Krebet (Kerajinan batik kayu)
Di Krebet yang kami kunjungi ini, terdapat banyak sekali sanggar pembuatan batik kayu. Kami, kelompok 12 mendapat bagian untuk mengunjungi pengrajin batik kayu di sanggar yang bernama sanggar Peni. Sanggar yang kami kunjungi ini telah merintis usaha batik kayu sejak 20 tahun yang lalu yakni pada tahun 1989. Usaha batik kayu di sanggar Peni ini dirintis oleh Bpk Kemiskid. Dirintisnya sanggar kerajinan batik kayu memiliki beberapa tujuan, diantaranya adalah:
1. Memberikan nafkah/ penghasilan bagi bapak yang merintis sanggar ini dan bagi masyarakat yang tinggal disekitarnya.
2. Mengembangkan daerah pariwisata. Daerah Krebet tadinya bukan merupakan daerah pariwisata, namun dengan berdirinya sanggar ini, maka tempat ini menjadi salah satu daerah wisata.
3. Melestarikan kebudayaan batik kayu agar kebudayaan ini tidak hilang dari kehidupan masyarakat Indonesia.
4. Memperkenalkan kebudayaan batik kayu ini kepada dunia internasional.
Sanggar batik kayu digolongkan ke dalam industri kecil. Ada dua alasan umum yang mendukung pernyataan bahwa sanggar ini merupakan industri kecil yaitu: Pertama, karena sanggar ini merupakan suatu home industry atau industri rumahan yang tidak memerlukan tempat yang sangat besar seperti pabrik. Kedua, adalah karena semua proses pembuatan yang berlangsung di sanggar ini tidak menggunakan mesin, melainkan tangan manusia. Sanggar yang kami kunjungi ini yaitu sanggar Peni berlokasi di Krebet Sendang Sari Pajangan, Bantul. Di Krebet ini tidak hanya terdapat satu sanggar batik kayu namun ada sangat banyak. Alasan mengapa di Krebet terdapat banyak sanggar batik kayu adalah karena daerah Krebet sulit ditumbuhi oleh tanaman pertanian sehingga masyarakat Krebet tidak bisa mendapatkan penghasilan dengan bertani. Oleh karena itu mereka membentuk sanggar batik kayu.
Selanjutnya, kita memasuki proses produksi batik kayu. Karena kerjainan ini merupakan batik kayu, maka bahan yang selalu menjadi bahan utama adalah kayu. Pada umumnya semua jenis kayu dapat digunakan namun ada satu jenis kayu yang tidak dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar yaitu kayu pinus. Jenis kayu yang paling sering digunakan dalam kerajinan ini adalah kayu sengon dan kayu maumi. Selain kayu, tentu saja ada bahan lain yang digunakan dalam proses pembuatan batik kayu ini diantaranya adalah lilin (malam) yang digunakan untuk membuat pola batik pada kayu, pewarna yang digunakan untuk memberikan warna pada kayu, obat- obatan khusus batik, minyak, dan yang terakhir adalah bahan finishing untuk kayu berupa melamin.
Bahan dasar kayu dan bahan- bahan lain di atas akan menghasilkan berbagai kerajinan tangan. Hasil utamanya adalah berupa batik kayu, namun tidak hanya itu. Di sanggar ini, selain menghasilkan batik kayu, ada barang- barang lain yang merupakan hasil dari kerajinan tangan di sanggar ini, diantaranya adalah tissue box, poster, topeng, bingkai foto, miniatur patung, was, dan tidak terlupakan pula vas bunga. Informasi ini tidaklah lengkap tanpa mengetahui proses pembuatan batik kayu.
Di Krebet yang kami kunjungi ini, terdapat banyak sekali sanggar pembuatan batik kayu. Kami, kelompok 12 mendapat bagian untuk mengunjungi pengrajin batik kayu di sanggar yang bernama sanggar Peni. Sanggar yang kami kunjungi ini telah merintis usaha batik kayu sejak 20 tahun yang lalu yakni pada tahun 1989. Usaha batik kayu di sanggar Peni ini dirintis oleh Bpk Kemiskid. Dirintisnya sanggar kerajinan batik kayu memiliki beberapa tujuan, diantaranya adalah:
1. Memberikan nafkah/ penghasilan bagi bapak yang merintis sanggar ini dan bagi masyarakat yang tinggal disekitarnya.
2. Mengembangkan daerah pariwisata. Daerah Krebet tadinya bukan merupakan daerah pariwisata, namun dengan berdirinya sanggar ini, maka tempat ini menjadi salah satu daerah wisata.
3. Melestarikan kebudayaan batik kayu agar kebudayaan ini tidak hilang dari kehidupan masyarakat Indonesia.
4. Memperkenalkan kebudayaan batik kayu ini kepada dunia internasional.
Sanggar batik kayu digolongkan ke dalam industri kecil. Ada dua alasan umum yang mendukung pernyataan bahwa sanggar ini merupakan industri kecil yaitu: Pertama, karena sanggar ini merupakan suatu home industry atau industri rumahan yang tidak memerlukan tempat yang sangat besar seperti pabrik. Kedua, adalah karena semua proses pembuatan yang berlangsung di sanggar ini tidak menggunakan mesin, melainkan tangan manusia. Sanggar yang kami kunjungi ini yaitu sanggar Peni berlokasi di Krebet Sendang Sari Pajangan, Bantul. Di Krebet ini tidak hanya terdapat satu sanggar batik kayu namun ada sangat banyak. Alasan mengapa di Krebet terdapat banyak sanggar batik kayu adalah karena daerah Krebet sulit ditumbuhi oleh tanaman pertanian sehingga masyarakat Krebet tidak bisa mendapatkan penghasilan dengan bertani. Oleh karena itu mereka membentuk sanggar batik kayu.
Selanjutnya, kita memasuki proses produksi batik kayu. Karena kerjainan ini merupakan batik kayu, maka bahan yang selalu menjadi bahan utama adalah kayu. Pada umumnya semua jenis kayu dapat digunakan namun ada satu jenis kayu yang tidak dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar yaitu kayu pinus. Jenis kayu yang paling sering digunakan dalam kerajinan ini adalah kayu sengon dan kayu maumi. Selain kayu, tentu saja ada bahan lain yang digunakan dalam proses pembuatan batik kayu ini diantaranya adalah lilin (malam) yang digunakan untuk membuat pola batik pada kayu, pewarna yang digunakan untuk memberikan warna pada kayu, obat- obatan khusus batik, minyak, dan yang terakhir adalah bahan finishing untuk kayu berupa melamin.
Bahan dasar kayu dan bahan- bahan lain di atas akan menghasilkan berbagai kerajinan tangan. Hasil utamanya adalah berupa batik kayu, namun tidak hanya itu. Di sanggar ini, selain menghasilkan batik kayu, ada barang- barang lain yang merupakan hasil dari kerajinan tangan di sanggar ini, diantaranya adalah tissue box, poster, topeng, bingkai foto, miniatur patung, was, dan tidak terlupakan pula vas bunga. Informasi ini tidaklah lengkap tanpa mengetahui proses pembuatan batik kayu.
Di sanggar ini, setiap jenis barangnya diproduksi dalam jumlah sekitar
500 – 1000 buah/ jenis setiap bulannya. Dalam pembuatan batik kayu,
paling sedikitnya terdapat 5 tahap dalam pembuatannya. Proses situ
dimulai dari diukirnya kayu hingga proses pengeringannya. Berikut adalah
urutan proses pembuatan batik kayu:
1. Kayu yang telah dipotong diukir sesuai bentuk yang diinginkan.
2. Kayu yang telah selesai diukir kemudian dihaluskan dengan menghilangkan serabut- serabut kayunya sehingga tidak merusak batik.
3. Setelah kayu menjadi halus, kayu memasuki tahap pembatikan. Kayu dibatik oleh para pengrajin dengan malam cair.
4. Tahap berikutnya adalah proses pewarnaan dengan memberikan warna pada kayu yang sudah selesai dibatik.
5. Pada tahap terakhir, kayu yang telah diberi warna dikeringkan. Setelah kayu benar- benar kering, batik kayu siap untuk dijual.
Untuk mode batiknya, sanggar Peni ini menggunakan mode bebas, maksudnya adalah semua mode dicoba. Sebagian besar mode batik yang digunakan di sini berasal dari Bali. Setelah batik kayu dan berbagai kerajinan lainnya sudah jadi, kerajinan ini dipasarkan ke berbagai tempat di Indonesia seperti Bali, Surabaya, Batam dan Jakarta. Kerajinan ini bahkan sudah sampai diekspor ke luar negeri seperti Amerika, Brazil, dan Jerman. Selain menggunakan sumber daya alam, diperlukannya sumber daya manusia untuk mengolah SDA yang ada. Di sanggar peni ini terdapat 6 orang karyawan kantor sementara itu, pekerja kasarnya ada 50 orang.
Visi:
Pada musim kemarau, masyarakat Krebet tidak bisa mendapatkan penghasilan melaui pertanian, oleh karena itu kerajnan membatik menjadi jalan keluarnya. Dengan adanya kerajinan membatik ini, masyarakat tetap bisa mendapatkan nafkah untuk bertahan hidup pada musim kemarau. Oleh karena itu pekerjaan masyarakat mengalami perubahan dari pertanian ke kerajinan tangan.
Misi:
Usaha kerajinan batik kayu di sanggar Peni ini memiliki sejumlah misi, diantaranya adalah:
1. Melestarikan budaya membatik sehingga tidak menghilang dari kehidupan kita.
2. Sebagai sumber nafkah bagi masyarakat yang bekerja sebagai pengrajin batik kayu. Dari itu, kita dapat simpulkan bahwa budaya dapat menghidupi kita.
3. Karena budaya telah menghidupi masyarakat, maka masyarakat memiliki misi untuk menghidupi budaya.
4. Memperkenalkan budaya batik pada masyarakat dunia.
1. Kayu yang telah dipotong diukir sesuai bentuk yang diinginkan.
2. Kayu yang telah selesai diukir kemudian dihaluskan dengan menghilangkan serabut- serabut kayunya sehingga tidak merusak batik.
3. Setelah kayu menjadi halus, kayu memasuki tahap pembatikan. Kayu dibatik oleh para pengrajin dengan malam cair.
4. Tahap berikutnya adalah proses pewarnaan dengan memberikan warna pada kayu yang sudah selesai dibatik.
5. Pada tahap terakhir, kayu yang telah diberi warna dikeringkan. Setelah kayu benar- benar kering, batik kayu siap untuk dijual.
Untuk mode batiknya, sanggar Peni ini menggunakan mode bebas, maksudnya adalah semua mode dicoba. Sebagian besar mode batik yang digunakan di sini berasal dari Bali. Setelah batik kayu dan berbagai kerajinan lainnya sudah jadi, kerajinan ini dipasarkan ke berbagai tempat di Indonesia seperti Bali, Surabaya, Batam dan Jakarta. Kerajinan ini bahkan sudah sampai diekspor ke luar negeri seperti Amerika, Brazil, dan Jerman. Selain menggunakan sumber daya alam, diperlukannya sumber daya manusia untuk mengolah SDA yang ada. Di sanggar peni ini terdapat 6 orang karyawan kantor sementara itu, pekerja kasarnya ada 50 orang.
Visi:
Pada musim kemarau, masyarakat Krebet tidak bisa mendapatkan penghasilan melaui pertanian, oleh karena itu kerajnan membatik menjadi jalan keluarnya. Dengan adanya kerajinan membatik ini, masyarakat tetap bisa mendapatkan nafkah untuk bertahan hidup pada musim kemarau. Oleh karena itu pekerjaan masyarakat mengalami perubahan dari pertanian ke kerajinan tangan.
Misi:
Usaha kerajinan batik kayu di sanggar Peni ini memiliki sejumlah misi, diantaranya adalah:
1. Melestarikan budaya membatik sehingga tidak menghilang dari kehidupan kita.
2. Sebagai sumber nafkah bagi masyarakat yang bekerja sebagai pengrajin batik kayu. Dari itu, kita dapat simpulkan bahwa budaya dapat menghidupi kita.
3. Karena budaya telah menghidupi masyarakat, maka masyarakat memiliki misi untuk menghidupi budaya.
4. Memperkenalkan budaya batik pada masyarakat dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar