do-not-copy { -webkit-user-select:none; -khtml-user-select:none; -moz-user-select:none; -ms-user-select:none; user-select:none;

Selasa, 31 Mei 2011

Pengusaha Tanggungjawab Moril


Telah lama dan banyak media massa cetak dan elektronik memberitakan tentang kekhawatiran para orang tua, LSM, YLKI dan pakar gizi terhadap jajanan anak yang disuguhkan oleh para pengusaha yang tidak memenuhi syarat kesehatan dan gizi bahkan menghancurkan dan merusak organ tubuh anak.

Sebenarnya buka jajanan anak saja, tetapi produk susu juga yang jelas-jelas diharapkan untuk menumbuhkembangkan pertumbuhan dan kesehatan anak, bahkan menjadi produk yang mematikan sebagaimana ramai diberitakan beberapa waktu yang lalu.Baru-baru ini salah satu siaran televisi swasta memberitakan tentang seorang anak berusia + 5 tahun menderita gagal ginjal karena sering mengkonsumsi snack-snack jajanan anak. Hal ini telah dibenarkan oleh Dokter yang memeriksa penyakit anak tersebut.Sebenarnya, banyak kasus serupa yang telah menimpa anak-anak kita, tetapi tidak terliput oleh media massa. Inilah yang membuat hati penulis merasa teriris. Bagaimana mungkin para pengusaha/produsen jajanan anak begitu tega menyuguhkan makanan yang menghancurkan organ tubuh anak hanya untuk mengeruk keuntungan yang sebesar-besarnya ?. Dimana tanggungjawab moril mereka ?

Kalaulah kita kaitkan tanggungjawab moril para pengusaha ini terhadap para konsumen (anak) tentulah tidak terlepas dari tanggungjawab mereka kepada Penciptanya. Karena Sang Pencipta tidaklah berkehendak menghancurkan ciptaan-Nya sendiri. Kita lihat saja, ketika Sang Pencipta menciptakan manusia dan menempatkannya di bumi, maka Yang Maha Penuh Kasih telah menyediakan tumbuhan dan binatang ternak (darat, laut dan udara) untuk dapat dikonsumsi manusia untuk kelangsungan hidup mereka. Semua disediakan dan disuguhkan untuk makhluk ciptaanNya, agar makhluknya tidak kelaparan dan kesakitan apalagi busung lapar dan gizi buruk.

Sang Maha Pencipta tidak meminta uang sebagai bayarannya, kecuali dengan menyediakan waktu untuk menyembahNya dengan kesungguhan dan kekhusyukan. Itu saja !. Penyembahan dan kekhusyukan yang dilakukan manusia pun tidaklah menjadi sia-sia melainkan akan mendapat pahala yang tiada putus-putusnya berupa surga.Memang, para produsen jajanan anak bukanlah Tuhan yang menciptakan manusia yang bernama ‘anak’. Dan kita pun tidak bermaksud demikian. Tetapi yang kita harapkan adalah agar para produsen jajanan anak menciptakan/menyuguhkan produk-produk jajanan anak yang menyehatkan dan bergizi dan bukan membunuh secara perlahan namun pasti.Disamping itu, para produsen jajanan anak janganlah hanya mengedepankan nilai bisnis yang mengeruk keuntungan besar, tapi juga harus mengedepankan nilai kasih sayang dan kelembutan hati bagi anak-anak manusia yang bertebaran di muka bumi ini. Sehingga tidak ada lagi kasus-kasus produk susu yang menghancurkan organ-organ tubuh anak.


 Sungguh mengharukan dan memalukan kejadian ini bila dikaitkan dengan etika bisnis, bahwa manusia-manusia pelaku bisnis tersebut adalah manusia-manusia yang ber-Tuhan dan beragama. Karena tidak satu pun agama di dunia ini yang membenarkan perilaku bsinis demikian. Hal ini bisa dikatakan penipuan terhadap manusia ‘dewasa’ dan kejahatan pembunuhan terhadap manusia ‘anak’ tidak berdosa. Karena para orang tua berharap anaknya bisa lebih sehat dan bertumbuhkembang dengan baik dengan meminum susu formula yang menguras kocek tidak sedikit (kita tahu harga susu tidaklah murah), malah menyuguhkan anaknya untuk sebuah produk yang mematikan. Sungguh produsen yang tidak berperikemanusiaan !Faktanya; Pemerintah, LSM dan YLKI pun telah berteriak keras tentang hal ini, namun tetap tidak diindahkan, maka pertanyaannya sekarang adalah ‘kemana hati nurani para produsen itu ? Apakah mereka juga manusia yang punya mata, telinga dan hati ?’ Inilah barangkali yang menjadi pertanyaan dalam hati kita bila melihat berita-berita miris tentang produk-produk yang tidak menyehatkan bagi anak masih tetap saja beredar di pasaran.Barangkali, akhirnya keputusan adalah di tangan para konsumen sendiri ketika himbauan dan tanggungjawab moril sudah tidak didindahkan lagi dan tidak ada kompromi lagi. Maka tidak ada yang perlu kita bicarakan lagi ketika produsen sudah buta, tuli, tidak punya hati dan tanggung jawab moril. Itulah satu-satunya jalan terbaik bagi umat di bumi ini, dengan tidak berputus asa dan senantiasa berdo’a kepada Sang Pencipta untuk mengganti para produsen biadab tersebut dengan produsen yang lebih baik dan bertanggung jawab secara moril dan materil.Sebenarnya, kejahatan para produsen ini bukanlah hanya pada produk jajanan anak saja, tetapi untuk konsumen dewasa pun demikian pula. Fakta dan berita yang akurat telah jelas di hadapan kita tentang produk Jamu Oplosan yang menghancurkan organ tubuh dan mematikan. Juga bahan bangunan berupa Semen Oplosan pun telah beredar di salah satu wilayah di Indonesia ini. Sehingga bangunan rumah yang diharapkan dapat melindungi keluarga dari hujan dan panas, malah meruntuhkan bangunan dan menimbun keluarga dengan tembok dan bebatuan karena kerekatan semen yang digunakan tidak layak pakai dan tidak memenuhi syarat bangunan. Luar biasa kejahatan produsen yang tidak bertanggung jawab !. Berhati-hatilah para konsumen bila hendak memilih produk apa pun. Lihatlah garansi dan standarisasinya.

Apa pun ceritanya, bagi para pengusaha/produsen yang tidak jujur dan tidak bertanggung jawab, maka selamanya tidak akan pernah bisa menjadi pengusaha/produsen yang sukses. Sebagaimana Sang Pakar Wirausaha-Andrie Wongso- merumuskan hal ini dalam Delapan Rahasia Sukses Berwirausaha. Diantaranya harus memiliki sikap mental sukses, kekuatan produk (the 1st, the best, the difference, unique dan special), kekuatan karakter (jujur, bertanggungjawab) dan kekuatan spiritual.Buktinya, kita telah melihat dan mendenga

Sumber: http://id.shvoong.com/business-management/management/2130512-pengusaha-tanggungjawab-moril/#ixzz1vOlRYYbg

Senin, 30 Mei 2011

10 kompetensi yang harus dimiliki entrepreneur


Dalam berwirausaha, entrepreneur perlu memiliki kompetensi seperti halnya profesi lain dalam kehidupan, kompetensi ini mendukung kearah kesuksesan. Triton (2007) mengemukakan 10 kompetensi yang harus dimiliki entrepreneur dalam menjalankan usahanya, yaitu :
1. Knowing your business, yaitu mengetahui usaha apa yang akan dilakukan. Dengan kata lain, seorang entrepreneur harus mengetahui segala sesuatu yang ada hubunganya dengan usaha atau bisnis yang akan dilakukan.


2. Knowing the basic business management, yaitu mengetahui dasar-dasar pengelolaan bisnis, misalnya cara merancang usaha, mengorganisasi dan mengendalikan perusahaan, termasuk dapat memperhitungkan, memprediksi, mengadministrasikan, dan membukukan kegiatan-kegiatan usaha. Mengetahui
manajemen bisnis berarti memahami kiat, cara, proses dan pengelolaan semua sumberdaya perusahaan secara efektif dan efisien.

3. Having the proper attitude, yaitu memiliki sikap yang sempurna terhadap usaha yang dilakukannya. Dia harus bersikap seperti pedagang, industriawan, pengusaha, eksekutif yang sungguh-sungguh dan tidak setengah hati.

4. Having adequate capital, yaitu memiliki modal yang cukup. Modal tidak hanya bentuk materi tetapi juga rohani. Kepercayaan dan keteguhan hati merupakan modal utama dalam usaha. Oleh karena itu harus cukup waktu, cukup uang, cukup tenaga, tempat dan mental.

5. Managing finances effectively, yaitu memiliki kemampuan untuk mengelola keuangan secara efektif dan efisien, mencari sumber dana dan menggunakanya secara tepat, dan mengendalikanya secara akurat.


6. Managing time efficiently, yaitu mengatur waktu seefisien mungkin. Mengatur, menghitung, dan menepati waktu sesuai kebutuhanya.

7. Managing people, yaitu kemampuan merencanakan, mengatur, mengarahkan atau memotivasi, dan mengendalikan orang-orang dalam menjalankan usahanya.

8. Statisfying customer by providing hight quality product, yaitu member kepuasan kepada pelanggan dengan cara menyediakan barang dan jasa yang bermutu, bermanfaat dan memuaskan.

9. Knowing method to compete, yaitu mengetahui strategi atau cara bersaing. Wirausaha harus dapat mengungkapkan kekuatan (Strength), kelemahan (weaks), peluang (opportunity), dan ancaman (threat), dirinya dan pesaing.

10. Copying with regulation and paper work, yaitu membuat aturan yang jelas tersurat, bukan tersirat.

Sumber:http://id.shvoong.com/business-management/human-resources/2123613-10-kompetensi-yang-harus-dimiliki/#ixzz1vOlnYint

Minggu, 29 Mei 2011

Apakah Memulai Bisnis Harus Sejak Usia Muda?


Menurut mitos modern, ciri-ciri calon pengusaha berhasil umumnya didominasi kaum pria yang kutu buku berusia 20-an, tidak dewasa, dan tinggal selangkah lagi menuju kesuksesan dan ketenaran. Hal tersebut muncul seiring dengan mencuatnya nama-nama seperti Bill Gates, Marc Andreessen pendiri Netscape, para lelaki Google, Larry Page dan Sergey Brin. Meskipun cerita mereka cocok dengan mitos yang ada, tetapi hampir semua stereotip tersebut salah.



Buktinya, saat ini di Amerika Serikat perempuanlah yang menjadi kekuatan penggerak di balik banyaknya bisnis baru. Pusat Riset Bisnis Perempuan di sana bahkan menyatakan perkembangan bisnis yang dimiliki perempuan tumbuh hampir dua kali lipat daripada kebanyakan perusahaan yang ada. Mereka mempekerjakan lebih dari 12,8 juta pegawai. Menghabiskan 550 juta dollar AS (sekitar Rp 5,17 triliun) untuk gaji dan tunjangan karyawan, serta membukukan penjualan akhir 1,9 triliun dollar AS (sekitar Rp 17,86 triliun).Mitos kewiraswastaan pun jadi penting karena dapat mengendurkan semangat mereka yang tidak memenuhi kriteria. Namun, meskipun tidak sesuai, pengusaha perempuan telah mengucurkan jutaan dollar AS ke dalam perekonomian Amerika dan dunia. Lalu, yang terpenting, mereka melakukan segala sesuatu dengan aturan main sendiri!Aturan dari segi usia sangat bisa dipatahkan. Jill Blashack Strahan (48), misalnya. Ia memulai Tastefully Simple di usia 37. Saat itu ia telah menikah dan punya anak. Menurutnya, usia matang adalah salah satu kunci keberhasilan. "Waktu muda, saya tidak mengenali siapa diri saya sebenarnya," ujar Jill. "Sedangkan untuk jadi pemimpin yang hebat, kita harus mengetahui diri kita dengan baik."



Menurut penelitian Simon Parker, dosen ekonomi dan k
ewiraswastaan di University of Durham, Inggris, sebagian besar bisnis yang dimiliki pengusaha berusia matang memiliki kecenderungan bertahan lama. Usia rata-rata pemimpin perusahaan yang ada dalam Inc. 500, daftar perusahaan swasta dengan pertumbuhan tercepat, adalah 43 tahun. Pengusaha tertua Doris Drucker memulai perusahaan pertamanya saat berumur 82 tahun.Meski demikian, ada anggapan bahwa menjadi pengusaha harus dimulai sejak muda, karena hanya orang muda yang cukup berani mencoba sesuatu dengan tingkat kegagalan tinggi. Namun, ternyata pengalaman biar bagaimanapun juga, terbukti akan jauh lebih berharga dibandingkan dengan keberanian yang bodoh.



Sewaktu Carol Latham, 67 tahun, masuk ke dalam kelas bisnis, para mahasiswa langsung terkaget-kaget. Terlihat jelas apa yang ada di dalam benak mereka: "Ia pengusaha? Tidak mungkin! Terlalu tua!" Kemudian Carol berbagi cerita.Ia adalah seorang ahli kimia di Cleveland yang kemudian berhenti bekerja untuk mengasuh anak. Ia tinggal di rumah selama 18 tahun, dan baru kembali bekerja pada tahun 1981. Pertengahan 1980-an, saat ukuran komputer mengecil, Carol menyadari bahwa komputer yang terlalu panas akan menimbulkan masalah besar. Bertumpu pada latar belakang kimia, ia mendapat ide untuk menggunakan material pengantar panas dengan bahan polimer.Tahun 1989, ia nekat membuka perusahaannya sendiri, Thermagon. Carol lalu kekurangan uang untuk membayar gaji, tetapi hatinya tidak ciut. "Pengalaman sebagai ibu rumah tangga membuat saya bisa memotivasi orang, tanpa uang. Saya sendiri dulu sering menjadi relawan. Saya terpikir untuk menggerakkan orang mengerjakan sesuatu tanpa imbalan apa pun. Ternyata saya berhasil melakukannya," lanjut Carol.



Ia mempekerjakan tenaga yang tidak berpengalaman dan membujuk dewan sekolah Cleveland untuk mengirim guru Bahasa Inggris dan Matematika. Lalu, ia mengadakan berbagai pelatihan. "Kami mempromosikan banyak perempuan dan kaum minoritas. Mengembangkan kemampuan mereka dan memberikan kesempatan untuk hidup lebih baik. Itu sebuah akhir yang sempurna
Sumber:http://id.shvoong.com/f/business-management/human-resources/2077740-apakah-memulai-bisnis-harus-sejak/#ixzz1vomgbsu7


Sabtu, 28 Mei 2011

Punya Usaha Belum Tentu Pebisnis


Kadang orang mempunyai pandangan yang sempit tentang Wirausaha / Bisnis . Ada seorang pedagang yang sibuk mencari barang yang akan dijualnya , lalu dia jual sendiri , dan dia manage keunagannya sendiri , begitulah dia lakukan sehari - hari tanpa perubahan , apakah tipe pedangang seperti ini dikatakan PEBISNIS ? . Ada beberapa diantara pekerja yang resign dengan alasan " Saya mau Bisnis " , tapi pada saat mulai usahanya , dia disibukan dengan hal - hal yang besifat teknis , semua di lakukannya sendiri , sehingga waktu untuk keluarga sangat terabaikan. 


Kisah nyata dialami oleh seorang pedagang minuman di Bandung , dia mulai usahanya ketika belum nikah , semua kegiatan dilakukan sendiri , mulai membeli product , menjual , mengatur modal dan menghitung pendapatan, sampai anak keduanya sekolah di tingkat menengah penghasilannya lumayan , si pedagang ini bisa mendirikan sebuah rumah . Tapi apa yang terjadi sekarang setelah umur 45 keatas ? , kehidupannya makin terpuruk , sipedangan yang mempunyai tiga orang anak ini tidak sanggup menghidupi keluarganya , Apa sebenarnya yang salah dengan pedangang ini ? .



Sahabat Bisnis , anda harus menjadi pebisnis visioner yang selalu melihat ke depan ketika orang lain disibukan oleh masalah teknis dan kekinian , seorang pebisnis harus menyiapkan SDM dalam rangka mendelagasikan pekerjaan - pekerjaan teknis bisnis dan membuat system sehingga bisnisnya berjalan sendiri dan terkontrol , dia harus bermain di level pengembangan usaha yang ditekuninya . Uang mengalir , walaupun dia sedang jalan - jalan dengan keluarganya . Kisah nyata seorang pedangan di atas adalah bukti nyata , bahwa ketika tidak ada pendelegasian dan pengembangan , maka siap - siap bisnis kita akan menurun atau mati , dan itu tandanya kita kurang pandai belajar dari kehidupan ini . 



Sumber: http://id.shvoong.com/business-management/2259982-punya-usaha-belum-tentu-pebisnis/#ixzz1vOnSeF5B

Jumat, 27 Mei 2011

Tips merebut hati pelanggan dalam berbisnis


Cara Merebut Hati Pelanggan Tanpa Banting Harga : Berkompetisi untuk mencari pelanggan dengan cara perang harga dengan kompetitor, merupakan hal yang sudah biasa di Dunia Bisnis , yang menjadi tantangan adalah, bagaimana caranya agar pembeli tetap menjadi pasar wirausaha Anda tanpa harus membanting harga. Berikut kiat bagaimana caranya merebut hati pelanggan tanpa harus Membanting Harga ; 

- Berikan pelayanan terbaik pada konsumen agar mereka menjadi pelanggan setia anda, 

Belajar dari bisnis yang sudah besar. Mereka ternyata memfokuskan pelayanan yang baik pada customer-nya. Itu yang membedakan dengan perusahaan atau bisnis lain yang serupa. 


- Promosi besar-besaran bukanlah jaminan banyaknya customer datang ke sebuah tempat usaha, Promosi hanya mengundang customer pertama kali saja, selanjutnya customer akan melakukan penilaian. Kalau pelayanannya tidak bagus, ya mereka akan pergi mencari tempat lain. Jadi promosi besar-besar akan percuma tanpa ada pelayanan yang baik. 

- Layaknya pepatah lama,pengelola usaha harus memperlakukan konsumen sebagai raja. Strategi jadikan konsumen raja' yaitu berhasil mengambil hati konsumen . Meski menetapkan harga lebih tinggi, tetapi tetap dibeli bahkan lebih lama dalam bisnisnya .

- wirausaha yang sukses adalah yang bisa mengambil hati konsumennya . Apalagi esensi bisnis adalah menciptakan konsumen, menjaga konsumen dan menciptaka. 


Berikut poin-poin yang harus dipuaskan oleh para pengelola usaha ; 
ada tujuh service bites yang harus dipenuhi. Diantaranya, akses, kompetensi, keramahtamahan, responsif, kecepatan dan keamanan.



- Akses misalnya, sebuah tempat usaha akan ditinggalkan jika sulit dijangkau oleh konsumen, baik dari letak fisik, telepon atau online. Tempatnya harus mudah dicari dan punya tempat parkir, kalau tidak akan susah. Telepon juga harus selalu bisa dihubungi, kalau tidak, konsumen jadi malas.


- Untuk kompetensi, karyawan di sebuah tempat usaha sudah seharusnya mengetahui info produk dan dapat menjelaskan pada konsumen. Kalau ditanya kenapa batiknya lebih mahal, jangan jawab tidak tahu. Pemilik tempat usaha harus men-training karyawannya untuk ini, 


- Tak hanya info produk, karyawan juga harus memiliki karakter yang ramah, responsif dan mampu memenuhi harapan konsumen. Selamat Mencoba Semoga bisa Menjadi Pengusaha yang Sukses tan haru banting harga.




Kamis, 26 Mei 2011

Faktor-Faktor Pemicu Kewirausahaan


Seperti telah dibahas bahwa entrepeneurship ditentukan oleh motif achievement, optimism, value attitudes dan entrepreneurial status atau keberhasilan (by C.McClelland). Sementara itu menurut Soedjono dan Roopke, proses kewirausahaan atau tindakan kewirausahaan (PK) merupakan fungsi dari property right (PR),Competency/ability (C). Incentive (I) dan external environment (E) atau PK = f (PR,C,I,E) .

Perilaku kewirausahaan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor2 internal tsb mencakup PR, C , I , sedangkan faktor eksternalnya meliputi E.
Menurut Ibnu Soedjono, karena dalam kemampuan afektif (affective abilities) mencakup sikap, nilai2, aspirasi, perasaan dan emosi yang keseluruhanya sangat tergantung pada kondisi lingkungan yang ada, maka dimensi affective abilities dan cognitive abilities merupakan bagian dari pendekatan kemampuan kewirausahaan (enterpreneurial). Jadi kemampuan kewirausahaan (enterpreneurial) merupakan fungsi dari perilaku kewirausahaan dalam mengkombinasikan kreativitas, inovasi, kerja keras, dan keberanian menghadapi risiko untuk memperoleh peluang.

pada dasarnya peluang terhadap inovasi yang besar muncul akibat adanya ” kebutuhan proses ” yang nyata. Beberapa inovasi yang didasarkan pada kebutuhan proses , memanfaatkan ketidak serasian, sedangkan lainnya demografi, yang dalam hal ini lebih mengarah pada tugas (task focused) daripada mengarah pada situasi (situation focused).
Kebutuhan proses menyempurnakan proses yang sudah ada, merancang ulang proses lama yang sudah ada atas dasar pengetahuan baru, maupun menemukan ”mata rantai yang hilang”.

Inovasi atas dasar kebutuhan proses yang berhasil menghendaki 5 kriteria dasar,yaitu :
* Merupakan proses yang utuh
* Adanya mata rantai yang lemah atau hilang
* Memiliki sasaran yang jelas,
* Spesifikasi pemecahannya dapat ditetapkan dengan jelas
* Kesadaran yang luas bahwa ”pasti ada cara yang lebih baik”

Namun demikian berkenaan dengan hal ini ada beberapa constraint yg harus diperhatikan
1. Kebutuhan harus dapat ”dimengerti”, tidak sekedar dapat ”dirasakan”
2. Kita mungkin saja mengerti sebuah proses,tetapi masih belum mampu melaksanakan pekerjaan tsb.
3. Pemecahan harus sesuai dengan cara kerja dan keinginan dari orang2 yang mengerjakannya.

Langkah menuju keberhasilan wirausaha
Wirausaha yang sukses mempunyai karakter, diantaranya :
1. Perlu/harus memiliki ide atau visi bisnis yang jelas
2. Ada kemauan, keberanian serta kemampuan dalam menghadapi risiko dalam bentuk waktu maupun uang.
3. Mampu membuat perencanaan usaha, mengorganisasikan dan menjalankannya.
4. Mampu untuk bekerja keras dan mengembangkan hubungan dengan mitra usaha ataupun semua pihak yang terkait dengan kepentingan perusahaan.
5. Memiliki kepercayaan dan pengendalian diri pada saat mereka sedang melaksanakan pekerjaan. Mereka mampu mengatasi permasalahan dengan cepat dan gigih dalam mengejar tujuan.
6. Selalu mencari aktivitas. Mereka tidak dapat duduk menunggu aktivitas yg akan diberikan orang lain kepada mereka. Diam tanpa aktivitas bukan sifat mereka.
7. Mereka mampu mengendalikan diri. Dalam olah raga mereka lebih menyukai permaianan yg membuat otot dan otak mereka langsung berpengaruh pada hasil akhir dan kecepatan permainan. Mereka mempunyai inisiatif enerjik,dan tidak mengenal lelah dalam mencapai tujuan.
8. Mereka mengelola pekerjaan berdasar tujuan, dan mampu memahami situasi rumit yang mungkin mencakup perencanaan, pengambilan keputusan strategis dan yang mempengaruhi ide bisnis berganda secara simultan.
9. Mereka senantiasa pentingnya rincian dan secara berkesinambungan meninjau segala kemungkinan demi tercapainya tujuan perusahaan.
10. Mereka merupakan penganalisis kesempatan.Mereka akan menganalisis secara cermat setiap kesempatan/peluang sebelum dapat meyakini manfaat peluang tsb bagi dirinya.
11. Mereka pemikir yang kreatif
12. Mereka golongan orang yang mampu memecahkan persoalan. Mereka mempunyai pemahaman yang jelas tentang sesuatu yg ingin mereka capai dan dapat dengan cepat mengatasi permasalahan dengan cara yg mereka tempuh.
13. Mereka pemikir yg obyektif. Saat mereka menemukan solusi atas suatu permasalahan , mereka akan bertukar pikiran dengan orang yang kompeten untuk menghindari keputusan yang bersifatsubyektif. Mereka akan menerima modifikasi solusi yg logis dan akan merubah solusi mereka sesuai dengan alternatif yg lebih baik.


Sumber:http://id.shvoong.com/business-management/management/2281288-inilah-faktor-faktor-pemicu-kewirausahaan/#ixzz1vOoB3w7w

Rabu, 25 Mei 2011

Tujuan Kerja Sama


Maksud dan Tujuan Kerja Sama

Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan, yang berbeda antara manusia yang satu dengan manusia yang lain. Manusia tidak ada yang sempurna, karenanya manusia selalu membutuhkan kehadiran orang lain. Sebagai seorang wirausaha dalam kegiatan usaha memerlukan kerjasama usaha dengan pihak lain, dan dalam memilih mitra kerjasama tentu memilih mitra yang memiliki kelebihan atas kekurangan yang dimiliki diri sendiri, serta memberi manfaat baik bagi diri sendiri maupun mitra kerja sama. Dengan demikian, kerja sama tidak didorong oleh kepentingan sepihak saja, melainkan harus dilandasi oleh kesepakatan yang membawa



kemaslahatan kedua pihak.
Dari pengertian kerjasama dan dari uraian di atas, maka dapat dipahami apa sebenarnya maksud dari diadakannya kerja sama usaha.
Moh. Jafar Hafsah (2000) mengatakan bahwa “pada dasarnya maksud dan tujuan dari kemitraan (kerja sama) adalah win win solution. 
Maksudnya adalah bahwa dalam kerja sama harus menimbulkan kesadaran dan saling menguntungkan kedua pihak. Tentu saja, saling menguntungkan bukan berarti bahwa kedua pihak yang bekerja sama tersebut harus memiliki kekuatan dan kemampuan yang sama serta memperoleh keuntungan yang sama besar. Akan tetapi, kedua pihak
memberi kontribusi atau peran yang sesuai dengan kekuatan dan potensi masing-masing pihak, sehingga keuntungan atau kerugian yang dicapai atau diderita kedua pihak bersifat proporsional, artinya sesuai dengan peran dan kekuatan masing-masing.



Sebagai contoh, Si A dan si B melakukan kesepakatan kerjasama. A memiliki sejumlah uang yang dapat dipakai untuk modal suatu usaha, namun A kurang menguasai manajemen usaha. Sementara B tidak memiliki uang, namun memiliki keahlian dalam pengelolaan usaha. Dalam hal ini, kekuatan dan peran dari A dan B tidak sama, namun mereka sepakat untuk melakukan kerja sama usaha dan menyepakati pula pembagian keuntungan yang bakal diperoleh, misalnya dengan pembagian 60 % untuk A dan 40 % untuk B, serta kesepakatankesepakatan lain.


Dari ilustrasi contoh di atas, jelas bahwa dalam kerja sama, antara pihak yang bekerja sama tidak harus memiliki kekuatan yang sama besar, namun yang lebih utama adalah motivasi yang jelas dari kerja sama tersebut. Oleh karena itu, kesuksesan kerja sama tidak akan dicapai kalau hanya satu pihak saja yang berperan, sedangkan pihak lain hanya

menuntut hasil. Oleh karena itu, sebelum kesepakatan kerja sama ditandatangani, harus jelas dulu apa saja yang disepakati beserta aturan mainnya dan sanksi-sanksi, bila salah satu pihak ingkar janji dari kerja sama. Jadi dalam kerja sama usaha harus dimunculkan rasa kesadaran “memiliki” (sense of belonging), sehingga melahirkan rasa bertanggung
jawab (sense of reponsibility) atas apa yang telah disepakati dalam kerja sama.



Sumber:http://id.shvoong.com/business-management/entrepreneurship/1943517-tujuan-kerja-sama/#ixzz1vOp2EPvc


Selasa, 24 Mei 2011

Kenapa Harus Profesional

Pelaku bisnis, wirausaha dan berbagai bidang pekerjaan merupakan satu profesi. Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai nafkah hidup dengan mengandalkan keterampilan dan keahlian tinggi dan dengan melibatkan komitmen pribadi (moral) yang mendalam. Profesional juga mengandung makna seseorang yang melakukan sebuah pekerjaan purna waktu dan hidup dari pekerjaan itu. Seorang profesional akan melakukan pekerjaan dengan sungguh-sungguh guna melampiaskan dan merefleksikan semangat/idealisme demi kebanggaan profesi yang dimilikinya.
Disebut profesional, apabila seseorang memiliki profesi tertentu yang diperoleh melalui sebuah pendidikan maupun pelatihan khusus (baik formal maupun non formal) dan disamping itu ada unsur semangat pengabdian (panggilan profesi atau semangatprofesionalisme) di dalam melaksanakan pekerjaannya.

Seorang yang sudah disebut profesional juga harus memperhatikan tiga hal yang harus jadi pegangan. Pertama, mempunyai itikad untuk merealisasikan kewajiban demi tegaknya kehormatan profesi yang digeluti dan tidak terlalu mementingkan atau mengharapkan imbalan upah materi. Kedua, pekerjaan yang dikerjakan harus dilandasi kemahiran teknis yang berkualitas tinggi yang dicapai melalui proses pendidikan dan atau pelatihan yang panjang dan berat. Ketiga, hasil kerja harus dapat diukur dengan kualitas teknis dan kualitas moral dan harus menundukkan diri pada sebuah mekanisme control berupa kode etik profesi yang dikembangkan dan disepakati bersama di dalam sebuah organisasi profesi.
Etika, Etos Kerja dan Sikap Profesional, merupakan satu rangkaian yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain dalam melaksanakan kegiatan diberbagai bidang, termasuk didalamnya usaha jasa konstruksi. Bagaimana hasil kerja penyedia jasa konstruksi akan bisa diharapkan tepat waktu, tepat mutu, tepat biaya dan tahan lama, akan bisa terlaksana apabila para pelaku bisnis melupakan ke empat hal tersebut.

Apapun pekerjaan yang kita terima, termasuk pula bagi para penyedia jasa yang menerima pekerjaan, merupakan amanah. Penyedia jasa menerima amanah dari pengguna jasa guna mengerjakan bangunan dan juga pekerja – pekerja lainnya, Amanah yang diterima hendaknya bisa dikerjakan dengan sepenuh hati dan menjauhi tindakan tercela, misalnya korupsi dalam berbagai bentuknya dan sebagainya. Alangkah indahnya, kalau para penyedia jasa dalam melaksanakan amanah yang diterimanya, dapat dilaksanakan dengan baik dan tanpa cela, sehingga tidak akan terdengar lagi ada penyedia jasa, pengawas konsultan, masuk bui, karena kelalaiannya dalam melaksana kan pekerjaan dengan melakukan korupsi.



Senin, 23 Mei 2011

Kembangkan Ide untuk Sukses Berbisnis


Banyak orang ingin membuka bisnis, menjadi entrepreneur. Namun pertanyaan pertama yang biasanya terlintas di benak mereka adalah mau berbisnis di bidang apa. Jadi, bagaimanakah cara yang paling tepat untuk menentukan bidang usaha?


Menurut logika, sebuah usaha yang berpeluang untuk berjalan dengan lancar adalah usaha yang tingkat persaingannya kecil, tetapi tingkat kebutuhan pada konsumennya tinggi. Untuk bisa menekan tingkat persaingan sampai sekecil mungkin, maka seyogyanya produk yang akan dijual merupakan produk orisinil, belum pernah dibuat orang lain, atau memberikan nilai tambah yang tidak dimiliki oleh produk pesaing.



Banyak orang yang membuka usaha berdasarkan trend yang ada. Misalnya, di suatu daerah banyak didatangi turis, maka beramai-ramailah membuka tempat penginapan. Pola berpikir seperti ini terlalu menggampangkan, seakan-akan menyamakan trend bisnis dengan trend mode.



Di bidang mode, kalau saat ini sedang digemari kaos model V-Neck misalnya, tidak ada masalah bagi siapa saja untuk meniru. Akan tetapi, kalau kita meniru bidang usaha yang sudah begitu banyak orang lain menjalankannya, berarti kita terjun ke dalam suatu lahan yang sudah penuh sesak dengan persaingan. Sulit untuk kita bisa berkembang dalam situasi yang demikian, apalagi bila kita pendatang baru yang belum terlalu berpengalaman.



Di bidang finansial misalnya, banyak orang baik pebisnis maupun orang biasa untuk terjun bermain valas (valuta asing), bursa saham, bursa komoditi, dan instrumen investasi lainnya. Tidak sedikit mereka yang pengetahuannya terbatas tentang bidang tersebut, karena tergiur margin yang selangit, ikut-ikutan bermain, akhirnya harta yang ditanam ludes tak bersisa. Kejadian seperti ini terlalu mengerikan untuk dialami oleh setiap calon wiraswastawan yang punya idealisme.



Alex S. Nitisemito, seorang konsultan manajemen dalam bukunya memberikan contoh yang bagus tentang seorang pemilik kebun apel yang pada suatu hari menemukan buah apel yang jatuh ke tanah bekas dimakan burung. Karena buah apel tersebut ternyata berbau anggur, maka timbullah gagasannya untuk mendirikan usaha minuman sari buah apel. Hal itu merupakan ide orisinil. Di saat orang di sekitarnya hanya bisa menjual buah apel, sang pemilik kebun tersebut berhasil mengambangkan produk turunan apel.


Henry Ford memulai usaha dengan gagasan untuk membuat mobil yang baik bagi masyarakat banyak dengan harga terjangkau, dan usahanya sukses. Begitu juga Bill Gates yang berangan-angan untuk “mengkomputerkan” seluruh dunia, ternyata melesat begitu cepatnya menjadi raja komputer sejagat.


Ide atau gagasan tidak selalu datang begitu saja tanpa disangka-sangka, sehingga orang tidak akan bisa mengetahui kapan ide itu akan datang. Jangan menunggu datangnya ilham, atau mengharapkan bisikan gaib melalui mimpi saat tidur. Ide harus dikejar, dipikirkan dan dicari, kuncinya adalah peka terhadap apa yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari.



Ini suatu bukti yang menguatkan bahwa kewiraswastaan adalah “kerja otak” bukan “kerja otot”. Gagasan bisa datang dan terjadi kapan saja, maka kita harus selalu waspada. Seperti contoh di atas, pemilik kebun apel ada dalam keadaan waspada sehingga ia bisa mencetuskan sebuah ide besar berdasarkan sebuah kejadian kecil. Kalau tidak, ribuan buah apel bekas dimakan burung yang berjatuhan keatas tanah, tetap tinggal membusuk tanpa arti apa-apa bagi siapa pun.



Sumber:http://id.shvoong.com/business-management/business-ideas-and-opportunities/2263421-kembangkan-ide-untuk-sukses-berbisnis/#ixzz1vOpr9otN

Minggu, 22 Mei 2011

PENGAMBILAN KEPUTUSAN USAHA




Semakin wirausaha berpengalaman dalam pengambilan keputusan maka akan semakin besar kepercayaan diri dan semakin berorientasi pada tindakan-tindakan. Untuk itu, perlu memahami taksiran-taksiran atau hasil pengamatan kemampuan wirausaha dalam mengambil keputusan, sebagai berikut.
1. Bagaimana wirausaha dapat menjaga kepercayaan diri dalam mengambil keputusan penting ?
2. Tunjukkan contoh-contoh yang menggambarkan kemampuan wirausaha mengambil keputusan yang realisitk
3. Apakah kekuatan dan kelemahan wirausaha mengambil keputusan ?
4. Bagaimana cara mengambil keputusan kreativitas atau intuisi dalam mengambil keputusan ?
5. Apakah hikmah dari kesalahan mengambil keputusan ?
6. Bagaimana wirausaha menangguhkan pengambilan keputusan ?
7. Bagaimana penyesuaian dalam perubahan-perubahan di lingkungan wirausaha setelah keputusan ditetapkan ?
8. Apakah biasa dipaksakan membuat keputusan ?
9. Apakah tindakan yang biasa diambil setelah keputusan ditetapkan ?
10. Bagaimana cara menggunakan dan memanfaatkan sumber-sumber daya di lingkungan sekitar dalam mengambil keputusan ?
11. Bagaimana cara memimpin agar mencapai hasil yang diinginkan ?
12. Bagaimana cara menggunakan dan memanfaatkan kontak professional dan pribadi wirausaha untuk memperoleh informasi yang dapat membantu penetapan keputusan ?
Dengan kondisi-kondisi tersebut dapat digunakan sebagai acuan dalam memecahkan kendala-kendala yang berhubungan dengan pengambilan keputusan yang tidak efektif dan efisien. Oleh karena itu wirausaha harus mampu melihat penetapan pengambilan keputusan dengan melihat setiap aspek dari persoalan dan memahami secara keseluruhannya. Pengalaman masa lampau dan intuisi mampu sebagai kajian penting dalam pengambilan keputusan yang tidak dapat diabaikan begitu saja



Sumber:http://id.shvoong.com/business-management/entrepreneurship/1944005-pengambilan-keputusan-usaha/#ixzz1vOqDuC6h

Sabtu, 21 Mei 2011

Etos Kerja

Selalu Komitmen dalam Pekerjaan, Memiliki Etos Kerja

dan Tanggung Jawab
Seorang wirausaha harus memiliki jiwa komitmen dalam usahanya dan tekad yang bulat didalam mencurahkan semua perhatianya pada usaha yang akan digelutinya, didalam menjalankan usaha tersebut seorang wirausaha yang sukses terus memiliki tekad yang mengebu-gebu dan menyala-nyala (semangat tinggi) dalam mengembangkan usahanya,
ia tidak setengah-setengah dalam berusaha, berani menanggung resiko, bekerja keras, dan tidak takut menghadapi peluang-peluang yang ada dipasar. 


Tanpa usaha yang sungguh-sunguh terhadap pekerjaan yang digelutinya maka wirausaha sehebat apapun pasti menemui jalan kegagalan dalam usahanya. Oleh karena itu penting sekali bagi seorang

wirausaha untuk komit terhadap usaha dan pekerjaannya. Salah satu sumber bala yang menimbulkan bencana nasional akhir-akhir ini adalah karena tidak dimilikinya etos kerja yang memadai bagi bangsa kita. Belajar dari negara lain, Jerman dan Jepang yang luluh
lantak di PD II. Tetapi kini, lima puluh tahun kemudian, mereka menjadi bangsa termaju di Eropa dan Asia. Mengapa? Karena etos kerja mereka tidak ikut hancur. Yang hancur hanya gedung-gedung, jalan, dan infrastruktur fisik.



Max Weber menyatakan intisari etos kerja orang Jerman adalah : rasional, disiplin tinggi, kerja keras, berorientasi pada kesuksesan material, hemat dan bersahaja, tidak mengumbar kesenangan, menabung dan investasi. Di Timur, orang Jepang menghayati “bushido”(etos para samurai) perpaduan Shintoisme dan Zen Budhism. Inilah yang
disebut oleh Jansen H. Sinamo (1999) sebagai “karakter dasar budaya kerja bangsa Jepang”.
Ada 7 prinsip dalam bushido, ialah :
(1) Gi : keputusan benar diambil dengan sikap benar berdasarkan kebenaran, jika harus mati demi keputusan itu, matilah dengan gagah, terhormat,
(2) Yu : berani, ksatria,
(3) Jin : murah hati, mencintai dan bersikap baik terhadap sesama,
(4) Re : bersikap santun, bertindak benar,
(5) Makoto : tulus setulus-tulusnya, sungguh-sesungguh-sungguhnya,
tanpa pamrih,
(6) Melyo : menjaga kehormatan martabat, kemuliaan,
(7) Chugo : mengabdi, loyal. Jelas bahwa kemajuan Jepang karena mereka komit dalam penerapan bushido, konsisten, inten dan berkualitas.


Indonesia mempunyai falsafah Pancasila, tetapi gagal menjadi etos kerja bangsa kita karena masyarakat tidak komit, tidak inten, dan tidak bersungguh-sungguh dalam menerapkan prinsip-prinsip Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Maaf cakap “Ketuhanan Yang Maha Esa” misalnya, sering ditampilkan sebagai “Keuangan yang maha kuasa”. Kemanusiaan yang adil dan beradab, diterapkan menjadi “Kekuasaan

menentukan apa yang adil dan siapa yang beradab”, “Persatuan Indonesia” prakteknya menjadi “persatuan pejabat dan konglemerat” dsb. Inilah bukti dari ramalan Ronggowarsito dan inilah zaman edan. Dampak kondisi ini etos kerja yang berkembang adalah etos kerja asal-asalan. Beberapa pernyataan berikut adalah gambaran ungkapan
yang sering muncul ke permukaan yang menggambarkan etos kerja asalasalan,
atau istilah Sinamo (1999) sebagai “etos kerja edan”, ialah :


 (1) bekerjalah sesuai keinginan penguasa, (2) bekerja sebisanya saja, (3) bekerja jangan sok suci, kerja adalah demi uang, (4) bekerja seadanya saja nggak usah ngoyo, tak lari gunung dikejar, (5) bekerja harus pinterpinter, yang penting aman, (6) bekerja santai saja mengapa harus

ngotot, (7) bekerja asal-asalan saja, wajar-wajar saja, kan gajinya kecil, (8) bekerja semau gue, kan di sini saya yang berkuasa. Ungkapan seperti tersebut di atas menggambarkan tidak adanya etos kerja yang pantas untuk dikembangkan apalagi menghadapi persaingan global. Maka dari itu wajarlah jika bangsa ini harus menerima pil pahit bencana nasional krisis yang erkepanjangan yang tak kunjung usai. Untuk mencapai kualifikasi Wirausaha Unggul maka SDM Perusahaan harus memiliki Etos Kerja Unggul.

Sumber: http://id.shvoong.com/business-management/entrepreneurship/1941922-etos-kerja/#ixzz1vOqvHk5a

Jumat, 20 Mei 2011

Melakukan Penelitian Pasar


Melakukan Penelitian Pasar

Dalam kegiatan rutin sehari-hari, sadar atau tidak mungkin Anda sering atau pernah terlibat dalam penelitian pasar. Misalnya, sebelum Anda membeli suatu barang, Anda keliling ke toko/pasar swalayan untuk membandingkan barang yang akan Anda beli dengan harga yang paling murah, kualitas yang paling baik dan model yang bagus. Sebagai seorang wirausaha, Anda mungkin akan memeriksa barang yang dikembalikan, untuk mengetahui alasannya mengapa barang dikembalikan pelanggan. Anda mungkin menanyakan kepada pelanggan lama, mengapa mereka berhenti membeli dari toko Anda. Anda mungkin mempelajari iklan dari koran, majalah atau televisi, untuk mengetahui bagaimana mereka menjual produk.
Dari kegiatan-kegiatan tersebut di atas, sebenarnya Anda telah melakukan peneiitian. Penelitian pasar hanya membuat proses kegiatan tersebut menjadi lebih sistematis. Melalui penelitian pasar, Anda dapat membuat suatu kerangka yang memungkinkan Anda menilai arti informasi tentang pasar secara obyektif. Langkah-langkah dalam melakukan penelitian pasar adalah sebagai berikut :
Ø Merumuskan masalah
Ø Melakukan penelitian pendahuluan
Ø Merencanakan peneliti
Ø Menggunakan sumber daya Anda sendiri atau dari luar
Ø Mengolah dan menafsirkan data
Ø Membuat kesimpulan atau keputusan
Ø Menerapkan keputusan dan mengkaji ulang keputusan Anda.

Sumber:http://id.shvoong.com/business-management/entrepreneurship/1944000-melakukan-penelitian-pasar/#ixzz1vOrJfsNw

Kamis, 19 Mei 2011

Etika Bisnis Dalam Kerja Sama




Seorang wirausaha dengan segala kelebihan dan kekurangannya memerlukan kerja sama dengan pihak lain, yang pada gilirannya tercapai Win-win Solution. Kerja sama yang baik akan tercipta, bila kerjasama tersebut dilandasi nilai-nilai kerja sama yang disepakati bersama. Salah satu yang harus diperhatikan dalam masalah kerja sama usaha ini adalah
“Etika Bisnis dalam Bekerja sama”.
John L. Mariotti (1993) mengungkapkan ada 6 dasar etika bisnis
yang harus diperhatikan, yaitu:
a) Karakter, integritas, dan kejujuran
Setiap orang pada hakekatnya memiliki karakter yang berbeda antara yang satu dengan yang lain, sehingga karakter menunjukkan personality atau kepribadian seseorang yang menunjukkan kualitas yang dimiliki oleh seseorang atau sekelompok komunitas tertentu.
Seorang yang memiliki karakter yang baik, biasanya memiliki integritas diri yang tinggi. Jadi, yang dimaksud dengan integritas adalah sifat atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh, sehingga dapat memancarkan kewibawaan. Oleh karena itu, seseorang yang berintegritas tinggi biasanya memiliki kejujuran lebih dari mereka
yang integritas dirinya kurang. Dengan demikian, kejujuran menunjukkan ketulusan hati dan sikap dasar yang dimiliki setiap manusia.
Sudah seharusnya seorang wirausaha memilih mitra kerja yang selain jujur juga potensial. Ia juga memiliki karakter dan integritas yang tinggi. Karakter, integritas, dan kejujuran merupakan tiga hal yang saling terkait atau merupakan satu kesatuan yang membentuk “pribadi tangguh”. Wachyu Suparyanto (2004) dalam bukunya yang
berjudul “Petunjuk Untuk Memulai Berwirausaha” mengatakan “Mitra kerja yang sempurna adalah yang mempunyai kemampuan dalam berbagai hal melebihi kemampuan kita serta jujur karena jika kemampuannya sangat tinggi, tapi tidak jujur dia akan membohongi kita atau dengan kata lain pagar makan tanaman. Di sisi lain jika mitra
kita jujur tetapi kemampuannya rendah, dia akan membuat kita lelah.”

b) Kepercayaan.
Kepercayaan adalah keyakinan atau anggapan bahwa sesuatu yang dipercaya itu benar atau nyata. Kepercayaan merupakan modal dalam berbisnis yang tidak muncul begitu saja atau dadakan, kepercayaan lahir dan dibangun dari pengalaman. Oleh karena itu, kepercayaan dimunculkan dari proses yang mungkin dalam waktu singkat, bahkan
bisa pula dalam waktu yang lama.
Seorang wirausaha yang akan berkerja sama dengan pihak atau orang lain akan memilih mitra yang ia percaya, yang telah melalui proses uji kelayakan sebagai mitra. Proses pengujian ini dapat dilakukan baik melalui pengamatan maupun membaca track record
calon mitra, baik secara langsung maupun melalui pihak lain yang dipercaya. Sudah selayaknya mitra yang diajak berkerja sama adalah orang atau pihak yang benar-benar dapat dipercaya, karena sekali salah memilih mitra maka akan sulit membangun kembali
kepercayaan. 

c) Komunikasi yang terbuka.
Dikarenakan kerja sama didasarkan atas kepentingan kedua pihak, maka dalam kerja sama usaha harus ada komunikasi yang terbuka antara keduanya. Komunikasi kedua pihak penting, mengingat dalam usaha atau bisnis memerlukan banyak informasi untuk menunjang kepentingan usaha. Pertukaran informasi dan diskusi kedua pihak mengenai usaha bersama yang dijalankan tidak mungkin terjadi jika salah satu pihak menutup diri atau kurang terbuka. Oleh karena itu, komunikasi yang terbuka merupakan salah satu dasar bermitra yang harus dibangun.

Untuk memahami masalah komunikasi ini, coba Anda ingat dan buka kembali modul 2 tentang Kiat mengembangkan Kemampuan Berkomunikasi.


d) A d i l
Telah diungkapkan pada uraian terdahulu bahwa maksud dan tujuan dari kerja sama adalah “Win-win Solution”, yang bermakna bahwa dalam kerja sama harus ada keadilan di antara kedua pihak.
Artinya bahwa bila usaha yang dijalankan mengalami kerugian, maka bukan hanya salah satu pihak saja yang harus menanggung kerugian tersebut, melainkan harus ditanggung bersama. Begitu pula sebaliknya, bila mendapatkan keuntungan, keduanya pun memperoleh keuntungan. Besarnya kerugian dan keuntungan bagian masingmasing
ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama pada awal kontrak kerja sama ditandatangani, yang biasanya didasarkan pada sumbangan masing-masing pihak dalam kerja sama tersebut. Dengan demikian, adil menunjukkan sikap tidak berat sebelah atau
menguntungkan/merugikan pihak lain. Adil memang mudah untuk diucapkan, namun berat untuk dilaksanakan oleh manusia karena hanya Allah yang maha adil.

e)Keinginan pribadi dari pihak yang bermitra.
Seorang wirausaha yang melakukan kerjasama usaha dengan pihak lain memiliki motivasi tertentu, yang dibentuk oleh keinginan-keinginan tertentu yang akan diraihnya dari kerja sama tersebut. Dapat dikatakan bahwa hampir tidak ada kerja sama yang tidak didasari keinginan-keinginan tertentu dari pihak yang bermitra tersebut.
Keinginan-keinginan dari kedua pihak dapat keinginan yang bersifat ekonomi, seperti keinginan untuk lebih maju dan berkembang, keinginan memperluas pasar dan sebagainya, maupun keinginan nonekonomi, seperti peningkatkan kemampuan dan pengalaman serta pergaulan usaha yang lebih luas. Keinginan-keinginan tersebut akan
menjadi penggerak atau motivator uantuk menjalankan kerja sama secara harmonis. 

f)Keseimbangan antara insentif dan resiko.
Sebagaimana dalam aspek “adil’ yang diuraikan sebelumnya, aspek keseimbangan antara insentif dan resiko dapat pula bermakna adil. Artinya, dalam berbisnis, pasti akan ada resiko yang harus dipikul masing-masing pihak dan ada insentif yang diterima masing-masing sebagai hasil atau dampak dari resiko yang ditanggung tersebut.
Keseimbangan antara insentif dan resiko senantiasa ada selama kerja sama usaha tersebut ada dan kedua pihak sepakat untuk tetap mempertahankannya. Bila salah satu pihak sudah tidak sanggup untuk menjalankan resiko, maka otomatis insentif berupa keuntungan pun tidak akan diraihnya dan tentu saja ini akan menganggu kontinuitas
kerja sama usaha.

Sumberhttp://id.shvoong.com/business-management/entrepreneurship/1943519-etika-bisnis-dalam-kerja-sama/#ixzz1vOrggq3Z

Rabu, 18 Mei 2011

Rahasia memulai USAHA dengan MOL (modal orang lain) Sumber: http://id.shvoong.com/business-management/business-ideas-and-opportunities/1990612-rahasia-memulai-usaha-dengan-mol/#ixzz1vOsLLZrI


Buku ini didasarkan atas pengalaman pribadi penulisnya dalam mencoba usaha yang hampir tanpa modal dan akhirnya berhasil dan malah berkembang menjadi lima perusahaan yang memberikan nilai keuntungan lebih bagi penulis. Melalui buku ini penulis mencoba berbagi dengan para pembacanya dengan membongkar Rahasia memulai Usaha dengan Modal Orang Lain. Buku ini baik menjadi refensi bagi mereka yang ingin dan mengembangkan bisnis tapi modal kurang, atau mereka punya tempat dan uang tapi tidak punya ide bisnis, dan bahasa yang mudah diikuti penulis memaparkan pengalamamnya dengan menunjukan:


·         Kenapa harus wirausaha
·         Bagaimana menumbuhkan mental wirausaha, dan selalu memotivasi diri
·         Success is My Right. disisi lain penulis mengajak pembacanya untuk
·    Mengenali mindset orang suksesdan berdasarkan atas pengalamannya penulis berbagiBagaimana memulai usaha dan bagaimana mendapatkan modal dari orang lain dan menggunakannya, dengan tak lupa selalu mencoba memahami karakter dari para investor guna memudahkan dalam berkomunikasi. Diakhir bukunya penulis memberikan tip-tip untuk membuat proposal bisnis, menyusun perencanaan bisnis, cashflow projection, dan perencanaan pemasaran.


Sumber:http://id.shvoong.com/business-management/business-ideas-and-opportunities/1990612-rahasia-memulai-usaha-dengan-mol/#ixzz1vOs3u3Bf