BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Lokasi Indonesia yang terletak pada
3 tumbukan (konvergensi) lempeng kerak bumi, yakni lempeng Benua Eurasia,
lempeng Benua India-Australia dan lempeng Samudra Pasifik melahirkan suatu
struktur geologi yang memiliki kekayaan potensi pertambangan yang telah
diakui di dunia. Namun, potensi yang sangat tinggi ini masih belum
tergali secara optimal. Disamping itu, tingkat investasi di sektor
ini relatif rendah dan menunjukkan kecenderungan menurun akibat terhentinya
kegiatan eksplorasi di berbagai kegiatan pertambangan. Menurut studi yang
dilakukan Fraser Institute dalam Annual Survey of Mining Companies
(December 2002), iklim investasi sektor pertambangan di Indonesia tidak
cukup menggairahkan. Banyak kalangan menghawatirkan bahwa dengan
kondisi seperti ini maka masa depan, industri ekstraktif khususnya
pertambangan di Indonesia akan segera berakhir dalam waktu 5 sampai 10
tahun. Kondisi ini patut disayangkan karena industri ini memberikan
sumbangan yang cukup besar bagi perekonomian nasional maupun daerah. Dampak
ekonomi dari keberadaan industri pertambangan antar lain penciptaan
output, penciptaan tenaga kerja, menghasilkan devisa dan memberikan
kontribusi fiskal. Pada makalah ini akan dibahas mengenai gambaran
kondisi pertambangan mineral, iklim investasi pertambangan, tinjauan manfaat
ekonomi kegiatan pertambangan, permasalahan yang dihadapi industri
pertambangan dan rekomendasi kebijakan.
1.2 Identifikasi
Masalah
1. Bagaimanakah
jenis klasifikasi Batu Bara ?
2. Dimana saja
lokasi persebaran Batu Bara ?
3. Bagaimanakah
Pemanfaatan Batu Bara ?
4. Bagaimanakah
Upaya Pelestarian Batu Bara ?
1.3.
Tujuan Penulisan
Penulisan
makalah ini bertujuan untuk mengetahui sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui yaitu Batu bara. .
Januari
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Jenis Klasifikasi Batubara
2.1.1 Batubara
sebagai Energi
Istilah batubara merupakan hasil
terjemahan dari “coal”. Disebut batubara mungkin karena dapat terbakar seperti
halnya arang kayu. Defenisi dari batubara itu sendiri menurut Muchjidin (2005).
“Batubara adalah batuan sedimen yang
secara kimia dan fisika adalah heterogen dan mengandung unsur-unsur karbon,
hidrogen dan oksigen sebagai unsur utama dan belerang serta nitrogen sebagai
unsur tambahan. Zat lain, yaitu senyawa organik pembentuk “ash” tersebar
sebagai partikel zat mineral dan terpisah-pisah di seluruh senyawa batubara.
Beberapa jenis batu meleleh dan menjadi plastis apabila dipanaskan, tetapi
meninggalkan residu yang disebut kokas. Batubara dapat dibakar untuk
membangkitkan uap atau dikarbonisasikan untuk membuat bahan bakar cair atau
dihidrogenisasikan untuk membuat metan. Gas sintetis atau bahan bakar berupa
gas dapat diproduksi sebagai produk utama dengan jalan gasifikasi sempurna dari
batubara dengan oksigen dan uap atau udara dan uap”.
Dari defenisi yang lengkap ini salah
satunya adalah selain batubara dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar
pembangkit uap di PLTU, beberapa jenis batubara juga dapat diubah menjadi bahan
bakar minyak melalui cara pencairan batubara atau tersebut liquifaksi (coal
liquiefaction).
Pemakaian batubara sebagai energi
telah dilakukan pada abad 19 yaitu untuk menggerakkan lokomotif dan mesin uap.
Perkembangan selanjutnya tahun 1949 di Pengaron sebuah dusun di sepanjang
Sungai Mahakam (Kaliman Timur) oleh perusahaan Belanda “Oost Borneo Ma’atsc
Happij” dioperasikan tambang batubara.
2.1.2
Sumber Daya Batubara
Batubara makin hari makin menjadi
komoditas yang penting karena meningkatnya kebutuhan energi. Tahun 1999 sumber
daya batubara mencapai 38,9 miliar ton dan hasil survey sampai tahun 2003
sumber daya batubara mencapai 57,85 miliar ton dan angka ini akan bertambah
karena masih terus dilakukan ekplorasi di daerah yang baru. Sumber daya
batubara Indonesia terdapat di Sumatera 45 persen, Kalimantan 54 persen,
sisanya adalah Jawa, Sulawesi dan Irian Jaya.
2.2
Pemanfaatan Batubara
Dewasa ini penggunaan batubara di
dalam negeri adalah sebagai sumber energi panas dan bahan bakar, terutama dalam
pembangkit tenaga listrik dan industri semen serta dalam jumlah yang terbatas
pada industri kecil, seperti pembakaran batu gamping, genteng , sebagai
reduktor dan industri pelabuhan timah dan nikel. Selain itu batubara Indonesia
digunakan untuk ekspor ke berbagai negara antara lain Afrika, Eropa , Amerika
dan Asia (Jepang, Taiwan, Hongkong, Korea) dan lain-lain. Pemakaian batubara
terbesar sesuai urutannya adalah PLTU yang menggunakan bahan bakar batubara,
disusul oleh industri aemen yang secara keseluruhan telah beralih ke batubara,
kemudian industri kimia, kertas, metalurgi, briket batubara dan penggunaan
industri kecil lainya. Penggunaan batubara untuk PLTU pada tahun 1999 sebesar
26,9 juta ton, tahun 2004 sebesar 61,5 juta ton dan sampai tahun 2008 perkiraan
pemakaian batubara mencapai 71,8 juta ton. Sedangkan produksi batubara
Indonesia sampai tahun 2006 sebesar 160,4 juta ton, ekspor 120,8 juta ton dan
pemakaian dalam negeri 35,95 juta ton dengan total produksi 156,75 juta ton.
2.2.1
Batubara Sebagai Bahan Bakar Minyak
Secara umum batubara Indonesia
termasuk bahan bakar. Pengubahan batubara dapat dilakukan melalui dua cara
yaitu melalui pembuatan gas atau gasifikasi dan pencairan batubara atau
liquifaksi (coal liquefaction). Dalam proses gasifikasi semua gas organik dalam
batubara diubah ke dalam bentuk gas terutama karbonmonoksida, karbondioksida
dan hidrogen. Gas ini kemudian dapat diubah menjadi bahan-bahan kimia seperti
pupuk dan metanol.
Proses liquifaksi tujuannya adalah mengubah
batubara menjadi minyak. Penelitian oleh SASOL (perusahaan yang mengurusi
pencairan batubara) di Afrika Selatan telah berhasil mengubah batubara menjadi
minyak (Gasoline, Diesel, Jet Fuel ), gas maupun bahan kimia lainnya sehingga
Afrika Selatan telah “survive” mengatasi masalah BBM 50 persen kebutuhan BBM
Afrika dipasok dari Pabrik Pencairan Batubara sementara SASOL sendiri terdaftar
di bursa efek Afrika Selatan dan New York. Produksi SASOL sekitar 150.000
barel/hari.
Pemerintah Indonesia pada tahun 2004
lalu telah mempunyai rencana untuk membangun pilot plant untuk program
pencairan batubara di Cirebon (Jawa Barat). Maksud dari pilot plant ini adalah
sebagai uji coba dan sekaligus untuk meyakinkan semua pihak bahwa program
pencairan batubara ini dapat dilakukan. Teknologi yang akan digunakan adalah
teknologi Improve Brown Coal Liquefaction (IBCL) yang dikembangkan oleh Jepang.
Sementara Jepang sendiri sudah membangun pilot plant dengan teknologi ini untuk
50 ton/hari di Victoria, Australia.
Pada tahun 2002 pemerintah China
telah mengambil keputusan penting, yaitu tidak akan menggantungkan diri pada
impor minyak mentah. Sebagai pengganti impor minyak mentah, pemerintah China
membuat program pencairan batubara. Untuk mewujudkan program ini perusahaan terbesar
di China Shen Hua Group menggandeng perusahaan Amerika Headwaters Technology
Innovation (HTI) untuk pencairan batubara secara langsung melalui teknologi
yang dikembangkan oleh HTI.
2.3 Penyebaran
Batubara
Batubara merupakan
sumber energi masa depan (Heriawan 2000). Batubara merupakan batuan
sedimen (padatan) yang dapat terbakar berasal dari tumbuhan, berwarna coklat
sampai hitam, yang sejak pengendapannya terkena proses fisika dan kimia yang
mengakibatkan pengkayaan kandungan karbonnya (Wolf 1984 dalam Anggayana 1999).
Penyebaran
endapan batubara di Indonesia ditinjau dari sudut geologi
sangat erat hubungannya dengan penyebaran formasi sedimen yang berumur tersier
yang terdapat secara luas di sebagian besar kepulauan di Indonesia. Batubara di
Indonesia dapat dibedakan tiga jenis berdasarkan cara terbentuknya.
Pertama, batubara paleogen yaitu
endapan batubara yang terbentuk pada cekungan intramontain terdapat di Ombilin,
Bayah, Kalimantan Tenggara, Sulawesi Selatan, dan sebagainya.
Kedua, batubara neogen yakni
batubara yang terbentuk pada cekungan forelandterdapat di Tanjung Enim
Sumatera Selatan.
Ketiga, batubara delta, yaitu endapan
batubara di hampir seluruh Kalimantan Timur (Anggayana 1999).
Menurut Amri (2000) formasi
batubara tersebar di wilayah seluas 298 juta ha di Indonesia, meliputi 40
cekungan di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya dan Jawa. Dari jumlah
cekungan tersebut baru 13 cekungan dengan luas sekitar 74 juta ha (sekitar 25%)
yang sudah diselidiki. Sementara cekungan yang telah dilakukan penyelidikan
terbatas sampai pada tahap penyelidikan umum, eksplorasi maupun
eksploitasi baru 3% atau seluas 2,22 juta ha.
Oleh karena itu perlu ditingkatkan
penyelidikan tentang keberadaan batubara tersebut. Salah satu metoda gofisika
yang dapat digunakan untuk memperkirakan keberadaan batubara adalah metoda
geolistrik tahanan jenis. Metoda ini merupakan salah satu metoda geofisika yang
dapat memberikan gambaran susunan dan kedalaman lapisan batuan, dengan mengukur
sifat kelistrikan batuan (Priyanto 1989 dalam Kalmiawan et al, 2000).
Selanjutnya Loke (1999a)
mengungkapkan bahwa survey geolistrik metoda resistivitas mapping dan sounding
menghasilkan informasi perubahan variasi harga resistivitas baik arah lateral
maupun arah vertikal. Dalam penelitian ini dilakukan pemodelan berskala
laboratorium untuk mengukur tahanan jenis beberapa sampel batubara dari Tambang
Air Laya dengan peringkat yang berbeda (Heriawan 2000).
2.4 Minyak Bumi
Minyak bumi (bahasa Inggris: petroleum,
dari bahasa Latin petrus –
karang danoleum – minyak), dijuluki juga sebagai emas hitam,
adalah cairan kental, coklat gelap, atau kehijauan yang mudah terbakar, yang
berada di lapisan atas dari beberapa area di kerak Bumi. Minyak bumi terdiri dari campuran
kompleks dari berbagai hidrokarbon, sebagian
besar seri alkana, tetapi
bervariasi dalam penampilan, komposisi, dan kemurniannya.
2.4.1
Komposisi
Komponen kimia dari minyak bumi
dipisahkan oleh proses distilasi, yang
kemudian, setelah diolah lagi, menjadi minyak tanah, bensin, lilin,aspal, dll.
Empat alkana teringan- CH4 (metana), C2H6 (etana), C3H8 (propana), dan C4H10 (butana) - semuanya adalah gas yang
mendidih pada -161.6 °C, -88.6 °C, -42 °C, dan -0.5 °C,
berturut-turut (-258.9°, -127.5°, -43.6°, dan +31.1° F).
Rantai dalam wilayah C5-7 semuanya
ringan, dan mudah menguap, nafta jernih. Senyawaan tersebut digunakan
sebagai pelarut, cairan pencuci kering (dry clean), dan produk
cepat-kering lainnya. Rantai dari C6H14 sampai C12H26 dicampur
bersama dan digunakan untuk bensin. Minyak tanah terbuat dari rantai di wilayah
C10
Beberapa ilmuwan menyatakan bahwa
minyak adalah zat abiotik, yang berarti zat ini tidak berasal dari fosil tetapi
berasal dari zat anorganik yang dihasilkan secara alami dalam perut bumi.
Namun, pandangan ini diragukan dalam lingkungan ilmiah.
2.4.2
Kegunaan
Di Indonesia, minyak
bumi yang diolah banyak digunakan sebagai Bahan bakar minyak atau BBM,
yang merupakan salah satu jenisbahan bakar yang
digunakan secara luas di era industrialisasi.
Ada beberapa jenis BBM yang dikenal
di Indonesia, di antaranya adalah:
Ø Minyak tanah
industri
Ø Premium
Ø Solar
industri
Di Indonesia, harga BBM sering
mengalami kenaikan disebabkan alasan pemerintah yang ingin mengurangi subsidi. Tujuan dari pengurangan tersebut
dikatakan adalah agar dana yang sebelumnya digunakan untuk subsidi dapat
dialihkan untuk hal-hal lain seperti pendidikan dan
pembangunan infrastruktur.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
batubara merupakan sumber daya alam
yang tidak dapat diperbaharui, keberadaannya sangat dikontrol oleh kondisi
geologi yang tidak mengenal batas administrasi, umumnya ditemukan di
daerah-daerah terpencil yang miskin infrastruktur, pengusahaannya harus dilakukan
di tempat di mana bahan tambang itu ditemukan. Penambangan bahan galian mineral
dan batubara akan mengubah bentang alam dan menghasilkan limbah yang berpotensi
mencemari lingkungan, oleh karena itu dalam pengelolaannya perlu
melibatkan semua pihak terkait (stakeholders). Adanya kegiatan
pertambangan diharapkan dapat menjadi lokomotif pembangunan suatu daerah.
Kelangkaan dan mahalnya harga BBM
terutama minyak solar berimbas pada seluruh lapisan masyarakat. Akibatnya semua
sektor usaha industri dan perdagangan harus mengimbangi pula dengan kenaikan
harga jual barang. Kesulitan BBM yang terus berlarut dapat pula menghambat
iklim investasi di suatu daerah, di mana perkembangan industri dan perdagangan
sangat erat keterkaitannya dengan ketersediaan BBM.
Persoalan BBM adalah persoalan
pemerintah, namun kita berharap ketergantungan pada konsumsi minyak bumi ini
akan berkurang dan harus berupaya melakukan penghematan dalam pemakaiannya dan
perlu melakukan upaya mencari bahan pengganti. Untuk mengantisipasi kebijakan
kenaikan BBM ke depan dengan semakin menipisnya cadangan minyak nasional,
diharapkan pemeritah/pemeritah daerah mulai memikirkan atau melakukan
diversifikasi energi lain yang lebih murah, salah satunya adalah batubara.
3.2
Saran
1. Sumber daya
alam batubara dan minyak bumi semakin berkurang, kondisi ini diperparah lagi
dengan tidak dapatnya diperbaharui; untuk itu kita harus menghemat
penggunaan batu bara dan minyak bumi.
2. Lakukan
pelestarian sumber daya alam dengan tidak terlalu melakukan eksploitasi Sumber
daya alam.
3. Gunakanlah
peralatan hidup sehari-hari yang hemat energi dan BBM.
DAFTAR
PUSTAKA
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan
kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Hukum
Kepegawaian ini dengan baik.
Adapun tujuan dari makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas dari dosen dan juga untuk memberi wawasan yang
lebih baik bagi setiap pembacanya terutama bagi mahasiswa UMK Cabang Raha. Makalah
ini merjudul tentang pengolahan Batu Bara.
Penulis
juga menyadari bahwa pembuatan Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.Maka
untuk itu, penulis mohon maaf atas kekurangan dalam makalah ini. Dan penulis
juga berharap kepada pembaca atas saran dan kritk yang membangun.
Akhir
kata penulis mengucapkan terima kasih atas segala bantuan dari berbagai pihak.
Raha, Mei
2014
Penulis
MAKALAH
BATU
BARA
DISUSUN
OLEH :
NAMA : ERNA SARI
STAMBUK : 21215070
JURUSAN : PLS GEOGRAFI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
KENDARI
2014
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………….. i
DAFTAR ISI..............………………………………………...………….. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………...…............. 1
1.2 Identivikasi Masalah……………………………………...…............. 1
1.3 Tujuan…………………………….........................………...…............. 2
BAB II PEMBAHASAN…………………………………........…............. 3
2.1
Jenis Klasifikasi Batubara………………………….............................…............. 3
2.2
Pemanfaatan Batubara…………………………........…........................................ 4
2.3 Penyebaran
Batubara…………………………...................................…............. 5
2.4 Minyak Bumi…………………………........…....................................................... 7
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan……………………………………………….....……........... 9
2. Saran………………………………………………………………………10
DAFTAR PUSTAKA………………………………………….....………. 11
1. Kesimpulan……………………………………………….....……........... 9
2. Saran………………………………………………………………………10
DAFTAR PUSTAKA………………………………………….....………. 11
Tidak ada komentar:
Posting Komentar