do-not-copy { -webkit-user-select:none; -khtml-user-select:none; -moz-user-select:none; -ms-user-select:none; user-select:none;

Selasa, 20 September 2011

Mengembangkan Usaha Kecil Dengan Pendekatan Klaster

Salah satu pendekatan untuk mengembangkan Usaha Kecil dan Menengah yang dianggap berhasil adalah melalui pendekatan klaster/kelompok. Namun demikian dilakukan di beberapa sentra industri di Indonesia. Namun masih banyak klaster di Indonesia dalam kondisi pasif. Dalam pendekatan klaster, dukungan (baik teknis maupun keuangan) disalurkan kepada kelompok Usaha Kecil dan Menengah bukan per individu UKM. Pendekatan kelompok diyakini lebih baik karena UKM secara individual biasanya tidak sanggup menangkap peluang pasar dan Jaringan bisnis yang terbentuk terbukti efektif meningkatkan daya saing usaha karena dapat saling bersinergi.

Bagi pemberi dukungan, pendekatan kelompok juga lebih baik karena proses identifikasi dan pemberdayaan UKM menjadi lebih fokus dan efisien. Dari kasus berhasil (success story) yang ditemui, pengembangan UKM dalam kelompok berhasil meningkatkan kapasitas daya saing usaha UKM, mengoptimalkan potensi sumberdaya manusia dan sumberdaya alam setempat, memperluas kesempatan kerja, serta meningkatkan produktivitas dan nilai tambah UKM.
Berbeda dengan Jaringan Bisnis yang merupakan sistem tertutup yang ditujukan untuk mengembangkan proyek bersama, Klaster bisnis merupakan suatu sistem terbuka yang melibatkan lebih banyak pelaku dan merupakan kelompok perusahaan yang saling terhubung dan berdekatan secara geografis dengan institusiinstitusi terkait dalam suatu bidang tertentu. Pembentukan klaster menjadi issue yang penting karena secara individual UKM seringkali tidak sanggup menangkap peluang pasar yang membutuhkan jumlah volume produksi yang besar, standar yang homogen dan penyerahan yang teratur.
UKM seringkali mengalami kesulitan mencapai skala ekonomis dalam pembelian input (seperti peralatan dan bahan baku) dan akses jasa-jasa keuangan dan konsultasi. Ukuran kecil juga menjadi suatu hambatan yang signifikan untuk internalisasi beberapa fungsi pendukung penting seperti pelatihan, penelitian pasar, logistik dan inovasi teknologi; demikian pula dapat menghambat pembagian kerja antar perusahaan yang khusus dan efektif secara keseluruhan fungsi-fungsi tersebut merupakan inti dinamika perusahaan.
Beberapa contoh keuntungan yang dapat ditarik dari sebuah kerjasama dalam klaster adalah:
- Melalui kerjasama horisontal, misalnya bersama UKM lain menempati posisi yang sama dalam mata rantai nilai (value chain) secara kolektif perusahaanperusahaan dapat mencapai skala ekonomis melampaui jangkauan perusahaan kecil secara individual.
- Melalui integrasi vertikal (dengan UKM lainnya maupun dengan perusahaan besar dalam mata rantai pasokan), perusahaan-perusahaan dapat memfokuskan diri ke bisnis intinya dan memberi peluang pembagian tenaga kerja eksternal.
Dari penelitian mengenai pengembangan Usaha Kecil Dan Menengah Berbasiskan pendekatan Klaster ada beberapa kesimpulan yang diperoleh antara lain:
1. Pendekatan klaster industri bisa diadopsi sebagai platform nasional, baik dalam konteks pembangunan ekonomi nasional, daerah, lokal maupun pemberdayaan UKM khususnya, sehingga instansi-instansi yang berkepentingan memiliki kerangka cara pandang yang sama dalam menanganani masalah-masalah yang dihadapi oleh UKM.
2. Pendekatan klaster industri menjadi kunci pengembangan unggulan daerah, dimana UKM yang kompetitif menjadi tulang punggung system perekonomian daerah yang sekaligus juga menjadi pilar ekonomi nasional karena memungkinkan strategi, kebijakan dsn program upaya partisipasi yang memiliki kememadaian cakupan dan daya dongkrak tinggi bagi peningkatan produktivitas, kesetaraan posisi tawar, kemampuan inovasi UKM dan peran UKM dalam system perekonomian, memberikan platform sistemik dan sistematik serta focus yang terpadu bagi pengembangan unggulan daerah, lebih memungkinkan strategi dan kebijakan yang sinergis untuk mengembangkan kondisi sistemik yang mendukung bagi keterpaduan dan koherensi rantai nilai dan aliran rantai teknologi/inovasi, mendukung akselerasi pengembangan/penguatan jaringan dan kolaborasi para stake holders khususnya tingkat lokal memfasilitasi pragmatisasi alternatif pengembangan sejalan dengan karakteristik lokal dan dinamika perubahan global.
3. Walaupun sejumlah klaster di Indonesia telah berkembang pesat selama beberapa tahun belakangan ini, namun usaha pemerintah untuk mengembangkan klaster belu dianggaptelah berkembang pesat selama beberapa tahun belakangan ini, namun usaha pemerintah untuk mengembangkan klaster belu dianggap berhasil. Kegagalan tersebut disebabkan oleh sejumlah faktor antara lain adalah pengembangan program pemerintah kurang mempertimbangkan adanya jaringan pemasaran yang dimiliki oleh klaster, baik jaringan potensial maupun yang telah ada, kegagalan dalam memanfaatkan potensi klaster untuk mengembangkan organisasinya sendiri dan bentuk social capital lainnya yang dimiliki, dan pemerintah lokal tidak memiliki ruang gerak yang cukup untuk mendorong pengembangan klaster dan jaringan bisnis memerlukan suatu konsep yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing klaster atau jaringan bisnis (tailor made) dan mempertimbangkan kemampuan maupun potensi peluang pasar yang dimiliki oleh klaster tersebut.
4. Kunci keberhasilan dalam upaya pengembangan klaster dan jaringan bisnis adalah partisipasi aktif dari semua stakeholders dalam membuat dan mengimplementasikan strategi pengembangan klaster.(Galeriukm).
Sumber :
http://www.smecda.com/kajian/files/Jurnal_3_2008/02_Lestari.pdf
http://ppkwu.uns.ac.id/isi_data.php?id=4&ktg=Journal


Tidak ada komentar: