Banyak pebisnis UMKM yang kini merambah dunia online karena Internet memudahkan mereka untuk berinteraksi dengan konsumen. Sayangnya, masih banyak mereka yang tidak memperhatikan aspek keamanan dalam dunia maya.
Sejak awal Juni 2012, satu kelompok peretas alias hacker telah melancarkan serangan dengan menyusupkan kode jahat yang ditanam di 20 ribu hingga 30 ribu situs. Banyak di antara situs tersebut ialah situs bisnis UMKM yang mengandalkan Internet sebagai alat menjangkau konsumen, kata Wayne Huang selaku penanggung jawab teknis utama dalam perusahaan keamanan situs web Armorize.
Harus diakui masih banyak pemilik UMKM online yang tidak menyadari potensi tindak kejahatan peretasan yang disertai pemerasan ini. Maxim Weinstein dari kelompok nirlaba kesadaran publik StopBadware menyatakan,Suatu kelompok yang beroperasi secara diam-diam dengan cara-cara yang canggih terus menerus mencoba menghindari pihak berwajib dan di saat yang sama mereka terus menyebarkan malware (software jahat - pen) dengan lebih efektif.
Pernyataan di atas dipertegas dengan hasil survei yang dilakukan oleh Panda Security di musim gugur tahun 2010 terhadap banyak perusahaan yang memiliki 2 hingga 1000 komputer di kawasan Amerika Utara, Eropa dan Amerika Selatan. Hasilnya cukup mengagetkan. Ditemukan bahwa para peretas membidik perusahaan-perusahaan kecil karena 36% di antaranya bergantung pada aplikasi antivirus konsumer yang GRATIS, 31% tidak memiliki aplikasi anti-spam di PC, 23% tidak memiliki software anti-spyware, 15% tidak memiliki firewall, dan 13% tidak memiliki aplikasi pengamanan sama sekali di komputer mereka. Singkatnya, alasan utama untuk menyasar pebisnis UMKM online ialah karena tingkat pengamanan teknologi mereka yang jauh lebih lemah daripada perusahaan besar yang memiliki anggaran besar untuk keamanan.
Sementara menurut sumber lain, dalam satu hari saja, sekelompok peretas yang berniat jahat berhasil dalam 93% keseluruhan upaya mereka dalam menginfeksi komputer pribadi. Akibatnya sebanyak 18.941 unit PC tidak bisa digunakan. Para peretas pun menyampaikan pesan yang isinya menuntut uang tebusan dari pemilik situs yang diretas. Menurut laporan yang dilansir dari The New York Times, jumlah uang tuntutan yang dibebankan rata-rata sekitar 100 euro. Sebanyak 15% dari pemilik situs yang diretas membayar dan membuat si peretas dalam sehari bisa menangguk untung sebanyak 400 ribu dollar AS. Bahkan jika pembayaran dilaksanakan, peretas masih tidak memberikan akses menuju PC pada si pemilik yang sah.
Peretas jahat tercatat telah melakukan berbagai tindakan yang merugikan dunia bisnis. Dari kasus yang besar seperti terbongkarnya jaringan PlayStation milik Sony hingga berbagai kasus yang menimpa UMKM di seluruh dunia yang tidak terliput dan tercatat. Jejaring sosial sebesar LinkedIn juga tidak luput terkena serangan, bahkan harus menanggung malu setelah kata kunci dari 6,5 juta penggunanya telah dibongkar paksa oleh peretas dari Rusia.
Sederhananya, para peretas menyerang pengguna komputer dengan virus yang berfungsi membuat komputer itu tidak bisa digunakan lagi. Si penyerang akan menuntut sejumlah uang agar kunci itu terbuka namun setelah uang dibayarkan pun, akses jarang sekali diberikan.
Jalan satu-satunya untuk membuka ialah dengan meminta bantuan teknisi komputer profesional untuk secara manual menghapus virus. Dan bahkan jika itu berhasil, mereka berisiko harus rela kehilangan data dan file bisnis yang penting karena cara paling efektif menghilangkan virus adalah dengan menghapus secara keseluruhan apa yang ada di komputer.
Lalu apa yang bisa dilakukan oleh pebisnis UMKM agar menekan risiko peretas? Intinya adalah dengan menerapkan langkah-langkah pengamanan di komputer yang digunakan untuk berbisnis. Selalu perbarui sistem operasi yang kita gunakan. Instal firewall, anti-spyware dan antivirus (berbayar lebih aman). Jika ingin lebih aman, bisa dipertimbangkan untuk menggunakan sistem operasi yang lebih tidak rawan virus seperti Ubuntu yang gratis.
Tak hanya itu, berhati-hatilah dengan password atau kata kunci. Gunakan kombinasi huruf, angka, huruf besar dan kecil serta tanda lain sehingga kata kunci lebih sulit ditebak. Dengan menggunakan kata kunci yang berupa kata-kata yang mudah ditemukan di kamus atau dikenal banyak orang, risiko diterobos peretas juga makin tinggi.
Amankan pula akun online kita. Pilih sekali lagi kata kunci yang kuat. Jangan meninggalkan komputer di area umum yang bisa dijamah orang tak dikenal. Jika menggunakan komputer di warnet, pastikan meninggalkan akun dalam kondisi sign out atau keluar dengan sempurna. Jangan tulis atau simpan kata kunci di tempat yang mudah dijangkau orang. Ketahui risiko tindakan phishing atau tindakan berpura-pura sebagai situs perusahaan yang dikenal banyak orang untuk kemudian menipu orang. (*AP)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar