TUGAS
Contoh KTI : GAMBARAN PENYAKIT GINGIVITIS DI TINJAU DARI KEBERSIHAN GIGI
DAN MULUT PADA PASIEN YANG BERKUNJUNG KE RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK
DI SUSUN
OLEH :
LA ODE MUSRIFIN
01303095
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AMANAH
MAKASAR KELAS RAHA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara
berkembang yang harus membenah diri agar setara dengan negara-negara lainnya.
Berbagai upaya pemerintah untuk memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan
bangsa, diantaranya adalah pembangunan kesehatan yang diarahkan untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat akan penting hidup sehat. Pembangunan
dibidang kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan menjadi lebih
baik. Pembangunan dibidang kesehatan gigi adalah bagian integral pembangunan
kesehatan nasional. Artinya, dalam melaksanakan pembangunan dibidang kesehatan,
pembangunan dibidang kesehatan gigi tidak boleh ditinggalkan; demikian juga
sebaliknya (Suwelo, 1992).
Gingivitis adalah peradangan pada gusi
dengan tanda-tanda klinis perubahan warna lebih merah dari pada normal, gusi
membengkak, dan berdarah pada tekanan ringan. Biasanya tidak menimbulkan rasa
sakit hanya keluhan gusi berdarah bila sikat gigi (Situmorang, 2005).
Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga - Survey Kesehatan
Nasional tahun 2010, penyakit periodontal menduduki urutan kedua dengan jumlah
penderita 42,8 % penduduk Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa masih tingginya
angka penyakit gigi dan mulut yang masih terjadi di masyarakat saat ini,
dikarenakan oleh faktor kebersihan gigi dan mulut yang jelek.
Berdasarkan data yang diperoleh dari
Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh pada bulan Januari – Desember tahun 2010
jumlah kunjungan pasien sebanyak 7984 dan jumlah penyakit gingivitis
sebanyak 587 kasus. Dan dari data 3 bulan terakhir yaitu dari bulan Januari
sampai Maret tahun 2011, tercatat jumlah kunjungan pasien sebanyak 1974 orang
dan yang mengalami penyakit gingivitis sebanyak 142 orang.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik
untuk meneliti bagaimana gambaran penyakit gingivitis ditinjau dari kebersihan
gigi dan mulut pada pasien yang berkunjung ke Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda
Aceh tahun 2011.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka
perumusan masalahnya adalah Bagaimana gambaran penyakit gingivitis ditinjau
dari kebersihan gigi dan mulut pada pasien yang berkunjung ke Rumah Sakit Ibu
dan Anak Banda Aceh tahun 2011?
C. Tujuan
Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran penyakit gingivitis ditinjau dari
kebersihan gigi dan mulut pada pasien yang berkunjung ke Rumah Sakit Ibu dan
Anak Banda Aceh tahun 2011.
2. Tujuan Khusus
1.
Mengetahui gambaran penyakit gingivitis pada pasien yang
berkunjung ke Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh tahun 2011.
2.
Mengetahui gambaran status kebersihan gigi dan mulut pada
pasien yang berkunjung ke Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh tahun 2011.
D. Manfaat
Penelitian
a.
Menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman dalam bidang
ilmu kesehatan gigi dan mulut.
b.
Dapat memberikan informasi tentang gambaran penyakit
gingivitis pada pasien yang berkunjung ke Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh
tahun 2011.
c.
Sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan mutu
kesehatan gigi dan mulut, khususnya mengenai penyakit radang gusi.
d.
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan bacaan
dan dapat menambah pembendaharaan perpustakaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gingiva
(gusi)
1. Pengertian Gingiva (gusi)
Gingiva adalah bagian mukosa rongga mulut yang mengelilingi
gigi dan menutupi lingir (ridge) alveolar. Merupakan bagian dari aparatus
pendukung gigi, periodonsium, dan dengan membentuk hubungan dengan gigi,
gingiva berfungsi melindungi jaringan di bawah pelekatan gigi terhadap pengaruh
lingkungan rongga mulut. Gingiva tergantung pada gigi geligi ; bila ada gigi
geligi, gingiva juga ada dan bila gigi dicabut gingiva akan hilang
(Manson,1993).
Gingiva merupakan bagian dari jaringan periodontal yang
paling luar. Gingiva seringkali dipakai indikator bila jaringan periodontal
terkena penyakit. Hal ini disebabkan karena kebanyakan penyakit periodontal
dimulai dari gingiva, kadang-kadang gingiva juga dapat menggambarkan keadaan
tulang alveolar yang berada dibawahnya (Herijulianti, 2009).
2. Gambaran Klinis Gingiva Normal
Gambaran klinis gingiva dipakai sebagai dasar untuk
mengetahui perubahan patologis yang terjadi pada gingiva yang terjangkit suatu
penyakit.
Gambaran gingiva normal terdiri dari :
a) Warna Gingiva
Warna gingiva normal umumnya berwarna merah jambu (corak pink). Hal ini diakibatkan oleh
adanya suplai darah, tebal dan derajat lapisan keratin epitelium serta sel-sel
pigmen. Warna ini bervariasi pada setiap orang dan erat hubungannya dengan
pigmentasi kutaneous. Pigmentasi pada gingiva biasanya terjadi pada individu
yang memiliki warna kulit yang gelap. Pigmentasi pada attached gingiva mulai dari coklat sampai hitam. Warna pada
alveolar mukosa lebih merah, hal ini disebabkan oleh karena alveolar muccosa
tidak mempunyai lapisan keratin dan epitelnya tipis.
b) Besar Gingiva
Besar gingiva ditentukan oleh jumlah elemen seluler,
interseluler dan suplai darah. Perubahan besar gingiva merupakan gambaran yang
paling sering dijumpai pada penyakit periodontal.
c) Kontur Gingiva
Kontur dan besar gingiva sangat bervariasi. Keadaan ini
dipengaruhi oleh bentuk dan susunan gigi geligi pada lengkungnya, lokalisasi
dan luas area kontak proksimal dan dimensi embrasur (interdental) gingiva oral
maupun vestibular. Interdental papil menutupi bagian interdental, sehingga
tampak lancip
d) Kosistensi
Gingiva melekat erat kestruktur dibawahnya dan tidak
mempunyai lapisan submukosa sehingga gingiva tidak dapat digerakkan dan kenyal.
e) Teksture
Permukaan attached
gingiva berbintik-bintik seperti kulit jeruk. Bintik- bintik ini di sebut stipiling. Stipiling akan terlihat jelas
apabila permukaan gingiva dikeringkan (Herijulianti, 2009).
B. Gingivitis
1. Pengertian Gingivitis
Gingivitis adalah akibat proses peradangan gusi. Biasanya
disebabkan oleh plak, dan tanpa plak penyakit gusi tidak dapat terjadi. Ini
berarti, dapat disembuhkan bilang rajin membersihkan semua plak dari
gigi-giginya (Besford, 1996).
Gingivitis adalah peradangan pada gusi
yang ditandai adanya perubahan bentuk dan warna pada gusi, atau gingivitis
adalah salah suatu gangguan gigi berupa pembengkakan atau radang pada gusi
(gingiva).
2. Macam-Macam Gingivitis
Gingivitis terdiri dari 5 macam yaitu :
a.
Gingivitis Marginalis adalah Peradangan gingiva bagian marginal yang merupakan
stadium awal dari penyakit periodontal (Rosad, 2008).
b. Gingivitis Pubertas adalah
gingivitis yang sering terjadi pada anak-anak usia pubertas, yang ditandai
dengan gejala gingiva mengalami perubahan warna menjadi merah sampai
kebiru-biruan, konsistensi gingiva berubah menjadi lunak atau oedematous, licin
dan berkilat dan permukaan gingiva, terutama papila interdental yang terlibat
terlihat licin dan berkilat.
c. Gingivitis Pregnancy
adalah gingivitis yang sering terjadi pada ibu hamil biasanya ditandai dengan
gejala gingiva cenderung mudah berdarah, baik karena iritasi mekanis maupun
secara spontan, gingiva biasanya mengalami perubahan warna menjadi merah terang
sampai merah kebiru-biruan dan konsistensi gingiva bebas dan gingiva
interdental adalah lunak dan getas (mudah tercabik).
3. Proses Terjadinya Gingivitis
Menurut John Besford (1996), proses terjadinya gingivitis
dimulai dari :
a. Tahap Pertama
Plak yang terdapat pada gigi didekat gusi menyebabkan gusi
menjadi merah (lebih tua dari merah jambu), sedikit membengkak (membulat dan
bercahaya, tidak tipis dan berbintik seperti kulit jeruk), mudah berdarah
ketika di sikat (karena adanya luka kecil pada poket gusi), tidak ada rasa
sakit.
b. Tahap Kedua
Setelah beberapa bulan atau beberapa tahun peradangan ini
berlangsung. plak pada gigi dapat menyebabkan serabut paling atas antara tulang
rahang dan akar gigi membusuk, dan ini diikuti dengan hilangnya sebagian tulang
rahang pada tempat perlekatan. Poket gusi juga menjadi lebih dalam dengan
penurunan tinggi tulang rahang tersebut. Gusi tetap berwarna merah, bengkak dan
mudah berdarah ketika disikat. Tetapi tidak terasa sakit.
c. Tahap Ketiga
Setelah beberapa tahun tanpa pembersihan plak yang baik,
dapat terjadi tahap ketiga. Saat ini akan lebih banyak lagi tulang rahang yang
rusak dan gusi semakin turun, meskipun tidak secepat kerusakan tulang. Poket
gusi menjadi lebih dalam (lebih dari 6 mm). Karena tulang hilang, gigi mulai
terasa sedikit goyang, dan gigi depan kadang-kadang mulai bergerak dari posisi
semula. Kemerahan, pembengkakan, dan perdarahan masih tetap seperti sebelumnya,
dan tetap tidak ada rasa sakit.
d. Tahap Terakhir
Tahap-tahap ini biasanya terjadi pada usia 40-an atau 50-an
tahun, tetapi terkadang dapat lebih awal. Setelah beberapa tahun lagi tetap
tanpa pembersihan plak yang baik dan perawatan gusi, tahap terakhir dapat
dicapai. Sekarang kebanyakan tulang disekitar gigi telah mengalami kerusakan
sehingga beberapa gigi menjadi sangat goyang, dan mulai sakit. Pada tahap ini
merupakan suatu akibat gingivitis yang dibiarkan, sehingga gingivitis terus
berlanjut ketahap paling akut yaitu periodontitis.
4. Faktor-Faktor Penyebab Gingivitis
Faktor-faktor etiologi penyakit gingiva dapat
diklasifikasikan dengan berbagai cara. Berdasarkan keberadaannya, faktor-faktor
tersebut dapat di klasifikasikan atas :
1. Faktor Etiologi
a. Plak dental/plak bakteri
adalah deposit lunak yang membentuk biofilm yang menumpuk kepermukaan gigi atau
permukaan keras lainnya di rongga mulut seperti restorasi lepasan dan cekat.
b. Kalkulus dental adalah
massa terkalsifikasi yang melekat kepermukaan gigi asli maupun gigi tiruan.
Biasanya kalkulus terdiri dari plak bakteri yang telah mengalami mineralisasi.
Berdasarkan lokasi perlekatannya dikaitkan dengan tepi gingiva, kalkulus dental
dapat dibedakan atas kalkulus suprangingiva dan subgingiva.
c. Material alba
adalah deposit lunak, bersifat melekat, berwarna kuning atau putih keabu-abuan,
dan daya melekatnya lebih rendah di bandingkan plak dental.
d. Stein dental adalah deposit
berpigmen pada permukaan gigi.
e. Debris/sisa makanan
(Daliemunthe, 2008).
2. Faktor Etiologi Sistemik
Faktor-faktor sistemik adalah faktor yang mempengaruhi tubuh
secara keseluruhan misalnya :
a. Genetik.
b. Nutrisional.
c. Hormonal misalnya :
kehamilan dan diabetes.
d. Hematologi/penyakit darah
misalnya : anemia dan leukemia.
e. Obat-obatan misalnya
: dilantin, fenitoin, dan DPH (Mason, 1993).
5. Cara Menentukan Gingivitis
Indeks yang diperkenalkan oleh Loe dan Silness ini digunakan
untuk menilai derajat keparahan inflamasi. Pengukuran dilakukan pada empat sisi
gigi geligi yang diperiksa : papila distovestibular, tepi gingiva vestibular,
papila mesiovestibular, dan tepi gingiva oral (Daliemunthe, 2008).
6. Tanda-Tanda Gingivitis
Menurut Donna Pratiwi (2007), ada beberapa tanda-tanda gingivitis,
yaitu :
1. Saat menyikat gigi, ada
noda darah yang tertinggal pada bulu sikat gigi.
2. Saat meludah, ada darah
didalam air liur.
3. Gusi bisa dipisahkan dari
gigi menggunakan sikat gigi.
4. Warna gusi mengkilat dan
bengkak, kadang-kadang berdarah saat disentuh.
5. Tidak selalu disertai rasa
sakit.
6. Terdapat akumulasi
disekitar karang gigi.
7. Akibat Lanjut Dari Gingivitis
Setelah beberapa tahun tanpa pembersihan plak dan perawatan
gusi yang baik, maka plak akan bersifat basa. Kalsium akan mengendap pada
lapisan plak, terjadilah pengapuran sehingga plak mengeras menjadi kalkulus.
Hal ini di sebabkan karena kalkulus, selain mengandung banyak kuman, permukaan
yang kasar akan merusak baik gusi maupun jaringan periodontium di bawahnya
(Besford, 1996).
8. Penanggulangan Gingivitis
Menurut Kanal (2009), dalam upaya penanggulangan gingivitis
mencakup 3 aspek yaitu upaya promotif, preventif dan kuratif, yaitu :
1. Upaya Promotif
Upaya promotif dalam penanggulangan gingivitis adalah
sebagai berikut:
a. Dokter gigi dan
perawat gigi memberikan informasi tentang kesehatan gigi.
b. Memberikan informasi dan
pengarahan teknik-teknik pengontrolan plak.
c. Mendidik pasien agar
pasien mengetahui cara-cara menjaga kebersihan mulutnya (Mason, 1993)
2. Upaya Preventif (pencegahan)
Upaya preventif dalam penanggulangan gingivitis adalah
sebagai berikut :
a. Menjaga oral hygiene.
b. sikat gigi
merupakan salah satu cara yang semua orang sudah tahu, mungkin juga sudah
dilakukan setiap hari. Jadi yang penting disini adalah pengenalan teknik sikat
gigi yang tepat, memotivasi untuk sikat gigi secara teratur dan pemilihan pasta
gigi dengan tepat. Teknik sikat gigi yang secara horizontal adalah lazim
dikenal umum, dan itu merupakan suatu kesalahan karena dengan cara demikian
lambat laun dapat menimbulkan resesi gingival dan abrasi gigi. Lebih lanjut
lagi, penyakit-penyakit periondontal akan lebih mudah terjadi.
3. Upaya Kuratif (pengobatan)
Upaya kuratif dalam penanggulangan gingivitis yaitu sebagai
berikut :
a. Scaling merupakan tindakan yang dilakukan untuk
membersihkan kalkulus (karang gigi). Kalkulus (karang gigi) adalah deposit yang
terkalsifikasi sehingga merekat keras dan tidak hilang dengan sikat gigi.
Kalkulus ini terbagi 2 yaitu supragingiva dan subgingiva. Umumnya kalkulus
supragingiva berlokasi pada sisi bukal dari gigi-gigi molar rahang atas dan
sisi lingual dari gigi-gigi anterior rahang bawah sedangkan kalkulus subgingiva
itu berwarna hitam.
b. Kuretase
merupakan tindakan pembersihan periodontal pocket yang berisi banyak food
debris maupun kuman untuk mencegah peradangan lanjut. apabila pocket sedang
dalam keadaan akut maka salah satu cara yang dilakukan adalah tindakan
kuretase.
C. Kebersihan
Gigi Dan Mulut
1. Pengertian Kebersihan Gigi Dan Mulut
Kebersihan gigi dan mulut adalah
keadaan dimana mulut bebas dari plak dan karang gigi. Kebersihan gigi yang baik
akan membuat jaringan sekitarnya sehat. Seperti bagian lain dari tubuh, maka
gigi dan jaringan penyangganya mudah terkena penyakit. Oleh karena itu,
kebersihan gigi harus mendapat perhatian dan perawatan yang baik (Beodihardjo,
1985).
Kebersihan gigi dan mulut adalah keadaan dimana mulut
terbebas dari plak dan calculus (Depkes R.I, 1995)
2. Cara Pengukuran Kebersihan Gigi Dan Mulut
Menurut Herijulianti (2002), untuk menilai kebersihan gigi
dan mulut seseorang dilihat adalah adanya debris (plak) dan calculus (karang
gigi) pada permukaan gigi. Pemeriksaan debris dan calculus dilakukan pada gigi
tertentu dan pada permukaan tertentu dari gigi tersebut, yaitu :
Untuk rahang atas yang diperiksa :
a. Gigi M1 kanan atas
pada permukaan bucal.
b. Gigi I1 kanan atas pada
permukaan labial.
c. Gigi M1 kiri atas
pada permukaan bucal.
a. Debris indeks
Debris adalah angka yang menyatakan keadaan klinis yang di
dapat pada waktu dilakukan pemeriksaan debris.
Cara menghitung debris indeks :
Debris indek
Skor debris indeks : Baik
: 0 – 0,6
Sedang : 0,7 – 1,8
Buruk : 1,9
– 3,0
b. Calculus Indeks
Calculus adalah angka yang menyatakan keadaan klinis yang di
dapat pada waktu pemeriksaan calkulus.
Cara menghitung calkulus indeks :
Calkulus indeks
Skor calculus indeks : Baik
: 0 – 0,6
Sedang : 0,7 – 1,8
Buruk : 1,9 – 3,0
c. OHIS
OHIS adalah oral hygiene - simlified merupakan hasil
penjumlahan debris indeks dan calkulus.
Cara menghitung OHIS = Debris indeks + Calculus indeks
Skor OHIS : Baik
: 0 – 1,2
Sedang : 1,3 – 3,0
Buruk : 3,1 – 6,0
BAB III
KERANGKA
KONSEP PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Penyakit radang gusi dipicu oleh
bertumpuknya bakteri di mulut akibat terabaikannya kesehatan dan kebersihan
gigi dan mulut, yang akan menyebabkan radang gusi yang disebut gingivitis. Gusi
akan berwarna kemerahan, bengkak, dan mudah berdarah, (Kuntari, 2009). Dalam
penelitian ini variabel yang digunakan adalah :
Kebersihan
gigi dan mulut dan Gingivitis
|
B. Variabel Penelitian
1.
Kebersihan gigi dan mulut
2.
Gingivitis
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis
Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif,
yaitu mengetahui gambaran penyakit gingivitis ditinjau dari kebersihan gigi dan
mulut yang berkunjung ke Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh tahun 2011.
B. Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah
Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh tahun 2011, tanggal 17 s/d 24 Juni 2011.
C. Populasi
Dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah
semua jumlah pasien yang berkunjung di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh,
dengan jumlah rata-rata kunjungan perhari 22 orang.
2. Sampel
Dalam pengambilan sampel, penulis menggunakan teknik accidental sampling. pengambilan sampel
dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau
tersedia, dengan jumlah sampel sebanyak 30 orang.
D. Instrument Penelitian
Untuk melakukan penelitian, penulis menggunakan diantaranya
: kartu status pasien (KSP), alat diagnosa set, dan indeks gingiva.
E. Cara Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data ini diperoleh melalui pemeriksaan langsung pada pasien
yang berkunjung ke Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh tahun 2011, untuk data
gingivitis dan kebersihan gigi dan mulut.
2. Data Sekunder
Data ini diperoleh dari data bulanan di Rumah Sakit Ibu dan
Anak Banda Aceh tahun 2011.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 17 s/d 24 Juni 2011
di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh. Jumlah pasien yang dijadikan sampel
dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 orang, berdasarkan pengolahan data
diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Frekuensi Jenis Kelamin
Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin seperti yang
terlihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Pasien
Yang Berkunjung Ke Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh Tahun 2011.
No
|
Jenis kelamin
|
Frekuensi
|
Persentase %
|
1.
|
Laki-laki
|
11
|
36,67%
|
2.
|
Perempuan
|
19
|
63,3 %
|
Jumlah
|
30
|
100 %
|
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa perempuan yang
menderita penyakit gingivitis lebih tinggi dibandingkan laki-laki, perempuan
sebanyak 19 orang (63,3%), dan laki-laki sebanyak 11 orang (36,7%).
2. Distribusi Frekuensi Kebersihan Gigi Dan
Mulut
Distribusi frekuensi kebersihan gigi dan mulut pada pasien
yang berkunjung ke Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh Tahun 2011, dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.
Distribusi Frekuensi Kebersihan Gigi Dan Mulut Pada Pasien
Yang Berkunjung Ke Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh Tahun 2011.
No
|
Kebersihan gigi dan
mulut
|
frekuensi
|
Persentase %
|
1.
|
Baik ( 0 – 1,2 )
|
4
|
13,3 %
|
2.
|
Sedang ( 1,3 – 3,0
)
|
14
|
46,7 %
|
3.
|
Buruk ( 3,1 – 6,0 )
|
12
|
40 %
|
Jumlah
|
30
|
100 %
|
Berdasarkan tabel di atas terlihat dari 30 pasien yang
diperiksa sebagian besar mempunyai kebersihan gigi dan mulut dengan katagori
sedang sebanyak 14 orang (46,7%).
B. Pembahasan
Hasil penelitian di atas menunjukan bahwa dari 30 orang
pasien yang diperiksa, yang menderita penyakit gingivitis pada pasien yang
berkunjung ke Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh tahun 2011, yang paling
banyak diderita yaitu dengan kriteria ringan 14 orang (46,7%), disusul
gingivitis sedang sebanyak 10 orang (33,3%). Dan untuk kebersihan gigi dan
mulut yang paling tinggi adalah denagn katagori sedang sebanyak 14 orang
(46,7%) dan buruk sebanyak 12 orang (40%), dengan rata-rata penyakit gingivitis
dan kebersihan gigi dan mulut sedang. Menurut penulis ini disebabkan karena
pasien tidak menjaga kebersihan gigi dan mulut sehingga plak/sisa makanan yang
menempel dipermukaan gigi lama-kelamaan mengeras sehingga terbentuk calculus
dan menyebabkan terjadinya gingivitis.
Gingivitis adalah peradangan pada gusi yang ditandai
pembengkakan pada gusi. Pada umumnya penyakit gingivitis merupakan akibat dari
keadaan kebersihan mulut yang buruk (Houwink, 1993). Dan penyebab lain
terjadinya gingivitis adalah adanya plak dan calculus. Plak yang menumpuk pada
permukaan gigi lama-kelamaan akan menjadi calculus, dan calculus kemudian akan
mengiritasi gusi yang mengakibatkan terjadinya gingivitis (Daliemunthe, 2008).
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka penulis
berasumsi bahwa penyebab terjadinya gingivitis pada pasien dalam penelitian ini
adalah kurangnya menjaga dan merawat kebersihan gigi dan mulut sehingga
calculus mudah berkembangbiak dan menyebabkan terjadinya gingivitis.
Penulis berpendapat bahwa diperlukan upaya-upaya dari
petugas kesehatan untuk membangkitkan motivasi dalam menjaga kebersihan gigi
dan mulut. Hal ini dapat dilakukan melalui peningkatan program kesehatan gigi
langsung pada masyarakat, dengan adanya upaya tersebut sebagian orang tidak
begitu menimbulkan keluhan pada giginya. Sebagian orang tidak menyadari kalau
tidak menjaga kebersihan gigi dan mulut merupakan penyebab terjadinya penyakit
gusi terutama penyakit gingivitis yang apa bila akan dibiarkan akan menimbulkan
penyakit lain (Jurnal PDGI, 1994).
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Pasien yang mengalami
penyakit gingivitis di Rumah Sakit Ibu dan anak tahun 2011, perempuan sebanyak
19 orang (63,3%), dan laki-laki sebanyak 11 orang (36,7%), dengan rata-rata
mengalami penyakit sedang.
2. Untuk status kebersihan
gigi dan mulut dengan katagori baik sebanyak 4 orang (13,3%), sedang sebanyak
14 orang (46,7%), dan buruk sebanyak 12 orang (40%).
3. Pasien yang mengalami
penyakit gingivitis ringan sebanyak 14 orang (46,7%) dengan kebersihan gigi dan
mulut baik sebanyak 4 orang (28,5%), sedang sebanyak 10 orang (71,5%), dan
buruk 0%. Dan penyakit gingivitis sedang sebanyak 10 orang (33,3%) dengan katagori
kebersihan gigi dan mulut baik 0%, sedang sebanyak 4 oarang (40%), dan buruk
sebanyak 6 orang (60%). Sedangkan untuk penyakit gingivitis parah dengan
katagori kebersihan gigi dan mulut baik 0%, sedang 0%, dan buruk sebanyak 6
orang (100%).
B. Saran
Berdasarkan
kesimpulan di atas maka dapat disarankan sebagai berikut :
1. Disarankan kepada pasien
untuk selalu menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan menyikat gigi tiga kali
sehari terutama sesudah makan dan sebelum tidur, agar terhindar dari terbentuknya
plak yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit gingivitis. Dan banyak
mengkonsumsi makanan yang berserat, memeriksa kesehatan gigi dan mulut secara
teratur ke rumah sakit atau puskesmas selama enam bulan sekali.
2. Diharapkan pada petugas
rumah sakit atau puskesmas khususnya pada perawat gigi, agar dapat mengadakan
penyuluhan tentang kebersihan gigi dan mulut dan dapat memberikan pelayanan
yang baik pada masyarakat. Dan dapat melatih kader-kader dari masyarakat baik
dari posyandu maupun UKGS, agar dapat membantu tenaga kesehatan gigi dan mulut
pada masyarakat.
3. Diharapkan pada Dinas
Kesehatan agar dapat meningkatkan program pelayanan kesehatan gigi dan mulut,
yang masih sangat perlu untuk mendapatkan derajat kesehatan yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Besford,
John, 1996. Mengenal Gigi Anda, Petunjuk
Bagi Orang Tua Edisi 2, Jakarta. hal : 127 – 130
Boedihardjo,
1995. Pemeliharaan Kesehatan Gigi
Keluarga. Erlangga, University Press, Surabaya, hal : 32
Daliemunthe,
Hamzah Saidina, 2008. Periodonsia,
Departemen Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, Medan.
hal : 50 – 51, 105, 118, 124- 125,
158 – 160, dan 173.
Depkes R.I, 1996. Pedoman
Pelaksanaan UKGS. Jakarta. hal : 16 – 30
Herijulianti,
2009. Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan
Keras dan Jaringan Pendukung Gigi, Jakarta. Hal : 25 dan 30 – 32.
2002. Pendidikan Kesehatan Gigi, Jakarta. Hal : 100 – 101
Tidak ada komentar:
Posting Komentar