do-not-copy { -webkit-user-select:none; -khtml-user-select:none; -moz-user-select:none; -ms-user-select:none; user-select:none;

Senin, 15 Februari 2010

Memakmurkan Masjid







Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan salat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. (Qs. At-taubah/9: 18)
Setiap perkampungan yang dihuni mayoritas umat Islam, pasti ditemukan bangunan masjid, bahkan dalam tradisi Minangakabau, masjid meru­pakan salah satu syarat berdi­rinya suatu nagari. Beragam bentuk masjid yang dibangun. Mulai dari bangunan yang sederhana, hingga kepada arsitektur yang bernilai tinggi. Megah, indah dan mewah.
Namun yang lebih diuta­makan, kemegahan fisiknya atau membangun jamaahnya. Seban­dingkah kemegahan masjid dengan aktivitas jamaah di dalamnya dalam rangka menun­dukkan diri kepada Allah? Kemegahan bangunan masjid memang diperlukan untuk syiar Islam. Namun Alquran mene­gaskan agar masjid dimak­murkan, bukan justru sibuk membangun fisiknya tetapi meninggalkan jiwanya tanpa jamaah.
Cara Memakmurkan Masjid
Memakmurkan masjid atau disebut juga dengan ta’mirul masajid dapat dilakukan de­ngan berbagai cara, di anta­ranya,  
pertama, beribadah di dalamnya, seperti salat berja­maah, berzikir, membaca Alquran, menuntut ilmu penge­tahuan dan sebagainya. Bera­gam ibadah yang dilakukan di masjid tersebut akan melatih pribadi seseorang untuk me­nam­pilkan perilaku-perilaku positif: jiwa yang tenang, suka menolong, tidak mudah mence­la orang, dan memiliki sema­ngat kerja yang tinggi.

Kedua, menegakkan ja­maah. Masjid sejatinya dija­dikan sebagai basis persatuan dan kesatuan umat Islam. Di dalamnya tidak dikenal kasta­nisasi, hanya ada dua yang berperan, imam atau mak­mum. Makmum akan taat ke­pada imam selagi tetap dalam atu­ran.
Mengenai pentingnya ja­maah ini, Rasulullah SAW berpesan: “Sesungguhnya setan itu adalah serigala terhadap manusia. Sama halnya dengan serigala menerkam kambing yang diterkamnya ialah kam­bing-kambing yang menjauh-jauh terpisah-pisah. Oleh sebab itu sekali-kali janganlah kamu me­nempuh jalan sendiri dan hen­daklah kamu berjamaah dan berkumpul dengan orang ba­nyak dan ke masjid. (HR Imam Ahmad dari Mu’az bin Jabal)

Ketiga, membangun dan memeliharanya. Membangun dan memelihara masjid dapat dilakukan dengan cara men­dirikan bangunan masjid, memperbaiki jika ada yang rusak, tentu dengan uang yang halal. Jika ada orang kaya yang menyumbangkan kekayaannya untuk mendirikan masjid besar-besar. Padahal jiwanya sendiri tidak pernah ikhlas berinfak atau berwakaf, tidak pernah salat berjamaah, atau hanya ingin dipuji oleh orang lain. Maka semua yang ia lakukan tidaklah mendatangkan manfaat baginya kelak di akhirat.
Namun bagi orang yang berupaya untuk membangun masjid dengan ikhlas karena Allah semata, maka Allah menjanjikan surga baginya, meskipun upaya itu hanya sedikit sekali. Dari Ibn Abbas Rasulullah SAW bersabda: Barangsiapa membangun masjid karena Allah, meskipun seluas tanah galian burung merpati, niscaya Allah akan membangun rumah baginya di surga. (HR. Ahmad).
Perlu ditegaskan, pemba­ngunan masjid sesungguhnya menguji persatuan umat, sam­pai dimana komitmennya dalam membangun rumah Allah secara bersama. Mana yang lebih kokoh dan indah bangunan masjid dari pada rumahnya sendiri? Ironis, rumah laksana istana, tetapi masjid dibangun justru hasil dari meminta-minta di jalan raya. Jika ini terjadi, maka telah tampak nyata kerapuhan persa­tuan umat.

Keempat, membersihkan dan menjaga kesuciannya. Dalam satu hadis dijelaskan: Ada seorang perempuan yang senantiasa menyapu masjid, kemudian mati. Nabi SAW lalu menanyakan tentang perem­puan itu. Dijawab bahwa dia telah wafat. Nabi bersabda: “Mengapa kalian tidak mem­beritahukannya kepadaku?” Maka beliau mendatangi kubu­rannya lalu mensalatkannya. (HR. Asy-Syaikhani, Abu Daud, dan Ibn Majah).
Oleh karena itu, menghi­langkan kotoran dari masjid dan membuatnya selalu bersih adalah wajib. Jika masjid telah disapu, disiram (atau dipel) disunatkan pula jika masjid diharum-harumi. Dengan de­mi­kian diharapkan jamaah menjadi nyaman, tentram dan senang di dalam masjid, di samping karena alasan kei­manan yang kuat.
Namun membersihkan masjid dari sifat-sifat jamaah yang berpenyakit, seperti riya, iri, dendam, sombong, dan lainnya jauh lebih sulit dari sekadar membersihkan fisik masjid. Karena itu, orang yang memakmurkan masjid tidak saja menjaga kebersihan fisik masjid, tetapi juga memelihara kesucian hatinya.

Kelima, memfungsikan masjid sesuai keridaan Allah. Kita patut mencontoh masa Rasulullah SAW dalam me­mak­murkan masjid. Qurasih Shihab menyebutkan, tidak kurang dari sepuluh peran Masjid Nabawi pada masa tersebut, yaitu: 1) tempat ibadah (salat dan zikir); 2) tempat konsultasi dan komu­nikasi (masalah ekonomi, sosial dan budaya); 3) tempat pen­didikan; 4) tempat santunan sosial; 5) tempat latihan militer dan persiapan alat-alatnya; 6) tempat pengobatan para korban perang; 7) tempat perdamaian dan pengadilan sengketa; 8) aula dan tempat menerima tamu; 9) tempat menawan tahanan; dan 10) pusat pene­rangan atau pembelaan agama.
Kini, masjid tidak lagi berperan sedemikian besar, sebab berbagai lembaga di luar masjid telah bermunculan dan tertata sedemikian rupa. Akan tetapi masjid masa kini mesti terbuka untuk dikembangkan baik dalam beribadah kepada Allah secara khusus, termasuk menjadikannya sebagai wadah untuk mengembangkan kehidu­pan umat, seperti pendidikan, kesehatan, pusat dakwah, tempat musyawarah, dan seba­gainya.
Karakter Pemakmur Masjid
Paling tidak ada empat karakter orang yang memak­murkan masjid, berdasarkan Qs. at-taubah/9:18. 

Pertama, beriman kepada Allah SWT dan  hari yang akhir. Iman adalah syarat utama yang harus dimiliki oleh seseorang yang ingin memakmurkan masjid. Iman mesti membuahkan amal. Di antara amal yang harus dilakukan oleh seorang muk­min adalah memakmurkan masjid. Demikian pula iman kepada hari akhir, sebab seorang mukmin akan berha­rap kelak Allah memberikan balasan surga bagi orang yang memakmurkannya.

Kedua, mendirikan salat. Ketika adzan berkumandang, mereka akan bersegera menuju masjid untuk mendirikan salat. Nabi Muhammad SAW sendiri adalah orang yang melak­sanakan salat di awal waktu, berjamaah, dan bertempat di masjid. Begitu pentingnya salat berjamaah di masjid, seorang yang buta saja tetap dipe­rintahkan untuk mendirikan salat di masjid. sabdanya: Wahai Rasulullah, aku adalah seorang laki-laki yang buta. Rumahku jauh dan aku tidak memiliki orang yang menuntun. Apakah aku mempunyai keringanan untuk salat di rumah? Rasul bertanya: apakah kamu mende­ngar seruan (adzan)? Ia berkata: Ya, Rasul bersabda: Aku tidak mendapatkan keringanan un­tuk­mu”. (HR. Abu Daud)

Ketiga, membayar zakat. Ketika seseorang mendirikan salat di masjid, mereka akan membentuk shaf yang lurus dan rapat. Seluruh makmum berada di belakang imam tanpa membedakan antara si kaya dengan si mikin. Seorang jenderal bisa bersentuhan bahu dengan seorang prajurit. Semua sama statusnya di antara ja­maah, yaitu makmum. Mereka saling menghormati dengan penuh kasih sayang.
Jika mereka menyadari arti jamaah tersebut, maka mereka akan menyaksikan adanya si miskin yang membutuhkan bantuan. Karena itu pula, orang yang mendirikan salat mesti memiliki kepedulian sosial yang tinggi, salah satu wujudnya adalah membayar zakat.

Keempat, tidak takut ke­cuali kepada Allah. Orang yang memakmurkan masjid adalah orang yang tidak takut kecuali hanya kepada Allah semata. Ketakutan tersebut akan men­do­rong seseorang melaksanakan ibadah, bukan justru jauh dari Allah. Bahkan jika terjadi dua ketakutan atau lebih yang dihadapi seseorang, yakni takut kepada Allah dan takuk kepada selain-Nya, maka ketika itu ia tidak takut kecuali kepada Allah. Inilah yang membedakan antara seorang mukmin dengan musyrik. Seorang musyrik boleh jadi mengorbankan kepentingan tuhan yang mereka sembah karena rasa takut mereka kepada pemuka dan tokoh-tokoh masyarakat, sedangkan seorang muslim bersedia mengorbankan segala sesuatu demi rasa takutnya kepada Allah SWT.


Tidak ada komentar: