do-not-copy { -webkit-user-select:none; -khtml-user-select:none; -moz-user-select:none; -ms-user-select:none; user-select:none;

Sabtu, 27 Agustus 2011

Sukses Bisnis, Tidak Semata-Mata Pendidikan Formal

BANYAK orang yang beranggapan pendidikan adalah satu-satunya jalan menuju sukses. Sementara memperbanyak gelar sarjana dapat menjadi modal untuk menimba pundi-pundi uang kelak. Namun, banyak juga yang meragukan anggapan itu. Kalangan ini menganggap, pendidikan bukan satu-satunya opsi untuk mencapai sukses. Setidaknya, anggapan yang menyebutkan pendidikan adalah opsi tunggal meraih sukses akan terpatahkan jika melihat sejumlah orang yang sukses di puncak karier tanpa menyandang gelar sarjana. Sebab, tidak sedikit para petinggi, bahkan pemilik perusahaan di dunia yang justru sama sekali tidak pernah menikmati bangku kuliah. Mereka yang kurang dalam hal pendidikan formal, justru memiliki kegigihan, pemikiran, dan kekuatan intuisi bisnis. Inilah yang umumnya menjadi modal bagi orang-orang yang tidak menyandang gelar sarjana.
Tengok saja kisah Richard Branson, Chief Executive Officer (CEO) Virgin Group.Pria kelahiran Blackheath, London, Inggris 18 Juli 1950, ini sukses mendirikan bisnis pertama kali pada umur 16 tahun, ketika memublikasikan sebuah majalah bernama Student. Kemudian, pada 1970, dia mendirikan sebuah bisnis audio record mail-order. Dua tahun kemudian dia memiliki retail toko kaset Virgin Records di London yang kemudian menjadi Virgin Megastores. Saat itu, artis Virgin pertama Mike Oldfield, mereka album Tubular Bells. Sejak saat itu, sejumlah nama artis kenamaan seperti Ben Harper, Fatboy Slim, Perry Farrell, Gorillaz, Lenny Kravitz, Janet Jackson, dan The Rolling Stones membuat Virgin Music menjadi industri rekaman nomor satu di dunia.
Merek Virgin yang diciptakan Branson tumbuh pesat pada era 1980-an. Ini setelah dia mendirikan Virgin Atlantic Airways dan melakukan ekspansi untuk Virgin Records. Branson menjual hak kekayaan Virgin Music Group (label rekaman, publikasi album musik, dan studio rekaman) pada 1992 seharga USD1 miliar. Kendati demikian, dia tetap menjadi pimpinan Virgin Group yang saat ini meliputi Virgin Atlantic (penerbangan), penerbitan buku, permainan (games), produk perawatan kesehatan, limosin, megastores, dan hotel.
Menariknya, meski sukses di dunia bisnis, Branson tidak pernah merasakan bangku kuliah. Kendati tidak pernah merasakan bangku kuliah, pada 1993 Branson mendapat gelar doktor kehormatan bidang teknologi dari Loughborough University.
Sumber:
http://suar.okezone.com/read/2010/12/27/283/407383/gigih-semangat-dan-intuisi-bisnis


Tidak ada komentar: