Meminang dengan sindiran
40. Meminang dengan sindiran (kepada wanita yang
ber’iddah karena ditinggal mati suaminya atau yang ‘iddah thalaq tiga).
وَ لاَ جُنَاحَ عَلَيْكُمْ فِيْمَا عَرَّضْتُمْ بِه مِنْ
خِطْبَةِ النّسَآءِ اَوْ اَكْنَنْتُمْ فِيْ اَنْفُسِكُمْ، عَلِمَ اللهُ اَنَّكُمْ
سَتَذْكُرُوْنَهُنَّ وَ لكِنْ لاَّ تُوَاعِدُوْهُنَّ سِرًّا اِلاَّ اَنْ
تَقُوْلُوْا قَوْلاً مَّعْرُوْفًا، وَ لاَ تَعْزِمُوْا عُقْدَةَ النّكَاحِ حَتّى
يَبْلُغَ اْلكِتبُ اَجَلَه، وَ اعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ يَعْلَمُ مَا فِيْ اَنْفُسِكُمْ
فَاحْذَرُوْهُ، وَ اعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ غَفُوْرٌ حَلِيْمٌ. البقرة:235
Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita
itu dengan sindiran atau kamu menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam
hatimu. Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada itu janganlah kamu mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia, kecuali sekedar mengucapkan (kepada mereka) perkataan yang ma’ruf. Dan janganlah
kamu ber’azam (bertetap hati) untuk ber’aqad nikah sebelum habis ‘iddahnya. Dan ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu, maka takutlah kepada-Nya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun. [QS. Al-Baqarah : 235]
عَنْ سُكَيْنَةَ بِنْتِ حَنْظَلَةَ قَالَتْ:
اِسْتَأْذَنَ عَلَيَّ مُحَمَّدُ بْنُ عَلِيّ وَ لَمْ تَنْقَضِ عِدَّتِى مِنْ
مَهْلَكَةِ زَوْجِى فَقَالَ: قَدْ عَرَفْتِ قَرَابَتِى مِنْ رَسُوْلِ اللهِ ص. وَ
قَرَابَتِى مِنْ عَلِيّ، وَ مَوْضِعِى مِنَ اْلعَرَبِ. قُلْتُ: غَفَرَ اللهُ لَكَ
يَا اَبَا جَعْفَرٍ، اِنَّكَ رَجُلٌ يُؤْخَذُ عَنْكَ وَ تَخْطُبْنِى فِى عِدَّتِى.
فَقَالَ: اِنَّمَا اَخْبَرْتُكِ بِقَرَابَتِى مِنْ رَسُوْلِ اللهِ ص وَ مِنْ
عَلِيّ. وَ قَدْ دَخَلَ رَسُوْلُ اللهِ ص عَلَى اُمّ سَلَمَةَ وَ هِيَ
مُتَأَيّمَةٌ مِنْ اَبِى سَلَمَةَ. فَقَالَ: لَقَدْ عَلِمْتِ اَنّى رَسُوْلُ اللهِ
ص وَ خِيَرَتُهُ مِنْ خَلْقِهِ وَ مَوْضِعِى مِنْ قَوْمِى كَانَتْ تِلْكَ
خِطْبَتَهُ. الدارقطنى
Dari Sukainah binti Handhalah, ia berkata : Muhammad bin ‘Ali meminta idzin kepadaku, sedang masa ‘iddahku dari kematian suamiku belum usai, lalu Muhammad berkata, “Kamu tentu telah tahu kekerabatanku dari Rasulullah SAW dan kekerabatanku dari ‘Ali (bin Abu Thalib) serta kedudukanku di kalangan bangsa ‘Arab”. Aku berkata, “Semoga Allah mengampunimu, hai Abu Ja’far, sesungguhnya kamu adalah orang yang menjadi ikutan, sedang kamu meminangku dalam masa ‘iddahku”. Maka Muhammad berkata, “Aku hanya memberitahu kepadamu tentang hubungan kekerabatanku dengan Rasulullah SAW dan ‘Ali, sedang Rasulullah SAW sendiri pernah masuk (ke rumah) Ummu Salamah sedangkan dia adalah janda Abu Salamah, lalu beliau bersabda, “Sesungguhnya kamu sudah tahu bahwa aku adalah Rasulullah dan pilihan-Nya diantara makhluq-Nya serta kedudukanku di kalangan kaumku”. Itulah pinangan
Nabi SAW dengan sindiran”. [HR. Daruquthni]
عَنْ فَاطِمَةَ بِنْتِ قَيْسٍ اَنَّ زَوْجَهَا
طَلَّقَهَا ثَلاَثًا فَلَمْ يَجْعَلْ لَهَا رَسُوْلُ اللهِ ص سُكْنَى وَ لاَ
نَفَقَةً، قَالَتْ: وَ قَالَ لىِ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِذَا حَلَلْتِ فَآذِنِيْنِى،
فَآذَنْتُهُ، فَخَطَبَهَا مُعَاوِيَةُ وَ اَبُوْ جَهْمٍ وَ اُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ.
فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اَمَّا مُعَاوِيَةُ فَرَجُلٌ تَرِبٌ لاَ مَالَ لَهُ وَ
اَمَّا اَبُوْ جَهْمٍ فَرَجُلٌ ضَرَّابٌ لِلنّسَاءِ، وَ لكِنْ اُسَامَةُ فَقَالَتْ
بِيَدِهَا هكَذَا: اُسَامَةُ اُسَامَةُ. فَقَالَ لَهَا رَسُوْلُ اللهِ ص: طَاعَةُ
اللهِ وَ طَاعَةُ رّسُوْلِهِ. قَالَتْ: فَتَزَوَّجْتُهُ فَاغْتُبِطْتُ. الجماعة الا البخارى
Dari Fathimah binti Qais, sesungguhnya suaminya telah
menthalaqnya tiga kali, sehingga Rasulullah SAW tidak memberinya (haq) tempat
tinggal dan nafqah. Fathimah berkata : Dan Rasulullah SAW bersabda kepadaku, “Apabila kamu telah halal dengan habis ‘iddahmu, maka beritahulah aku”. (Ketika
‘iddahnya telah selesai) kemudian aku memberitahu kepada beliau. Lalu Mu’awiyah, Abu Jahm dan Usamah bin Zaid meminangnya. Kemudian Rasulullah SAW bersabda (kepada Fathimah binti Qais), “Adapun Mu’awiyah adalah seorang laki-laki miskin tidak berharta sama sekali, sedang Abu Jahm adalah seorang laki-laki yang suka memukul istrinya, tetapi Usamah .... lalu Fathimah berkata (menirukan ucapan Nabi) dengan menggerakkan tangannya demikian. “Usamah, Usamah”. Kemudian Rasulullah SAW bersabda kepada Fathimah, “Thaatlah kepada Allah dan thaatlah kepada Rasul-Nya”. Fathimah berkata, “Kemudian aku nikah dengan Usamah, lalu aku pun berbahagia”. [HR. Jama’ah kecuali Bukhari]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar