Bermitra bisnis diperlukan untuk
mensinergikan berbagai potensi dan kemampuan yang dimiliki dari masing-masing
yang terlibat. Kemitraan bisnis sangat sering dilakukan orang yang baru memulai
bisnis dan tidak memiliki pengalaman dalam mengenola bisnis. Bermitra bisnis biisa saling
melengkapi keahlian, patungan modal, berbagi biaya operasional, hingga sharing
peralatan kantor. Bermitra bisnis
bisa dilakukan dengan teman, saudara, kenalan dan lain sebagainya.
Secara teori, kemitraan memang bagus untuk memulai bisnis. Namun tidak selalu berarti cara terbaik. Sebab
bermitra bisnis itu mirip seperti menikah, yang kalau di Amerika Serikat, lebih
dari separuhnya kandas. Dalam bermitra, banyak masalah yang harus ditangani:
stres, egoisme masing-masing pihak, perbedaan karakter, masalah keuangan, biaya
overhead tiap bulan, pengeluaran sehari-hari, hingga masalah karyawan.
Agar kemitraan bisnis bisa sukses
dan Anda terhindar dari bahaya tersembunyi yang biasa timbul, tak ada salahnya
Anda memperhatikan 7 kesalahan yang sering dilakukan orang dalam bermitra
bisnis:
1. Berbagi modal, bukan biaya.
Kapan pun Anda sharing dalam bentuk modal ke dalam bisnis, apakah itu
uang, barang, atau informasi, itu sama artinya dengan memberikan milik Anda ke
perusahaan patungan itu. Di dunia yang sempurna, mitra Anda itu pasti lurus,
jujur, berintegritas penuh, dan sama sekali tidak tergoda untuk mengambil
‘hadiah’ itu dan menganggapnya sebagai milik sendiri.
Namun, dunia tidak sempurna. Jadi, daripada setor modal, lebih baik
buatlah perjanjian untuk berbagi biaya-biaya, yang besarnya proporsional dengan
porsi kepemilikan usaha. Ini akan lebih aman, terutama jika mitra atau Anda
sendiri kemudian memutuskan untuk keluar dari kemitraan.
2. Menjadikannya mitra karena Anda tidak mampu
menggajinya.
Ini kesalahan yang paling fatal, namun banyak terjadi. Contohnya: Anda
punya ide bisnis, sementara teman Anda, Dewi, punya ketrampilan untuk
menjalankannya. Karena tak mampu menggajinya, Anda dan Dewi bersepakat untuk
berbagi tugas dan keuntungan. Yang terjadi kemudian, Anda dan Dewi berselisih
akibat kinerjanya yang buruk, namun Anda tetap harus ikut bertanggung jawab,
karena perjanjian kemitraan itu.
Jika Anda punya ide dan orng lain punya skill-nya, rekrut saja dia
sebagai staf. Atau, buatlah perjanjian seperti kontrak antara pebisnis dengan
pemasok. Jangan memberikan apa yang seharusnya tidak perlu diberikan.
3. Tidak adanya perjanjian legal dan tertulis.
Menjalin kemitraan selayaknya diwujudkan dalam perjanjian legal, hitam
di atas putih. Setiap detail dan kewajiban didefinisikan secara jelas, ditulis,
dan disetujui kedua belah pihak. Mintalah konsultan bisnis untuk membuatkan
perjanjian itu.
4. Mempunyai porsi kemitraan 50:50.
Setiap bisnis, termasuk kemitraan, butuh seorang bos. Jika Anda
memutuskan untuk menjalin kemitraan, buatlah di mana proporsinya 60:40, 70:30,
65:35. Lalu tempatkan orang kunci Anda untuk menjaga akuntabilitas dan kontrol
operasi secara keseluruhan.
5. Tidak memilih kemitraan terbatas.
Salah satu kekurangan perjanjian kemitraan adalah asumsi bahwa kewajiban
satu pihak juga ditanggung pihak lainnya. Padahal bisa saja meminta kemitraan
terbatas, di mana Anda tidak ikut bertanggung jawab terhadap tindakan atau
kewajiban mitra utama. Lagi-lagi, pastikan konsultan bisnis Anda bisa
mengaturnya dalam perjanjian tertulis.
6. Tiadanya cara keluar dari kemitraan.
Pernikahan dimulai dengan perjanjian pra-nikah. Begitu juga sebaiknya
dalam bisnis. Definiskan kondisi apa saja yang memungkinkan Anda atau mitra
Anda bisa keluar dari kemitraan. Berikan juga pilihan apakah pihak yang keluar
itu bisa menjual bagiannya ke mitranya, atau ke orang luar. Ini dapat dilakukan
dengan jelas dan mudah, serta tidak akan mengganggu bisnis yang sedang
berjalan.
7. Berharap persahabatan tetap langgeng
setelah kemitraan berakhir.
Lagi, mengambil analogi dari pernikahan, berapa banyak mantan pasangan
yang masih menjadi sahabat setelah mereka berpisah? Kemungkinan tidak banyak.
Jadi jangan terlalu berharap menjalin kemitraan dengan seorang teman, dan tetap
menjadi teman setelah kemitraan berakhir. Memang sangat bagus untuk tetap
menjalin hubungan ataupun berbisnis dengan mantan mitra. Namun dalam dunia
bisnis, yang menjadi prioritas utama adalah bisnis, teman nomor dua. Meski tak
diharapkan, namun penting diingat, umumnya persahabatan juga berakhir ketika
kemitraan berakhir.(Galeriukm).
Sumber:
http://wanitawirausaha.femina.co.id/WebForm/contentDetail.aspx?MC=001&SMC=005&AR=3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar