MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN
Haemoragic
Post Partum ( HPP )
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sisitem Reproduksi II
BY
NAME :
SRI MARTIN
NIM :
12.12.987
CLASS
: II’B ( TWO)
AKPER
PEMKAB MUNA
SOUTHEAST SULAWESI
2013/2014
KATA
PENGANTAR
Dengan terselesaikannnya makalah ini
kami mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kekuatan baik lahir maupun batin kepada kami untuk menyusun makalah ini .
Adapun maksud dari penyusunan makalah ini adalah memenuhi persyaratan dalam
pembuatan makalah untuk memenuhi
tugas Mata Kuliah SISTEM REPRODUKSI II dengan judul “ Makalah Asuhan Keperawatan pada HPP “ .
Kami menyadari akan kekurangan
kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini mengingat pengetahuan kami yang
terbatas , namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak maka makalah
ini dapat terselesaikan . Untuk itu kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan
setinggi – tingginya kepada yang terhormat dosen pembimbing yang telah
memberikan pengarahan , petunjuk dan bimbingan serta saran dalam penyusunan
makalah ini dan teman - teman yang telah membantu dan mendukung dalam pembuatan makalah ini.
Harapan kami semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan
balasan yang setimpal atas kebaikan yang diberikan kepada kami . Dan semoga
makalah ini dapat berguna dalam menunjang pengetahuan dan kemajuan STIKES BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO yang akan datang , Amin .
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .....................................................................................................1
KATA PENGANTAR .........................................................................................2
DAFTAR ISI .....................................................................................................3
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
-
Latar Belakang HPP ..............................................................................5
1.2 Tujuan Penulisan
-
Tujuan HPP ...........................................................................................6
1.3 Manfaat
-
Manfaat HPP ...........................................................................................6
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
-
Pengertian HPP ...........................................................................................7
2.2 Klasifikasi
-
Klasifikasi
HPP.............................................................................................7
2.3 Etiologi
-
Etiologi PPH ...........................................................................................7
2.4 Faktor Presdisposisi HPP ...............................................................................8
2.5 Patofisiologi
- Patofisiologi
HPP ...............................................................................9
2.7 Gambaran Klinis HPP ...........................................................................................5
2.8 Penatalaksanaan Medis
- Penatalaksanaan HPP ..............................................................................6
2.9 Komplikasi
- Komplikasi HPP ..............................................................................9
2.11 Pemeriksaan Penunjang
PPH .............................................................................10
BAB
III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
- Pengkajian HPP .............................................................................11
3.2 Diagnosa Keperawatan
- DX HPP .........................................................................................11
3.3 Rencana Keperawatan
- Rencana Keperawatan HPP .................................................................12
3.4 Evaluasi HPP .....................................................................................................15
BAB
IV PENUTUP
4.1Kesimpulan
- HPP .....................................................................................................35
4.2 Saran
- HPP .....................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA
-
HPP .....................................................................................................36
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Perdarahan
postpartum atau perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan lebih dari 500 –
600 ml selama 24 jam setelah anak lahir. Perdarahan postpartum adalah
perdarahan dalam kala IV lebih dari 500 – 600 cc dalam 24 jam setelah anak dan
plasenta lahir. Haemoragic Post Partum ( HPP ) adalah hilangnya darah lebih
dari 500 ml dalam 24 jam pertama setelah lahirnya bayi. Normalnya, perdarahan
dari tempat plasenta terutama dikontrol oleh kontraksi dan retraksi anyaman
serat-serat otot serta agregasi trombosit dan trombus fibrin di dalam pembuluh
darah desidua. Perdarahan postpartum dibagi atas dua bagian yaitu perdarahan
postpartum dini dan lanjut. Perdarahan postpartum dini adalah perdarahan yang berlebihan
selama 24 jam pertama setelah kala tiga persalinan selesai, sedangkan
perdarahan postpartum lanjut adalah perdarahan yang berlebihan selama masa
nifas, termasuk periode 24 jam pertama setelah kala tiga persalinan selesai. Di
Indonesia, Sebagian besar persalinan terjadi tidak di rumah sakit, sehingga
sering pasien yang bersalin di luar kemudian terjadi perdarahan post partum
terlambat sampai ke rumah sakit, saat datang keadaan umum/hemodinamiknya sudah
memburuk, akibatnya mortalitas tinggi. Menurut Depkes RI, kematian ibu di
Indonesia (2002) adalah 650 ibu tiap 100.000 kelahiran hidup dan 43% dari angka
tersebut disebabkan oleh perdarahan post partum.HPP adalah perdarahan yang
masif yang berasal dari tempat implantasi plasenta, robekan pada jalan lahir
dan jaringan sekitarnya dan merupakan salah satu penyebab kematian ibu
disamping perdarahan karena hamil ektopik atau abortus. HPP bila tidak mendapat
penanganan yang semestinya akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas ibu serta
proses penyembuhan kembali.Apabila terjadi perdarahan yang berlebihan pasca
persalinan harus dicari etiologi yang spesifik. Atonia uteri, retensio plasenta
(termasuk plasenta akreta dan variannya), sisa plasenta, dan laserasi traktus
genitalia merupakan penyebab sebagian besar perdarahan post partum. Dalam 20
tahun terakhir, plasenta akreta mengalahkan atonia uteri sebagai penyebab
tersering perdarahan post partum yang keparahannya mengharuskan dilakukan
tindakan histerektomi. Laserasi traktus genitalia yang dapat terjadi sebagai
penyebab perdarahan post partum antara lain laserasi perineum, laserasi vagina,
cedera levator ani dan cedera pada serviks uteri.Berdasarkan hal tersebut di
atas dan dari temuan kami di klinik diperoleh kasus retensio plasenta sebagai
salah satu penyebab kasus HPP, maka dari itu kami akan berupaya untuk mengkaji
kasus tersebut.
1.2
Tujuan
1.2.1
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang HPP
1.2.2
Tujuan Khusus
a)
Mampu menjelaskan pengertian HPP
b)
Mampu menjelaskan penyebab HPP
c)
Mampu menjelaskan tindakan
keperawatan kepada pasien dengan HPP
d)
Mampu menjelaskan tentang asuhan
keperawatan dengan HPP
1.3
Manfaat
Penyusun
mengharapkan makalah ini bermanfaat :
1.3.1
Bagi mahasiswa agar sebagai perawat
nantinya bisa mengaplikasikan ilmu tersebut atau menerapkannya dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien Haemoragic
Post Partum ( HPP ) dengan baik dan benar.
1.3.2
Bagi para pembaca, sebagai bahan bacaan dan
referensi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Post partum / puerperium adalah masa dimana tubuh menyesuaikan, baik
fisik maupun psikososial terhadap proses melahirkan. Dimulai segera setelah
bersalin sampai tubuh menyesuaikan secara sempurna dan kembali mendekati
keadaan sebelum hamil ( 6 minggu ).
Masa post partum dibagi dalam tiga tahap : Immediate post partum dalam
24 jam pertama, Early post partum period (minggu pertama) dan Late post partum
period ( minggu kedua sampai minggu ke enam)..Potensial bahaya yang sering
terjadi adalah pada immediate dan early post partum period sedangkan perubahan
secara bertahap kebanyakan terjadi pada late post partum period. Bahaya yang
paling sering terjadi itu adalah perdarahan paska persalinan atau HPP.
Menurut Willams & Wilkins (1988) perdarahan paska persalinan adalah
perdarahan yang terjadi pada masa post partum yang lebih dari 500 cc segera
setelah bayi lahir. Tetapi menentukan jumlah perdarahan pada saat persalinan
sulit karena bercampurnya darah dengan air ketuban serta rembesan dikain pada
alas tidur. POGI, tahun 2000 mendefinisikan perdarahan paska persalinan adalah
perdarahan yang terjadi pada masa post partum yang menyebabkan perubahan tanda
vital seperti klien mengeluh lemah, limbung, berkeringat dingin, dalam
pemeriksaan fisik hiperpnea, sistolik < 90 mmHg, nadi > 100 x/menit dan
kadar HB < 8 gr %.
2.2 Klasifikasi perdarahan
2.2.1 Perdarahan paska persalinan dini/
early HPP/ primary HPP adalah perdarahan berlebihan ( 600 ml atau lebih ) dari
saluran genitalia yang terjadi dalam 12
- 24 jam pertama setelah melahirkan.
2.2.2 Perdarahan paska persalinan lambat / late HPP/ secondary HPP adalah
perdarahan yang terjadi antara hari kedua sampai enam minggu paska persalinan.
2.3
Etiologi
Penyebab perdarahan dibagi dua sesuai dengan jenis
perdarahan yaitu :
2.3.1
Penyebab perdarahan paska persalinan dini :
a.
Perlukaan jalan lahir : ruptur
uteri, robekan serviks, vagina dan
perineum, luka episiotomi.
b.
Perdarahan pada tempat menempelnya
plasenta karena : atonia uteri, retensi plasenta, inversio uteri.
c.
Gangguan mekanisme pembekuan darah.
2.3.2 Penyebab perdarahan paska persalinan terlambat biasanya disebabkan oleh sisa plasenta atau bekuan darah, infeksi akibat retensi produk
pembuangan dalam uterus sehingga terjadi sub
involusi uterus.
2.4 Faktor predisposisi
Beberapa kondisi selama hamil dan bersalin dapat merupakan faktor
predisposisi terjadinya perdarahan paska persalinan, keadaan tersebut ditambah
lagi dengan tidak maksimalnya kondisi kesehatannya dan nutrisi ibu selama
hamil. Oleh karena itu faktor-faktor haruslah diketahui sejak awal dan
diantisipasi pada waktu persalinan :
2.4.1 Trauma persalinan
Setiap tindakan yang akan dilakukan selama proses persalianan harus
diikuti dengan pemeriksaan jalan lahir agar diketahui adanya robekan pada jalan
lahir dan segera dilakukan penjahitan dengan benar.
2.4.2 Atonia Uterus
Pada kasus yang diduga berisiko tinggi terjadinya atonia uteri harus
diantisipasi dengan pemasangan infus. Demikian juga harus disiapkan obat
uterotonika serta pertolongan persalinan kala III dengan baik dan benar.
2.4.3 Jumlah darah sedikit
Keadaan ini perlu dipertimbangkan pada kasus keadaan itu jelek,
hipertensi saat hamil, pre eklampsia dan eklamsi.
2.4.4 Kelainan pembekuan darah
Meskipun jarang tetapi bila terjadi sering berakibat fatal, sehingga
perlu diantisipasi dengan hati-hati dan seksama.
2.5 Patofisiologi
Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah didalam uterus
masih terbuka. Pelepasan plasenta memutuskan pembuluh darah dalam stratum
spongiosum sehingga sinus-sinus maternalis ditempat insersinya plasenta
terbuka.
Pada waktu uterus berkontraksi, pembuluh darah yang terbuka tersebut
akan menutup, kemudian pembuluh darah tersumbat oleh bekuan darah sehingga
perdarahan akan terhenti. Adanya gangguan retraksi dan kontraksi otot uterus,
akan menghambat penutupan pembuluh darah dan menyebabkan perdarahan yang
banyak. Keadaan demikian menjadi faktor utama penyebab perdarahan paska
persalinan. Perlukaan yang luas akan menambah perdarahan seperti robekan
servix, vagina dan perinium.
|
|||||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||||
|
||||||||||||||||||||||||
|
||||||||||||||||||||||||
|
||||||||||||||||||||||||
|
||||||||||||||||||||||||
|
||||||||||||||||||||||||
2.6 Gambaran klinik
Untuk memperkirakan kemungkinan penyebab perdarahan paska persalinan
sehingga pengelolaannya tepat, perlu dibenahi gejala dan tanda sebagai berikut
:
Gejala dan tanda
|
Penyulit
|
Diagnosa penyebab
|
-
Uterus tidak berkontraksi dan lembek
-
Perdarahan segera setelah bayi
lahir
|
-
Syok
-
Bekuan darah pada serviks atau
pada posisi terlentang akan menghambat aliran darah keluar
|
-
Atonia uteri
|
-
Darah segar mengalir segera
setelah anak lahir
-
Uterus berkontraksi dan keras
-
Plasenta lengkap
|
-
Pucat
-
Lemah
-
Mengigil
|
-
Robekan jalan lahir
|
-
Plasenta belum lahir setelah 30
menit
-
Perdarahan segera, uterus
berkontraksi dan keras
|
-
Tali pusat putus
-
Inversio uteri
-
Perdarahan lanjutan
|
-
Retensio plasenta
|
-
Plasenta atau sebagian selaput
tidak lengkap
-
Perdarahan segera
|
-
Uterus berkontraksi tetapi tinggi
fundus uteri tidak berkurang
|
-
Tertinggalnya sebagian plasenta
|
-
Uterus tidak teraba
-
Lumen vagina terisi massa
|
-
Neurogenik syok, pucat dan limbung
|
-
Inversio uteri
|
2.7 Penatalaksanaan
2.7.1 Penatalaksanaan umum
a.
Ketahui secara pasti kondisi ibu
bersalin sejak awal
b.
Pimpin persalinan dengan mengacu
pada persalinan bersih dan aman
c.
Selalu siapkan keperluan tindakan
gawat darurat
d.
Segera lakukan penilaian klinik dan upaya
pertolongan apabila dihadapkan dengan masalah dan komplikasi
e.
Atasi syok jika terjadi syok
f.
Pastikan kontraksi berlangsung baik
( keluarkan bekuan darah, lakukan pijatan uterus, beri uterotonika 10 IV
dilanjutkan infus 20 ml dalam 500 cc NS/RL dengan tetesan 40 tetes/menit ).
g.
Pastikan plasenta telah lahir
lengkap dan eksplorasi kemungkinan robekan jalan lahir
h.
Bila perdarahan tidak berlangsung,
lakukan uji bekuan darah.
i.
Pasang kateter tetap dan pantau
cairan keluar masuk
j.
Lakukan observasi ketat pada 2 jam
pertama paska persalinan dan lanjutkan pemantauan terjadwal hingga 4 jam
berikutnya.
2.7.2 Penatalaksanaan khusus
a. Atonia uteri
-
Kenali dan tegakan kerja atonia
uteri
-
Sambil melakukan pemasangan infus
dan pemberian uterotonika, lakukan
pengurutan uterus
-
Pastikan plasenta lahir lengkap dan
tidak ada laserasi jalan lahir
-
Lakukan tindakan spesifik yang
diperlukan :
-
Kompresi bimanual eksternal yaitu
menekan uterus melalui dinding abdomen dengan jalan saling mendekatkan kedua
belah telapak tangan yang melingkupi uteus. Bila perdarahan berkurang kompresi
diteruskan, pertahankan hingga uterus dapat kembali berkontraksi atau dibawa ke
fasilitas kesehata rujukan.
-
Kompresi bimanual internal yaitu
uterus ditekan diantara telapak tangan pada dinding abdomen dan tinju tangan
dalam vagina untuk menjempit pembuluh darah didalam miometrium.
-
Kompresi aorta abdominalis yaitu
raba arteri femoralis dengan ujung jari tangan kiri, pertahankan posisi
tersebut genggam tangan kanan kemudian tekankan pada daerah umbilikus, tegak
lurus dengan sumbu badan, hingga mencapai kolumna vertebralis, penekanan yang
tepat akan menghetikan atau mengurangi, denyut arteri femoralis.
b. Retensio plasenta dengan separasi parsial
-
Tentukan jenis retensio yang terjadi
karena berkaitan dengan tindakan yang akan diambil.
-
Regangkan tali pusat dan minta
pasien untuk mengejan, bila ekspulsi tidak terjadi cobakan traksi terkontrol
tali pusat.
-
Pasang infus oksitosin 20 unit/500
cc NS atau RL dengan tetesan 40/menit, bila perlu kombinasikan dengan misoprostol
400mg per rektal.
-
Bila traksi terkontrol gagal
melahirkan plasenta, lakukan manual plasenta secara hati-hati dan halus.
-
Restorasi cairan untuk mengatasi
hipovolemia.
-
Lakukan transfusi darah bila
diperlukan.
-
Berikan antibiotik profilaksis (
ampicilin 2 gr IV/oral + metronidazole 1 g supp/oral ).
c.
Plasenta inkaserata
-
Tentukan diagnosis kerja
-
Siapkan peralatan dan bahan untuk
menghilangkan kontriksi serviks yang kuat, tetapi siapkan infus fluothane atau
eter untuk menghilangkan kontriksi serviks yang kuat, tetapi siapkan infus
oksitosin 20 Untuk500 NS atau RL untuk mengantisipasi gangguan kontraksi uterus
yang mungkin timbul.
-
Bila bahan anestesi tidak tersedia,
lakukan manuver sekrup untuk melahirkan plasenta.
-
Pasang spekulum Sims sehingga ostium
dan sebagian plasenta tampak jelas.
-
Jepit porsio dengan klem ovum pada
jam 12, 4 dan 8 dan lepaskan spekulum
-
Tarik ketiga klem ovum agar ostium,
tali pusat dan plasenta tampak jelas.
-
Tarik tali pusat ke lateral sehingga
menampakkan plasenta disisi berlawanan agar dapat dijepit sebanyak mungkin,
minta asisten untuk memegang klem tersebut.
-
Lakukan hal yang sama pada plasenta
kontra lateral
-
Satukan kedua klem tersebut,
kemudian sambil diputar searah jarum jam tarik plasenta keluar perlahan-lahan.
d.
Ruptur uteri
-
Berikan segera cairan isotonik (
RL/NS) 500 cc dalam 15-20 menit dan siapkan laparatomi
-
Lakukan laparatomi untuk melahirkan
anak dan plasenta, fasilitas pelayanan kesehatan dasar harus merujuk pasien ke
rumah sakit rujukan
-
Bila konservasi uterus masih
diperlukan dan kondisi jaringan memungkinkan, lakukan operasi uterus
-
Bila luka mengalami nekrosis yang
luas dan kondisi pasien mengkwatirkan lakukan histerektomi
-
Lakukan bilasan peritonial dan
pasang drain dari cavum abdomen
-
Antibiotik dan serum anti tetanus,
bila ada tanda-tanda infeksi.
e. Sisa plasenta
-
Penemuan secara dini, dengan
memeriksa kelengkapan plasenta setelah dilahirkan
-
Berika antibiotika karena
kemungkinan ada endometriosis
-
Lakukan eksplorasi digital/bila
serviks terbuka dan mengeluarkan bekuan darah atau jaringan, bila serviks hanya
dapat dilalui oleh instrument, lakukan evakuasi sisa plasenta dengan dilatasi
dan kuret.
-
Hb
8 gr% berikan transfusi atau berikan sulfat ferosus 600mg/hari selama 10
hari
a.
Ruptur peritonium dan robekan
dinding vagina
-
Lakukan eksplorasi untuk
mengidentifikasi lokasi laserasi dan sumber perdarahan
-
Lakukan irigasi pada tempat luka dan
bubuhi larutan antiseptik
-
Jepit dengan ujung klem sumber
perdarahan kemudian ikat dengan benang yang dapat diserap
-
Lakukan penjahitan luka dari bagian
yang paling distal
-
Khusus pada ruptur perineum komplit
dilakukan penjahitan lapis demi lapis dengan bantuan busi pada rektum, sebagai
berikut :
-
Setelah prosedur aseptik-
antiseptik, pasang busi rektum hingga ujung robekan
-
Mulai penjahitan dari ujung robekan
dengan jahitan dan simpul sub mukosa, menggunakan benang polyglikolik No 2/0 (
deton/vierge ) hingga ke sfinter ani, jepit kedua sfinter ani dengan klem dan
jahit dengan benang no 2/0.
-
Lanjutkan penjahitan ke lapisan otot
perineum dan sub mukosa dengan benang yang sama ( atau kromik 2/0 ) secara
jelujur.
-
Mukosa vagina dan kulit perineum
dijahit secara sub mukosa dan sub kutikuler
-
Berikan antibiotik profilaksis. Jika
luka kotor berikan antibiotika untuk terapi.
g. Robekan serviks
-
Sering terjadi pada sisi lateral,
karena serviks yang terjulur akan mengalami robekan pada posisi spina ishiadika
tertekan oleh kepala bayi.
-
Bila kontraksi uterus baik, plasenta
lahir lengkap, tetapi terjadi perdarahan banyak maka segera lihat bagian
lateral bawah kiri dan kanan porsio
-
Jepitan klem ovum pada kedua sisi
porsio yang robek sehingga perdarahan dapat segera di hentikan, jika setelah
eksploitasi lanjutkan tidak dijumpai robekan lain, lakukan penjahitan, jahitan
dimulai dari ujung atas robekan kemudian kearah luar sehingga semua robekan
dapat dijahit
-
Setelah tindakan periksa tanda
vital, kontraksi uterus, tinggi fundus uteri dan perdarahan paska tindakan
-
Berikan antibiotika profilaksis,
kecuali bila jelas ditemui tanda-tanda infeksi
-
Bila terjadi defisit cairan lakukan
restorasi dan bila kadar Hb dibawah 8 gr% berikan transfusi darah
2.8 Komplikasi
2.8.1 Perdarahan
2.8.2 Perforasi
2.8.3 Syok
2.8.4 Infeksi
2.9 Pemeriksaan
Penunjang
Laboratorium, Hemoglobin, Hematokrit, Trombosit
3 Penkes
Cara yang terbaik untuk mencegah terjadinya Perdarahan Post Partum adalah
memimpin kala II dan kala III persalinan secara legeartis. Apabila
persalinan diawasi oleh dokter spesialis obstetric-ginekologi ada yang
menganjurkan untuk memberikan suntikan ergometrik secara IV setelah anak lahir,
dengan tujuan untuk mengurangi perdarahan yang terjadi
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Haemoragic Post Partum
3.1 Pengkajian
3.1.1
Identitas : Sering terjadi pada ibu
usia dibawah 20 tahun dan diatas 35
tahun
3.1.2
Keluhan utama : Perdarahan dari
jalan lahir, badan lemah, limbung, keluar keringat dingin, kesulitan nafas,
pusing, pandangan berkunang-kunang.
3.1.3
Riwayat kehamilan dan persalinan :
Riwayat hipertensi dalam kehamilan, preeklamsi / eklamsia, bayi besar, gamelli,
hidroamnion, grandmulti gravida, primimuda, anemia, perdarahan saat hamil.
Persalinan dengan tindakan, robekan jalan lahir, partus precipitatus, partus
lama/kasep, chorioamnionitis, induksi persalinan, manipulasi kala II dan III.
3.1.4
Riwayat kesehatan : Kelainan darah
dan hipertensi
3.1.5
Pengkajian fisik :
a.
Tanda vital :
-
Tekanan darah : Normal/turun (
kurang dari 90-100 mmHg)
-
Nadi : Normal/meningkat ( 100-120 x/menit)
-
Pernafasan : Normal/ meningkat ( 28-34x/menit )
-
Suhu : Normal/ meningkat
-
Kesadaran :
Normal / turun
b.
Fundus uteri/abdomen : lembek/keras,
subinvolusi
c.
Kulit : Dingin, berkeringat, kering,
hangat, pucat, capilary refil memanjang
d.
Pervaginam : Keluar darah, robekan,
lochea ( jumlah dan jenis )
e.
Kandung kemih : distensi, produksi
urin menurun/berkurang
3.2 Diagnosa Keperawatan
3.2.1
Kekurangan volume cairan b/d
perdarahan pervagina
3.2.2
Gangguan perfusi jaringan b/d
perdarahan pervagina
3.2.3
Cemas/ketakutan b/d
perubahan keadaan atau ancaman kematian
3.2.4
Resiko infeksi b/d perdarahan
3.2.5
Resiko shock hipovolemik b/d
perdarahan yang
terjadi secara terus menerus
3.3 Rencana tindakan keperawatan
3.3.1 Kekurangan volume cairan b/d perdarahan pervagina
Tujuan : Mencegah disfungsional bleeding dan
memperbaiki volume cairan
Intervensi :
1. Tidurkan pasien dengan posisi kaki lebih tinggi sedangkan badannya tetap
terlentang
R/ Dengan kaki lebih tinggi akan meningkatkan venous return dan memungkinkan
darah keotak dan organ lain.
2. Monitor tanda vital
R/ Perubahan tanda vital terjadi bila
perdarahan semakin hebat
3. Monitor intake dan output setiap 5-10 menit
R/ Perubahan output merupakan tanda adanya gangguan fungsi ginjal
4.
Evaluasi kandung kencing
R/ Kandung kencing yang penuh menghalangi kontraksi
uterus
5. Lakukan masage uterus dengan satu tangan serta tangan lainnya diletakan
diatas simpisis.
R/
Massage uterus merangsang kontraksi uterus dan membantu pelepasan placenta,
satu tangan diatas simpisis mencegah terjadinya inversio uteri
6. Batasi pemeriksaan vagina dan rectum
R/ Trauma yang terjadi pada daerah vagina serta rektum meningkatkan
terjadinya perdarahan yang lebih hebat, bila terjadi laserasi pada serviks /
perineum atau terdapat hematom
Bila tekanan darah semakin turun, denyut nadi makin
lemah, kecil dan cepat, pasien merasa mengantuk, perdarahan semakin hebat,
segera kolaborasi.
7. Berikan infus atau cairan intravena
R/ Cairan intravena mencegah terjadinya shock
8. Berikan uterotonika ( bila perdarahan karena atonia uteri )
R/ Uterotonika merangsang kontraksi uterus dan mengontrol perdarahan
9. Berikan antibiotic
R/ Antibiotik mencegah infeksi yang mungkin terjadi
karena perdarahan pada subinvolusio
10.
Berikan transfusi whole blood ( bila
perlu )
R/ Whole blood membantu menormalkan volume cairan tubuh
3.3.2 Gangguan perfusi jaringan b/d perdarahan pervagina
Tujuan : Tanda vital dan gas darah dalam
batas normal
Intervensi :
1. Monitor tanda vital tiap 5-10 menit
R/ Perubahan perfusi jaringan menimbulkan perubahan
pada tanda vital
2. Catat perubahan warna kuku, mukosa bibir, gusi dan lidah, suhu kulit
R/ Dengan vasokontriksi dan hubungan keorgan vital,
sirkulasi di jaingan perifer berkurang sehingga menimbulkan cyanosis dan suhu
kulit yang dingin
3.
Kaji ada / tidak adanya produksi ASI
R/ Perfusi yang jelek menghambat produksi prolaktin
dimana diperlukan dalam produksi ASI
4.
Tindakan kolaborasi :
-
Monitor kadar gas darah dan PH (
perubahan kadar gas darah dan PH merupakan tanda hipoksia jaringan )
-
Berikan terapi oksigen ( Oksigen
diperlukan untuk memaksimalkan transportasi sirkulasi jaringan ).
3.3.3 Cemas/ketakutan berhubungan dengan perubahan keadaan atau ancaman
kematian
Tujuan : Klien dapat mengungkapkan secara verbal rasa cemasnya dan mengatakan
perasaan cemas berkurang atau hilang.
Intervensi :
1.
Kaji respon psikologis klien
terhadap perdarahan paska persalinan
R/ Persepsi klien mempengaruhi intensitas cemasnya
2.
Kaji respon fisiologis klien (
takikardia, takipnea, gemetar )
R/ Perubahan tanda vital menimbulkan perubahan pada respon fisiologis
3.
Perlakukan pasien secara kalem,
empati, serta sikap mendukung
R/ Memberikan dukungan emosi
4.
Berikan informasi tentang perawatan dan pengobatan
R/ Informasi yang akurat dapat mengurangi cemas dan
takut yang tidak diketahui
5.
Bantu klien mengidentifikasi rasa
cemasnya
R/ Ungkapan perasaan dapat mengurangi cemas
6.
Kaji mekanisme koping yang digunakan
klien
R/
Cemas yang berkepanjangan dapat dicegah dengan mekanisme koping yang tepat.
3.3.4 Potensial infeksi sehubungan dengan
perdarahan
Tujuan : Tidak terjadi infeksi ( lokea tidak berbau dan TV dalam batas normal )
Intervensi:
1. Catat perubahan tanda vital
R/ Perubahan tanda vital ( suhu ) merupakan indikasi
terjadinya infeksi
2.
Catat adanya tanda lemas,
kedinginan, anoreksia, kontraksi uterus yang lembek, dan nyeri panggul
R/ Tanda-tanda tersebut merupakan indikasi terjadinya
bakterimia, shock yang tidak terdeteksi
3.
Monitor involusi uterus dan pengeluaran lochea
R/ Infeksi uterus menghambat involusi dan terjadi
pengeluaran lokea yang berkepanjangan
4.
Perhatikan kemungkinan infeksi di
tempat lain, misalnya infeksi saluran nafas, mastitis dan saluran kencing
R/ Infeksi di tempat lain memperburuk keadaan
5.
Tindakan kolaborasi
-
Berikan zat besi ( Anemi memperberat
keadaan )
-
Beri antibiotika ( Pemberian
antibiotika yang tepat diperlukan untuk keadaan infeksi ).
3.3.5 Resiko
terjadinya syock hipovolemik b/d perdarahan yang terjadi terus menerus
Tujuan: tidak terjadi syock
hipovolemik dalam masa perawatan
KH:
- Tidak terjadi penurunan
kesadaran
- TTV dalam batas normal
- Turgor kulit baik
Intervensi
1. Anjurkan pasien untuk lebih
banyak minum
R/ peningkatan
intake cairan dapat meningkatkan volume intravaskuler yang dapt meningkatkan
perfusi jaringan
2. Observasi TTV tiap 4 jam
R/ perubahan TTV
dapat merupakan indikator terjadinya dehidrasi secara dini
3. Observasi terhadap
tanda-tanda dehidrasi
R/ dehidrasi
merupakan awal terjadinya syock bila dehidrasi tidak ditangan secara baik
4. Observasi intake cairan dan
output
R/ intake cairan
yang adekuat dapat mengimbangi pengeluaran cairan yang berlebihan.
3.4 Evaluasi
Semua tindakan yang dilakukan diharapkan memberikan hasil :
3.4.1 Tanda
vital dalam batas normal :
a. Tekanan darah :
110/70-120/80 mmHg
b. Denyut nadi : 70-80 x/menit
c. Pernafasan : 20 – 24 x/menit
d. Suhu :
36 – 37 oc
3.4.2 Kadar
Hb : Lebih atau sama
dengan 10 g/dl
a.
Gas darah dalam batas normal
b.
Klien dan keluarganya
mengekspresikan bahwa dia mengerti tentang komplikasi dan pengobatan yang
dilakukan
c.
Klien dan keluarganya menunjukkan
kemampuannya dalam mengungkapkan perasaan psikologis dan emosinya
d.
Klien dapat melakukan aktifitasnya
sehari-hari
e.
Klien tidak merasa nyeri
f.
Klien dapat mengungkapkan secara
verbal perasaan cemasnya
3.5 Tinjauan Kasus
Pada bab ini
penulis akan memaparkan hasil penerapkan asuhan keperawatan di ruang Khotijah
RS Islam pada tanggal 19 April 2013
pada Ny. E dengan perdarahan post partum
melalui pendekatan proses keperawatanyang meliputi Pengkajian, Diagnosa
keperawatan, Rencana keperawatan,Implementasi keperawatan, dan Evaluasi
keperawatan.
A. Pengkajian
pengkajian awal dilakukan pada tanggal 19
April jam 15.00 WIB didapat data sebagai berikut:
1. Gambaran umum kasus yang dikelola oleh
penulis dimulai dari biodata:
Nama pasien : Ny. E,
Umur : 24 tahun,
Agama : islam
Suku /bangsa :Jawa / Indonesia
Pendidikan :SLTP
Pekerejaan : Ibu rumah tangaga
No.Reg :83662.
Alamat : Gemuh kendal RT 01/RW 2
Diagnosa Medis : Haemorogic post
partum33
2. Penanggung jawab :
Nama : Tn. A
Umur : 30 tahun
Pendidika : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Alamat : Gemuh kendal RT01/RW 02
Hubungan dengan pasien : Suami
B. Data
Biologis
a.
Keluhan utama:pasien mengatakan darah merembes
banyak dari jalan lahir, tembus sampai kekain.
b.
Riwayat kesehatan sekarang:3 jam setelah
melahirkan pasien mengatakan, perutnya mules, badanlemes, kepala pusing,mata
berkunang - kunang, ada darah merembesbanyak dari jalan lahir tembus sampai
kain.Terdapat luka jahitan diperineum terasa nyeri seperti diiris - iris,
durasi 5 menit, frekuensi 10menit.terdapat 5 jahitan,bekas jahitan terlihat
kemerahan ,terdapatsedikit bengkak pada labia mayora dan labia minora ,terdapat
adanyapengeluaran lochea pada jalan lahir pada saat penggantian pembalutselama
2 jam 2x. Terdapat kebiruan pada daerah genital. Adanyajahitan pada perineum 12
jahitan.34
c.
Riwayat kesehatan dahulu: pasien mengatakan
tidak mempunyai penyakit yang memperberatperdarahannya dan memperlambat
pemulihanya, seperti penyakitdiabetes melitus, hipertensi.
d.
Riwayat kesehatan keluarga: pasien mengatakan
keluarganya tidak mempunyai penyakit yang menurun.
e.
Riwayat KB: pasien mengatakan setelah post
partum ingin menjalani kontrasepsisuntik 3 bulan.
f.
Riwayat perkawinan: pasien mengatakan menikah 1
kali, lama pernikahan 2 tahun.
g.
Riwayat kehamilan dan persalinan ( G0 P1 A0
):tahun kehamilan 2011, umur kehamilan 9 bulan 10 hari, ditolong oleh bidan dan
perawat, partus secara normal spontan, berat badan bayi 2800 gram, panjang
badan bayi 48 cm, laki – laki, lahir hidup, ibu sekarang pada masa post partum.
Obat yang diminum vitamin dan tablet penambah darah yang didapat dari posyandu.
Periksa selama hamil periksa rutin tiap bulan ke Posyandu. Frekuensi periksa
trimester pertama 3 kali trimester, ke dua 3 kali, trimester ke tiga 6 kali.35
C. Pengkajian
pola nutrisi didapat data sebagai berikut:
1. pola nutrisi
a) sebelum
melahirkan. Makan: frekuensi makan 3 kali sehari, jenis makanan nasi, lauk
pauk, sayur, buah, porsi makan banyaksampai 2 porsi 3xsehari . Minum 1200 cc
sampai 1500 cc perhari. Jenis minuman air putih, teh manis, jus buah, dan susu.
b)Setelah
melahirkan makan: jenis makanan nasi, sayur, lauk pauk, buah dan susu,
frekuensi 3 kali sehari, porsi makan habis walaupun makan secara bertahap.
Minum 1000 cc sampai 1300 cc per hari, jenis minuman air putih, teh manis,
susu.
2. Pola
eliminasi
a). BAB:
sebelum melahirkan: frekuensi 1 kali sehari waktu lebih sering pagi hari, warna
kuning, konsistensi lembek tapi kadang keras, posisi jongkok. BAK frekuensi 5 –
6 kali, warna kuning jernih bau khas urine.
b). Setelah
melahirkan: pasien mengatakan selama di rawat belum BAB. BAK frekuensi 2 – 3
kali sehari, warna kuning jernih, bau khas urine. Lokhea jenis lokhea rubra
warna merah jumlah 100 cc.
3. Pola
aktivitas dan tidur:
a). sebelum
melahirkan aktivitas sehari – hari dalam kegiatan dirumah dilakukan tanpa
bantuan orang lain meski sedang hamil. Dan kebutuhan istirahat tidur pasien
mengatakan tetap tidur siang selama36x2 jam, tidur malam normal 7 – 8 jam, dan
tidak ada kesulitan untuk istirahat disela - sela aktivitas sehari – hari.
b). Setelah
melahirkan aktivitas sehari – hari pasien mengatakan seluruh aktivitas dan
kegiatanya di bantu oleh ibu, suami, dan perawat, karena harus bedrest karena
adanya perdarahan dan luka jahitan pada perineum yang masih terasa nyeri,
kebutuhan istirahat tidur pasien mengatakan tidurnya agak terganggu rasa nyeri
pada luka jahitan bersih, dan lembab.
4. Pola
Kebersihan
a). Pasien
mengatakan sebelum melahirkan mandi 2 kali sehari memakai sabun mandi,kramas 3
kali dalam semingu dengan sampo, kulit kepala tidak gatal, kulit kepala bersih
tidak ada ketombe dan menggosok gigi 2 kali sehari, gigi bersih, mukosa bibir
lembab.
b). Setelah
melahirkan pasien mengatakan mandi dengan disibin, belum keramas, rambut agak
kusam dan agak bau, kulit kepala terlihat agak kotor tapi gosok gigi 2 kali
sehari menggunakan pasta gigi ditempat tidur dengan posisi miring, mukosa bibir
lembab, gigi bersih.
5. Pola
persepsi sensori
pasien
mengatakan penglihatanya agak berkunang – kunang tapi dapan mendengar dengan
jelas, tidak memakai alat bantu pendengaran dan penglihatan. Hal yang
diharapkan pasien adalah cepat sembuh, cepat ingin menyusui bayinya, dan
berkumpul dengan keluarganya dirumah.
6. Pengkajian
pola psikologis
pasien
mengatakan takut atau cemas bila perdarahanya sulit berhenti suami dan
keluarganya sangat mendukung dalam proses pemulihan dan penyembuhan sehingga
orang yang sangat berarti dalam hidupnya adalah suami dan bayinya.
7. Pengkajian pola spiritual
pasien mengatakan
suami dan keluarganya selalu berdoa untuk pemulihan dan penyembuhanya serta
menyadari bahwa perdarahan yang dialaminya sekarang ini adalah ujian dari
Tuhan.
8. Pengkajian fisik
keadaan umum
pasien lemah, kesadaran composmentis, tanda vital tekanan darah 100/80mmHg,
nadi 80 kali per menit, suhu 37,80 celcius, respirasi 24 kali per menit, ukur
berat badan 58 kg dan tinggi 158 cm.
9. Pemeriksaan fisik:
a. Kepala :
mesochepal, rambut hitam, ikal tapi agakkotor dan agak bau, kulit kepala agak
kotor,
b. Mata :
conjugtiva tampak anemis, sklera tidak ikterik,
c. Hidung :
tidak ada sekret yang berlebihan dan tidak tampak polip,
d. Telinga :
simetris, tidak ada serumen berlebih, tidak memakai alat bantu pendengaran,38
e. Mulut dan
gigi : bersih, mukosa bibir lembab,
f. Leher :
tidak ditemukan pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri telan,
g. Dada dan
aksila : simetis, puting susu tampak menonjol, mammae tampak penuh, areola
berwarna coklat tua dan terdapat colustrum
10. Genital :
tampak luka robekan perineum 5 cm, tampak ada 5 jahitan catgut, leukosit 10.000
ribu H/mmk,
11.
Ekstremitas : pasien terpasang infus pada tangan kiri, pasien tampak bedrest
ditempat tidur, pasien tampak gelisah dan bingung, pasien selalu bertanya
tentang kondisinya.
D. a.). Data subjektif:
pasien
mengatakan matanya agak berkunang – kunang, badanya terasa lemas, kepalanya
terasa pusing, pasien mengatakan perdarahannya banyak dan tembus sampai ke
kain, pasien mengatakan nyeri seperti diiris – iris, lokasi diperineum, durasi
10 menit, frekuensi setiap 5 menit, pasien mengatakan belum keramas selama
paska melahirkan: mandi dengan disibin, seluruh aktivitasnya dibantu oleh
keluarga dan pasien mengatakan takut jika perdarahanya tidak dapat berhenti.39
b). Dat a Obyektif :
ASI keluar
sedikit,terdapat colustrum mammae berstruktur kenyal teraba agak keras axila
tidak ditemukan benjolan atau massa, abdomen TFU 3 jari dibawah pusat, tampak
linea nigra, tampak striagravidarum dan umbilikus ditengah, genetalia vulva dan
vagina terdapat luka robekan perineum 5 cm, warna luka kemerahan tidak terdapat
bengkak pada labia mayora dan labia minora, tampak 5 jahitan benang catgut pada
perineum, terdapat keluaran lokhea rubra, rectum tidak tampak polip yang
keluar, ektremitas tangan kiri terpasang infus, dan kaki tida ada varises,tapi
tampak agak oedem.
E. Pemeriksaan penunjang: hasil
laboraturium Hb 8,9 gr %, haematokrit 31 %, leukosit 10.000 H/mmk, trombosit
310.000 mm3
F. theraphy
serta program pengobatan infus RL 40 tpm, injeksi asamtraneksamat 3x500 mg,
anrain 3x1000mg, cefotaxime 3x1 gram,bledstop 3x1 ampul
G. Analisa
Data
No
|
Data
|
Etiologi
|
Problem
|
|
1.
|
DS: Pasien mengatakan
-
Kepalanya agak pusing
-
Badannya terasa lemas
-
Perdarahannya merembes tembus sampai kekain
-
Matanya berkunang-kunang
DO: Perdarahan pervagina 600 cc
-
Pasien tampak
-
lemah
-
Wajaha gak pucat
-
Conjungtiva
-
tampak anemis
-
Hb 8,9 gr%
-
Hematokrit 31%
-
TD : 100/80 mmHg
-
Nadi 80x/menit
-
Suhu 37,80
|
Devisit volume
cairan
|
Perdarahan
pervagina
|
|
2
|
DS: Pasien mengatakan
nyeriseperti di iris-iris di
perineum,Rasa nyerisekali
,durasi 10 menit
,intensitastiap 5 menit
,lokasi di perineum
DO: Wajah tampak
meringis menahan
sakit,skala nyeri 6,nadi 80x
permenit,respirasi: 24 x
permenit,terdapat luka
robekan perineum
|
Nyeri akut
|
Terputusnya
kontinuitas
jaringan
perinium
|
|
3
|
DS:-
DO: terdapat luka robekan
perineum 5 cm dengan 5
jahitan benang catgut.
Leukosit 10.000 H/mmk,
suhu 37,8 0
C
|
Resiko infeksi
|
Prosedur invasif
|
|
4
|
DS: pasien memngatakan
belum keramas selama
pasca melahirkan. Mandi
dengan disibin, seluruh
aktivitasnya dibantu
keluarga.
DO: fambut tampak kotor
dan agak bau. Kulit tampak
kusam, erpasang infus
ditangan kiri, tampak
bedrest di tempat tidur,
kulit rambut agak kotor.
|
Devisit
perawatan diri
|
Kelemahan fisik
|
|
5
|
DS: pasien mengatakan
takut jika perdarahanya
tidak berhenti.
DO: pasien tampak gelisah dan bingung. Pasien selalu
bertanya tentang keadaaya. Respirasi 24 x/menit. Nadi
80x/menit
|
Takut
|
Krisis
situasional
|
|
H. Intervensi
Keperawatan
Dengan data
yang diperoleh dari pengkajian awal sampai diprioritaskan diagnosa keperawatan,
penulis memaparkan rencana asuhan keperawatan dari kasus kelolaan Ny.E dengan
perdarahan post partum di ruang Khotijah RS Islam Kendal sebagai berikut:
Dengan rencana
keperawatan yang telah di susun dapat dilakukan Implementasi Keperawatan untuk
Ny. E dengan perdarahan post partum yang
No
|
Waktu
|
Tujuan & KH
|
Intervensi Kep
|
Rasional
|
1
|
17-4-2013
Jam 14.00
|
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 2x7 jam
diharapkan
tidak terjadi
perdarahan
dengan criteria
hasil :
-
Perdarahan berhenti
-
Hb di atas
Normal
-
Tanda vital dibatas normal
TD; 120/80
mmHg,nadi :
80x/mnt, suhu :36c,RR ; 18-
20x/ mnt
|
1. Monitor
jumlah
perdarahan
2. Monitor
hasil
laboratorium
(Hb)
3. Tidurkan
pasien dengan
posisi kaki lebih tinggi sedangkan
badannya tetap
terlentang
4. Monitor
tanda
Vital
5. Monitor
intake
dan output
setiap 1jam
6. Lakukan
massage uterus
dengan satu
tangan serta
tangan lain
diatas simpisis
|
-
Kehilangan darah akibat perdarahan bisa
berakibat syok
-
Anemi akibat kehilangan darah dapat terjadi
terapi penggantian darah mungkin diperlukan
-
Dengan kaki lebih tinggi dapat meningkatkan
-
Perubahan tanda vital terjadi bila perdarahan
semakin hebat
-
Perubahan output merupakan tanda adanya
gangguan sirkulasi darah
-
Massage utrus merangsang kontraksi uterus dan membantu
pelepasan sisa placenta,satu tangan diatas simpisis mencegah terjadinyan
inversio uteri
|
2
|
Senin
17-4-2013.
14.15
|
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 2x7 jam diharapkan tidak
terjadi infeksi
dengan kriteria hasil
-
Lochea tidak
Berbau
-
Daerah genital
tidak infeksi
|
1. Kaji
nyeri tiap 6
am
skala,intensi
as, lokasi,
frekuensi
2. Ajarkan
tehnik
relaksasi dan
distraksi
3. Kaji
tanda
Vital
|
-
Untuk
mengetahui
derajat nyeri
-
Untuk
mengalihkan
perhatian pasien
terhadap nyerinya
-
Mengetahui
perubahan tanda
vital dan untuk
dapat melakukan
intervensi
selanjutnya
|
3
|
Senin 17-4 2013 14.15
|
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 2x7 jam
di harapkan
kebutuhan
aktivitas fisik
pasien terpenuhi dengan kriteria
hasil :
-
Pasien dapat melakukan aktivitas tanpa bantuan
-
Pasien menyatakan kenyamanan terhadap
kemampuan melakukan aktivitasnya dan pasien terbebas dari bau badan
|
1. Catat
perubahan tanda
vital
2. Catat
adanya
tanda lemas
,kedinginan ,anoreksia ,
kontraksi uterus
yang lembek
dan nyeri
panggul
3. Monitor
involusi uterus
dan pengeluaran
lochea
4. Perhatikan
pengeluaran
infeksi ditempat
lain misalnya
infeksi saluran
nafas, mastitis
saluran kencing
5. Berikan
perawatan
perineal dan
pertahankan
agar pembalut
jangan sampai
terlalu basah
6. Kolaborasi
dengan tim
medis dengan
pemberian zat
besi dan
antibiotik
|
-
Perubahan
tanda vital
merupakan
indikasi
terjadinya
infeksi
-
Tanda-tanda
tersebut
merupakan ndikasi
terjadinya
bakterimia,
shock yang
tidak terdeteksi
-
Infeksi uterus
menghambat
involusi dan
terjadinya
pengeluaran
lochea yang
berkepanjangan
-
Infeksi di
tempat lain
memperburuk
keadaan
-
Pembalut
yang terlalu
basah
menyebabkan
kulit iritasi dan
dapat menjadi
media untuk
pertumbuhan
bakteri peningkatan
resiko infeksi
-
Anemi dapat
memperberat
keadaan dan
pemberian
untuk keadaan
infeksi
|
4
|
Selasa
17-4-2013
15.30
|
Setelah dilakukan tindakan dikepera
Watan selama
2x27 jam diharapk an
Kebutuha n aktifitas
Fisik pasien terpenuhi dengan kriteria hasil :
-
pasien dapat
melakukan
aktifitas tanpa
bantuan
-
pasien
mengatakan kenyamanan
terhadap
kemampuan
melakukan
aktifitasnya
dan pasien
terbebas dari
bau badan
|
1. Monitor
kemampuan
klien untuk
perawatan diri
yang mandiri
2. Monitor
kebutuhan klien
untuk alat-alat
bantu untuk
kebersihan diri,
berpakaian
,berhias,toiletig
dan makan
3. Berikan
bantuan sampai
klien mampu secara utuh
melakukan
perawatan diri
4. Dorong
klien
untuk
melakukan
aktivitas sehari-
hari yang
normal sesuai
kemampuan
yang dimiliki
,tapiberi bantuan
ketika klien
tidak mampu
melakukannya
|
-
Kem ampuan
pasien dalam
perawatan diri
meningkatkan
rasa percaya
diri
-
Untuk
membantu
meningkatkan
kemampuan
aktivitas pasien
-
Meningkatkan
kemampuan
melakukan perawatan diri
mandiri yang
optimal sesuai
kemampuan.
-
|
5
|
17-4-2013
16.00
|
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 2x7 jam
diharapkan
cemas hilang
atau berkurang
dengan kriteria
hasil ;
-
Pasien dapat
Mengungkapkan secara verbal
rasa cemasnya
dan pasien
mengatakan
perasaan cemas
atau hilang
-
|
1. Kaji
respon
psikologis klien
terhadap
perdarahan
2. Kaji
respon
fisiologis klien
3. Perlakukan
pasien secara
empati,serta
bersikap
mendukung
4. Berikan
informasi
tentang
perawatan dan
pengobatan
5. Bantu
klien
Mengidentifikasi rasa cemasnya
6. Kaji
ekanisme
koping yang
digunakan klien
|
-
Persepsi klien
mempengaruhi
intensitas cemasnya
-
Perubahan
tanda vital
menimbulkan
perubahan pada
respon
fisiologis
-
Memberikan
dukungan emosi
-
Informasi
yang dapat
mengurangi
cemas dan takut
yang tidak
diketahui
-
Ungkapkan
perasaan dapat
mengurangi
cemas
-
Cemas yang
berkepanjangan
dapat dicegah
dengan
mekanisme
koping yang
tepat
|
J. Diagnosa Keperawatan
Setelah
dilakukan pengkajian pada Ny. E dengan perdarahan post partum di ruang Khotijah
RS Islam Kendal didapat data yang kemudian dianalisa dan prioritas rumusan
diagnosa keperawatan sebagai berikut:
1. Devisit
volume cairan b.d perdarahan vagina.
2. Nyeri akut
b.d agen injuri fisik ( luka jahitan perineum ).
3. Resiko
infeksi b.d prosedur invasif.
4. Defisit
perawatan diri b.d kelemahan fisik.
5. Cemas b.d
krisis situasional.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Perdarahan post partum didefinisikan sebagai
perdarahan yang melebihi 500 ml dalam 24 jam pertama setelah anak lahir12, atau
setara dengan pengeluaran darah 1000 ml pada seksio sesarea.
Perdarahan post partum primer / dini (early postpartum
hemarrhage) : Perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab utamanya
adalah atonia uteri, retention plasenta, sisa plasenta dan robekan jalan lahir.
Banyaknya terjadi pada 2 jam pertama. Perdarahan Post Partum Sekunder / lambat
(late postpartum hemorrhage) : Perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama
4.2 Saran
Setelah adanya makalah ini
diharapkan mahasiswa perawat memiliki intelektual dan mampu menguasai
pengetahuan dan ketrampilan terutama berkaitan dengan asuhan keperawatan pada
klien dengan Haemoragic Post Partum ( HPP )
DAFTAR
PUSTAKA
Carpenito ,
Lynda .2001.Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Jakarta:EGC
Mansjoer, Arif,dkk.2001.Kapita
Selekta Kedokteran ,Jilid 1.Jakarta:Media Aesculapius
Prawirohardjo Sarwono ;
EdiWiknjosastro H.1997.Ilmu Kandungan.Jakarta:Gramedia.
Cook, John. 1993. Penatalaksanaan
Bedah Obstetric Ginekologi Ortopedi dan Traumatologi di Rumah Sakit.
Jakarta : EGC
Dxoin, Harry & Forte, William
R. 1990. Patologi dan Fisiologi Persalinan. Yogyakarta : Yayasan
Esencia Medika.
Mochtar, Rustam. 1998. Sipnosin
Obstetric jilid I. Jakarta : EGC
Syaifudin. Abdul Bari. 1996.
Kedaruratan Post Partum. Jakarta : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan
Departemen Ksehatan RI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar