do-not-copy { -webkit-user-select:none; -khtml-user-select:none; -moz-user-select:none; -ms-user-select:none; user-select:none;

Rabu, 10 Agustus 2011

Beberapa Kesalahan Dalam Memulai Bisnis

Kurva pemasukan yang menunjukkan penurunan akan membuat seorang pemula bisnis merasa ciut, apalagi jika hal tersebut terjadi di tahun pertama. Ketahuilah bahwa akan selalu seperti itu. Namun, supaya tidak merugi parah, ketahuilah kesalahan-kesalahan yang umum terjadi. Berikut adalah 7 kesalahan terumum yang dilakukan pebisnis pemula dan beberapa saran untuk menghindari kesalahan tersebut dari Joana L Krotz, penulis buku Microsoft Small Business Kit:

1. Tak punya peta
Selalu didengungkan agar para wirausahawan yang ingin memulai usaha untuk mengisi diri dengan bahan bakar “gairah/passion” supaya tak gampang menyerah. Tetapi sejujurnya, Anda tak hanya butuh bahan bakar untuk bergerak saja, Anda butuh rencana!
Ambillah waktu untuk menyelidiki pasar dan target pelanggan, kompetisi, dan hal lainnya. Fokuskan diri untuk menjawab pertanyaan: “Bagaimana caranya menghasilkan pendapatan dari usaha ini?”
Ambil contoh kasus; Anda membuka toko rental DVD karena lokasi yang agak terpojok, Anda memusatkan diri agar terlihat oleh orang lain. Mencoba memeriahkan dekorasi eksterior dan interior agar dilihat orang. Modal Anda pun tersedot ke sana. Alhasil, film-film yang Anda miliki tidak memiliki inventaris yang bagus. Alhasil, para pelanggan yang sudah berhasil masuk, keluar dengan kecewa, Anda pun tak berhasil mendapatkan pendapatan. Pelajaran yang bisa diambil adalah perencanaan yang matang sejak awal dan fokus. Jangan berbuat nekat jika tak ada perencanaan yang jelas.
2. Menjual di bawah harga pasar
“Banyak wirausahawan menilai barang atau menempatkan harga miliki terlalu murah,” ungkap Linda Hollander, penulis buku Bags to Riches. Artinya, hal ini akan membuat mereka selalu mengkhawatirkan tentang uang. Setiap kali mereka mendapatkan pesanan, tak ada rasa senang, karena harga yang dipatok terlalu rendah dan tak ada keuntungan yang didapat.
Sebelum mencantumkan harga, lakukan perhitungan. Hitung pengeluaran tetap dan pengeluaran sewaktu-waktu. Lakukan riset pasar dan nilai harga kompetitor. Perhitungkan margin yang Anda butuhkan untuk mendapatkan keuntungan yang dibutuhkan.
3. Memulai bisnis cuma untuk coba-coba
Kebanyakan wirausahawan hanya melihat gambaran besar; tipe visioner, pengambil risiko, pencari tantangan. Makin berhadapan dengan tantangan, makin bersemangat mereka. Tak jarang, tipe ini mencari-cari masalah supaya bisa menemukan tantangan dan merasa lebih bersemangat.
“Pewirausaha yang merasa bosan adalah salah satu senjata pembunuh yang tersembunyi dalam perusahaan kecil yang terlihat sehat,” jelas Ralph Warner, penulis buku How to Run a Thriving Business. Tujuan untuk menjalankan bisnis adalah untuk mencetak uang. Jangan mencoba mengambil risiko hanya untuk mendapatkan keseruan. Anda membahayakan seluruh perusahaan dan orang-orang di dalamnya.
4. Tak mengerti tentang marketing sedikit pun
Jarang sekali orang-orang yang baru memulai bisnis menyusun rencana atau menyiapkan anggaran untuk marketing. Umumnya, pemilik usaha baru ini berpikir bahwa marketing adalah pengeluaran yang tak diperlukan. Atau, lebih parahnya, menyamaartikan marketing dengan sales.
“Marketing harus memikirkan tentang penjualan di masa depan. Sementara sales harus memikirkan berapa banyak penjualan yang terjadi hari ini,” jelas Rob Gelphman, yang menjalankan perusahaan marketing communications di San Jose, California. Permasalahan mendasarnya adalah kurangnya pengalaman mengenai proses siklus sales. Pemula bisnis biasanya meng-hire orang sales lebih dulu. Idealnya, hire orang yang bisa membantu merencanakan proyek dan menyusun langkah ke depan, baru utus para sales untuk berjualan.
5. Bos tidak sama dengan sahabat
Di awal pembukaan bisnis, setiap orang tampaknya bekerja 3-4 jabatan sekaligus. Sepertinya tak perlu memusingkan alur manajemen. “Ketika mengawali sebuah bisnis, prosesnya diciptakan secara tak sengaja,” ujar Jay Arthur, penulis buku Six Sigma Simplified Training. Penyelesaian masalah biasanya terjadi menggunakan nalar dan perasaan saja. Perusahaan berkembang lewat trial and error. Namun, pada suatu titik, kemampuan untuk menyelesaikan masalah pelik mulai diperlukan. Karena tak ada standard operating procedure, dan beban pekerjaan pun tak seimbang, lama kelamaan sulit untuk para karyawan bekerja di tempat seperti itu. Yang bisa dilakukan adalah dengan mengambil sikap dan membuat prosedur tertentu untuk mengatasi masalah, atau tunjuk bawahan untuk menjalankan hal itu.
Ciptakan sebuah buku manual aturan yang mendefinisikan mengenai pembagian kerja, mengenai pemecatan, kepegawaian, penilaian, cuti, kompensasi, promosi, dan lainnya.
6. Menghamburkan modal
Kebanyakan pemilik usaha baru kurang merencanakan kebutuhan finansial mereka. Umumnya, pemilik perusahaan yang baru menghamburkan uang pada barang-barang yang kurang dibutuhkan, seperti furnitur, teknologi dan barang kantor, atau mempekerjakan terlalu banyak ahli atau eksekutif ketimbang yang dibutuhkan. Perlu diketahui pula bahwa jarang ada pelanggan yang membayar kewajiban tepat waktu. Jadi, meski sales berhasil menutup deal, pembayaran bisa saja terjadi belakangan. Akan lebih baik jika Anda memiliki akuntan yang bisa melakukan analisis.
7. Lupa memperhitungkan orang terkasih
Pemula membutuhkan waktu 80-100 jam per minggu untuk bekerja membangun perusahaannya. Mereka akan butuh orang yang bisa mendorong mereka. “Amat dibutuhkan pasangan yang memiliki waktu, komitmen, kesabaran, serta mau mengorbankan penghasilannya agar hubungan tersebut bisa langgeng,” jelas Victor Sim, pengacara di Squire, Sanders & Dempsey.
Anda harus berkomitmen untuk tetap memerhatikan mereka juga. Jangan biarkan peluncuran perusahaan Anda malah menyakiti orang-orang yang Anda sayangi.
Sumber:
http://female.kompas.com/read/xml/2010/08/27/14372834/7.kesalahan.saat.memulai.bisnis

Tidak ada komentar: