Kesan pertama begitu menggoda selanjutnya terserah anda, itulah kalimat
yang saya rasa tida asing lagi di telinga kita. Memang kesan pertama akan
menentukan pada kisah selanjutnya. Demikian pula dalam hal marketing maupun
dalam pembawaan diri. Membuat orang
terkesan dengan produk atau diri kita menjadi penting untuk selanjutnya
menjadikan produk yang kita jual diterima konsumen. Untuk membuat orang
terkesan maka kita harus meningkatkan faktor yang membuat orang terkesan,
senang ataupun bersimpati kepada Anda. Dalam bahasa lain ini disebut dengan L-Faktor atau likeability factor.
Realita menunjukkan sering kali
L-Factor ini menjadi kunci sukses seseorang. Cobalah Anda terapkan dalam
kehidupan Anda sehari-hari. Bukankah seseorang dengan L-factor yang tinggi
itulah yang kemudian dipromosikan. Meskipun, bisa jadi pengetahuan teknisnya
kurang. Namun karena ia lebih disukai dan lebih diterima, maka akhirnya ia pun
diangkat. Sebaliknya, kita bertemu dengan banyak orang yang pintar dan
sebenarnya bagus, tetapi akhirnya tidak bisa dipromosikan dan diterima hanya
karena L-Factornya rendah.
Baru-baru ini, salah seorang kepala cabang sebuah perusahaan bisnis
ritel berkonsultasi kepada saya. Tampangnya agak kacau, ia kelihatan depresi.
Benar saja, ia sendiri ada lah seorang pimpinan yang tegas. Di bawah
kepemimpinannya, ia berhasil membuat cabangnya yang sebelumnya selalu rugi,
menjadi mulai untung.
Sayang, caranya tidak terlalu disukai. Dalam 4 tahun, anak buahnya mulai
bersepakat untuk menentangnya. Puncaknya adalah demo di kantornya. Hingga
akhirnya, manajemen puncak turun tangan. Padahal, dia adalah orang yang sangat
pintar di bidangnya dan itu pun terbukti. Caranya yang ‘tangan besi’ membuatnya
tidak disukai. Singkat cerita, ia pun di paksa untuk mengunduran diri oleh
manajemen. L-Factornya bermasalah!
Bukan hanya saja di bisnis, bahkan dalam penjualan ataupun pelayanan pun kita me merlukan L-Factor
ini. Bukankah kita senang berbelanja dengan orang yang L-Factornya tinggi?
Bukankah kita senang berbelanja pada orang-orang yang L-Factornya tinggi. Orang
yang Anda terus-menerus membeli darinya, pastilah orang dengan L-Factor tinggi.
Kecuali, memang produknya spesifik dan Anda terpaksa membeli darinya karena
Anda tidak mampu menemukannya di tempat lain. Itulah pentingnya L-Factor Anda.
Menaikkan L-Factor
Berbicara mengenai L-Factor maka ada empat komponen penting yang
pengaruhnya besar terhadap kesuksesan Anda. Baru-baru ini, saya melakukan
sharing dalam salah satu acara di mana komunitas lembaga kami, HR Excellency
Club, bertemu dan berdiskusi secara rutin untuk pengembangan diri. (Untuk bisa
bergabung, Anda bisa memasukkan e-mail Anda ke website kami di
www.hrexcellency.com).
Beberapa topik yang saya tulis di Bisnis Indonesia Minggu ini, juga saya
sharing di forum tersebut. Dalam diskusi tersebut, saya ber cerita soal
L-Factor yang ternyata mendapat sambutan luar biasa. Rupanya, semua hadirin
yang rata-rata pebisnis, sepakat
L-Factor sangat penting untuk kesuksesan bisnis mereka. Pertanyaannya,
apa yang bisa dilakukan untuk menaikkan L-Factor ini?
Yang jelas, ada empat komponen penting untuk menaikkan L-Faktor ini.
Menyimpulkan dari hasil diskusi forum bisnis yang kami lakukan.
Pertama, faktor keramahan.
Keramahan ini mencakup kemudahan Anda untuk tersenyum dan didekati. Faktor ini
pun berbicara tentang seberapa besarnya minat Anda pada orang lain.
Kenyataannya banyak orang yang hanya tertarik dengan dirinya dan tidak peduli
dengan orang lain. Bagi dia, dirinyalah yang penting sehingga tatkala bertemu
dengan orang lain, ia selalu memfokuskan pada pemikiran, masalah serta
ide-idenya.
Orang seperti ini, harusnya membayar orang lain yang telah meluangkan
waktu untuk mendengarkan dia. Orang ini pada dasarnya terlalu egois dan tidak
peduli orang lain. Sesekali, orang mungkin mau mendengarkan dirinya. Namun,
lama kelamaan orang ini akan menjadi bosan. Karena itulah, orang yang ramah
menyetel radarnya bukan ke dalam, tetapi keluar.
Kedua, faktor koneksi.
Dalam hal ini, orang dengan L-Factor yang tinggi dapat bicara dan ‘nyambung’
dengan apa yang orang lain katakan. Konon, para geisha di Jepang, harus belajar
mati-matian untuk memahami soal koneksi ini. Makanya, dalam tradisi Jepang,
geisha tidak berkonotasi seksual tetapi tentang pekerjaan yang sifatnya
menemani dan melayani.
Untuk mencapai level ini, geisha harus belajar dan meningkatkan
kemampuannya dalam hal berbicara dan menghibur orang yang harus dilayaninya.
Mereka harus belajar dan meningkatkan pengetahuannya agar nyambung dengan apa
yang dikatakan tamunya. Kalau geisha saja bisa melakukannya, mestinya kita bisa
melakukan dengan cara yang lebih baik lagi. Sayangnya, ego kitalah yang membuat
kemampuan koneksi kita menjadi jelek!
Ketiga, faktor kepekaan.
Kemampuan empati Anda akan berperan penting. Di sinilah Anda belajar bagaimana
caranya untuk bisa memosisikan Anda dalam situasi orang lain. Inilah yang
diajarkan oleh mereka yang melakukan servis dengan luar biasa kepada kita.
Mereka mampu memosisikan diri mereka pada orang yang komplain dan menghadapi
masalah. Pengertian ini membuat orang merasa senang dan dihargai. Sebagai
balasannya, mereka pun disukai.
Keempat, faktor terakhir adalah ketulusan.
Faktor ini tampak dari bagaimana kita melakukan sesuatu bukan karena “ada
apanya”, tetapi “apa adanya”. Ini berbeda sekali dengan perilaku para pelayan
di hotel ataupun restoran yang kadang melayani dengan luar biasa, tetapi dari
perilakunya kita menangkap, bahwa mere ka berharap mendapatkan tip dari kita.
Ini yang kita katakan tidak tulus. alam bisnis, kita melihat orang melakukan
servisnya dengan luar biasa, tetapi meng harap kan order ataupun penjualan dari
kita. Inilah yang akhirnya membuat orang menjadi tidak suka. Ketulusan terjadi
tatkala kita melakukan sesuatu karena kita terdorong untuk membantu, menolong
ataupun membuat situasi orang yang kita hadapi menjadi lebih ringan.
Kenyataannya, orang dengan
L-Factor tinggi adalah orang yang selalu menunjukkan kepada orang di
sekitarnya, “Apa yang bisa saya bantu? Apa yang bisa saya lakukan untuk
membuat hidup Anda lebih baik?”
Akhirnya pembaca, kalau saja seorang penjahat tahu bagaimana cara
membangun L-Factor nya seharusnya Anda mulai memikirkan bagaimana Anda
menaikkan L-Factor Anda. Caranya? Mulai sekarang, praktikkan apa yang telah
diungkapkan di atas, seperti diajarkan oleh Willie Sutton. Anda tak perlu
pegang senjata, cukup tingkatkan keramahan, koneksi, kepekaan, dan ketulusan
Anda menghadapi siapa pun yang ada di sekeliling Anda!(Galeriukm).
Sumber:
Anthony Dio Martin, http://www.bisnis.com/sosok/20296-tingkatkan-l-factor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar