Nafqah dan tempat tinggal bagi wanita yang ditinggal
mati suaminya.
وَ
الَّذِيْنَ يُتَوَفَّوْنَ مِنْكُمْ وَ يَذَرُوْنَ اَزْوَاجًا وَّصِيَّةً
ِّلاَزْوَاجِهِمْ مَّتَاعًا اِلَى اْلحَوْلِ غَيْرَ اِخْرَاجٍ، فَاِنْ خَرَجْنَ
فَلاَ جُنَاحَ عَلَيْكُمْ فِيْ مَا فَعَلْنَ فِيْ اَنْفُسِهِنَّ مِنْ مَّعْرُوْفٍ،
وَ اللهُ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ. البقرة:240
Dan orang-orang yang akan meninggal dunia diantaramu dan meninggalkan istri, hendaklah berwashiyat untuk istri-istrinya, (yaitu) diberi nafqah hingga setahun lamanya dengan tidak disuruh pindah (dari rumahnya). Akan tetapi jika mereka pindah (sendiri), maka tidak
ada dosa bagimu (wali atau waris dari yang meninggal) membiarkan mereka berbuat
yang ma’ruf terhadap diri mereka. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. [QS. Al-Baqarah : 240]
عَنْ
فُرَيْعَةَ بِنْتِ مَالِكٍ قَالَتْ: خَرَجَ زَوْجِى فِى طَلَبِ اَعْلاَجٍ لَهُ
فَاَدْرَكَهُمْ فِى طَرَفِ اْلقُدُوْمِ فَقَتَلُوْهُ، فَاَتَانِى نَعْيُهُ وَ
اَنَا فِى دَارٍ شَاسِعَةٍ مِنْ دُوْرِ اَهْلِى، فَاَتَيْتُ النَّبِيَّ ص فَذَكَرْتُ
ذلِكَ لَهُ، فَقُلْتُ: اِنَّ نَعْيَ زَوْجِى اَتَانِى فِى دَارٍ شَاسِعَةٍ مِنْ
دُوْرِ اَهْلِى، وَ لَمْ يَدَعْ نَفَقَةً، وَ لاَ مَالاً وَرِثْتُهُ، وَ لَيْسَ
اْلمَسْكَنُ لَهُ، فَلَوْ تَحَوَّلْتُ اِلَى اَهْلِى وَ اِخْوَتِى لَكَانَ
اَرْفَقَ لِى فِى بَعْضِ شَأْنِى، قَالَ: تَحَوَّلِى. فَلَمَّا خَرَجْتُ اِلَى
اْلمَسْجِدِ اَوْ اِلَى اْلحُجْرَةِ دَعَانِى اَوْ اَمَرَبِى فَدُعِيْتُ، فَقَالَ:
اُمْكُثِى فِى بَيْتِكِ الَّذِى اَتَاكِ فِيْهِ نَعْيُ زَوْجِكِ، حَتَّى يَبْلُغَ
اْلكِتَابُ اَجَلَهُ، قَالَتْ: فَاعْتَدَدْتُ فِيْهِ اَرْبَعَةَ اَشْهُرٍ وَ
عَشْرًا. الخمسة و صححه الترمذى
Dari Furai’ah binti Malik, dia berkata : Suamiku keluar mencari budak-budaknya (yang melarikan diri), kemudian dia menemukan mereka di Tharaful Qudum, lalu mereka membunuh suamiku. Maka sampailah berita kematiannya kepadaku, sedang aku berada di sebuah rumah yang jauh dari rumah-rumah keluargaku. Kemudian aku datang kepada Nabi SAW dan aku ceritakan
hal itu kepada beliau. Aku berkata, “Sesungguhnya berita kematian suamiku sampai kepadaku sedang aku berada di sebuah rumah yang jauh dari rumah-rumah keluargaku, dan dia tidak meninggalkan nafqah, harta warisan dan rumah. Maka kalau aku
pindah ke rumah keluargaku dan saudara-saudaraku tentu lebih baik bagiku untuk
sebagian urusanku”. Nabi SAW bersabda, “Pindahlah !”. Kemudian ketika aku telah keluar ke masjid atau ke kamar, Nabi SAW memanggilku atau menyuruh seseorang untuk memanggilku, lalu aku dipanggil, kemudian beliau bersabda, “Tetaplah tinggal di rumah dimana kamu menerima berita kematian suamimu, sehingga habis masa iddahmu”. Furai’ah berkata, Lalu aku pun ber’iddah di situ
selama empat bulan sepuluh hari”. [HR. Khamsah dan dishahihkan Tirmidzi]
عَنْ
عِكْرِمَةَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ فِى قَوْلِهِ { وَ الَّذِيْنَ يُتَوَفَّوْنَ
مِنْكُمْ وَ يَذَرُوْنَ اَزْوَاجًا وَّصِيَّةً ِّلاَزْوَاجِهِمْ مَّتَاعًا اِلَى
اْلحَوْلِ غَيْرَ اِخْرَاجٍ } نُسِخَ ذلِكَ بِآيَةِ اْلمِيْرَاثِ بِمَا فَرَضَ
اللهُ لَهَا مِنَ الرُّبُعِ وَ الثُّمُنِ، وَ نُسِخَ اَجَلُ اْلحَوْلِ اَنْ جُعِلَ
اَجَلُهَا اَرْبَعَةَ اَشْهُرٍ وَ عَشْرًا. النسائى
و ابو داود
Dari ‘Ikrimah dari Ibnu ‘Abbas tentang firman Allah
“Dan orang-orang yang akan meninggal dunia diantaramu dan meninggalkan istri,
hendaklah berwashiyat untuk istri-istrinya (yaitu) diberi nafqah hingga setahun
lamanya dengan tidak disuruh pindah dari rumahnya”. (QS. Al-Baqarah : 240). Bahwa ketentuan ini dinasikh oleh ayatul miraats, yaitu bahwa Allah
menentukan bagian istri yang ditinggal mati itu seperempat atau seperdelapan
bagian (dari harta warisan suami) dan masa setahun itu (juga) dinasikh, yaitu
masanya dijadikan empat bulan sepuluh hari”. [HR. Nasai dan Abu Dawud]
Keterangan :
Dalam memahami surat Al-Baqarah : 240 ini ulama ada dua pendapat. Pendapat
pertama, memahami sebagaimana riwayat ‘Ikrimah dari Ibnu ‘Abbas tersebut
diatas. (Ini bagi yang berpaham ada nasikh dan mansukh dalam
Al-Qur’an).
Pendapat kedua (yang berpaham tidak ada nasikh dan mansukh dalam Al-Qur’an), memahami bahwa bagi istri yang ditinggal mati oleh suami, tetap mendapatkan haq waris, namun pemberian nafqah hingga setahun itu sifatnya hanya anjuran (sunnah), karena setelah turun ayat 240 surat Al-Baqarah tersebut, kemudian turun ayat 234 surat Al-Baqarah yang menyatakan bahwa ‘iddah wanita yang ditinggal mati suaminya hanya empat bulan sepuluh hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar