do-not-copy { -webkit-user-select:none; -khtml-user-select:none; -moz-user-select:none; -ms-user-select:none; user-select:none;

Kamis, 27 Agustus 2015

MAKALAH KRISIS PANGAN DAN ENERGI



MAKALAH
KRISIS PANGAN DAN ENERGI














 












OLEH
KELOMPOK  III
1.      WA ODE AISYA
2.      NANDINI NOVEL SARI
3.      KAHAR
4.      JUMAWAN





SMAN 1 RAHA
2015
BAB I
PENDAHULUAN


Beberapa dasawarsa ini, kebutuhan manusia akan energi dan sumber pangan semakin meningkat karena peningkatan jumlah populasi manusia di dunia ini. Energi banyak digunakan manusia untuk berbagai keperluan seperti kebutuhan rumah tangga, untuk proses produksi dalam pabrik, untuk keperluan penerangan dsb. Energi merupakan kebutuhan manusia yang memegan peranan yang penting. Banyak cara-cara yang telah dilakukan manusia untuk mencari sumbe-sumber energi yang baru untuk menggantikan sumber energi yang lama. Dengan kemajuan teknologi manusia, diciptakanlah sumber-sumber energi alternatif untuk menanggulangi masalah-masalah kebutuhan energi.
Energi yang diperlukan manusia untuk menjalankan aktifitas sehari-hari seperti mencuci pakaian, berjalan, berlari, beraktivitas produktif, dll,  berasal dari makanan atau sumber pangan. Jumlah manusia yang selalu meningkat menyebabkan meningkat pula kebutuhan akan konsumsi pangan.

1.1. Latar Belakang
Kebutuhan manusia yang tidak terbatas akan sumber daya energi dan pangan menyebabkan manusia mengekplor sumber-sumber energi sebanyak-banyaknya untuk kepentingan pribadinya. Hal ini dapat mengakibatkan berkurangnya ketersediaan sumber energi yang ada. Jika ini berlanjut maka kemungkinan ketersediaan energi tersebut lama-kelamaan akan habis dan akan terjadi yang disebut krisis energi.
Manusia dengan penemuan-penemuan teknologinya berusaha memecahkan persoalan krisis energi. Sebagai contoh, dengan kelangkaan minyak bumi sekarang ini, manusia telah menemukan sumber energi baru yaitu dengan penggunaan batu bara, penggunaan minyak bio atau minyak yang berasal dari tumbuh-tumbuhan.
Masalah krisis energi ini sering menimbulkan berbagai dampak di bidang lain seperti, bidang pangan. Jumlah populasi manusia yang semakin meningkat mengikuti deret ukur sedangkan jumlah pangan yang mengikuti deret hitung menyebabkan sumber pangan menjadi sumber langka atau disebut krisis pangan. Krisis energi dan pangan merupakan permasalahan manusia yang paling utama yang harus dipecahkan bersama.






1.2 Rumusan masalah
Rumusan masalah yang akan diutarakan dalam penulisan ini yaitu,
1.        keadaan sumber energi dan pangan pada zaman penjajahan zaman kolonial .
2.        keadaan sumber energi dan pangan pada zaman kemerdekaan pada era orde lama dan orde baru.
3.        keadaan sumber energi dan pangan pada zaman reformasi hingga masa yang akan datang.

BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Definisi
            Krisis energi adalah kekurangan (atau peningkatan harga) dalam persediaan sumber daya energi ke ekonomi. Krisis ini biasanya menunjuk ke kekurangan minyak bumi, listrik, atau sumber daya alam lainnya. Krisis ini memiliki akibat pada ekonomi, dengan banyak resesi disebabkan oleh krisis energi dalam beberapa bentuk. Terutama, kenaikan biaya produksi listrik, yang menyebabkan naiknya biaya produksi. Bagi para konsumen, harga BBM untuk mobil dan kendaraan lainnya meningkat, menyebabkan pengurangan keyakinan dan pengeluaran konsumen.
            Sedangkan krisis pangan adalah langkanya barang pangan yang ada di masyarakat dikarenakan harga pangan yang naik ataupun terganggunya distribusi bahan pangan tersebut. Barang pangan tersebut berupa bahan makanan pokok, seperti beras, jagung, gandum dan kedelai. Krisis pangan ini sangat menyusahkan rakyat, terutama warga miskin. Barang pangan yang mahal juga tambah dipersulit dengan harganya yang sangat mahal.

2.2 Sejarah Kondisi Energi Indonesia
2.2.1 Perkembangan Industri Pertambangan pada Masa Kolonial
            Kedudukan minyak bumi, dalam kesetimbangan energi dunia serta ketidakmerataan distribusi sumber-sumbernya, sebagai suatu jenis komoditi yang strategis secara ekonomi dan politik (mengalahkan batubara) dimulai pada penghujung abad 19. Melihat sejarahnya, Indonesia (Hindia Belanda) adalah salah satu pusat produksi minyak yang tertua di dunia. Pengeboran minyak secara komersial pertama kali di Hindia Belanda tidak bisa dilepaskan dengan konteks kemenangan sayap liberal di parlemen Belanda. Pencarian minyak secara komersial di Hindia Belanda dilakukan pertama kali oleh Jan Reerink pada tahun 1871 di Cibodas Jawa Barat- yang langsung ditinggalkan setelah diketahui tidak berprospek karena sedikitnya yield. Baru pada tahun 1883 Aelko Zijlker menemukan ladang minyak di Langkat Sumatera Utara yang setelah diteliti : sangat memungkinkan untuk dikomersilkan. Melalui struktur kepenguasaan feodal yang disuburkan oleh kaum kolonial,  Sultan Langkat, penguasa daerah tersebut dipaksa secara halus untuk menyerahkan konsesi pengelolaan lahan tersebut kepada Royal Dutch selaku perwakilan awal kapitalis minyak Belanda. Melihat bayangan pundi emasâ, maka berbondong-bondonglah perusahaan-perusahaan minyak asing datang ke Hindia Belanda. 
            Kedatangan mereka tentu sajalah bersamaan dengan ahli-ahli geologi dan perminyakan. Akibatnya : tak lama kemudian ditemukan pula lapangan-lapangan minyak lain di Sumatera Utara, Balikpapan, Perlak, dan Plaju. Pengelolaannya pun dibagi seadil-adilnya kepada perusahaan-perusahaan Belanda : Koninklijke, Shell -patungan antara Inggris dan Belanda, Royal Dutch (yang ketiganya akhirnya membentuk BPM pada tahun 1907). BPM pun meluaskan aktivitasnya sampai ke Cepu dan sekitarnya pada tahun 1911. Menguatnya posisi politik dan ekonomi Amerika Serikat di Eropa dan Dunia pada beberapa dasawarsa awal abad 20 mau tak mau memaksa Pemerintahan Kolonial mempersilahkan masuknya pula modal dari negeri Paman Sam ke negeri jajahannya. Dibentuklah NKPM pada tahun 1916, sebuah subsidiary dari "Standard oil Company of New Jersey", (pada tahun 1948 menjadi STANVAC), dan pada 1931 Standard Oil Company of California membentuk subsidiary yang setelah PD II bernama CALTEX. Pencarian minyak mulai diintensifkan oleh perusahaan-perusahaan imperialis ini. Sampai penghujung PD II, perputaran minyak secara internasional dikuasai oleh tujuh perusahaan raksasa The Seven Sisters yang tiga di antaranya yaitu Shell, Stanvac, dan Caltex (saat itu dijuluki Tiga Besar) telah kita ketahui beroperasi di Hindia Belanda.
           
2.2.2 Zaman Revolusi Fisik
            Gegap gempita Revolusi Fisik 1945 tak hanya merupakan gambaran perjuangan rakyat untuk meraih kemerdekaan politik, tapi juga diwarnai oleh penguasaan ekonomi seperti pengambil alihan instalasi-instalasi kilang minyak milik asing (Belanda, kemudian Jepang) oleh rakyat pekerja terorganisir ke tangan Indonesia yang baru merdeka.
            Usaha sekutu melalui AFNEI (Allied Forces Netherland East Indies) untuk menekan Jepang supaya mempertahankan kekuasaan atas lapangan minyak dan fasilitas lainnya (perkebunan, perbankan, dll), sampai Belanda, sebagai pemilik semula mengambil alih kekuasaan kembali tidak digubris rakyat. Bekas pekerja lapangan dan pengilangan di zaman kolonial mulai mengorganisir dan mempersenjatai diri, menyebut dirinya sebagai laskar minyak.
            Demikianlah laskar-laskar minyak dengan dukungan pemerintahan Revolusioner kemudian membentuk Perusahaan Tambang Minyak Negara Republik Indonesia (PTMNRI) di Sumatera Utara, di Sumatera Selatan dan Jambi berdiri Perusahaan Minyak Republik Indonesia (Permiri), dan Perusahaan Tambang Minyak Negara (PTMN) di Cepu.
            Tentara Belanda yang datang kembali ke Indonesia dengan membonceng kedatangan tentara Sekutu ke Indonesia (tak lupa dengan membonceng perusahaan minyak asing Stanvax, Caltex, dan Shell), mengincar ladang-ladang minyak milik mereka dahulu. Tentu saja terjadi penolakan-penolakan oleh Laskar Rakyat saat itu. Tapi atas prakarsa Sekutu sejak tanggal 15 Juli 1946 diadakan perundingan tentang status industri minyak. Di Sumatera Selatan misalnya Sekutu berhasil mempertemukan beberapa pihak yang berkepentingan, yaitu pemerintah otoritas Republik  Indonesia di Palembang dan Persatuan Pegawai Minyak (PPM) di satu pihak, serta beberapa perusahaan inyak asing seperti Shell/BPM yang menguasai Plaju sebelumnya dan NKPM yang menguasai Sungai Gerong di lain pihak.
2.2.3 Zaman Orde Lama
            Ditanda tanganinya perjanjian KMB oleh Sukarno-Hatta (dengan pengorbanan puluhan ribu massa FDR) yang disesalkan oleh golongan nasionalis, dan bahkan ditolak oleh golongan yang lebih radikal, menjadikan penguasaan modal asing atas industri (terutama pertambangan) semakin kokoh.
            Pemerintahan Indonesia pasca KMB, yang berwatak komprador, di bawah PM Dr. Sukiman Wirjosandjojo mengemukakan pendapatnya bahwa belum datang saatnya untuk menasionalisasi TMSU itu dan sebaliknya segera dikembalikan perusahaan tersebut kepada pemiliknya. Dalam kabinet berikutnya, yang tak jauh beda wataknya, di bawah PM Mr. Wilopo malahan keluar anjuran tegas supaya menyerahkan kembali TMSU kepada BPM. Sampai akhirnya kabinet Ali sastroamidjoyo I sikap pemerintahan sedikit berubah. Kesimpulan mereka terhadap penyebab kesulitan ekonomi Indonesia pada waktu itu adalah pada dominannya pengendalian ekonomi Indonesia oleh pihak asing. Munculnya politik jalan lain yang dijalankan oleh Presiden Soekarno (sebagai konsistensi program Benteng) telah menunjukkan ketegasan politik ekonomi Indonesia . Poltik jalan lain adalah usaha-usaha untuk menasionalisasikan perusahaan-perusahaan negara maupun swasta asing khususnya Belanda dengan jalan paksa pada tahun 1957.
2.2.4 Zaman Orde Baru
            Fakta sejarah telah membuktikan hal ini. Oil shocks pertama terjadi pada tahun 1973 akibat perang Arab-Israel. Protes yang dilakukan oleh negara-negara Arab anggota Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) atas dukungan (keberpihakan: red) Amerika Serikat dan Belanda terhadap Israel, membuahkan aksi embargo kepada kedua negara tersebut. Dipengaruhi oleh kepanikan para pembeli yang menaikkan cadangan persediaan minyaknya akibat sentimen negatif embargo, harga minyak mentah kembali naik menjadi sekitar 12 dollar/barrel, empat kali lipat dari harga sebelum perang.
            Pengaruh negatif terhadap kondisi makroekonomi juga jelas. Adanya kontraksi ekonomi yang ditandai dengan menurunnya tingkat konsumsi dan investasi -sejalan dengan tingginya tingkat inflasi- mengakibatkan ekonomi dunia memasuki masa resesi. Ketika neraca transaksi berjalan, para negara pengimpor minyak jungkir balik dan mengalami defisit besar-besaran, sementara negara-negara pengekspor menikmati keuntungan besar karena tingginya harga minyak (oil bonanza).
2.2.5 Zaman Reformasi
            Dalam periode 1986-2003, fluktuasi rata-rata harga minyak mentah dunia berkisar di level 13-28 dollar/barrel. Harga sempat melucur tajam menjadi sekitar 12 dollar/barrel di akhir tahun 1998, meloncat ke 30 dollar/barrel (2000), kemudian meningkat menjadi 36 dollar (2004) dan sekitar 50 dollar/barrel (2005). Tapi fluktuasi harga minyak mentah bulanan di tahun terakhir ini cukup tinggi, mulai dari level sekitar 40 dollar sampai sekitar 62 dollar/barrel. Penyebabnya, selain memanasnya kondisi geopolitik dunia yang ditandai dengan invasi Amerika Serikat ke Irak sebagai salah satu produsen utama minyak dunia, juga akibat badai Katrina dan Rita di teluk Meksiko yang menggangu penawaran minyak pada periode Agustus-September di Amerika Serikat (OPEC Annual Report 2005). Dari sisi aktivitas produksi, pesatnya pembangunan di beberapa negara berkembang terutama China dan India diyakini juga berpengaruh terhadap naiknya harga minyak.
            Studi tentang keterkaitan antara harga minyak dan kondisi makroekonomi telah memberikan pelajaran berharga bahwa krisis geopolitik dunia yang berada di luar kontrol kebijakan-kebijakan ekonomi dan kondisi luar biasa lainnya seperti bencana alam merupakan penyebab utama fluktuasi tajam harga minyak dunia (Hamilton, 1984).
            Bagi perekonomian terbuka skala kecil seperti Indonesia, fluktuasi harga minyak dunia telah berakibat langsung bagi efektivitas kebijakan makroekonomi, khususnya kebijakan fiskal yang tercermin dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Kenaikan harga minyak dunia memberikan tekanan khususnya pada anggaran subsidi BBM. Porsi subsidi ini yang masih sekitar 0,3% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di tahun 1996, meningkat gradual menjadi 1,6% (1997), 2,9% (1998), 3,2% (1999) dan naik tajam menjadi 5,4% di tahun 2000.
           
2.3 Akar Masalah
2.3.1 Krisis Energi
            Energi merupakan bagian penting dalam kehidupan masyarakat karena hampir semua aktivitas manusia selalu membutuhkan energi. Misalnya untuk penerangan, proses industri atau untuk menggerakkan peralatan rumah tangga diperlukan energi listrik; untuk menggerakkan kendaraan baik roda dua maupun empat diperlukan bensin, serta masih banyak peralatan di sekitar kehidupan manusia yang memerlukan energi.

2.3.1.1 Naiknya harga minyak dunia
            Beberapa tahun terakhir ini energi merupakan persoalan yang krusial di dunia. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi penduduk dan menipisnya sumber cadangan minyak dunia. Selain itu, peningkatan harga minyak dunia hingga mencapai 150 U$ per barel juga menjadi alasan yang serius yang menimpa banyak negara di dunia terutama Indonesia. Lonjakan harga minyak dunia akan memberikan dampak yang besar bagi pembangunan bangsa Indonesia. Konsumsi BBM yang mencapai 1,3 juta/barel tidak seimbang dengan produksinya yang nilainya sekitar 1 juta/barel sehingga terdapat defisit yang harus dipenuhi melalui impor. Menurut data ESDM (2006) cadangan minyak Indonesia hanya tersisa sekitar 9 milliar barel. Apabila terus dikonsumsi tanpa ditemukannya cadangan minyak baru, diperkirakan cadangan minyak ini akan habis dalam dua dekade mendatang.

2.3.1.2 Ulah para spekulan yang memanipulasi pasar
            Banyak hal yang memicu terjadinya krisis energi. Dunia global berperan sangat besar dalam memicu naiknya harga minyak dunia. Kondisi ini ditengarai pula akibat manipulasi komoditi yang dilakukan oleh para spekulan. Badan Pengawas Bursa Berjangka AS (Commodities Futures Trading Commission/CFTC) melaporkan berulang kali di hadapan Kongres AS telah menemukan bukti bahwa kenaikan harga minyak secara sistematis didorong oleh ulah spekulan.
            CFTC menyatakan, investigasi itu meliputi pembelian, transportasi, penyimpanan, perdagangan minyak mentah, serta hal-hal lain yang terkait dengan transaksi kontrak berjangka minyak. Dalam penyelidikan itu ditemukan ada tindakan yang meminta tanker minyak dipendam di laut atau diminta berangkat ke sebuah tujuan agar memberi kesan pasokan minyak ketat.
2.3.2 Krisis Pangan
2.3.2.1 Kebijakan Pemerintah
            Krisis pangan adalah masalah klasik bangsa ini, sebuah ironi bagi negara agraris yang tanahnya subur dan gemah ripah loh jinawi. Krisis pangan saat ini terjadi dimana kebutuhan pangan Indonesia telah tergantung kepada impor, dan harganya naik tak terkendali. Namun harus diperhatikan, bahwa krisis pangan yang terjadi di Indonesia bukanlah sebab yang akan berdampak pada hal lain (kemiskinan, pengangguran). Fenomena ini adalah sebuah akibat dari kebijakan dan praktek privatisasi, liberalisasi, dan deregulasi—sebagai inti dari Konsensus Washington.

2.3.2.2 Tak seimbangnya Supply and Demand
            Seorang pakar, ekonom Universitas Harvard Jeffrey Sachs, mengajukan proposisi, krisis pangan timbul karena sudah sangat tak seimbangnya kekuatan permintaan dan suplai. Empat elemen yang membuat suplai melemah, yaitu produktivitas lahan yang sangat rendah terutama di Afrika sub-Sahara, meningkatnya upaya konversi produk pertanian menjadi bioenergi di AS dan Eropa, pola cuaca yang membingungkan, dan menyusutnya irigasi serta lahan-lahan subur untuk pertanian.
            Proposisi ini menggambarkan kondisi umum yang terjadi di Indonesia di mana lahan-lahan hijau digusur industri, dari manufaktur sampai properti. Di negara maju, lahan produktif dipaksa untuk menghasilkan etanol, bukan lagi terigu dan produk pangan yang dibutuhkan manusia kebanyakan. Sejumlah kalangan pun mulai menyesal telah antusias mendukung proyek konversi produk pertanian menjadi bahan bakar yang ternyata membuat lebih dari 100 juta orang kelaparan.
2.4 Analisis Hubungan Krisis Energi dengan Energi Pangan
            Analisis eskalasi harga pangan pokok dan produk pertanian di tingkat dunia sepanjang tahun 2007 karena perubahan karakter suplai dan perdagangan dunia. kenaikan harga minyak mentah dunia, dan fenomena kelatahan bahan bakar biologis (biofuels).  Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) bahkan harus merevisi Laporan OECD-FAO Agricultural Outlook 2007-2016 edisi Juli 2007 yang cukup menghebohkan itu.  Pada laporan tersebut, suplai dan stok komoditas pangan dan pertanian dunia diperkirakan mengalami penurunan. Selain diakibatkan perubahan iklim global, penurunan stok dipicu oleh tingginya permintaan pasar terhadap sejumlah komoditas pertanian untuk bahan baku energi. 
           
2.5 Solusi Krisis Energi dengan Energi Pangan
2.5.1 Solusi bagi Krisis Energi
            Krisis energi ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut, karena efek buruknya bagi masyarakat dunia sangatlah besar. Krisis energi menimbulkan efek ke berbagai bidang yang menyangkut hidup manusia, seperti krisis pangan dan kelaparan. Solusi yang dapat dilakukan untuk menyiasati krisis energi di Indonesia, ialah dengan mencari sumber energi alternatif. Berikut contoh energi alternatif yang dapat dijadikan solusi bagi krisis energi di Indonesia:
1)      Etanol Selulosa
      Ilmuwan berlomba mencari solusi mengembangkan etanol tanpa jagung. Tim ilmuwan dari Dupont misalnya, tengah bergulat dengan DNA serangga yang mampu memproduksi etanol dari limbah jagung. Idenya sederhana saja, merekayasa genetik serangga mikrokopis seperti bakteri dan jamur untuk memicu enzim yang mampu menghasilkan etanol. Selolusa adalah materi kayu pada bagian batang dan stem yang membuat tanaman mengeras.
2)      Energi Panas Bumi
      Energi panas bumi adalah energi yang dihasilkan oleh tekanan panas bumi. Energi ini dapat digunakan untuk menghasilkan listrik, sebagai salah satu bentuk dari energi terbaharui, tetapi karena panas di suatu lokasi dapat habis, jadi secara teknis dia tidak diperbarui secara mutlak.
3)      Energi Hidroelektrisitas
      Hidroelektrisitas adalah satu bentuk tenaga hidro digunakan untuk memproduksi listrik. Kebanyakan tenaga hidroelektrik berasal dari energi potensial dari air yang dibendung dan menggerakkan turbin air dan generator. Bentuk yang kurang umum adalah memanfaatkan energi kinetik seperti tenaga ombak. Hidroelektrisitas adalah sumber energi terbaharui.
      Di banyak bagian Kanada (provinsi British Columbia, Manitoba, Ontario, Quebec, dan Newfoundland and Labrador) hidroelektrisitas digunakan secara luas. Pusat tenaga yang dijalani oleh provinsi-provinsi ini disebut BC Hydro, [[[Manitoba Hydro]], Hydro One (dulunya "Ontario Hydro"), Hydro-Québec, dan Newfoundland and Labrador Hydro. Hydro-Québec merupakan perusahaan penghasil listrik hydro terbesar dunia, dengan total listrik terpasang sebesar 31.512 MW (2005).
4)      Energi Tenaga Angin
      Tenaga angin menunjuk kepada pengumpulan energi yang berguna dari angin. Kebanyakan tenaga angin modern dihasilkan dalam bentuk listrik dengan mengubah rotasi dari pisau turbin menjadi arus listrik dengan menggunakan generator listrik. Pada kincir angin energi angin digunakan untuk memutar peralatan mekanik untuk melakukan kerja fisik, seperti menggiling "grain" atau memompa air.
      Tenaga angin digunakan dalam ladang angin skala besar untuk penghasilan listrik nasional dan juga dalam turbin individu kecil untuk menyediakan listrik di lokasi yang terisolir. Tenaga angin banyak jumlahnya, tidak habis-habis, tersebar luas, bersih, dan merendahkan efek rumah kaca.
5)      Biogas
      Energi terbarukan lain yang dapat dihasilkan dengan teknologi tepat guna yang relatif lebih sederhana dan sesuai untuk daerah pedesaan adalah energi biogas dengan memproses limbah bio atau bio massa di dalam alat kedap udara yang disebut digester. Biomassa berupa limbah dapat berupa kotoran ternak bahkan tinja manusia, sisa-sisa panenan seperti jerami, sekam dan daun-daunan sortiran sayur dan sebagainya. Namun, sebagian besar terdiri atas kotoran ternak.
      Gas methan terbentuk karena proses fermentasi secara anaerobik (tanpa udara) oleh bakteri methan atau disebut juga bakteri anaerobik dan bakteri biogas yang mengurangi sampah-sampah yang banyak mengandung bahan organik (biomassa) sehingga terbentuk gas methan (CH4) yang apabila dibakar dapat menghasilkan energi panas. Sebetulnya di tempat-tempat tertentu proses ini terjadi secara alamiah sebagaimana peristiwa ledakan gas yang terbentuk di bawah tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) Leuwigajah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, (Kompas, 17 Maret 2005). Gas methan sama dengan gas elpiji (liquidified petroleum gas/LPG), perbedaannya adalah gas methan mempunyai satu atom C, sedangkan elpiji lebih banyak.
6)      Biomassa
      Potensi biomassa yang besar di Indonesia, hingga mencapai 49.81 GW tidak sebanding dengan kapasitas terpasang sebesar 302.4 MW. Bila kita maksimalkan potensi yang ada dengan menambah jumlah kapasitas terpasang, maka akan membantu bahan bakar fosil yang selama ini menjadi tumpuan dari penggunaan energi. Hal ini akan membantu perekonomian yang selama ini menjadi boros akibat dari anggaran subsidi bahan bakar minyak yang jumlahnya melebihi anggaran sektor lainnya.

2.5.2 Solusi bagi Krisis Pangan
            Dengan kata lain, jika Indonesia masih terus berkutat dengan persoalan konversi lahan sawah, kelangkaan pupuk, ketersediaan air, buruknya jaringan irigasi, dan lain-lain, berarti kita tidak beranjak dari persoalan pada era 1980-an. Pembangunan subsektor pangan dan sektor pertanian ke depan wajib bervisi peningkatan produktivitas lahan dan produktivitas tenaga kerja.
            Pencetakan sawah baru penting, tetapi berbagai upaya yang mengarah kepada peningkatan produktivitas pangan per satuan luas lahan jauh lebih penting dan bermakna bagi kesejahteraan rakyat.
            Apabila laju peningkatan produktivitas ini lebih besar dari laju penurunan rasio lahan terhadap tenaga kerja-karena lahan nyaris tetap, sedangkan tenaga kerja terus bertambah-krisis pangan akan dapat dihindari. Maknanya, perubahan tekonologi di bidang pangan dan pertanian menjadi sangat mutlak dan tidak dapat diabaikan dalam penyusunan strategi dan kebijakan ekonomi pangan ke depan.
            Krisis pangan juga akan dapat dihindari apabila berbagai program peningkatan produksi pangan tidak dimaksudkan hanya untuk memenuhi target politik semata. Langkah kebijakan pemerintah wajib bervisi peningkatan kesejahteraan petani sebagai pelaku sentral dalam pembangunan pertanian.
            Untuk jangka panjang, petani menuntut dilaksanakannya pembaruan agraria dalam rangka basis kebijakan agraria dan pertanian.
            Dalam jangka pendek dan menengah, masalah krisis pangan sebenarnya terkait dengan 3 hal—yakni (1) produksi pangan; (2) luasan lahan; dan (3) tata niaga pangan. Dengan memperhatikan ketiga hal tersebut, maka solusi jangka pendek yang dapat pemerintah lakukan:
1.        Mematok harga dasar pangan yang menguntungkan pe tani dan konsumen. Harga tidak boleh tergantung kepada harga internasional karena tidak berkorelasi langsung dengan ongkos produksi dan keuntungan. Harga harus sesuai dengan ongkos produksi dan keuntungan petani dan kemampuan konsumen
2.        Memberikan insentif harga kepada petani komoditas pangan (terutama beras, kedelai, jagung, singkong, gula dan minyak goreng) jika terjadi fluktuasi harga. Hal ini sebagai jaminan untuk tetap menggairahkan produksi pangan dalam negeri.
3.        Mengatur kembali tata niaga pangan. Pangan harus dikuasai oleh negara dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Bulog bisa diberikan peran ini, tapi harus dengan intervensi yang kuat dari Departemen Pertanian, Departemen Perdagangan dan Departemen Keuangan.
4.        Menambah produksi pangan secara terproyeksi dan berkesinambungan, dengan segera meredistribusikan tanah objek landreform yang bisa segera dipakai untuk pertanian pangan.
5.        Menyediakan insentif bagi petani komoditas pangan, terutama bibit, pupuk, teknologi dan kepastian beli.
6.        Memberikan dukungan pelembagaan organisasi petani komoditas pangan, yakni kelompok tani, koperasi, dan ormas tani.

BAB III
PENUTUP


3.1 Kesimpulan
Krisis energi dan pangan yang sedang melanda dunia mengakibatkan ratusan juta orang mengalami kesusahan pangan dan bahan bakar. Negara-negara berkembang mengalami krisis ekonomi yang disebabkan oleh mahal dan langkanya harga pangan serta tidak bisa mencukupi pasokan energi dalam negeri. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang di dunia, ikut mengalami krisis tersebut karena kebutuhan yang besar akan energi dan pangan.
Berdasarkan uraian kami sebelumnya, kita dapat menarik kesimpulan besar dari faktor terjadinya krisis energi energi, diantaranya:
1.  Naiknya harga minyak dunia
2.  Ulah para spekulan yang memanipulasi pasar
3.  Menipisnya cadangan minyak dunia
            Sedangkan untuk krisis pangan, faktor  utama yang dapat kita simpulkan ialah:
1.  Kebijakan Pemerintah
·       Privatisasi
·       Liberalisasi
·       Deregulasi
2.  Tak seimbangnya Supply and Demand
·       Produktivitas lahan yang rendah
·       Konversi bahan pangan menjadi biofuel
·       Perubahan iklim yang ekstrim
·       Menyusutnya irigasi serta lahan-lahan subur
·         3.2 Usulan
Untuk mengantisipasi krisis energi dan pangan ini tidak bertambah parah dan semakin menyengsarakan masyarakat dunia, maka Indonesia, khususnya pemerintah harus menciptakan sebuah kebijakan energi dan pangan yang membawa perubahan bagi rakyat Indonesia. Memberikan perhatian yang serius terhadap perkembangan energi alternatif dapat dijadikan sebagai langkah untuk menyiasati krisis energi nasional.
Selain itu, untuk mengatasi krisis pangan, pemerintah harus fokus mengembangkan pertanian naisonal. Pemerintah harus mengutamakan suplai pangan nasional. Rakyat Indonesia juga harus berani untuk melakukan gerakan hemat energi.


DAFTAR PUSTAKA

Ø  www.sinarharapan.co.id
Ø  www.cetak.kompas.com
Ø  www.spi.or.id
Ø  www.antara.co.id
Ø  www.sinarharapan.co.id
Ø  http://barifin.multiply.com
Ø  http://poultryindonesia.com
Ø  www.id.wikipedia.org






Tidak ada komentar: