do-not-copy { -webkit-user-select:none; -khtml-user-select:none; -moz-user-select:none; -ms-user-select:none; user-select:none;

Jumat, 25 Desember 2009

Defenisi Pemasaran Industri




Marketing Association : Marketing as the performance of business activities that direct the flow of good and service from procedure to consumer.
Pemasaran adalah ukuran keberhasilan kegiatan perusahaan ntuk mengarahkan arus barang dari produsen ke konsumen
Kalau kita memperhatikan defenisi di atas, ternyata terdapat kekurangan-kekurangan di sana sini. Kekurangan-kekurangan tersebut adalah sebagai berikut: 
Ø Menganggap fungsi distribusi produk lebih penting dari fungsi marketing yang lain
Ø Defenisi ini tidak menunjukkan peranan pemasaran yang dapat mengembangkan produk dan jasa
Ø Defenisi ini tidak dapat menunjukkan manfaat yang akan diperoleh produsen ke konsumen
Ø Kurang memperhatikan unsure manusia yang selalu ada di dalam system pemasaran
Melihat kekurangan defenisi diatas, maka akan coba menarik defenisi lain, yakni: Marketing is the human activities directed at satisfying wants and needs throught exchange processes
Pemasaran adalah kegiatan manusia yang ditujukan untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan manusia melalui proses pertukaran
Defenisi ini menunjukkan kepada kita, bahwa pemasaran bertanggung jawab sebelum produk terjual dan sesudah produk terjual sampai ke tangan pembeli. Tugas pemasaran bukan hanya mendistribusikan produk, tetapi mempunyai tugas/fungsi yang lain. 

2. Defenisi Pemasaran Industri
Rober W. Haas, DBA: Industry Marketing can be defined as human activities directed toward satisfying wants and needs of professional buyer and other individual influencing purchase in commercial, institutional and government organization throught exchange prosses. 
Pemasaran industri adalah aktivitas manusia yang ditujukan untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan pembeli yang ahli, atau memuaskan kebutuhan dan keinginan pembeli yang lain, yang dapat mempengaruhi pembelian barang-barang yang diperdagangkan, barang kebutuhan lembaga-lembaga dan barang kebutuhan organisasi pemerintah, melalui proses pertukaran .Pemasaran industri mengarahkan produknya untuk perusahaan-perusahaan yang menjual produknya kembali kepada orang lain, kepada lembaga-lembaga yang memutuhkannya untuk keperluan proses produksi, atau kepada organisasi pemerintah untuk membantu aktivitas mereka setiap hari. Jadi pemsaran industri tidak menunjukkan produknya kepada konsumen akhir.  

Perusahaan-perusahaan yang membeli produk industri mengadakan pertukaran secara rasionil. Mereka membeli barang dengan memakai pertimbangan yang rasionil, ekonomis, dan menguntungkan. 



Berbeda dengan pertukaran produk konsumsi, membeli suatu produk sering didasarkan pada motivasi pembelian seseorang. Kadang-kadang pembelian suatu produk tidak rasionil, karena didorong oleh gengsi dan petimbangan-pertimbangan lain. 

Keputusan membeli suatu produk industri tidak sepenuhnya ditentukan oleh seseorang. Tetapi keutusan ini pada umumnya ditentukan oleh beberapa orang. Masing-masing mereka dapat mempengaruhi keputusan pembelian. Biasanya individu-individu yang berpengaruh ini adalah mereka yang berhubungan erat dengan produksi, pemasaran, dan keuangan. 

Kamis, 24 Desember 2009

Industri Mempengaruhi Masyarakat


Industri memiliki pengaruh yang menimbulkan akibat fisik didalam masyarakat. Akibat yang dirasakan oleh masyarakat denganadanya industri bisa dalam berbagai bentuk yang berbeda. Bila suatukota sangat tergantung hanya kepada satu jenis industri atauperusahaan, perkembangan industri atau perusahaan tersebut akanmenentukan apakah kota tersebut akan berkembang atau hancur.Munculnya industri-industri baru dalam suatu wilayah akanmemberikan pengaruh besar terhadap jumlah tenaga kerja.Kita ambil wilayah industri South Wales sebagai contoh;dengan munculnya wilayah-wilayah industri baru maka kota-kota diwilayah tersebut telah berkembang dari kota-kota kecil yang hanyatergantung kepada pertambangan timah, menjadi kota-kota besar danpadat penduduknya. Kota tersebut berkembang menjadi tempat tinggaltenaga kerja yang jumlahnya cukup besar.Akibat lain dari tumbuhnya industri yang dianggap burukadalah timbulnya polusi yang sering menimbulkan berbagaipendekatan baik dalam kalangan masyarakat, m a u p u n d a l a m k a l a n g a n i n d u s t r i s e n d i r i; j u ga d e n g a n t a m b a h n y a p e n d u d u k , m o b i l i t a s semakin tinggi yang menimbulkan keruwetan lalu lintas dan tata kota, hargatanah melonjak dan biaya hidup meningkat terus.


Sumber:http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2207719-industri-mempengaruhi-masyarakat/#ixzz1vX9PBSmz

Rabu, 23 Desember 2009

Industri Kecil





Industri merupakan aktivitas manusia untuk mengelola sumber daya-sumber daya (resources) baik Sumber Daya Manusia (SDM), maupun Sumber Daya Alam (SDA) di bidang produksi dan jasa. Di bidang produksi pengelolaan itu berupa bahan mentah—dan atau penyiapannya—menjadi bahan setengah jadi dan atau bahan setengah jadi menjadi bahan jadi. Sedangkan di bidang jasa merupakan segala aktivitas yang terkait dengan pengelolaan sumber daya itu baik langsung maupun melalui perantara. Aktivitas pengelolaan tersebut dimaksudkan untuk dipertukarkan (exchanged), memperoleh nilai tambah (added value), dan untuk meningkatkan keberlanjutan (sustainable) dari aktivitas itu.
Sejumlah penelitian tentang upaya-upaya yang dilakukan oleh pelaku usaha dalam mengembangkan kegiatan industri, umumnya bergerak hanya melihatnya dari perspektif ekonomi seperti modal, manajemen, tenaga kerja, pengembangan desain, pengembangan promosi pemasaran dan intervesnsi pemerintah, sedang hal-hal yang bersifat non-ekonomi belum banyak dilihat. Padahal keberhasilan industri kecil tidak semata-mata ditentukan oleh faktor ekonomi. Bagaimanapun, faktor non-ekonomi perlu diperhatikan.

Penelitian Maspiyati (1991) dan Thamrin (1992) pada industri sepatu Cibaduyut menemukan berbagai strategi yang dilakukan oleh pengusaha dalam hal permodalan, perolehan keuntungan, kontinuitas produksi, dan pengendalian tenaga kerja. Untuk menjaga kelangsungan usaha, maka para pengusaha mempertahankan hubungan baik dengan pihak-pihak yang terkait dalam produksi dan para pedagang perantara. Jalinan kerjasama dengan pedagang perantara terwujud dalam praktek pinjam meminjam uang. Di antara mereka terjadi saling menolong. Pengusaha mendapat pinjaman modal dan pedagang perantara memperoleh keuntungan dari pemasaran barang. Sayangnya, Maspiyati dan Thamrin, tidak menjelaskan dengan cukup terperinci upaya-upaya yang dilakukan pengusaha dalam menjalin hubungan baik dan bagaimana wujud hubungan baik tersebut. Strategi pengusaha dalam menjalin hubungan dengan pedagang perantara juga belum diuraikan dengan jelas. Juga peneliti tidak melihat bahwa strategi yang dilakukan oleh para pengusaha tesebut merupakan suatu bentuk gerakan sosial.

Peneliti yang lain, Syahrir (1986) dan Ju Lan (1989), menganalisis keberhasilan sebuah usaha dari perspektif jaringan. Dalam kajiannya tentang tukang-tukang bangunan di Jakarta, Syahrir (1986) menunjukkan bahwa jaringan kerja (dalam hal ini antar tukang bangunan di Jakarta) ternyata cukup erat. Bahkan hubungan tukang dengan mandor berlangsung hingga di luar pekerjaan. Ketidakpastian serta kemiskinan telah membuat tukang-tukang tersebut mencari perlindungan pada jaringan keja yang mereka miliki. Keeratan jaringan ini juga ditemukan Ju Lan (1989), dalam jaringan sosial pengusaha konstruksi etnis Cina. Penelitian Ju Lan ini menyimpulkan bahwa secara garis besar hubungan setiap kontraktor dengan pihak terkait di Jakarta, baik yang besar maupun yang kecil, mempunyai pola yang sama. Seorang kontraktor mempunyai hubungan tetap, baik secara perorangan maupun melalui asosiasi, dengan: (1) pembantu modal (penyewa peralatan, penyedia barang, serta pemberi pinjaman uang); (2) pekerja (staf hali, staf administrasi, mandor dan kuli bangunan); (3) pemberi kerja (dari sektor swasta dan pemerintah); serta (4) sesama kontraktor. Hubungan satu dengan yang lain bersifat saling tergantung, terutama kontraktor dengan pemberi kerja.

Kedua penelitian di atas yakni Syahrir (1986) dan Ju Lan (1989) menyimpulkan bahwa jaringan bukan saja menjembatani hubungan dua orang atau lebih, tetapi juga menetapkan bagaimana seharusnya hubungan tersebut dapat berlangsung dan pada tingkat apa intensitas hubungan dapat membawa seseorang pada sumber-sumber ekonomi yang strategis. Meskipun demikian kedua penelitian ini, belum memaparkan strategi yang digunakan pengusaha dalam mempertahankan jaringannya, serta tidak melihat strategi-strategi itu merupakan bagian dari gerakan sosial.
Dalam sistem kredit dan penyediaan barang, tidak hanya jaringan yang dibangun dan modal yang dimiliki, namun juga kemampuan pengusaha dalam merekrut tenaga kerja, turut menentukan kelancaran proses produksi. Penelitian tentang penyeleksian atau recruitment tenaga kerja dilakukan Sjaifudian (1994). Ia menyatakan bahwa terdapat perbedaan pola seleksi tenaga kerja pada tingkat perorangan dan perusahaan, dan antara penduduk lokal dengan transmigran.

Seleksi di tingkat perorangan tampak pada kebijakan dari pengusaha batik Danarhadi. Menurut Sjaifudian (1994), untuk membuat pekerja tidak pindah ke tempat kerja lainnya, langkah pengusaha pada masa sepi produksi adalah menciptakan produk baru seperti dompet, tempat tissu atau menerima pesanan dari pihak lain. Dengan cara ini dimaksksudkan agar hubungan kerja antara pengusaha dengan tenaga kerja tidak terputus. Ini penting karena masa kosong biasanya dimanfaatkan oleh pengusaha lain untuk merektut tenaga kerja baru, dengan cara di antaranya dengan ‘merebut’ tenaga kerja di perusahaan sejenis. Penelitian ini cukup menarik, namun sayang hanya mencermati strategi yang dilakukan pengusaha semata-mata dari sisi ekonomi, strategi-strategi yang bersifat non-ekonomi, seperti faktor apa yang membuat tenaga kerja tertarik dan pindah di tempat industri lainnya, lepas dari perhatian peneliti. Hal tersebut sesungguhnya juga menarik untuk dikaji dalam perspektif gerakan sosial.

Hubungan antara pengusaha dan pekerja, pada dasarnya bersifat timbal balik. Hal tersebut tampak dalam kajian Marshus (1995) mengenai munculnya perusahaan genteng yang mempengaruhi perkembangan ekonomi penduduk Desa Senawar Jaya, Kecamatan Buyung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Dalam menentukan kebijakan, penusaha genteng tidak melakukannya untuk mencari keuntungan semata-mata, tetapi juga karena pertimbangan sosial. Pengusaha sadar bahwa dengan menjalin kerjasama dengan penduduk, akan semakin terbuka kesempatan baginya untuk mengembangkan ekonominya. Kerjasama ini tampak jelas dalam pengadukan tanah untuk proses produksi genteng. Pengusaha menyadari bahwa dalam hitungan ekonomi akan lebih menguntungkan jika pengadukan tanah dilakukan dengan menggunakan mesin. Namun kerjasama dengan pengaduk tanah ini dipandang penting bagi hubungan mereka dengan masyarakat sekitar, oleh karena itu mereka mempertahankannya. Upaya-upaya untuk mempertahankan hubungan kerja sama antara pengusaha dan pengaduk tanah sebenarnya juga menarik dilihat dari perspektif gerakan sosial, yang dalam penelitian ini belum dimunculkan.


Sumber:http://id.shvoong.com/business-management/entrepreneurship/2283261-pengembangan-industri-kecil/#ixzz1vX9ifkbG

Selasa, 22 Desember 2009

Karakteristik industri yang mempengaruhi hasil bisnis


Semua karakteristik industri yang baru diidentifikasikan harus dipertimbangkan untuk menentukan dampaknya terhadap sebuah prestasi perusahaan. 

Perubahan dalam permintaan industri dan persaingan mempengaruhi permintaan akan produk perusahaan sehingga mempengaruhi penghasilannya. Selain karakteristik industri mempengaruhi jumlah produk yang dihasilkan perusahaan, hal itu juga mempengaruhi biaya operasional, seperti biaya produksi dan administrasi. Setiap perubahan dalam peraturan tenaga kerja dan lingkungan, secara khusus mempengaruhi biaya perusahaan. Efek keseluruhan terhadap keuntungan tergantung pada dampak dari setiap karakteristik terhadap penghasilan atau biaya perusahaan. Dampak potensial dari permintaan industri dan persaingan pada hasil perusahaan dapat dipastikan dengan berkonsultasi dengan bisnis apapun secara berkala dan membahas bagaimana industri tertentu berhasil belakangan ini. 

Hasil perusahaan sangat tergantung pada karakteristik industri berikut :
1. Permintaan industry
2. Persaingan industry
3. Lingkungan tenaga kerja 
4. Lingkungan peraturan



Sumber:http://id.shvoong.com/business-management/management/2067219-karakteristik-industri-yang-mempengaruhi-hasil/#ixzz1vXBVI7aA

Senin, 21 Desember 2009

PENGGOLONGAN INDUSTRI




A. BERDASARKAN JUMAH PEKERJA
1. Industry kecil mempunyai pekerja kurang dari 10 orang.
2. Industry sedang mempunyai pekerja antara 10 orang sampai dengan 29 orang.
3. Industry besar mempunyai pekerja lebih dari 30 orang.

B. BERDASARKAN BAHAN MENTAH
1. Industry agraris yaitu industry yang mengolah bahan mentah baik langsung mapun tidak langsungd ari hasil pertanian. Contoh pabrik karet,kopi, minyak kelapa sawit, gula dan lain-lain.

2. Industry non agraris (tambang) adalah industry yang mengolah bahan mentah baik langsung maupun tidak langsung dari hasil tambang. Contoh industry minyak bumi, batu bara, besi, aluminium dan lain-lain.

C. BERDASARKAN HASL PRODUKSINYA
1. Industry berat
2. Industry ringan
3. Industry dasar
4. Industry konveksi
5. Industry campuran
6. Industry perakitan
7. Industry trafik.


Sumber:http://id.shvoong.com/business-management/2003968-penggolongan-industri/#ixzz1vXBv8X7x

Minggu, 20 Desember 2009

FAKTOR LOKASI INDUSTRI




Factor lokasi sangat menentukan keberhasilan suatu industry sehingga dalam membangun suatu kawasan industry perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
a. Letak industry sedapat mungkin dekat dengan sumber bahan bakar, sumber tenaga dan bahan material.
b. Letak industry harus jauh dari pemukiman penduduk agar tidak menimbulkan pencemaran.
c. Letak industry harus dekat dengan jalan raya atau jalan kereta api untuk memudahkan transportasi dan pemasaran hasil industry
d. Letak industry harus dekat dengan sumber air atau persediaan air yang cukup.
e. Letak industi sedapat mungkin harus dekat dengan daerah pemasaran.

Untuk dapat mewujudkan industrialisasi, dibutuhkan syarat-syarat sebagai berikut :
a. Tersedianya bahan mentah dasar dan sumber tenaga alam maupun manusia
b. Tersedianya tenaga kerja terdidik dan ahli untuk dapat mengolah sumber daya alam.
c. Tersedianya modal dan trasnportasi yang baik.
d. Manajemen yang baik untuk melancarkan dalam mengatur segala sesuatu serta kejujuran masyaraat untuk melaksanakan tugas.


Sabtu, 19 Desember 2009

Tantangan Perkembangan Sektor Industri




1. Meningkatnya daya saing dan keunggulan kompetitif industri nasional yang mengandalkan pada keterampilan dan kreativitas sumber daya manusia, kemampuan teknologi dan kemampuan manajemen dengan tetap memanfaatkan keungulan komparatif yang dimiliki.

2. Peningkatan kemampuan tenaga kerja industrial yang ahli dan trampil dalam jumlah dan mutu yang sesuai dengan kebutuhan berbagai jenis industri termasuk mendorong untuk menguasai dan melaksanakan pengalihan berbagai jenis teknologi guna mendukung proses industrialisasi

3. Menumbuhkan motivasi dan daya kreasi inovatif yang luas serta menciptakan iklim usaha dan persaingan yang sehat termasuk perlindungan hasil inovasi.

4. Menggerakkan tabungan masyarakat dan menyalurkannya ke arah investasi yang produktif di sektor industri, dan secara efektif mampu memberikan dampak ganda terhadap proses akumulasi modal.

5. Mengembangkan iklim investasi dan berbagai sistem insentif yang dapat lebih meningkatkan daya tarik investasi di sektor indsutri

6. Perluasan basis pendukung industri dengan mengembangkan keterkaitan, persebaran, struktur produksi-ekspor-impor sebagai prasyarat terciptanya struktur industri yang kukuh


7. Membangun perangkat kelembagaan yang mantap sehingga sector industri senantiasa mampu tanggap dan terandalkan dalam menghadapi berbagai perkembangan ataupun perubahan yang timbul


8. Mengembangkan dan mempercepat pertumbuhan industri kecil dan menengah secara lebih terarah, terpadu dan efektif sehingga menjadi tulang punggung struktur industri nasional

9. Meningkatkan kemampuan industri kecil dan menengah yang telah mulai berkembang untuk memanfaatkan relokasi industri yang berasal dari negara maju ke Indonesia, khususnya industri skala menengah.

10. Menentukan pilihan kebijakan yang tepat untuk melaksanakan pembangunan industri yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dengan pengaturan tata ruang yang tepat.




Jumat, 18 Desember 2009

Kendala Pengembangan Sektor Industri


1. Akibat perubahan perekonomian dunia menyebabkan timbulnya pengelompokan perdagangan antar negara yang dalam perkembangannya cenderung menjadi instrumen proteksi dan diskriminasi pasar, seperti pasar tunggal eropa, dan kawasan perdagangan bebas Amerika Utara akan menimbulkan persaingan yang ketat.


2. Timbulnya kecenderungan sikap proteksionisme beberapa negara maju yang ingin melindungi industri dalam negerinya, serta menggunakan berbagai isu politik dan alasan lainnya untuk menghambat perdagangan dan pengembangan industri yang berorientasi ekspor

3. Ketersediaan sumber daya manusia yang sesuai dengan kebutuhan sector industri sangat tergantung pada struktur dan sistem pendidikan. Jenjang, bidang dan kualitas lulusan belum dapat memenuhi kebutuhan sector industri yang berkembang pesat, terutama tenaga teknis yang relatif siap pakai, baik sebagai tenaga ahli ataupun tehnisi.

4. Rendahnya kualitas pengusaha di satu sisi terjadi peningkatan jumlah tenaga kerja industrial sebagai buruh atau karyawan sedangkan di sisi lain terjadi penurunan jumlah tenaga kerja industrial yang berstatus sebagai pengusaha

5. Prasarana teknologi dan tenaga ahli yang berkualitas di dalam negeri belum tersedia secara memadai

6. Dukungan iklim usaha belum kondusif yang tercermin dari prosedur administratif dan perizinan investasi industri serta kemampuan pelayanannya meskipun telah berkali-kali disederhanakan masih belum optimal terutama bagi industri baru di luar Pulau Jawa


7. Keterbatasan dukungan prasarana dasar ekonomi dan biaya modal yang tinggi menjadi penghambat dalam persebaran investasi industri ke daerah.


8. Penyediaan prasarana membutuhkan investasi yang sangat besar dan pembangunannya menghadapi kendala keterbatasan anggaran Pemerintah, sedangkan peran serta swasta juga masih terbatas.

9. Masalah pencadangan lahan antara sektor industri dan sektor pertanian dan sektor produksi lainnya belum tertata dengan optimal, sementara lahan potensial yang dapat dibudidayakan sangat terbatas.

10. Struktur ekspor hasil industri masih bertumpu pada beberapa komoditi andalan yang diperkirakan akan segera tersaingi oleh negara berkembang lainnya.

11. Ketergantungan pada impor sebagian besar industri yang berorientasi ekspor akan bahan baku, bahan penolong dan barang modal beserta suku cadangnya masih besar dan cenderung meningkat.

12. Ketergantungan pada lisensi produk dan teknologi yang bersumber dari luar negeri




Kamis, 17 Desember 2009

Dampak BERKEMBANGNYA REVOLUSI INDUSTRI


Revolusi industri ini pada akhirnya mempengaruhi lahirnya perubahan-perubahan yang cepat dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat. Perubahan-perubahan tersebut pada akhirnya menimbulkan dampak-dampak sebagai berikut.


1. Perubahan sistem perekonomian
Berlangsungnya revolusi industri, memicu terjadinya revolusi dalam sistem perekonomian. Sebelum terjadinya revolusi industri, sebagian besar negara lebih banyak menggantungkan perekonomian pada sektor pertanian.
Perdagangan yang dilakukan masih sangat terbatas dan dalam skala yang masih kecil. Industri-industri yang berkembang di negara-negara Eropa umumnya masih bersifat industri rumahan yang hanya menghasilkan barang dalam jumlah terbatas dan waktu penyelesaian yang cukup lama. Daerah pemasaran pun masih terbatas dan barang yang dihasilkan hanya didasarkan pada pemesanan saja.
Kondisi tersebut berubah dengan cepat setelah terjadinya revolusi industri. Meskipun modal yang harus disediakan cukup besar untuk penggunaan mesinmesin baru dan pabrik-pabrik bila dibandingkan dengan alat-alat sederhana dari masa sebelumnya, akan tetapi produksi barang secara besar-besaran akan memberikan kemungkinan untuk mengurangi biaya yang dikeluarkan

dan bahkan mampu meningkatkan keuntungan. Berkembanglah industri-industri yang pada akhirnya menarik minat sebagian besar penduduk untuk beralih profesi menjadi buruh pabrik. Perpindahan profesi tersebut terutama dilakukan oleh para petani penggarap yang tidak memiliki tanah. Perubahan profesi ini, mereka lakukan dengan harapan untuk dapat meningkatkan derajat kehidupan mereka.
Sejalan dengan revolusi industri, organisasi-organisasi perdagangan yang telah terbentuk sebelumnya seperti EIC, VOC, dan sebagainya mengalami perkembangan. Revolusi industri memberikan pengaruh terbentuknya perusahaan-perusahaan dagang tersebut menjadi perusahaan dengan modal bersama yang tentu saja dengan tanggung jawab terbatas. Pada perkembangan selanjutnya, perusahaan-perusahaan ini akan melahirkan model Trust dan monopoli perusahaan besar. 



2. Perubahan sistem sosial kemasyarakatan
Pada fase awal terjadinya revolusi industri timbul gejolak-gejolak dalam kehidupan masyarakat. Dibukanya industri-industri menimbulkan minat dari masyarakat untuk mengalihkan mata pencahariannya dari bidang pertanian menjadi pekerja industri. Kondisi ini memicu arus urbanisasi yang cukup tinggi di Inggris, sehingga rakyat dari pedesaan berbondong-bondong pindah ke perkotaan untuk menjadi pekerja di sektor-sektor industri yang berada di perkotaan. Bagi mereka yang sudah mendapatkan pekerjaan di sektor industri, kehidupannya tidak menjadi lebih baik. Kaum kapitalis seringkali menekan para pekerjanya dengan beban kerja yang tinggi demi tercapainya hasil produksi yang tinggi yang akan mendatangkan keuntungan yang lebih banyak. Hal ini tidak diimbangi dengan pemenuhan hak-hak pekerja yang memadai, upah yang sangat rendah, serta tidak diberikannya jaminan kesehatan, perumahan, pendidikan dan kesejahteraan keluarga para buruh. Pada akhirnya, hal ini akan mendorong terciptanya perkampungan-perkampungan kumuh di perkotaan yang disebabkan ketidakmampuan para buruh untuk membangun rumah tinggal yang lebih layak. Kondisi seperti ini juga memicu hadirnya pekerja dari komunitas wanita dan anak-anak. 

3. Lahirnya paham-paham baru
Berkembangnya revolusi industri mendorong lahirnya paham-paham baru, yaitu sebagai berikut:



a. Kapitalisme
Kapitalisme adalah paham yang berpendapat bahwa untuk meningkatkan perekonomian, perlu dibangun sektor-sektor industri yang ditunjang dengan modal yang besar. Penguasaan sektor industri tersebut perlu juga didukung dengan ketersediaan sumber bahan baku dan daerah pemasaran yang luas. Aliran ini berkembang setelah terjadinya revolusi industri dan mencapai puncaknya pada abad ke-19.

Para kapitalis ini pada akhirnya mendorong perkembangan ekonomi nasional, sehingga dengan cepat Eropa mencapai taraf perekonomian yang sangat tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara lainnya di dunia. Ketika bangsabangsa lainnya sedang berada dalam cengkeraman kolonialisme, Eropa pada saat yang sama sedang menikmati kemakmuran yang dihasilkan oleh industrialisasi. 
Selain itu, dalam sistem perekonomian, lahirnya golongan kapitalis ini telah mendorong semakin berkembangnya aliran ekonomi liberal. Para kapitalis menuntut agar pemerintah tidak ikut campur tangan terlalu besar dalam kehidupan perekonomian. Perekonomian sepenuhnya diserahkan pada pasar, sehingga akan menggantungkan pada sistem penawaran dan permintaan.


b. Sosialisme
Lahirnya paham sosialisme disebabkan oleh terjadinya kondisi buruk dalam kehidupan sosial kemasyarakatan setelah terjadinya revolusi industri.
Aliran sosialisme sangat menentang hadirnya para kapitalis yang dianggap membawa kesengsaraan bagi rakyat. Para penganut sosialis memimpikan terbangunnya suatu masyarakat tanpa kelas, sehingga semua manusia dapat menikmati kesejahteraan secara bersama.
Perkembangan sosialisme untuk pertama kalinya lahir di Inggris dengan tokohnya adalah Robert Owen (1771-1858). Pemikiran-pemikirannya tentang sosialisme dikembangkannya melalui bukunya yang berjudul A View of Society, an Essay on the Formation of Human Character. Tokoh sosialisme lainnya adalah Saint Simon (1760-1825) yang mengemukakan pentingnya peranan kelas pekerja dalam membentuk masyarakat industri.
Paham sosialisme yang bisa diterima oleh kaum kapitalis adalah paham sosalisme yang dikembangkan oleh Pierre Joseph Proudhon (1809-1865).

Pandangannya tentang sosialisme yang tertuang dalam karyanya yang berjudul Philosophi de la Misere mengungkapkan pentingnya pembagian hak milik antara individu secara sukarela dan merata tanpa adanya pemaksaan dari pihak manapun termasuk negara.
Sementara paham sosialisme radikal dikembangkan oleh Karl Marx (1818-1883) dan Friedrich Engels. Das Kapital yang merupakan karya dari Marx mendengungkan perlunya perjuangan untuk mewujudkan masyarakat tanpa kelas. Sementara itu, Engels sering mendengungkan semboyan kaum proletar sedunia, bersatulah. Pada akhirnya pemikiran dari tokoh-tokoh sosialisme radikal ini mendorong timbulnya gejolak-gejolak penentangan perluasan kaum
kapitalis dan menginginkan terwujudnya masyarakat tanpa kelas. Bahkan gerakan-gerakan ini pada akhirnya diarahkan untuk mewujudkan suatu Negara yang masyarakatnya tanpa kelas seperti yang terjadi pada revolusi Oktober Rusia 1917. Sosialisme radikal pada akhirnya lebih cenderung bersifat komunis.



4. Timbulnya imperialisme modern
Pada awalnya imperialisme dan kolonialisme dikembangkan dengan semangat penaklukan dan kejayaan, bahkan semangat untuk menyebarkan agama Nasrani. Pasca revolusi industri, paradigma imperialisme berubah menjadi lebih bermotifkan ekonomi yang bertumpu pada industrialisasi.





Jenis-Jenis Laporan Keuangan




1. Neraca
Neraca adalah laporan keuangan perusahaan yang menunjukkan posisi keuangan dimana menggambarkan aktiva, kewajiban dan modal yang dimiliki oleh perusahaan pada saat tertentu.

2. Laporan laba-rugi
Laporan laba-rugi adalah laporan keuangan yang menunjukkan kinerja perusahaan untuk menggambarkan hasil operasi perusahaan selama periode tertentu.

3. Laporan perubahan modal
Laporan perubahan modal adalah laporan yang menunjukkan tentang perubahan modal yang terjadi selama jangka waktu tertentu.

4. Laporan arus kas
Laporan arus kas adalah laporan keuangan yang menunjukkan aliran kas masuk dan aliran kas keluar dari sebuah perusahaan selama periode akuntansi. Laporan aliran kas ini menyediakan informasi keuangan mengenai seluruh aktivitas operasi, investasi dan pendanaan selama satu periode tertentu.

5. Catatan atas laporan keuangan
Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian jumlah yang tertera dalam neraca, laporan laba-rugi, laporan arus kas dan laporan perubahan ekuitas serta informasi tambahan seperti kewajiba kontijensi dan komitmen.






Selasa, 15 Desember 2009

Proses Produksi Krupuk


Proses produksi merupakan cara atau metode untuk menciptakan ataumenambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumbersumbertenaga kerja, mesin, bahan baku dan dana yang ada. Uraian dibawahini memberikan gambaran mengenai proses produksi krupuk yang meliputibahan baku dan pembuatannya.A Bahan BakuBahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan krupuk adalahsebagai berikut :Tepung tapioka, Gel atau kanji yang dibuat dari tepung tapioka, Garam,Pewarna, Udang, Bawang, Air.B. Proses / tahapan pembuatan krupukAdapun tahap pembuatan krupuk adalah sebagai berikut : 


1. Pembuatan Gel krupukGel krupuk dari campuran tepung tapioca dengan air yang mendidih.Dimasukkan dalam panci besar dan diaduk sampai membentuk sepertijelly.2. Tahap PencampuranGel yang sudah didinginkan kemudian dicampur dengan bahan-bahanseperti bumbu (garam, udang, bawang, air dan pewarna).3. PencetakanGel yang sudah bercampur dengan bumbu kemudian dicampur dengantepung, lalu dimasukkan ke dalam alat cetak.4. PemasakanTahap ini merupakan tahap terakhir sebelum cetakan krupukdikeringkan. Krupuk yang setengah matang dimasukkan ke dalam alatuntuk mengukus yang berfungsi sebagai pemasak krupuk.5. PengeringanTahap ini adalah yaitu krupuk yang telah masak dimasukkan dalamsebuah oven untuk dikeringkan.6. PenggorenganTahapan ini adalah tahapan yang terakhir yaitu krupuk yang telah dikeringkan lalu di goreng sehingga siap di konsumsi.




Senin, 14 Desember 2009

FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PEMBANGUNAN INDUSTRI DI INDONESIA





Factor pendorong yakni :
a. Jenis kekayaan alam yang tersebar di berbagai daerah sehingga memungkinkan terjadinya tukar menukar barang antar pulau di Indonesia.
b. Letak Indonesia yang berada di antara Asia dan Australia sehingga memungkinkan pemasaran hasil industry ke benua tersebut.
c. Kekayaan alam yang melimpah yaitu berupa barang tambang, hasil hutan dan hasil pertanian.
d. Penduduk yang besar jumlahnya sebagai factor tenaga kerja dan konsumen.
e. Kesediaan dari Negara-negara besar sebagai pemilik modal untuk menanamkan modalnya dalam pengembangan industry di Indonesia.
f. Undang-undang penanaman modal asing di Indonesia yang bersifat menguntungkan.
g. Keanggotaan Indonesia dalam badan-badan internasional maupun regional sehingga terjadinya kerja sama di bidang industry.



Factor penghambat yaitu :
a. Suasana industry belum merata
b. Tenaga terampil yang masih harus diperbanyak dan diserasikan lagi.
c. Daya beli masyarakat yang masih rendah
d. Modal yang tersedia masih terbatas.
e. Pasaran yang belum merata dikarenakan kondisi Indonesia yang bersifat kepulauan sehingga distribusi belum merata dengan baik.



Sumber: http://id.shvoong.com/society-and-news/news-items/2003964-faktor-pendukung-dan-penghambat-pembangunan/#ixzz1vPClpkOO

Minggu, 13 Desember 2009

Pengaruh REVOLUSI INDUSTRI DI INDONESIA


Revolusi industri yang terjadi di Eropa berhasil mendorong terjadinya perubahan dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut tidak hanya mempengaruhi kehidupan masyarakat Eropa, akan tetapi juga masyarakat di belahan dunia lainnya, termasuk Indonesia. Apalagi dengan perubahan paradigma filsafat yang diterapkan oleh imperialisme Barat pada saat itu. Daerah jajahan tidak hanya merupakan daerah taklukan saja tetapi fungsinya lebih diberdayakan dari sekedar daerah penghasil bahan baku dan pemasaran hasil industri, tetapi juga secara aktif dijadikan sebagai tempat penanaman modal (investasi).


Selain karena desakan kebutuhan aman yang menuntut diikutinya arus revolusi industri, muncul pula kritikan dari kaum humanis dan demokrat di negeri Belanda tentang pemberlakuan sistem tanam paksa di Indonesia. Desakan-desakan tersebut pada akhirnya mendorong untuk dihapuskannya sistem tanam paksa pada tahun 1870. Sebagai penggantinya, diterapkanlah sistem ekonomi terbuka di Hindia Belanda. 
Sistem ekonomi terbuka memungkinkankan siapa saja dapat menanamkan modalnya di Indonesia, tidak hanya orang-orang Belanda saja.
Tentu saja penanaman modal tersebut dilandasi dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Kondisi ini pada akhirnya menciptakan cara baru dalam hal penindasan dan pengisapan bangsa Indonesia. Kalau dulu yang melakukan penindasan adalah orang-orang Belanda maka pada masa ini Indonesia dieksploitasi oleh kaum swasta dan para kapitalis asing lainnya.
Penanaman modal di Indonesia, sebagian besar diarahkan untuk pembangunan perkebunan-perkebunan yang dapat menghasilkan komoditi yang diperlukan bagi bahan dasar industri. Lalu dibangunlah perkebunanperkebunan yang sebagian besar dibangun di daerah Jawa dan Sumatera.
Pembangunan perkebunan ini membutuhkan tenaga kerja yang akan digunakan untuk mengurus perkebunan. Dengan demikian, banyak penduduk yang diangkat menjadi tenaga kerja perkebunan, bahkan untuk perkebunan di Sumatera diangkat tenaga kerja yang berasal dari Jawa. Terjadilan arus transmigrasi dari pulau Jawa ke Sumatera yang dilakukan secara paksa. Bahkan ada di antara orang-orang Jawa ini yang dikirim ke daerah Madagaskar dan Suriname.
Eksploitasi yang dilakukan oleh para kapitalis terhadap penduduk Indonesia dilakukan dengan gaya baru. Para pekerja dipaksa untuk bekerja di perkebunanperkebunan dengan upah yang sangat minim dengan beban kerja yang sangat tinggi. Mereka tidak bisa menghindar dari ketentuan tersebut karena mereka terikat kontrak kerja. Pada tahun 1881, pemerintah kolonial Belanda mengeluarkan undang-undang Koelie Ordonantie yang mengatur para pekerja. Berdasarkan undang-undang tersebut, para kuli bekerja sesuai dengan kontrak. 
Untuk mendukung program perkebunan tersebut, pemerintah kolonial Hindia Belanda membangun berbagai prasarana, seperti irigasi, waduk, jalan raya, jalan kereta api, serta pelabuhan-pelabuhan. Pembangunan sarana-sarana tersebut seringkali memakan korban jiwa yang sangat banyak dari penduduk Indonesia karena mereka dipekerjakan secara paksa. Akan tetapi dengan pembangunan prasarana tersebut, terutama pembangunan jaringan jalan raya

telah menimbulkan pengaruh bagi tumbuhnya mobilitas penduduk. Pembangunan jalan raya dan kereta api memungkinkan pertumbuhan dan hubungan antarkota secara cepat.
Sementara itu, gerakan-gerakan humanis yang berkembang di negeri Belanda mendorong diberlakukannya politik balas budi terhadap bangsa Indonesia. Salah satu politik balas budi tersebut adalah program yang dikemukakan oleh Mr. C. Th. Van Deventer. Gagasannya yang diterbitkan oleh majalah de Gids pada tahun 1899 memaparkan perlunya bangsa Belanda

melakukan balas budi terhadap Indonesia. Balas budi dilakukan dengan jalan membantu bangsa Indonesia untuk mencerdaskan dan memakmurkan rakyatnya.

Terdapat tiga cara yang dapat dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut, yaitu:
1. memajukan pengajaran (edukasi);
2. memperbaiki pengairan (irigasi);
3. melakukan perpindahan penduduk (transmigrasi).
Ide yang dikemukakan oleh van Deventer ini kemudian lebih dikenal dengan politik etis. 
Program pendidikan tidak ditujukan untuk mencerdaskan bangsa Indonesia, tetapi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga administrasi rendahan yang akan ditempatkan di industri-industri perkebunan. Program irigasi tidak diarahkan untuk peningkatan pertanian
penduduk Indonesia, tetapi diarahkan untuk menunjang perkebunan-perkebunan milik para kapitalis. Sementara itu, program transmigrasi bukan diarahkan untuk pemerataan penduduk dan peningkatan kualitas hidup penduduk Indonesia, melainkan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja di perkebunan-perkebunan milik Belanda.
Lambat laun program politik etis ini memberikan manfaat yang sangat besar bagi bangsa Indonesia, terutama dalam hal program pendidikan (edukasi). Program pendidikan yang awalnya ditujukan untuk menghasilkan tenaga administratif rendahan, pada akhirnya semakin berkembang. Tidak hanya jenjang pendidikan semakin tinggi, tetapi juga menjangkau spesialisasi bidang pendidikan lainnya seperti kedokteran, keguruan, teknik, pertanian, dan   sebagainya. 

Pendidikan Barat yang diberikan oleh Belanda pada umumnya hanya diperoleh masyarakat Indonesia yang berasal dari kelas bangsawan atau priyayi. Secara umum yang mempergunakan kesempatan ini ialah mereka yang berasal dari golongan priyayi kelas rendahan. 
Muncullah golongan baru dalam masyarakat Indonesia yang oleh seorang sejarawan, Sartono Kartodirdjo, disebut sebagai homines novi. Kelompok masyarakat ini adalah kelompok masyarakat baru yang lahir karena pendidikan Barat yang mereka terima. Lambat laun, golongan ini telah menggeser kedudukan kelas-kelas priyayi atas lainnya yang tidak berpendidikan Barat. Apalagi setelah Belanda memberlakukan peraturan bahwa pejabat-pejabat yang akan memegang

jabatan pemerintahan harus memiliki ija ah pendidikan Barat, sehingga tertutuplah jalan kelas priyayi tersebut dari jabatan-jabatan yang sebelumnya mereka peroleh dengan cara turun-temurun. Hal ini pada akhirnya menghapuskan sistem feodalisme yang selama ini sangat kental berlaku dalam pola hubungan antara priyayi dan rakyat jelata.
Perubahan yang sangat penting terjadi dalam struktur masyarakat Indonesia pada saat itu adalah dengan munculnya gerakan-gerakan emansipasi wanita. Pengenalan masyarakat Indonesia dengan pendidikan Barat semakin membuka cakrawala mereka tentang nasib bangsanya. Kemampuan mereka untuk membaca hasil-hasil pemikiran yang berkembang di Barat secara langsung menumbuhkan kesadaran tentang nasib bangsanya yang sedang mengalami penjajahan.

Sumber:http://id.shvoong.com/humanities/history/2053649-pengaruh-revolusi-industri-di-indonesia/#ixzz1vPDMi6fy

Sabtu, 12 Desember 2009

Tujuan pembangunan industri di Indonesia


Pembangunan industri mempunyai peranan yang sangat strategis karena dapat membawa perubahan mendasar dalam struktur perekonomian di Indonesia. Oleh karena itu, pembangunan sektor industri senantiasa mendapat perhatian yang besar dari pemerintah. Pembangunan sektor industri di Indonesia terutama ditujukan untuk hal-hal berikut ini:

a. meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat
b. meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional
c. meningkatkan kemampuan dan penguasaan teknologi
d. meningkatkan keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan industri
e. memperluas dan meratakan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha
f. meningkatkan penerimaan devisa negara melalui peningkatan ekspor hasil industri ke mancanegara
g. mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan industri yang menunjang pembangunan daerah
h. memperkuat stabilitas nasional dalam rangka memperkokoh ketahanan nasional



Sumber:http://id.shvoong.com/social-sciences/economics/2143298-tujuan-pembangunan-industri-di-indonesia/#ixzz1vPDv267w

Jumat, 11 Desember 2009

Kendala Pengembangan Sektor Industri


1. Akibat perubahan perekonomian dunia menyebabkan timbulnya pengelompokan perdagangan antar negara yang dalam perkembangannya cenderung menjadi instrumen proteksi dan diskriminasi pasar, seperti pasar tunggal eropa, dan kawasan perdagangan bebas Amerika Utara akan menimbulkan persaingan yang ketat.

2. Timbulnya kecenderungan sikap proteksionisme beberapa negara maju yang ingin melindungi industri dalam negerinya, serta menggunakan berbagai isu politik dan alasan lainnya untuk menghambat perdagangan dan pengembangan industri yang berorientasi ekspor
3. Ketersediaan sumber daya manusia yang sesuai dengan kebutuhan sector industri sangat tergantung pada struktur dan sistem pendidikan. Jenjang, bidang dan kualitas lulusan belum dapat memenuhi kebutuhan sector industri yang berkembang pesat, terutama tenaga teknis yang relatif siap pakai, baik sebagai tenaga ahli ataupun tehnisi.
4. Rendahnya kualitas pengusaha di satu sisi terjadi peningkatan jumlah tenaga kerja industrial sebagai buruh atau karyawan sedangkan di sisi lain terjadi penurunan jumlah tenaga kerja industrial yang berstatus sebagai pengusaha
5. Prasarana teknologi dan tenaga ahli yang berkualitas di dalam negeri belum tersedia secara memadai
6. Dukungan iklim usaha belum kondusif yang tercermin dari prosedur administratif dan perizinan investasi industri serta kemampuan pelayanannya meskipun telah berkali-kali disederhanakan masih belum optimal terutama bagi industri baru di luar Pulau Jawa

7. Keterbatasan dukungan prasarana dasar ekonomi dan biaya modal yang tinggi menjadi penghambat dalam persebaran investasi industri ke daerah.
8. Penyediaan prasarana membutuhkan investasi yang sangat besar dan pembangunannya menghadapi kendala keterbatasan anggaran Pemerintah, sedangkan peran serta swasta juga masih terbatas.

9. Masalah pencadangan lahan antara sektor industri dan sektor pertanian dan sektor produksi lainnya belum tertata dengan optimal, sementara lahan potensial yang dapat dibudidayakan sangat terbatas.
10. Struktur ekspor hasil industri masih bertumpu pada beberapa komoditi andalan yang diperkirakan akan segera tersaingi oleh negara berkembang lainnya.
11. Ketergantungan pada impor sebagian besar industri yang berorientasi ekspor akan bahan baku, bahan penolong dan barang modal beserta suku cadangnya masih besar dan cenderung meningkat.
12. Ketergantungan pada lisensi produk dan teknologi yang bersumber dari luar negeri



Sumber:http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2052544-kendala-pengembangan-sektor-industri/#ixzz1vPECCeqA

Kamis, 10 Desember 2009

KEMISKINAN PETANI DI INDONESIA


KEMISKINAN DI INDONESIA
Kemiskinan merupakan salah satu faktor penghambat pembangunan suatu negara selain faktor pertumbuhan penduduk, dualisme, struktur perdagangan luar negeri dan globalisasi. Secara umum, kemiskinan diartikan sebagai keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Kemiskinan merupakan masalah sosial yang dapat mempengaruhi psikologi sosial suatu bangsa.

Kemiskinan bisa dikelompokan dalam dua kategori , yaitu Kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut mengacu pada satu set standard yang konsisten tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat / negara. Kemiskinan absolut mempunyai pengertian jika seseorang tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar minimum untuk hidup. Kemiskinan relatif biasanya bersifat dinamis, yakni jika kondisi ekonomi seseorang dibandingkan dengan yang lainya. Jadi dalam pengertian ini, kemiskinan akan selalu ada.

Sebuah contoh dari pengukuran absolut adalah persentase dari populasi yang makan dibawah jumlah yg cukup menopang kebutuhan tubuh manusia (kira kira 2000-2500 kalori per hari untuk laki laki dewasa). Bank Dunia mendefinisikan Kemiskinan absolut sebagai hidup dg pendapatan dibawah USD $1/hari dan Kemiskinan menengah untuk pendapatan dibawah $2 per hari, dg batasan ini maka diperkiraan pada 2001 1,1 miliar orang didunia mengkonsumsi kurang dari $1/hari dan 2,7 miliar orang didunia mengkonsumsi kurang dari $2/hari. Proporsi penduduk negara berkembang yang hidup dalam Kemiskinan ekstrem telah turun dari 28% pada 1990 menjadi 21% pada 2001. Melihat pada periode 1981-2001, persentase dari penduduk dunia yang hidup dibawah garis kemiskinan $1 dolar/hari telah berkurang separuh. Tetapi , nilai dari $1 juga mengalami penurunan dalam kurun waktu tersebut.
Meskipun kemiskinan yang paling parah terdapat di dunia bekembang, ada bukti tentang kehadiran kemiskinan di setiap region. Di negara-negara maju, kondisi ini menghadirkan kaum tuna wisma yang berkelana ke sana kemari dan daerah pinggiran kota dan ghetto yang miskin. Kemiskinan dapat dilihat sebagai kondisi kolektif masyarakat miskin, atau kelompok orang-orang miskin, dan dalam pengertian ini keseluruhan negara kadang-kadang dianggap miskin. Untuk menghindari stigma ini, negara-negara ini biasanya disebut sebagai negara berkembang.

Sumber: http://id.shvoong.com/exact-sciences/agronomy-agriculture/2274562-kemiskinan-di-indonesia-kemiskinan-petani/#ixzz1vPETzPQw