TUGAS PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN
GAMBAR
KAIN TRADISIONAL BESERTA MAKNA SIMBOLISNYA
NAMA KELOMPOK : 1..
SUSANTI
2. FENI YUNIAR
3. RIA ASRI B
4. HESTI
KELAS : X. ADM. PERKANTORA. A
1 KAIN TENUN BUTON
Keunikan Tenun Buton
tidak hanya terletak pada corak dan warnanya saja namun dalam fungsinya sebagai
media pelekat hubungan sosial bagi masyarakat Buton. Selain itu, kain tenun
buton juga menjadi identitas diri dan sosial, ritual agama, juga sebagai media
untuk memahami lingkungan alam tempat mereka tinggal.
Masyarakat buton melekat pada
karya indah kain tenunannya. Salah satunya dapat Anda lihat dalam motif betano
walona koncuapa yang terinspirasi dari warna abu halus yang melayang-layang
hasil pembakaran semak saat membuka ladang. Ada juga yang fungsinya sebagai
penunjuk strata sosial dalam masyarakat Buton seperti pada motif kasopa yang
biasa dipakai oleh perempuan kebanyakan. Sementara itu, motif kumbaea yang
didominasi warna perak dan biasanya dipakai oleh perempuan dari golongan
bangsawan dengan gelar Wa Ode. Kain Tenun Buton digunakan dalam setiap upacara
adat dan ritual keagamaan. Menurut mereka jika kain tenun tersebut tidak
disertakan dalam setiap upacara adat dan ritual maka hakikat dan nilai dari
upacara dan ritual tersebut dinilai kurang sakral.
Karena pentingnya peranan
kain tenun dalam kehidupan masyarakat Buton sekaligus juga untuk
melestarikannya maka sedari kecil (usia 10 tahun) para wanita Buton sudah
diajari untuk menenun. Tidak hanya masyarakat biasa saja yang trampil menenun,
bahkan anak dan istri Sultan Buton juga mahir mengerakkan tangan mereka untuk
menenun.
Dahulu Kain Tenun Buton
dipakai sebagai pelengkap aktivitas budaya dan ritual adat serta agama. Akan
tetapi, kini kain tenun khas Buton sudah dapat dijumpai dalam berbagai bentuk
dan kegunaan misalnya pada tas, sarung, selendang, tirai, taplak meja, sarung
bantal, dan sebagai hiasan dinding. Kain Tenun Buton dapat juga ditemukan
dengan mudah di Kota Bau-Bau, Sulawesi
Tenggara yang
menjadi pusat kerajinan di provinsi ini. Anda juga bisa menemukan buah tangan
terampil ini di pulau lain di Sulawesi Tenggara.
2 KAIN SONGKET PALEMBANG
Motif kain yang sering nampak dalam
kain songket adalah motif bunga, ini menandakan kedekatan dengan wanita. Seperti yang dikemukakan oleh R.H.M
Akib seperti dikutip oleh Suwarti Kartiwa (1996:34), bahwa kain songket erat
hubungannya dengan wanita dan didalamnya mencerminkan wanita. Hal ini tampak
dari dengan banyaknya motif bunga yang diterapkan dalam desain kain songket dan
kalau kemudian dalam adat terdapat pakaian yang dipakai oleh laki-laki, maka
itu adalah perkembangannya yang kemudian karena pada zaman dahulu kain songket
ditenun oleh para gadis sambil menunggu datangnya lamaran dari pihak laki-laki.
Masyarakat Palembang
memiliki keharusan untuk memakai kain songket dalam setiap upacara yang
dilakukan (pakaian adat). Kain songket digunakan pada setiap upacara keagamaan,
perkawinan ataupun upacara adat lainnya dan tidak untuk dipakai sehari-hari
(Himpunan Wastraprema, 1976). Ini semua menandakan kalau kain songket tidak
bisa dipakai sembarangan, karena di dalamnya mengandung makna-makna tertentu.
Makna ini merupakan perlambang dari sipemakai.
Sebagai contoh, pemakaian kain songket
untuk upacara perkawinan berbeda dengan yang digunakan untuk upacara keagamaan
dan upacara adat lainnya. Perbedaan itu dapat dilihat pada warna merah cabe yang
biasa dipakai oleh pengantin sedangkan untuk upacara adat lainnya bebas memilih
motif dan warna.
Dahulu pemakaian kain songket dibedakan
antara untuk keluarga kerajaan, pegawai kerajaan, golongan bangsawan dan rakyat
biasa. Perbedaan pemakaian kain songket penting karena dalam kain songket
mempunyai motif-motif tersendiri yang menggambarkan kebesaran dan keagungan
seseorang (pemakai).
3
KAIN BATIK CIREBON
Sejarah batik Cirebon pada jaman dulu merupakan percampuran
antara budaya dalam masyarakat dengan tradisi religius, yaitu pada jaman Sunan
Gunung Jati pada abad 16 ketika menyebarkan ajaran Islam di Cirebon.
Menurut sejarahnya, awal mulanya berkembang nya batik cirebon
yaitu dulunya berawal dari Pelabuhan Muara Jati (kini disebut Cirebon)
dijadikan tempat persinggahan oleh para pedagang asing seperti dari, Arab,
Tiongkok, India dan Persia. Para pedagang tersebut ini akhirnya
menciptakan percampuran beragam budaya dan menghasilkan banyak tradisi baru
diantaranya adalah batik Cirebon.
Batik Trusmi misalnya adalah merupakan karya dari seorang pemuka
agama Islam, yaitu bernama Ki Buyut Trusmi. Dulu pada mulanya Ki Buyut Trusmi
bersama dengan Sunan Gunung Jati, menyebarkan Agama Islam khususnya di kawasan
desa Trusmi. Mereka selain mengajarkan agama Islam, mereka juga mengajari
ketrampilan membatik kepada penduduk setempat, hingga akhirnya kini kawasan
Desa Trusmi ini dikenal dengan Kampung Batik.
Salah satu motif batik Cirebon adalah motif batik mega mendung,
yaitu motif batik cirebon yang banyak dipengaruhi kebudayaan china. Motif batik
cirebon mega mendung ini memiliki ciri khas yaitu bentuk garis-garis awan yang
berbentuk lonjong, lancip dan segitiga yang berbeda dengan garis awan motif
China yang umumnya berbentuk bulatan.
Yang kedua adalah motif batik Naga Silam, motif ini hampir sama
dengan motif batik mega mendung, karena motif batik naga silam juga dipengaruhi
oleh kebudayaan dari China. Perbedaannya adalah motif batik naga silam juga
dipengaruhi oleh kebudayaan dari India. Corak motif naga silam mempunyai makna
yaitu peperangan antara kebaikan melawan kejahatan untuk mencapai suatu
kemakmuran.
4
KAIN CUAL BANGKA BELITUNG
Tenun
cual merupakan perpaduan antara tekhnik songket dan tenun ikat, namun yang
menjadi ciri khasnya adalah susunan motif menggunakan tekhnik tenun ikat. Jenis
motif tenun cual antara lain susunan motif bercorak penuh (Pengantek Bekecak),
dan motif ruang kosong Jande Bekecak). Cual Bangka dahulu dikenal dengan nama
Limar Muntok. Sekilas motif kain tenun cual nampak seperti songket palembang.
Yang membedakan adalah jika pada Songket palembang motif diambil dari
bentuk-bentuk bunga seperti cempaka atau bunga cengkeh, maka cual mengambil
motif bentuk-bentuk alam dari tumbuh-tumbuhan dan hewan, seperti motif kucing
atau bebek, bunga mawar, dan lain-lain yang jika dilihat dari jauh akan timbul
motifnya.
Fungsi
sosial dari tenun cual adalah sebagai pakaian kebesaran lingkungan Muntok,
pakaian pengantin dan pakaian pada hari-hari kebesaran Islam dan adat lainnya,
sebagai hantaran pengantin ataupun mahar yang langsung menggambarkan status
sosial (pangkat dan kedudukan) seseorang pada masa itu. Dahulu, kehalusan
tenunan, tingkat kerumitan motif dan warna pada tenun cual mengandung filosofi
hidup sebagai hasil perjalanan religius penenunnya.
Tenun
cual sangat terkenal karena tekstur kainnyaa/yang begitu halus, warna celupan
benangnya tidak berubah, dan ragam motif seakan timbul, jika dipandang dari
kejauhan. Peminat tenun cual pun hingga ke luar Bangka, sehingga diperjualkan
pula ke Palembang, Belitung, Pontianak, Singapura dan Tanah Melayu lainnya. Hal
ini menyebabkan pengguna tenun cual tidak lagi hanya pada keturunan Bangsawan
Mentok.
Tahun
1914 hingga 1918, terjadi perang besar melanda Eropa yang menyebabkan
terputusnya bahan baku tenun cual. Masuknya tekstil dari Cina menjadi pelengkap
orang-orang Muntok meninggalkan kerajinan tenun cual. Tahun 1990, Perindustrian
Kota Madya pangkalpinang menggalakan kembali keraj inan cual di Bangka.
Kelompok usaha kerajinan cual yang terdiri dari anggota, keluarga tersebut
diketuai oleh Masliana.Tahun 2003 Maslina membentuk Koperasi Tenun Kain Cual
Khas Bangka. Kini ada 40 perajin cual yang tersebar di kota maupun kabupaten di
Bangka Belitung.
SELESAI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar