MAKALAH EKONOMI
(APBN)
DI SUSUSN OLEH :
KELOMPOK 4
ü NAFILLAH RIDHOYANA
ü HELMIZAR
ü LAODE MUHAMMAD ERWIN
ü MUHAMMAD SYAFRULLAH
ü VALENCIA PRATIWI
TAHUN AJARAN
2015/2016
SMAN 1 RAHA
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Anggaran pendapatan dan belanja Negara
(APBN ), bila kita simak secara seksama bukanlah sekedar instrument untuk
mencapai stabilitasi suatu pemerintahan dalam jangka waktu yang relatif pendek
namun pada esensinya sebuah APBN sebagaimana fungsinya yakni ,
1.
Sebagai mobilisasi dana investasi yang merupakaninstrument untuk mengatur
pengeluaran dan pendapatan Negara dalam rangka menbiayai pelaksanaan kegiatan
pemerintahan berupa pembangunan.
2.
Mencapai pertumbuhan ekonomi guna
meningkatkan pendapatan nasional.
3.
mencapai stabilitas perekonomian dan menentukanarah serta prioritas pembangunan
secara umum.
4.
Dalam konteks yang lebih spesifik anggaran suatu Negara secara sederhana biasa
pula kita ibaratkan dengan anggaran rumah tangga ataupun anggaran perusahaan
yang memiliki 2(dua) sisi, yakni:
a.
sisi penerimaan/pemasukan dan pengeluaran/pemakaian.
b.
Penyusunan anggaran senantiasa dihadapkan padaketidakpastian antara kedua sisi
tersebut, misalnya:
1)
sisi penerimaan anggaran rumah tangga akan sangat tergantung pada ada/tidaknya
perubahan upah/gaji.
Demikianpula sisi pengeluaran anggaran
rumah tangga banyak dipengaruhi perubahan harga barang dan jasa yang di
konsumsi. Jadi, anggaran pendapatandan
belanja Negara dalam suatu pemerintahan merupakan salah satu structural yang
berperan sebagai tulang punggung dalam menopang kehidupan Negara baik itu dalam
hal kemakmuran, kesejahteraan, bahkan berlangsungnya perkembangan suatu Negara
untuk mencapai sebuah kemajuan.
Jangankan sebuah Negara, sebagaimana
yang kita singgung diatas sebuah rumah tangga saja harus dianggarkan berapa
pengeluaran dan berapa pula
pemasukannya.
Mungkin tidak terlalu jadi masalah
manakala disuatu Negara pengeluaran lebih sedikit dari pendapatannya tapi akan
jadi masalah yang cukup besar apabila pengeluaran jauh lebih banyak daripada
pendapatannya.
B.Perumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di
atas, maka permasalahan yang akan di bahas dalam makalah ini adalah:
1.
Bagaimana pengertian dan tujuan penyusunan APBN ?
2. Bagaimana
struktur APBN saat ini ?
3. Bagaimana
fungsi APBN ?
4. Apakah yang
dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi ?
5. Bagaimana hubungan antara APBN dengan
pertumbuhan ekonomi ?
PEMBAHASAN
Pemerintahan suatu negara memerlukan
pedoman dalam mengelola keuangannya. Dalam rangka mencapai sasaran seperti yang
diharapkan diperlukan peraturan mengenai penerimaan dan pengeluaran uang
negara. Oleh karena itu setiap awal periode disusun APBN yang digunakan sebagai
pedoman dalam mengatur keuangan negara.
1.Pengertian APBN
Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yaitu
merupakan
daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran
negara selama satu tahun.
2.Fungsi APBN
Dalam UU
No.17 Tahun 2003, pasal 3 ayat (4) , dijel
askan
beberapa fungsi yang diemban oleh APBN,
sebagai
berikut:
a.Fungsi
otorisasi, yaitu bahwa anggaran negara/daerah menjadi dasar
untuk
melaksanakan
pendapatan
dan belanja pada tahun yang bersangkutan.
b.Fungsi
perencanaan,artinya bahwa anggaran negara dapat menjadI pedoman bagi negara untuk merencanakan
kegiatan pada tahun tersebut.
c.Fungsi
pengawasan,berarti anggaran negara harus menjadi pedoman untuk menilai apakah
kegiatan penyelenggaraan pemerintahan negara sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan.
d.Fungsi
alokasi, mengandung arti bahwa anggaran negara/daerah harus
diarahkan
untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya,serta meningkatkan
efisiensi dan efektivitas perekonomian.
e.Fungsi
distribusi, yaitu bahwa kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa
keadilan dan kepatutan.
f.Fungsi
stabilisasi,artinya bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan
mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.
3.Tujuan APBN.
Yaitu
mengatur pembelanjaan negara dan daerah dari
penerimaan
yang direncanakan supaya dapat
mencapai
sasaran yang ditetapkan, yaitu menciptakan
pertumbuhan
ekonomi dan kemakmuran
masyarakat.
Penyusunan
Anggaran
a.Prinsip
Penyusunan APBN
1)Berdasarkan
Aspek Pendapatan
•Intensifikasi
penerimaan anggaran dalam hal jumlah
dan
kecepatan penyetoran
•Intensifikasi
penagihan dan pemungutan piutang negara
•Penuntutan
ganti rugi atas kerugian yang diderita oleh negara dan penuntutan denda
2)Berdasarkan
Aspek Pengeluaran
•Hemat,
efisien dan sesuai dengan kebutuhan
•Terarah,
terkendali, sesuai dengan rencana program atau kegiatan
•Semaksimal
mungkin menggunakan hasil produksi dalam negeri dengan memperhatikan kemampuan
atau potensi nasional
b.Azas
Penyusunan APBN
•Kemandirian,
yaitu meningkatkan sumber penerimaan dalam negeri
•Penghematan
atau peningkatan efisiensi dan produktifitas
•Penajaman
prioritas pembangunan
c.Landasan
Hukum APBN
•UUD 1945
pasal 23 ayat 1 tentang APBN yang ditetapkan setiap tahun
•Undang-undang
yang ditetapkan setiap tahun tentang pendapatan dan belanja negara
•Keputusan
Presiden yang ditetapkan setiap tahun tentang pelaksanaan APBN
d.Cara
Penyusunan APBN
•Presiden
dibantu para menterinya menyusun RAPBN dalam bentuk nota keuangan yang kemudian
disampaikan kepada DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) untuk disidangkan. RAPBN biasanya
disampaikan sebelum tahun anggaran berjalan.
•RAPBN yang
diajukan presiden kepada DPR akan disidangkan dan dibahas oleh DPR mengenai
kelayakannya.
•Jika
disetujui oleh DPR, RAPBN tersebut akan menjadi APBN. APBN ini akan
dikembalikan kepada pemerintah untuk dilaksanakan
•Apabila
RAPBN tersebut ditolak DPR, pemerintah harus menggunakan kembali APBN tahun
lalu tanpa perubahan.
4. Asumsi dasar
penyusunan APBN
Indikator
makro yang digunakan sebagai asumsi dasar
penyusunan
APBN yaitu:
a.Produk
Domestik Bruto (miliar Rp)
b.Pertumbuhan
ekonomi tahunan (%)
c.Inflasi
tahunan (%)
d.Nilai
tukar rupiah per US $
e.Suku bunga
SBI (%)
f.Harga
minyak dunia (US $/barel)
g.Lifting
minyak Indonesia (juta barel/hari
5. Sumber
–sumber Penerimaan Pemerintah Pusat dan Daerah
1. Sumber
APBN
Terdiri dari
dua sumber :
a.Penerimaan
dalam negeri, yaitu penerimaan yang sumbernya berasal dari kemampuan dalam
negeri.
1)Penerimaan
Perpajakan
Pajak dalam
negeri, misalnya: pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai, pajak bumi dan
bangunan,
bea perolehan hak atas tanah dan bangunan,cukai Pajak Perdagangan
Internasional, misalnya: bea masuk dan pajak/pungutan ekspor
2)Penerimaan
Negara Bukan Pajak (PNBP)
Penerimaan
SDA
Bagian Laba
BUMN
PNBP lainnya
Pendapatan
BLU
b.Hibah,
sumbernya berasal dari hadiah luar negeri
6.Struktur APBN
A.
PENDAPATAN NEGARA dan HIBAH, terdiri :
Penerimaan Dalam Negeri, terdiri :
Penerimaan Pajak, meliputi :
1. Pendapatan Pajak Dalam Negeri
2. Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), meliputi :
1. Penerimaan Sumber daya Alam
2. Pendapatan Bagian Laba BUMN
3. Pendapatan Negara Bukan Pajak lainnya
4. Pendapatan Badan Layanan Umum (BLU)
Hibah
Penerimaan Dalam Negeri, terdiri :
Penerimaan Pajak, meliputi :
1. Pendapatan Pajak Dalam Negeri
2. Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), meliputi :
1. Penerimaan Sumber daya Alam
2. Pendapatan Bagian Laba BUMN
3. Pendapatan Negara Bukan Pajak lainnya
4. Pendapatan Badan Layanan Umum (BLU)
Hibah
B.
BELANJA NEGARA, terdiri :
Belanja Pemerintah Pusat, meliputi :
1. Belanja Pegawai
2. Belanja Barang
3. Belanja Modal
4. Belanja Bunga dan Pinjaman
5. Subsidi (subsidi energi dan subsidi nonenergi)
6. Belanja Hibah
7. Belanja Bantuan Sosial
8. Belanja lain-lain
Belanja Pemerintah Pusat, meliputi :
1. Belanja Pegawai
2. Belanja Barang
3. Belanja Modal
4. Belanja Bunga dan Pinjaman
5. Subsidi (subsidi energi dan subsidi nonenergi)
6. Belanja Hibah
7. Belanja Bantuan Sosial
8. Belanja lain-lain
7. Penyusunan
dan Penetapan APBN
1.
APBN merupakan wujud pengelolaan keuangan
negara yang ditetapkan tiap tahun
dengan Undang-Undang
2.
APBN terdiri atas anggaran pendapatan,
anggaran belanja, dan pembiayaan
3.
Pendapatan Negara terdiri atas penerimaan
pajak, penerimaan bukan pajak, dan
hibah
4.
Belanja negara dipergunakan untuk
keperluan penyelenggaraan tugas pemerintahan pusat dan pelaksanaan perimbangan
keuangan antara pemerintah pusat dan daerah
5.
Belanja negara dirinci menurut
organisasi, fungsi, dan jenis belanja
6.
Pemerintah Pusat mengajukan Rancangan
Undang-undang tentang APBN, disertai nota keuangan dan dokumen-dokumen
pendukungnya kepada DPR pada bulan
Agustus tahun sebelumnya.
7.
Pembahasan Rancangan Undang-undang tentang APBN dilakukan sesuai dengan
undang-undang yang mengatur susunan dan kedudukan DPR.
8.
DPR dapat mengajukan usul yang mengakibatkan perubahan
jumlah penerimaan dan pengeluaran dalam Rancangan Undang-undang tentang APBN.
9.
Pengambilan keputusan oleh DPR mengenai Rancangan Undang-undang tentang APBN
dilakukan selambat-lambatnya 2 (dua)
bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan.
10. APBN yang disetujui DPR terinci sampai dengan
unit organisasi, fungsi, program, kegiatan, dan jenis belanja.
11. Apabila DPR tidak menyetujui Rancangan
Undang-undang tentang APBN, Pemerintah Pusat dapat melakukan pengeluaran
setinggi-tingginya sebesar angka APBN tahun anggaran sebelumnya.
8.
Hubungan antara APBN dengan Pertumbuhan Ekonomi
APBN
dan pertumbuhan ekonomi merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Alokasi
dana yang terdapat di dalam APBN digunakan untuk pembangunan.
Beberapa
kebijakan dalam pengelolaan APBN senantiasa diarahkan kepada terciptanya
pertumbuhan ekonomi, walaupun pertumbuhan ekonomi itu sendiri tidak bisa
dipaksakan. Ada berapa contoh pandangan ekonom yang menganalisa hubungan antara
APBN dengan pertumbuhan ekonomi. Seperti yang ditulis oleh M. Sadli dalam
Kliping Berita Ekonomi dan Opini Ekonomi pada tahun 2007 yang berjudul :
“Pertumbuhan Ekonomi Tidak Bisa Dipaksakan”
Ada beberapa alasan yang mengakibatkan
pertumbuhan ekonomi bergerak lambat walaupaun stabilitas ekonomi makro sudah
tercapai :
1.
Masih tingginya pengangguran
dan kerentanan pasar tenaga kerja. Pengangguran yang tinggi terkait kepada
pertambahan penduduk dan kualitas pendidikan dan skill sebagian terbesar SDM
kita. Di lain fihak pasar tenaga kerja juga kurang fleksibel, artinya, amat
mahal bagi perusahaan untuk mengurangi tenaga kerjanya kalau pasarnya menciut.
Biaya pesangon untuk pemutusan hubungan kerja amat tingginya. Karena hubungan
industrial di Indonesia kurang menguntungkan perusahaan maka banyak bakal
investor internasional memilih lokasi Cina dan Vietnam ketimbang Indonesia.
2.
Lemahnya kegiatan investasi dan permasalahan
fundamental terkait.Lemahnya kegiatan investasi baru juga oleh karena bagi
pengusaha kepastian hukum sejak reformasi telah berkurang. Pelaksanaan otonomi
daerah menambah ketidak pastian. Indonesia sekarang terkenal sebagai high-cost
economy. Salah suatu sumber ekonomi biaya tinggi adalah kurang memadainya
infra-struktur, karena sejak 1998 praktis tidak ada investasi pemerintah di
bidang infra-struktur ini. Sebetulnya masih ada suatu rintangan fundamental,
yakni intermediasi sistim perbankan belum bisa bekerja secara normal, karena
ketatnya prudential rules yang baru dan masih ada trauma kredit macet.
3.
Pemerintah sendiri harus
memaksimalkan investasi lewat anggaran belanjanya, misalnya untuk membangun
infra-struktur yang tidak menguntungkan bagi investor swasta. Tetapi,
pengelolaan APBN ini masih mengandung permasalahan sendiri, yang juga terkait
dengan prinsip kehati-hatian (prudence).
4.
Tingginya potensi tekanan inflasi
secara struktural.
5.
Di level teknis sudah ada
kesepakatan antara Pemerintah dan Bank Indonesia untuk membawa tingkat inflasi
jangka panjang ke kisaran 3% setahun. Untuk tahun 2005 sasaran BI adalah 6%
plus-minus 1%, untuk tahun 2006 5,5% plus-minus 1% dan untuk tahun 2007 5%
plus-minus 1%. Begitu juga untuk tahun 2008 dan 2009. Pengendalian inflasi
masih menghadapi resiko intern dan ekstern yang cukup besar.
6.
Sasaran Presiden SBY yang dikumandangkan
di masa kampanye tahun 2004 sebetulnya terlalu ambisius (misalnya mencapai laju
pertumbuhan rata-rata 6,6% dalam lima tahun). Laju pertumbuhan di tahun pertama
(2005) mungkin sekali (baru) 5,5%. Apa laju pertumbuhan tahun 2009 bisa
mencapai 7,6%? Potensinya ada, akan tetapi apakah bisa “dipaksakan”? Ada yang
mau memaksakan dengan memperbesar defisit APBN (menjadi lebih besar dari 1%
PDB). Masalahnya adalah bagaimana membiayainya ? Dengan menambah utang luar negeri
? Bisa dengan menambah utang dalam negeri akan tetapi harus dijaga jangan
crowding out pasar kredit bagi sektor swasta. Sebetulnya, (mantan) Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian Boediono sudah mulai menempuh jalan itu. Ada
yang menganjurkan jangan takut inflasi naik walaupun diibaratkan sebagai main
dengan api. Sekali inflasi tertiup maka masyarakat ingat zaman yang lalu,
sedangkan BI mau mengusahakan agar expectations ini forward looking.
7.
Sementara itu, Ekonom Senior dari
Advisory Group in Economics, Industry, and Trade (Econit), Rizal Ramli
memprediksi pertumbuhan ekonomi pada 2009 merosot menjadi 3,5 persen dari tahun
sebelumnya sebesar 6 persen.
Kesimpulan :
1.
APBN adalah daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan
dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran. Tujuan penyusunan APBN
adalah sebagai pedoman pengeluaran dan penerimaan negara agar terjadi
keseimbangan yang dinamis dalam rangka melaksanakan kegiatan-kegiatan
kenegaraan demi tercapainya peningkatan produksi, peningkatan kesempatan kerja,
pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi serta pada akhirnya ditujukan untuk
tercapainya masyarakat adil dan makmur material maupun spiritual berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.
2.
APBN mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi,
distribusi, dan stabilisasi.
3.
Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu
perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Suatu negara dikatakan mengalami
pertumbuhan ekonomi apabila terjadi peningkatan GNP riil di negara tersebut. Adanya pertumbuhan ekonomi
merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.
4.
APBN dan pertumbuhan ekonomi merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan.
Alokasi dana yang terdapat di dalam APBN digunakan untuk pembangunan. Dengan
adanya pembangunan ekonomi akan tercipta pertumbuhan ekonomi.
Daftar pustaka
Ekonomi dan
Kehidupan SMA/MA Untuk Kelas XI / Oleh Sri Mulyanti ; Editor Inna Ratna Sari
Dewi S.W ; Iswanti ; Ilustrasi Haryana Humardani. — Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional, 2009.
Untuk SMA
dan MA Kelas XI / penulis, Yuli eko. -- Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional, 2009.
Untuk SMA
dan MA Kelas XI / penulis, Yuli eko. -- Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional, 2009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar