi
ini merupakan sendi sinovial antara kondilus oksipitalis kiri-kanan, foramen
magnum, di atas fascies artikularis superior massa lateral, atlas bagian bawah.
d. Artikulatio atianto aksilaris
Sendi
ini terdiri dari 3 sendi sinovial antara dens aksis dengan arkus anterior atlas
yang lain di antara massa lateralis kedua tulang.
·
Lig. Apisis dentis, terletak di
tengah, mwnghubungkan apeks dentis dengan tepi anterior foramen magnum
·
Lig. Alaria, terletak di kiri-kanan
ligamentum apicis dentis menghubungkan dens aksis dengan sisi medial condilus
oksipitalis
·
Lig. Cruciform atiantis terdiri
dari lig transfersum antiatis yang kuat dan fasculi longitudinalis yang lemah,
ujung transfersum melekat pada bagian dalam massa lateralis atlas dan mengikat
aksis.
C. Penyakit-Penyakit pada Sistem
Muskuloskeletal
DISLOKASI
1. Pengertian
Dislokasi adalah keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk
sendi tidak lagi berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari sendi)
(Brunner&Suddarth).
2. Etiologi
Etiologi
tidak diketahui dengan jelas tetapi ada beberapa faktor predisposisi,
diantaranya
a. Akibat
kelainan pertumbuhan sejak lahir
b. Trauma
akibat kecelakaan
c.
Trauma akibat pembedahan ortopedi
d. Terjadi infeksi di sekitar sendi
4. Patofisiologi
Penyebab terjadinya dislokasi sendi
ada tiga hal yaitu karena kelainan congenital yang mengakibatkan kekenduran
pada ligamen sehingga terjadi penurunan stabilitas sendi. Dari adanya traumatic
akibat dari gerakan yang berlebih pada sendi dan dari patologik karena adanya
penyakit yang akhirnya terjadi perubahan struktur sendi. Dari 3 hal tersebut,
menyebabkan dislokasi sendi. Dislokasi mengakibatkan timbulnya trauma jaringan
dan tulang, penyempitan pembuluh darah, perubahan panjang ekstremitas sehingga
terjadi perubahan struktur. Dan yang terakhir terjadi kekakuan pada sendi. Dari
dislokasi sendi, perlu dilakukan adanya reposisi dengan cara dibidai.
5.
Manifestasi Klinis
Ø Nyeri
Ø Perubahan kontur sendi
Ø Perubahan panjang ekstremitas
Ø Kehilangan mobilitas normal
Ø Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi
Ø Deformitas
Ø Kekakuan
6. Komplikasi
v Dini
1). Cedera saraf : saraf aksila
dapat cedera ; pasien tidak dapat mengkerutkan otot deltoid dan mungkin terdapat
daerah kecil yang mati rasa pada otot tesebut
2). Cedera pembuluh darah : Arteri
aksilla dapat rusak
3). Fraktur disloksi
v Komplikasi lanjut
1.
Kekakuan sendi bahu:Immobilisasi
yang lama dapat mengakibatkan kekakuan sendi bahu, terutama pada pasien yang
berumur 40 tahun.Terjadinya kehilangan rotasi lateral, yang secara otomatis
membatasi abduksi.
2.
Dislokasi yang berulang:terjadi kalau labrum
glenoid robek atau kapsul terlepas dari bagian depan leher glenoid
3.
Kelemahan otot
7.
Pemeriksaan Diagnostik
1. Foto
X-ray
Untuk menentukan arah dislokasi dan
apakah disertai fraktur
2. Foto
rontgen
Menentukan luasnya degenerasi dan
mengesampingkan malignasi
3.
Pemeriksaan radiologi
Tampak tulang lepas dari sendi
4.
Pemeriksaan laboratorium
Darah lengkap dapat dilihat
adanya tanda-tanda infeksi seperti peningkatan leukosit
8. Penatalaksanaan
1.
Dislokasi reduksi: dikembalikan
ketempat semula dengan menggunakan anastesi jika dislokasi berat.
2.
Kaput tulang yang mengalami
dislokasi dimanipulasi dan dikembalikan ke rongga sendi.
3.
Sendi kemudian dimobilisasi dengan
pembalut, bidai, gips atau traksi dan dijaga agar tetap dalam posisi stabil.
4.
Beberapa hari sampai minggu setelah
reduksi dilakukan mobilisasi halus 3-4X sehari yang berguna untuk mengembalikan
kisaran sendi
5.
Memberikan kenyamanan dan melindungi
sendi selama masa penyembuhan
SKOLIOSIS
1. Defenisi
1. Defenisi
Skoliosis
mengandung arti kondisi patologik yaitu kelengkungan tulang belakang yang
abnormal ke arah samping.
2.
Etiologi
Terdapat 3 penyebab umum dari skoliosis:
Terdapat 3 penyebab umum dari skoliosis:
ü
Kongenital (bawaan), biasanya
berhubungan dengan suatu kelainan dalam pembentukan tulang belakang atau tulang
rusuk yang menyatu.
ü
Neuromuskuler, pengendalian otot
yang buruk atau kelemahan otot atau kelumpuhan akibat penyakit berikut:
1) Cerebral palsy
2) Polio
1) Cerebral palsy
2) Polio
ü
Idiopatik, penyebabnya tidak
diketahui.
3.
Tanda dan Gejala
Gejalanya berupa:
a.Tulang belakang melengkung secara abnormal ke arah samping
b. Bahu dan atau pinggul kiri dan kanan tidak sama tingginya
c. Nyeri punggung
d. Kelelahan pada tulang belakang setelah duduk atau berdiri lama
e. Skoliosis yang berat (dengan kelengkungan yang lebih besar dari 60 )
Gejalanya berupa:
a.Tulang belakang melengkung secara abnormal ke arah samping
b. Bahu dan atau pinggul kiri dan kanan tidak sama tingginya
c. Nyeri punggung
d. Kelelahan pada tulang belakang setelah duduk atau berdiri lama
e. Skoliosis yang berat (dengan kelengkungan yang lebih besar dari 60 )
f.
Kebanyakan pada punggung bagian
atas, tulang belakang membengkok ke kanan dan pada punggung bagian bawah,
tulang belakang membengkok ke kiri; sehingga bahu kanan lebih tinggi dari bahu
kiri. Pinggul kanan juga mungkin lebih tinggi dari pinggul kiri.
4.
Patofisiologi
Skoliosis adalah kondisi abnormal lekukan tulang belakang, Skoliosis di turunkan, serta umumnya sudah terjadi sejak masa kanak-kanak. Penyebabnya tidak diketahui dan sama sekali tidak ada kaitannya dengan postur tubuh, diet, olahraga, dan pemakaian backpack. Dan ternyata, anak perempuan lebih sering terkena ketimbang anak laki-laki. Penyebab lain dari skoliosis yaitu infeksi kuman TB daerah korpus vertebra ( spondiliatis ) dan terjadi perlunakan korpus.
Perubahan postural berupa lengkungan berbentuk S dan C terjadi pada tulang spinal atau termasuk rongga tulang spinal. Derajat lengkungan penting untuk di ketahui apakah terjadi penekanan pada paru-paru dan jantung. Umumnya sih, skoliosis tidak akan memburuk, dan yang terpenting adalah lakukan check up secara teratur (setiap 3 sampai 6 bulan). Catatan: Pada kondisi yang berat, bisa terjadi nyeri punggung, kesulitan bernapas, atau kelainan bentuk tubuh. Bisa jadi, anak perlu ‘brace’ (alat khusus) atau harus dioperasi. Tidak ada patokan baku untuk membantu membuat keputusan penanganan skoliosis, karena sangat dipengaruhi usia anak, derajat pembengkokan tulang punggung, serta prediksi tingkat keparahan sejalan dengan pertumbuhannya.
Skoliosis adalah kondisi abnormal lekukan tulang belakang, Skoliosis di turunkan, serta umumnya sudah terjadi sejak masa kanak-kanak. Penyebabnya tidak diketahui dan sama sekali tidak ada kaitannya dengan postur tubuh, diet, olahraga, dan pemakaian backpack. Dan ternyata, anak perempuan lebih sering terkena ketimbang anak laki-laki. Penyebab lain dari skoliosis yaitu infeksi kuman TB daerah korpus vertebra ( spondiliatis ) dan terjadi perlunakan korpus.
Perubahan postural berupa lengkungan berbentuk S dan C terjadi pada tulang spinal atau termasuk rongga tulang spinal. Derajat lengkungan penting untuk di ketahui apakah terjadi penekanan pada paru-paru dan jantung. Umumnya sih, skoliosis tidak akan memburuk, dan yang terpenting adalah lakukan check up secara teratur (setiap 3 sampai 6 bulan). Catatan: Pada kondisi yang berat, bisa terjadi nyeri punggung, kesulitan bernapas, atau kelainan bentuk tubuh. Bisa jadi, anak perlu ‘brace’ (alat khusus) atau harus dioperasi. Tidak ada patokan baku untuk membantu membuat keputusan penanganan skoliosis, karena sangat dipengaruhi usia anak, derajat pembengkokan tulang punggung, serta prediksi tingkat keparahan sejalan dengan pertumbuhannya.
5.
Komplikasi
a.
Kerusakan paru-paru dan jantung.
Ini boleh berlaku jika tulang belakang membengkok melebihi 700. Tulang rusuk akan menekan paru-paru dan jantung, menyebabkan penderita sukar bernafas dan cepat capai. Justru, jantung juga akan mengalami kesukaran memompa darah. Dalam keadaan ini, penderita lebih mudah mengalami penyakit paru-paru dan pneumonia.
Ini boleh berlaku jika tulang belakang membengkok melebihi 700. Tulang rusuk akan menekan paru-paru dan jantung, menyebabkan penderita sukar bernafas dan cepat capai. Justru, jantung juga akan mengalami kesukaran memompa darah. Dalam keadaan ini, penderita lebih mudah mengalami penyakit paru-paru dan pneumonia.
b.
Sakit tulang belakang.
Semua penderita, baik dewasa atau kanak-kanak, berisiko tinggi mengalami masalah sakit tulang belakang kronik. Jika tidak dirawat, penderita mungkin akan menghidap masalah sakit sendi. Tulang belakang juga mengalami lebih banyak masalah apabila penderita berumur 50 atau 60 tahun.
Semua penderita, baik dewasa atau kanak-kanak, berisiko tinggi mengalami masalah sakit tulang belakang kronik. Jika tidak dirawat, penderita mungkin akan menghidap masalah sakit sendi. Tulang belakang juga mengalami lebih banyak masalah apabila penderita berumur 50 atau 60 tahun.
6.
Pemeriksaan Penunjang
a. Skoliometer adalah sebuah alat
untuk mengukur sudut kurvaturai.
Cara pengukuran dengan skoliometer dilakukan pada pasien dengan posisi membungkuk, kemudian atur posisi pasien karena posisi ini akan berubah-ubah tergantung pada lokasi kurvatura, sebagai contoh kurva dibawah vertebra lumbal akan membutuhkan posisi membungkuk lebih jauh dibanding kurva pada thorakal. Kemudian letakkan skoliometer pada apeks kurva, biarkan skoliometer tanpa ditekan, kemudian baca angka derajat kurva.Pada screening, pengukuran ini signifikan apabila hasil yang diperoleh lebih besar dari 50, hal ini biasanya menunjukkan derajat kurvatura > 200 pada pengukuran cobb’s angle pada radiologi sehingga memerlukan evaluasi yang lanjut
Cara pengukuran dengan skoliometer dilakukan pada pasien dengan posisi membungkuk, kemudian atur posisi pasien karena posisi ini akan berubah-ubah tergantung pada lokasi kurvatura, sebagai contoh kurva dibawah vertebra lumbal akan membutuhkan posisi membungkuk lebih jauh dibanding kurva pada thorakal. Kemudian letakkan skoliometer pada apeks kurva, biarkan skoliometer tanpa ditekan, kemudian baca angka derajat kurva.Pada screening, pengukuran ini signifikan apabila hasil yang diperoleh lebih besar dari 50, hal ini biasanya menunjukkan derajat kurvatura > 200 pada pengukuran cobb’s angle pada radiologi sehingga memerlukan evaluasi yang lanjut
b. Rontgen tulang belakang X-Ray Proyeksi Foto
polos : Harus diambil dengan posterior dan lateral penuh terhadap tulang
belakang dan krista iliaka dengan posisi tegak, untuk menilai derajat kurva
dengan metode Cobb dan menilai maturitas skeletal dengan metode Risser. Kurva
structural akan memperlihatkan rotasi vertebra, pada proyeksi
posterior-anterior, vertebra yang mengarah ke puncak prosessus spinosus
menyimpang kegaris tengah; ujung atas dan bawah kurva diidentifikasi sewaktu
tingkat simetri vertebra diperoleh kembali.Cobb Angle diukur dengan menggambar
garis tegak lurus dari batas superior dari vertebra paling atas pada lengkungan
dan garis tegak lurus dari akhir inferior vertebra paling bawah. Perpotongan
kedua garis ini membentuk suatu sudut yang diukur. Maturitas kerangka dinilai
dengan beberapa cara, hal ini penting karena kurva sering bertambah selama
periode pertumbuhan dan pematangan kerangka yang cepat. Apofisis iliaka mulai
mengalami penulangan segera setelah pubertas; ossifikasi meluas kemedial dan
jika penulangan krista iliaka selesai, pertambahan skoliosis hanya minimal.
Menentukan maturitas skeletal melalui tanda Risser, dimana ossifikasi pada
apofisis iliaka dimulai dari Spina iliaka anterior superior (SIAS) ke
posteriormedial. Tepi iliaka dibagi kedalam 4 kuadran dan ditentukan kedalam
grade 0 sampai 5.
7.
Penatalaksanaan
a.
Orthosis
Orthosis dalam hal ini adalah pemakaian alat penyangga yang dikenal dengan nama brace. Biasanya indikasi pemakaian alat ini adalah :
Orthosis dalam hal ini adalah pemakaian alat penyangga yang dikenal dengan nama brace. Biasanya indikasi pemakaian alat ini adalah :
·
Pada kunjungan pertama, ditemukan
derajat pembengkokan sekitar 250
·
Terdapat progresifitas peningkatan
derajat sebanyak 250
Jenis dari alat orthosis ini antara lain :
Milwaukee, Boston, Charleston bending brace.
Alat ini dapat memberikan hasil yang cukup signifikan jika digunakan secara teratur 23 jam dalam sehari hingga masa pertumbuhan anak berhenti.
Jenis dari alat orthosis ini antara lain :
Milwaukee, Boston, Charleston bending brace.
Alat ini dapat memberikan hasil yang cukup signifikan jika digunakan secara teratur 23 jam dalam sehari hingga masa pertumbuhan anak berhenti.
b.
Operasi
Tidak semua skoliosis dilakukan operasi. Indikasi dilakukannya operasi pada skoliosi adalah
Tidak semua skoliosis dilakukan operasi. Indikasi dilakukannya operasi pada skoliosi adalah
·
Terdapat progresifitas peningkatan
derajat pembengkokan >40-45 pada anak yang sedang tumbu
·
Terdapat kegagalan setelah dilakukan
pemakaian alat orthosis
·
Terdapat derajat pembengkokan >50
pada orang dewasa
AMPUTASI
1.
Pengertian
Amputasi
adalah tindakan pembedahan dengan memotong / membuang bagian tubuh.
2.
Etiologi
1)
Fraktur
multople organ tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki
2)
Kehancuran
jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki
3)
Gangguan
vaskuler / sirkulasi pada ekstremitas yang benar
4)
Adanya
tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif
3.
Metode – Metode Amputasi
Dilakukan
sebagian kecil sampai dengan sebagian besar dari tubuh, dengan 2 metode :
1)
Metode
terbuka (Guillotine Amputasi)
Metode ini
digunakan pada klien dengan infeksi yang mengembang.Bentuknya benar – benar
terbuka dan dipasang drainase agar luka bersih, dan luka dapat ditutup setelah
tidak terinfeksi.
2)
Metode
Tertutup (Flap Amputasi)
4. Jenis
Amputasi
Berdasarrkan
pelaksanaan amputasi, dibedakan menjadi :
1.
Amputasi
slektif / terencana
2.
Amputasi
akibat trauma
3.
Amputasi
darurat
Jenis – jenis yang
dikenal adalah :
1.
Amputasi
terbuka
Amputasi terbuka
dilakaukan pada kondisi infeksi yang berat dimana pemotongan pada tulang dan
otot pada tingkat yang sama.
2.
Amputasi
tertutup
Amputasi
tertutup dilakukan dalam kondisi yang lebih memungkinkan dimana dibuat skaif
kulit untuk menutup luka dibuat dengan memotong kurang lebih 5 cm dibawah potongan otot dan tulang.
5. Tingkatan
Amputasi
1.
Ekstremitas
atas
Amputasi pada
eksremitas atas dapat mengenai tangan kanan atau kiri.Hal ini berkaitan dengan
aktivitas sehari – hari seperti makan, minum, mandi, berpakaian dan aktivitas
yang lainnya yang melibatkan tangan.
2.
Ekstremitas
bawah
Amputasi pada
ekstremitas in dapat mengenai semua atau sebagian dan jari – jari kaki yang
menimbulkan seminimal mungkin kemampuannya.
6.
Penatalaksanaan
Amputasi
dianggap selesai dipasang prostetis yang baik dan berfungsi. Ada 2 cara
perawatan post amputasi, yaitu :
1.
Rigid
dressing
Yaitu dengan
menggunak plester of paring yang dipasang waktu dikamar operasi.Pada waktu
memasang harus direncanakan apakah penderita harus direncanakan apakah
penderita harus immobilidsasi atau tidak. Bila tidak diperlukan pemasangan
segera dengan memperhatikan jangan sampai menyebabkan kontruksi stump dana
memamsang bulatan pada ujung stump serta tempat – tempat tulang yang menonjol.
Keuntungan cara ini bisa mencegah oedema, mengurangi nyeri dan mempercepat
posisi berdiri.Setelah pemasangan rigid dressing bisa dianjutkan dengan
mobilisasi segera, mobilisasi setelah 7-10 post operasi setelah luka sembuh,
setelah 2-3 minggu, setelah stump sembuh dan mature. Namun untuk mobilisasi
dengan rigid dressing ini dipertimbangan juga factor usia, kekuatan, kecerdasan
penderita, tersedianya perawata yang terampil, therapist dan prosthetist serta
keleraan dan kemauan dokter bedah untuk melakukan supervise program perawatan.
Rigid dressing dibuka pada hari ke 7-10 post operasi untuk tanda – tanda
infeksi likal atau sistemik.
2.
Soft
dressing
Yaitu bila ujung
stump dirawat secara konvesional, maka digunakan pembalut steril dan rapid an
semua tulang yang menonjol dipasang bantalan yang cukup. Harus diperhatikan
penggunaan elastic verban jangan sampai menyebabkan kontriksi pada stump. Ujung
stump dielevasi dengan meninggikan kaki tempat tidur, melakukan elevasi dengan
mengganjal bantal pada stump tidak baik sebab akan menyebabkan fleksi
kontraktur. Biasanyya luka diganti balutan dan draindicabut setelah 48 jam.
Ujung stump ditekan sedikit dengan soft dressing dan pasien diizinkan secspat
mungkin untuk berdiri setelah kondisinya memungkinkan. Biasanya jahitan dibuka
pada hari ke 10-14 post operasi.Pada ampuutasi diatas lutut, penderita
diperingatkan untuk tidak meletakkan bantal dibawah stump, hal ini perlu
diperhatikan untuk mencegah terjadinya kontraktur.
OSTEOMIELITIS
1. Pengertian
Ø Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang
panjang yang disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang
Haemophylus influensae (Depkes RI, 1995).
Ø Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).
2. Etiologi
Infeksi bisa disebabkan oleh
penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus infeksi di tempat lain (mis.
Tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran nafas atas).
Osteomielitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi ditempat di mana
terdapat trauma dimana terdapat resistensi rendah kemungkinan akibat trauma
subklinis (tak jelas).
Osteomielitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi
jaringan lunak (mis. Ulkus dekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler) atau
kontaminasi langsung tulang (mis, fraktur ulkus vaskuler) atau kontaminasi
langsung tulang (mis. Fraktur terbuka, cedera traumatik seperti luka tembak,
pembedahan tulang.
3. Patofisiologi
Staphylococcus aurens merupakan penyebab 70% sampai 80%
infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya sering dujumpai pada osteomielitis
meliputi Proteus, Pseudomonas dan Ecerichia coli. Terdapat peningkatan insiden
infeksi resisten penisilin, nosokomial, gram negatif dan anaerobik.
Awitan osteomielitis setelah pembedahan ortopedi dapat
terjadi dalam 3 bulan pertama (akut fulminan stadium I) dan sering berhubungan
dengan penumpukan hematoma atau infeksi superfisial. Infeksi awitan lambat
(stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis
awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2
tahun atau lebih setelah pembedahan.
4. .
Manifestasi Klinik
Jika infeksi dibawah oleh darah, biasanya awitannya
mendadak, sering terjadi dengan manifestasi klinis septikemia (mis. Menggigil,
demam tinggi, denyut nadi cepat dan malaise umum). Gejala sismetik pada awalnya
dapat menutupi gejala lokal secara lengkap. Setelah infeksi menyebar dari
rongga sumsum ke korteks tulang, akan mengenai periosteum dan jaringan lunak,
dengan bagian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan.
Pasien menggambarkan nyeri konstan berdenyut yang semakin memberat dengan
gerakan dan berhubungan dengan tekanan pus yang terkumpul.
5. Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan darah; sel darah putih meningkat sampai 30.000 disertai
laju endap darah;pemeriksaan titer antibody anti-stafilokokus;pemeriksaan
kultur darah untuk menentukan bakterinya(50% POSITIF)dan di ikuti uji
sensetivitas.selain itu,harus diperiksa adanya penyakit anemia sel sabit yang
merupakan jenis osteomeilitisyang jarang terjadi.Pemerisaan feces ;pemeriksaan
feces untuk kultur dilakukan bila trdapat kecurigaaninfeksi oleh bakteri.Pemeriksaan
biopsy;pemeriksaan di lakukan pada tempat yang di curigai.Pemeriksaan
ultra sound;pemeriksaan ini dapat memperlihatkan efusi pada sendi.
Pemeriksaan radiologi;Pada pemeriksaan foto polos sepuluh hari pertama,tidak di temukan
kelainan radiologis yang berarti,dan mungkin hanya di temukan pembengkakan
jaringan lunak.Gambaran destruksi tulang dapat dilihat setelah sepuluh hari(2
minggu).Pemeriksaan radioisotope akan memperlihatkan penangkapan isotop pada
daerah lesi
6. Penatalaksanaan
Medis
Daerah yang terkana harus diimobilisasi untuk mengurangi
ketidaknyamanan dan mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman salin
hangat selama 20 menit beberapa kali per hari untuk meningkatkan aliran daerah.
Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan
proses infeksi, Kultur darah dan swab dan kultur abses dilakukan untuk mengidentifikasi
organisme dan memilih antibiotika yang terbaik. Kadang, infeksi disebabkan oleh
lebih dari satu patogen.
Begitu spesimen kultur telah diperoleh, dimulai pemberian
terapi antibiotika intravena, dengan asumsi bahwa dengan infeksi staphylococcus
yang peka terhadap penisilin semi sintetik atau sefalosporin. Tujuannya adalah
mengentrol infeksi sebelum aliran darah ke daerah tersebut menurun akibat
terjadinya trombosis. Pemberian dosis antibiotika terus menerus sesuai waktu
sangat penting untuk mencapai kadar antibiotika dalam darah yang terus menerus
tinggi. Antibiotika yang paling sensitif terhadap organisme penyebab yang
diberikan bila telah diketahui biakan dan sensitivitasnya. Bila infeksi tampak
telah terkontrol, antibiotika dapat diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3
bulan. Untuk meningkatkan absorpsi antibiotika oral, jangan diminum bersama.
ARTRITIS
REUMATOID
1.
Pengertian
Penyakit
reumatoid adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat sistemik,
progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara
simetris. ( Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165 )
2.
Etiologi
Namun faktor pencetus terbesar adalah faktor
infeksi seperti bakteri, mikoplasma dan virus (Lemone & Burke, 2001).
Ada beberapa
teori yang dikemukakan mengenai penyebab artritis reumatoid, yaitu :
1. Infeksi streptokokus hemolitikus
dan streptokokus non-hemolitikus
2. Endokrin
3. Autoimun
4. Metabolik
5. Faktor genetik serta faktor pemicu
lainnya.
3.
Patofisiologi
Cidera mikro vascular dan
jumlah sel yang membatasi dinding sinovium merupakan lesi paling dini pada
sinovisis remotoid. Sifat trauma yang menimbulkan respon ini masih belum
diketahui. Kemudian, tampak peningkatan jumlah sel yang membatasi dinding
sinovium bersama sel mononukleus privaskular. Seiring dengan perkembangan
proses sinovium edematosa dan menonjol kedalam rongga sendi sebagai tonjolan-tonjolon
vilosa. Pada penyakit
4.
Manifestasi Klinis
Rheumatoid
arthritis ditandai oleh adanya gejala umum peradangan berupa:
1. Demam, lemah tubuh
dan pembengkakan sendi.
2. Nyeri dan
kekakuan sendi yang dirasakan paling parah pada pagi hari.
3. Rentang
gerak berkurang, timbul deformitas sendi dan kontraktur otot.
4. Pada sekitar
20% penderita rheumatoid artritits muncul nodus rheumatoid ekstrasinovium. Nodus ini
erdiri dari sel darah putih dan sisa sel yang terdapat di daerah trauma atau
peningkatan tekanan. Nodus biasanya terbentuk di jaringan subkutis di atas
siku dan jari tangan.
5.
Komplikasi
Kelainan sistem
pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik yang
merupakan komlikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS)
atau obat pengubah perjalanan penyakit ( disease modifying antirhematoid drugs,
DMARD ) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada
arthritis reumatoid.
Komlikasi saraf
yang terjadi memberikan gambaran jelas , sehingga sukar dibedakan antara akibat
lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat
ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis.
6.
Penatalaksanaan Medis
Adapun
penatalaksanaan umum pada rheumatoid arthritis antara lain :
1. Pemberian terapi
Pengobatan pada
rheumatoid arthritis meliputi pemberian aspirin untuk mengurangi nyeri dan
proses inflamasi, NSAIDs untuk mengurangi inflamasi, pemberian corticosteroid
sistemik untuk memperlambat destruksi sendi dan imunosupressive terapi untuk
menghambat proses autoimun.
2. Pengaturan
aktivitas dan istirahat
Pada kebanyakan penderita, istirahat secara teratur merupakan hal penting untuk mengurangi gejala penyakit. Pembebatan sendi yang terkena dan pembatasan gerak yang tidak perlu akan sangat membantu dalam mengurangi progresivitas inflamasi. Namun istirahat harus diseimbangkan dengan latihan gerak untuk tetap menjaga kekuatan otot dan pergerakan sendi.
Pada kebanyakan penderita, istirahat secara teratur merupakan hal penting untuk mengurangi gejala penyakit. Pembebatan sendi yang terkena dan pembatasan gerak yang tidak perlu akan sangat membantu dalam mengurangi progresivitas inflamasi. Namun istirahat harus diseimbangkan dengan latihan gerak untuk tetap menjaga kekuatan otot dan pergerakan sendi.
3. Kompres panas
dan dingin
Kompres panas dan dingin digunakan untuk mendapatkan efek analgesic dan relaksan otot. Dalam hal ini kompres hangat lebih efektive daripada kompres dingin.
Kompres panas dan dingin digunakan untuk mendapatkan efek analgesic dan relaksan otot. Dalam hal ini kompres hangat lebih efektive daripada kompres dingin.
4. Diet
Untuk penderita
rheumatoid arthritis disarankan untuk mengatur dietnya. Diet yang disarankan
yaitu asam lemak omega-3 yang terdapat dalam minyak ikan.
5. Pembedahan
Pembedahan dilakukan apabila rheumatoid arthritis sudah mencapai tahap akhir. Bentuknya dapat berupa tindakan arhthrodesis untuk menstabilkan sendi, arthoplasty atau total join replacement untuk mengganti sendi.
Pembedahan dilakukan apabila rheumatoid arthritis sudah mencapai tahap akhir. Bentuknya dapat berupa tindakan arhthrodesis untuk menstabilkan sendi, arthoplasty atau total join replacement untuk mengganti sendi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem
Muskuloskeletal adalah penunjang bentuk tubuh dan pengurus pergerakan.
Muskuloskeletal terdiri atas :
Ø Muskuler/Otot : Otot, tendon,dan ligament
Ø Skeletal/Rangka : Tulang dan sendi
Otot
terdiri dari 3 jenis yaitu:
1.
Otot
rangka
2.
Otot
polos
3.
Otot
jantung
Susunan
tulang
Ø Tulang
kepala/tengkorak
Ø Kerangka dada 25 buah
Ø Tulang belakang dan
pinggul 26 buah
Ø Tulang anggota gerak
atas 64 buah
Ø Tulang anggota gerak
bawah 62 buah
Sendi merupakan suatu engsel yang
membuat anggota tubuh dapat bergerak dengan baik, juga merupakan suatu
penghubung antara ruas tulang yang satu dengan ruas tulang lainnya, sehingga
kedua tulang tersebut dapat digerakkan sesuai dengan jenis persendian yang diperantarainya.
B. Saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun sangat kami
harapkan demi perbaikan makalah ini kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2009.Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.
C.Pearce, Evelyn. 1992. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Ganong, F. William. 1998. Buku Ajar Fisiologi kedokteran. Penerbit:
EGC.
Gibson, John. 2003. Fisiologi & Anatomi Modern untuk Perawat. Jakarta : EGC.
http://www.tempo.co.id/medika/arsip/062002/war-2.htm
Price,
Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi
Konsep Klinis Proses – proses Penyakit. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Robbins
& Kumar. 1995. Patofisiologi II Edisi
4. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Smeltzer,
Sizanne C. & Brenda G. Bare. 2002. Keperawatan
Medikal-Bedah Edisi 8. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Suratun,
dkk. 2008. Seri Asuhan Keperawatan Klien
Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : EGC.
Syaifudin,
Drs. 2006. Anatomi Fisiologi untuk
Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : EGC.
Watson,
Roger. 2002. Anatomi & Fisiologi
untuk Perawat. Jakarta : EGC.