BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemanasan Global
adalah suatu istilah yang menunjukan adalahnya kenaikan rata-rata temperatur
Bumi, yang kemudian menyebabkan perubahan dalam iklim.Bumi yang lebih hangat
dapat menyebabkan perubahan siklus hujan, kenaikkan permukaan air laut, dan
beragam dampak pada tanaman, kehidupan liar, dan manusia.Ketika para ahli ilmu
pengetahuan berbicara mengenai permasalahan perubahan iklim, yang menjadi pusat
perhatian adalah pemanasan global yang disebabkan ulah manusia.
Mungkin sulit
untuk dibayangkan bagaimana manusia dapat menyebabkan perubahan pada iklim di
Bumi.Namun, para ahli sepakat bahwa ulah manusialah yang memacu besarnya jumlah
gas rumah kaca dilepaskan ke atmosfir dan menyebabkan Buni menjadi lebih
panas.Dahulu, semua perubahan iklim berjalan secara alami.Tetapi dengan adanya
Revolusi Industri, manusia mulai mengubah iklim dan lingkungan tempatnya hidup
melalui tindakan-tindakan agrikultural dan industri.Revolusi Industri adalah
saat dimana manusia mulai menggunakan mesin untuk mempermudah hidupnya.
Revolusi ini dimulai sekitar 200 tahun lalu dan mengubah gaya hidup manusia.
Sebelumnya, manusia hanya melepas sedikit gas ke atmosfir, namun saat ini
dengan bantuan pertumbuhan penduduk, pembakaran bahan bakar fosil dan
penebangan hutan, manusia mempengaruhi perubahan komposisi gas di atmosfir.
Semenjak
Revolusi Industri, kebutuhan energi untuk menjalankan mesin terus meningkat.
Beberapa jenis energi, seperti energi yang kamu butuhkan untuk membuat pe-ermu,
datang dari makanan yang kamu makan.Tetapi energi lainnya, seperti energi yang
digunakan untuk menjalankan mobil dan sebagian besar emergi untuk penerangan
dan pemanasan rumah, datang dari bahan bakar seperti batubara dan minyak bumi -
atau lebih dikemal sebagai bahan bakar fosil karena terjadi dari pembusukan
fosil makhluk hidup. Pembakaran bahan bakar fosil ini akan melepaskan gas rumah
kaca ke atmosfir.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan pemanasan global ?
2. Apa
penyebab pemanasan global ?
3. Apa
saja dampak-dampak dari pemanasan global ?
4. Apa
saja solusi untuk menaggulangi pemanasan global ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.
Untuk dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan pemanasan global.
2. Untuk
dapat mengetahui apa penyebab pemanasan global.
3. Untuk
dapat mengetahui apa saja dampak-dampak dari pemanasan global.
4. Untuk
dapat mengetahui apa saja solusi untuk menaggulangi pemanasan global.
1.4 Manfaat Penulisan
1. Kita
dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan pemanasan global.
2. Kita
dapat mengetahui apa penyebab pemanasan global.
3. Kita
dapat mengetahui apa saja dampak-dampak dari pemanasan global.
4. Kita
dapat mengetahui apa saja solusi untuk menaggulangi pemanasan global.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Pemanasan Global
Mungkin anda
pernah membayangkan berada di dalam mobil yang tertutup rapat pada siang
hari.Sinar matahari dengan leluasa dapat memasuki ruangan mobil melalui kaca
mobil, sehingga menyebabkan udara di dalam mobil menjadi lebih panas.
Udara di dalam mobil menghangat, karena panas sinar matahari yang masuk tidak
dapat leluasa keluar.Sehingga panas tersebut terperangkap di dalam mobil.
Demikian halnya dengan pemanasan global.Matahari
memancarkan radiasinya ke bumi menembus lapisan atmosfer bumi. Radiasi
tersebut akan dipantulkan kembali ke angkasa, namun sebagian gelombang tersebut
diserap oleh gas rumah kaca, yaitu CO2, CH4, N2O, HFCs dan SF4 yang berada di
atmosfer. Sebagai akibatnya gelombang tersebut terperangkap di dalam atmosfer
bumi.Peristiwa ini terjadi berulang-ulang, sehingga menyebabkan suhu rata-rata
di permukaan bumi meningkat. Peristiwa inilah yang sering disebut dengan
pemanasan global.
Pemanasan Global adalah suatu istilah yang
menunjukan adalahnya kenaikan rata-rata temperatur Bumi, yang kemudian menyebabkan
perubahan dalam iklim.Bumi yang lebih hangat dapat menyebabkan perubahan siklus
hujan, kenaikkan permukaan air laut, dan beragam dampak pada tanaman, kehidupan
liar, dan manusia.Ketika para ahli ilmu pengetahuan berbicara mengenai
permasalahan perubahan iklim, yang menjadi pusat perhatian adalah pemanasan
global yang disebabkan ulah manusia.
2.2Penyebab
Pemanasan Global
© Efek
rumah kaca
Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal
dari Matahari.Sebagian besar energi tersebut berbentuk radiasi gelombang
pendek, termasuk cahaya tampak.
Ketika energi ini tiba permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas
yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan
memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah
gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di
atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca
antara lainuap air, karbon dioksida, dan
metana yang
menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan
kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut
akan tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga
mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus
meningkat.
Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah kaca.
Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak
panas yang terperangkap di bawahnya.Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh
segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi
sangat dingin. Dengan temperatur rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi
sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F)dari temperaturnya semula,
jika tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan
menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas
tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global.
© Efek
umpan balik
Anasir penyebab pemanasan global juga dipengaruhi
oleh berbagai proses umpan balik yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada
penguapan air. Pada
kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2,
pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke
atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus
berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara sampai tercapainya suatu
kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih
besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri.(Walaupun umpan
balik ini meningkatkan kandungan air absolut di udara, kelembaban relatif
udara hampir konstan atau bahkan agak menurun karena udara menjadi menghangat).
Umpan balik ini hanya berdampak secara perlahan-lahan karena CO2
memiliki usia yang panjang di atmosfer.
Efek umpan balik karena pengaruh awan
sedang menjadi objek penelitian saat ini. Bila dilihat dari bawah, awan akan
memantulkan kembali radiasi infra merah ke permukaan, sehingga akan
meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut
akan memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga
meningkatkan efek pendinginan. Apakah efek netto-nya menghasilkan pemanasan
atau pendinginan tergantung pada beberapa detail-detail tertentu seperti tipe
dan ketinggian awan tersebut. Detail-detail ini sulit direpresentasikan dalam
model iklim, antara lain karena awan sangat kecil bila dibandingkan dengan
jarak antara batas-batas komputasional dalam model iklim (sekitar 125 hingga
500 km untuk model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat).
Walaupun demikian, umpan balik awan berada pada peringkat dua bila dibandingkan
dengan umpan balik uap air dan dianggap positif (menambah pemanasan) dalam
semua model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat.
Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya
kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh
es.Ketika temperatur global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair
dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersamaan dengan melelehnya es tersebut,
daratan atau air di bawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki
kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan
akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah
pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu
siklus yang berkelanjutan.
Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2
dan CH4 dari melunaknya tanah beku (permafrost)
adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan. Selain itu, es
yang meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan balik
positif. Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia
menghangat, hal ini diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien pada zona
mesopelagic sehingga membatasi pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang
merupakan penyerap karbon yang rendah.
© Variasi
Matahari
Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa
variasi dari Matahari, dengan kemungkinan diperkuat oleh umpan balik dari awan,
dapat memberi kontribusi dalam pemanasan saat ini. Perbedaan antara mekanisme
ini dengan pemanasan akibat efek rumah kaca adalah meningkatnya aktivitas
Matahari akan memanaskan stratosfer
sebaliknya efek rumah kaca akan mendinginkan stratosfer. Pendinginan stratosfer
bagian bawah paling tidak telah diamati sejak tahun 1960, yang tidak akan
terjadi bila aktivitas Matahari menjadi kontributor utama pemanasan saat ini.
(Penipisan lapisan ozon juga
dapat memberikan efek pendinginan tersebut tetapi penipisan tersebut terjadi
mulai akhir tahun 1970-an.)Fenomena variasi Matahari dikombinasikan dengan
aktivitas gunung berapi mungkin telah memberikan efek pemanasan dari masa
pra-industri hingga tahun 1950, serta efek pendinginan sejak tahun 1950.
Ada
beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa kontribusi Matahari mungkin
telah diabaikan dalam pemanasan global. Dua ilmuan dari Duke University
mengestimasikan bahwa Matahari mungkin telah berkontribusi terhadap 45-50%
peningkatan temperatur rata-rata global selama periode 1900-2000, dan sekitar
25-35% antara tahun 1980 dan 2000. Stott dan rekannya mengemukakan bahwa model
iklim yang dijadikan pedoman saat ini membuat estimasi berlebihan terhadap efek
gas-gas rumah kaca dibandingkan dengan pengaruh Matahari; mereka juga
mengemukakan bahwa efek pendinginan dari debu vulkanik dan aerosol sulfat juga
telah dipandang remeh.Walaupun demikian, mereka menyimpulkan bahwa bahkan
dengan meningkatkan sensitivitas iklim terhadap pengaruh Matahari sekalipun,
sebagian besar pemanasan yang terjadi pada dekade-dekade terakhir ini
disebabkan oleh gas-gas rumah kaca.
Pada
tahun 2006, sebuah tim ilmuan dari Amerika Serikat, Jerman dan Swiss
menyatakan bahwa mereka tidak menemukan adanya peningkatan tingkat
"keterangan" dari Matahari pada seribu tahun terakhir ini. Siklus
Matahari hanya memberi peningkatan kecil sekitar 0,07% dalam tingkat
"keterangannya" selama 30 tahun terakhir. Efek ini terlalu kecil
untuk berkontribusi terhadap pemansan global. Sebuah penelitian oleh Lockwood
dan Fröhlich menemukan bahwa tidak ada hubungan antara pemanasan global dengan
variasi Matahari sejak tahun 1985, baik melalui variasi dari output Matahari
maupun variasi dalam sinar kosmis.
© Model
iklim
Perhitungan
pemanasan global pada tahun 2001 dari beberapa model iklim berdasarkan
scenario SRES A2, yang mengasumsikan tidak ada
tindakan yang dilakukan untuk mengurangi emisi.Para ilmuan telah mempelajari
pemanasan global berdasarkan model-model computer berdasarkan prinsip-prinsip
dasar dinamikan fluida, transfer radiasi, dan proses-proses lainya, dengan
beberapa penyederhanaan disebabkan keterbatasan kemampuan komputer.Model-model
ini memprediksikan bahwa penambahan gas-gas rumah kaca berefek pada iklim yang
lebih hangat. Walaupun digunakan asumsi-asumsi yang sama terhadap konsentrasi
gas rumah kaca di masa depan, sensitivitas iklimnya
masih akan berada pada suatu rentang tertentu.
Dengan
memasukkan unsur-unsur ketidakpastian terhadap konsentrasi gas rumah kaca dan
pemodelan iklim, IPCC memperkirakan pemanasan sekitar 1.1 °C hingga
6.4 °C (2.0 °F hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.Model-model
iklim juga digunakan untuk menyelidiki penyebab-penyebab perubahan iklim yang
terjadi saat ini dengan membandingkan perubahan yang teramati dengan hasil
prediksi model terhadap berbagai penyebab, baik alami maupun aktivitas
manusia.Model iklim saat ini menghasilkan kemiripan yang cukup baik dengan
perubahan temperature global hasil pengamatan selama seratus tahun terakhir,
tetapi tidak mensimulasi semua aspek dari iklim. Model-model ini tidak secara
pasti menyatakan bahwa pemanasan yang terjadi antara tahun 1910 hingga 1945
disebabkan oleh proses alami atau aktivitas manusia, akan tetapi mereka
menunjukkan bahwa pemanasan sejak tahun 1975 didominasi oleh emisi gas-gas yang
dihasilkan manusia.
Sebagian
besar model-model iklim, ketika menghitung iklim di masa depan, dilakukan
berdasarkan skenario-skenario gas rumah kaca, biasanya dari Laporan Khusus
terhadap Skenario Emisi (Special Report on Emissions Scenarios /
SRES) IPCC. Yang jarang dilakukan, model menghitung dengan menambahkan simulasi
terhadap siklus karbon;
yang biasanya menghasilkan umpan balik yang positif, walaupun responnya masih
belum pasti (untuk skenario A2 SRES, respon bervariasi antara penambahan 20 dan
200 ppm CO2).Beberapa studi-studi juga menunjukkan beberapa
umpan balik positif.Pengaruh awan juga merupakan salah satu sumber yang
menimbulkan ketidakpastian terhadap model-model yang dihasilkan saat ini,
walaupun sekarang telah ada kemajuan dalam menyelesaikan masalah ini.Saat ini
juga terjadi diskusi-diskusi yang masih berlanjut mengenai apakah model-model
iklim mengesampingkan efek-efek umpan balik dan tak langsung dari variasi Matahari.
2.3
Dampak pemanasan global
Para
ilmuan menggunakan model komputer dari temperatur, pola presipitasi, dan
sirkulasi atmosfer untuk mempelajari pemanasan global.Berdasarkan model
tersebut, para ilmuan telah membuat beberapa prakiraan mengenai dampak
pemanasan global terhadap cuaca, tinggi
permukaan air laut, pantai, pertanian,
kehidupan hewan liar dan kesehatan manusia.
© Iklim
Mulai Tidak Stabil
Para
ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari
belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari
daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan
daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan Utara
tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak
akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang
ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam
akan lebih panjang di beberapa area. Temperatur pada musim dingin dan
malam hari akan cenderung untuk meningkat.
Daerah
hangat akan menjadi lebih lembab karena lebih banyak air yang menguap dari
lautan. Para ilmuan belum begitu yakin apakah kelembaban
tersebut malah akan meningkatkan atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh
lagi. Hal ini disebabkan karena uap air
merupakan gas rumah kaca,
sehingga keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi pada
atmosfer. Akan tetapi, uap air yang lebih banyak juga akan membentuk awan yang
lebih banyak, sehingga akan memantulkan cahaya matahari kembali ke angkasa
luar, dimana hal
ini akan menurunkan proses pemanasan (lihat siklus air).
Kelembaban yang tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar
1 persen untuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan. (Curah hujan di seluruh
dunia telah meningkat sebesar 1 persen dalam seratus tahun terakhir ini).Badaiakan
menjadi lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah.
Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan
bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane)
yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar.
Berlawanan dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin
mungkin akan terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim.
© Peningkatan
permukaan laut
Perubahan tinggi rata-rata muka laut diukur dari
daerah dengan lingkungan yang stabil secara geologi.
Ketika
atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga
volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga
akan mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland,
yang lebih memperbanyak volume air di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia
telah meningkat 10 – 25 cm (4 - 10 inchi) selama abad ke-20, dan para
ilmuan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 – 88 cm (4 - 35 inchi)
pada abad ke-21.
Perubahan
tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di daerah pantai. Kenaikan
100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda,
17,5 persen daerah Bangladesh, dan
banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing,
pantai, dan bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai muara
sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat di daratan. Negara-negara kaya
akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk melindungi daerah pantainya,
sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat melakukan evakuasi dari
daerah pantai.
Bahkan
sedikit kenaikan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi ekosistem pantai.
Kenaikan 50 cm (20 inchi) akan menenggelamkan separuh dari rawa-rawa
pantai di Amerika Serikat.
Rawa-rawa baru juga akan terbentuk, tetapi tidak di area perkotaan dan daerah
yang sudah dibangun. Kenaikan muka laut ini akan menutupi sebagian besar dari Florida Everglades.
© Suhu
global cenderung meningkat
Orang
mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih banyak
makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa
tempat. Bagian Selatan Kanada, sebagai
contoh, mungkin akan mendapat keuntungan dari lebih tingginya curah hujan dan
lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan pertanian tropis semi kering di
beberapa bagian Afrika mungkin tidak
dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari
gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika snowpack (kumpulan salju)
musim dingin, yang berfungsi sebagai reservoir alami, akan mencair sebelum
puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami
serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat.
© Gangguan
ekologis
Hewan
dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan
ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia.Dalam pemanasan global,
hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan.
Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat
lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan
menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke utara atau
selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan
mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju
kutub mungkin juga akan musnah.
© Dampak
sosial dan politik
Perubahan
cuaca dan lautan dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian.
Temperatur yang panas juga dapat menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul
kelaparan dan malnutrisi.
Perubahan cuaca yang ekstrem dan peningkatan permukaan air laut akibat
mencairnya es di kutub utara dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan bencana alam (banjir, badai dan kebakaran) dan kematian
akibat trauma. Timbulnya bencana alam biasanya disertai dengan perpindahan
penduduk ke tempat-tempat pengungsian dimana sering muncul
penyakit, seperti: diare, malnutrisi, defisiensi mikronutrien,
trauma psikologis, penyakit kulit, dan lain-lain.
Pergeseran
ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit melalui air (Waterborne diseases)
maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne
diseases). Seperti meningkatnya kejadian Demam Berdarah karena
munculnya ruang (ekosistem)
baru untuk nyamuk ini berkembang biak. Dengan adamya perubahan iklim ini maka
ada beberapa spesies vektor penyakit (eq Aedes Agipty), Virus, bakteri,
plasmodium menjadi lebih resisten terhadap obat tertentu yang target nya adala
organisme tersebut. Selain itu bisa diprediksi kan bahwa ada beberapa spesies
yang secara alamiah akan terseleksi ataupun punah dikarenakan perbuhan ekosistem
yang ekstreem ini. hal ini juga akan berdampak perubahan iklim (Climate
change)yang bisa berdampak kepada peningkatan kasus penyakit tertentu seperti
ISPA (kemarau panjang / kebakaran hutan, DBD Kaitan dengan musim hujan tidak
menentu)
Gradasi
Lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran limbah pada sungai juga
berkontribusi pada waterborne diseases dan vector-borne disease. Ditambah pula
dengan polusi udara hasil emisi gas-gas pabrik yang tidak terkontrol
selanjutnya akan berkontribusi terhadap penyakit-penyakit saluran pernafasan
seperti asma, alergi, coccidiodomycosis, penyakit
jantung dan paru kronis, dan lain-lain.
Dampak
pemanasan global pada beberapa sektor, yaitu :
© Kehutanan.
Terjadinya pergantian beberapa spesies flora dan
fauna. Kenaikan suhu akan menjadi faktor penyeleksi alam, dimana spesies yang
mampu beradaptasi akan bertahan dan, bahkan kemungkinan akan berkembang biak
dengan pesat. Sedangkan spesies yang tidak mampu beradaptasi, akan mengalami
kepunahan. Adanya kebakaran hutan yang terjadi merupakan akibat dari
peningkatan suhu di sekitar hutan, sehingga menyebabkan rumput-rumput dan
ranting yang mengering mudah terbakar.Selain itu, kebakaran hutan menyebabkan
punahnya berbagai keanekaragaman hayati.
© Perikanan.
Peningkatan suhu air laut mengakibatkan terjadinya
pemutihan terumbu karang, dan selanjutnya matinya terumbu karang, sebagai
habitat bagi berbagai jenis ikan. Suhu air laut yang meningkat juga memicu
terjadinya migrasi ikan yang sensitif terhadap perubahan suhu secara
besar-besaran menuju ke daerah yang lebih dingin. Peristiwa matinya
terumbu karang dan migrasi ikan, secara ekonomis, merugikan nelayan karena
menurunkan hasil tangkapan mereka.
© Pertanian.
Pada umumnya, semua bentuk sistem pertanian sensitif
terhadap perubahan iklim.Perubahan iklim berakibat pada pergeseran musim dan
perubahan pola curah hujan.Hal tersebut berdampak pada pola pertanian, misalnya
keterlambatan musim tanam atau panen, kegagalan penanaman, atau panen karena
banjir, tanah longsor dan kekeringan. Sehingga akan terjadi penurunan produksi
pangan di Indonesia. Singkatnya, perubahan iklim akan mempengaruhi ketahanan
pangan nasional.
© Kesehatan.
Dampak
pemanasan global pada sektor ini yaitu meningkatkan frekuensi penyakit tropis,
misalnya penyakit yang ditularkan oleh nyamuk (malaria dan demam berdarah),
mewabahnya diare, penyakit kencing tikus atau leptospirasis dan penyakit
kulit. Kenaikan suhu udara akan menyebabkan masa inkubasi nyamuk semakin
pendek sehingga nyamuk makin cepat untuk berkembangbiak. Bencana banjir yang
melanda akan menyebabkan terkontaminasinya persediaan air bersih sehingga
menimbulkan wabah penyakit diare dan penyakit leptospirosis pada masa pasca
banjir. Sementara itu, kemarau panjang akan mengakibatkan krisis air bersih
sehingga berdampak timbulnya penyakit diare dan penyakit kulit. Penyakit
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) juga menjadi ancaman seiring dengan
terjadinya kebakaran hutan.
Selain dampak diatas, tercatat beberapa kejadian
luar biasa yang mengindikasikan terjadinya pemanasan global, yaitu :
1.Tahun 2005 merupakan tahun
terpanas. NASA melaporkan bahwa temperatur rata-rata global telah
meningkat 0,060 C.
2. Pencairan Artik terbesar terjadi
di tahun 2005. Hasil foto salah satu satelit menunjukkan area
yang tertutup es permanen merupakan area tersempit pada akhir musim panas tahun
2005.
3.Tahun 2005 merupakan tahun dengan air
di Karibia terpanas, lebih lama dari yang pernah terjadi dan menyebabkan
terjadinya pemutihan karang (coral bleaching) besar-besaran di sepanjang
wilayah mulai dari Karibia hingga Florida Keys, Amerika Serikat.
4. Tahun 2005 tercatat sebagai
tahun dengan nama badai terbanyak. Terdapat 26 nama badai yang melampaui
daftar nama resmi. Pada tahun ini juga terdapat sekitar 14 badai, yang disebut
sebagai badai hebat (hurricane), karena memiliki kecepatan angin melebihi 119
km/jam. Rekor tahun sebelumnya hanya 12 badai dalam setahun. Tahun
2005 juga merupakan tahun dengan kategori 5 badai terbanyak dengan kecepatan
angin 249 km/jam.Tahun 2005 merupakan tahun yang mengalami kerugian termahal
akibat badai.
5. Tahun 2005 merupakan tahun
terkering yang pernah terjadi sejak beberapa dekade lalu di Amazon, Amerika
Selatan. Dan Amerika bagian barat menderita akibat kekeringan yang panjang.
2.4 Solusi Pemanasan Global
© Jadilah
Vegetarian
Memproduksi daging sarat CO2 dan metana dan membutuhkan banyak air. Hewan ternak seperti sapi atau kambing merupakan penghasil terbesar metana saat mereka mencerna makanan mereka. Food and Agriculture Organization (FAO) PBB menyebutkan produksi daging menyumbang 18% pemanasan global, lebih besar daripada sumbangan seluruh transportasi di dunia (13,5%). Lebih lanjut, dalam laporan FAO, “Livestock’s Long Shadow”, 2006 dipaparkan bahwa peternakan menyumbang 65% gas nitro oksida dunia (310 kali lebih kuat dari CO2) dan 37% gas metana dunia (72 kali lebih kuat dari CO2). Selain itu, United Nations Environment Programme (UNEP), dalam buku panduan “Kick The Habit”, 2008, menyebutkan bahwa pola makan daging untuk setiap orang per tahunnya menyumbang 6.700 kg CO2, sementara diet vegan per orangnya hanya menyumbang 190 kg CO2! Tidak mengherankan bila ahli iklim terkemuka PBB, yang merupakan Ketua Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) PBB, Dr. Rajendra Pachauri, menganjurkan orang untuk mengurangi makan daging.
Memproduksi daging sarat CO2 dan metana dan membutuhkan banyak air. Hewan ternak seperti sapi atau kambing merupakan penghasil terbesar metana saat mereka mencerna makanan mereka. Food and Agriculture Organization (FAO) PBB menyebutkan produksi daging menyumbang 18% pemanasan global, lebih besar daripada sumbangan seluruh transportasi di dunia (13,5%). Lebih lanjut, dalam laporan FAO, “Livestock’s Long Shadow”, 2006 dipaparkan bahwa peternakan menyumbang 65% gas nitro oksida dunia (310 kali lebih kuat dari CO2) dan 37% gas metana dunia (72 kali lebih kuat dari CO2). Selain itu, United Nations Environment Programme (UNEP), dalam buku panduan “Kick The Habit”, 2008, menyebutkan bahwa pola makan daging untuk setiap orang per tahunnya menyumbang 6.700 kg CO2, sementara diet vegan per orangnya hanya menyumbang 190 kg CO2! Tidak mengherankan bila ahli iklim terkemuka PBB, yang merupakan Ketua Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) PBB, Dr. Rajendra Pachauri, menganjurkan orang untuk mengurangi makan daging.
© Tanam
Pohon
Satu pohon berukuran agak besar dapat menyerap 6 kg CO2 per tahunnya. Dalam seluruh masa hidupnya, satu batang pohon dapat menyerap 1 ton CO2. United Nations Environment Programme (UNEP) melaporkan bahwa pembabatan hutan menyumbang 20% emisi gas rumah kaca. Seperti kita ketahui, pohon menyerap karbon yang ada dalam atmosfer. Bila mereka ditebang atau dibakar, karbon yang pernah mereka serap sebagian besar justru akan dilepaskan kembali ke atmosfer. Maka, pikir seribu kali sebelum menebang pohon di sekitar Anda. Pembabatan hutan juga berkaitan dengan peternakan. Tahukah Anda area hutan hujan seukuran 1 lapangan sepak bola setiap menitnya ditebang untuk lahan merumput ternak? Bila Anda berubah menjadi seorang vegetarian, Anda dapat menyelamatkan 1 ha pohon per tahunnya.
Satu pohon berukuran agak besar dapat menyerap 6 kg CO2 per tahunnya. Dalam seluruh masa hidupnya, satu batang pohon dapat menyerap 1 ton CO2. United Nations Environment Programme (UNEP) melaporkan bahwa pembabatan hutan menyumbang 20% emisi gas rumah kaca. Seperti kita ketahui, pohon menyerap karbon yang ada dalam atmosfer. Bila mereka ditebang atau dibakar, karbon yang pernah mereka serap sebagian besar justru akan dilepaskan kembali ke atmosfer. Maka, pikir seribu kali sebelum menebang pohon di sekitar Anda. Pembabatan hutan juga berkaitan dengan peternakan. Tahukah Anda area hutan hujan seukuran 1 lapangan sepak bola setiap menitnya ditebang untuk lahan merumput ternak? Bila Anda berubah menjadi seorang vegetarian, Anda dapat menyelamatkan 1 ha pohon per tahunnya.
© Bepergian
yang Ramah Lingkungan
Cobalah untuk berjalan kaki, menggunakan telekonferensi untuk rapat, atau pergi bersama-sama dalam satu mobil. Bila memungkinkan, gunakan kendaraan yang menggunakan bahan bakar alternatif. Setiap 1 liter bahan bakar fosil yang dibakar dalam mesin mobil menyumbang 2,5 kg CO2. Bila jaraknya dekat dan tidak terburu waktu, anda bisa memilih kereta api daripada pesawat. Menurut IPCC, bepergian dengan pesawat menyumbang 3-5% gas rumah kaca.
Cobalah untuk berjalan kaki, menggunakan telekonferensi untuk rapat, atau pergi bersama-sama dalam satu mobil. Bila memungkinkan, gunakan kendaraan yang menggunakan bahan bakar alternatif. Setiap 1 liter bahan bakar fosil yang dibakar dalam mesin mobil menyumbang 2,5 kg CO2. Bila jaraknya dekat dan tidak terburu waktu, anda bisa memilih kereta api daripada pesawat. Menurut IPCC, bepergian dengan pesawat menyumbang 3-5% gas rumah kaca.
© Kurangi
Belanja
Industri menyumbang 20% gas emisi rumah kaca dunia dan kebanyakan berasal dari penggunaan bahan bakar fosil. Jenis industri yang membutuhkan banyak bahan bakar fosil sebagai contohnya besi, baja, bahan-bahan kimia, pupuk, semen, gelas, keramik, dan kertas. Oleh karena itu, jangan cepat membuang barang, lalu membeli yang baru. Setiap proses produksi barang menyumbang CO2.
Industri menyumbang 20% gas emisi rumah kaca dunia dan kebanyakan berasal dari penggunaan bahan bakar fosil. Jenis industri yang membutuhkan banyak bahan bakar fosil sebagai contohnya besi, baja, bahan-bahan kimia, pupuk, semen, gelas, keramik, dan kertas. Oleh karena itu, jangan cepat membuang barang, lalu membeli yang baru. Setiap proses produksi barang menyumbang CO2.
© Beli
Makanan Organik
Tanah organik menangkap dan menyimpan CO2 lebih besar dari pertanian konvensional. The Soil Association menambahkan bahwa produksi secara organik dapat mengurangi 26% CO2 yang disumbang oleh pertanian.
Tanah organik menangkap dan menyimpan CO2 lebih besar dari pertanian konvensional. The Soil Association menambahkan bahwa produksi secara organik dapat mengurangi 26% CO2 yang disumbang oleh pertanian.
© Gunakan
Lampu Hemat Energi
Bila Anda mengganti 1 lampu di rumah Anda dengan lampu hemat energi, Anda dapat menghemat 400 kg CO2 dan lampu hemat energi 10 kali lebih tahan lama daripada lampu pijar biasa.
Bila Anda mengganti 1 lampu di rumah Anda dengan lampu hemat energi, Anda dapat menghemat 400 kg CO2 dan lampu hemat energi 10 kali lebih tahan lama daripada lampu pijar biasa.
© Gunakan
Kipas Angin
AC yang menggunakan daya 1.000 Watt menyumbang 650 gr CO2 per jamnya. Karena itu, mungkin Anda bisa mencoba menggunakan kipas angin.
AC yang menggunakan daya 1.000 Watt menyumbang 650 gr CO2 per jamnya. Karena itu, mungkin Anda bisa mencoba menggunakan kipas angin.
© Jemur
Pakaian Anda di bawah Sinar Matahari
Bila Anda menggunakan alat pengering, Anda mengeluarkan 3 kg CO2. Menjemur pakaian secara alami jauh lebih baik: pakaian Anda lebih awet dan energi yang dipakai tidak menyebabkan polusi udara.
Bila Anda menggunakan alat pengering, Anda mengeluarkan 3 kg CO2. Menjemur pakaian secara alami jauh lebih baik: pakaian Anda lebih awet dan energi yang dipakai tidak menyebabkan polusi udara.
© Daur
Ulang Sampah Organik
Tempat Pembuangan Sampah (TPA) menyumbang 3% emisi gas rumah kaca melalui metana yang dilepaskan saat proses pembusukan sampah. Dengan membuat pupuk kompos dari sampah organik (misal dari sisa makanan, kertas, daun-daunan) untuk kebun Anda, Anda bisa membantu mengurangi masalah pemanasan global.
Tempat Pembuangan Sampah (TPA) menyumbang 3% emisi gas rumah kaca melalui metana yang dilepaskan saat proses pembusukan sampah. Dengan membuat pupuk kompos dari sampah organik (misal dari sisa makanan, kertas, daun-daunan) untuk kebun Anda, Anda bisa membantu mengurangi masalah pemanasan global.
© Pisahkan
Sampah Kertas, Plastik, dan Kaleng agar Dapat Didaur Ulang
Mendaur ulang aluminium dapat menghemat 90% energi yang dibutuhkan untuk memproduksi kaleng aluminium yang baru – menghemat 9 kg CO2 per kilogram aluminium! Untuk 1 kg plastik yang didaur ulang, Anda menghemat 1,5 kg CO2, untuk 1 kg kertas yang didaur ulang, Anda menghemat 900 kg CO2
Mendaur ulang aluminium dapat menghemat 90% energi yang dibutuhkan untuk memproduksi kaleng aluminium yang baru – menghemat 9 kg CO2 per kilogram aluminium! Untuk 1 kg plastik yang didaur ulang, Anda menghemat 1,5 kg CO2, untuk 1 kg kertas yang didaur ulang, Anda menghemat 900 kg CO2
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemanasan
Global adalah suatu istilah yang menunjukan adalahnya kenaikan rata-rata
temperatur Bumi, yang kemudian menyebabkan perubahan dalam iklim.Penyebab
terjadinya pemanasan global diantaranya : efek rumah kaca, efek umpan balik,
variasi matahari, dan model iklim. Dampak dari adanya pemanasan global yaitu :
iklim mulai tidak stabil, peningkatan permukaan laut, suhu global cenderung
meningkat, gangguan ekologis, dll. Solusi / cara mencegah terjadinya pemanasan
global diantaranya adalah dengan menjadi vegetarian, menanam pohon, bepergian
yang ramah lingkungan, mengurangi aktivitas belanja, membeli makanan organik,
menggunakan kipas angin dan lampu hemat energi, menjemur pakaian di bawah sinar
matahari, dan memisahkan sampah kertas, plastik, serta sampah kaleng agar bisa
di daur ulang.
3.2 Saran
©
Kami harapkan kepada para pembaca
setelah membaca makalah ini, agar dapat memahami betapa bahayanya
pemanasan global.
© Kami
harapkan kepada para pembaca setelah membaca makalah ini, agar dapat memberikan
kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk penyempurnaan makalah ini.
©
Kami harapkan kepada para pembaca,
setelah membaca makalah ini, ikut serta dalam mengurangi pemanasan global, demi
kelestarian bumi di masa sekarang dan masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
id.wikipedia.org/wiki/Pemanasan_global
geo.ugm.ac.id
› Artikel
capsulx368.blogspot.com
› Lingkungan
infopemanasanglobal.wordpress.com/.../solusi-pemanasan-global/
MAKALAH
BAHASA INDONESIA
DISUSUN
OLEH :
©
NUR AMALIA HUSNA
©
MUH.FATHRA ALFAIEN
©
RISKY BAYU SAMUDRA
©
MUH.APRISAL OKA
KELAS
: X.IPA 7
TAHUN
PELAJARAN 2014/2015
SMA
NEGERI 1 RAHA
KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatu.
Puji syukur kita
panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala rahmat dan karunianyalah,
sehingga makalah kami yang berjudul “Pemanasan Global” dapat kami selesaikan.
Makalah ini kami persembahkan kepada
para pelajar dan teman-teman yang telah memberikan motivasi dan dukungan baik
yang berupa materi maupun non materi. Selain itu pula kami persembahkan kepada
semua guru Baha Indonesia kami selain itu pula orang tua yang selalu memberikan
dukungan kepada kami.
Demi penyempurnaan makalah ini
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari
pembaca. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin !!!
Raha, 01 September 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN
JUDUL………………………………………………............................ i
KATA PENGANTAR................................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................ 2
1.4 Manfaat Penulisan............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................. 3
2.1 Defenisi Pemanasan Global............................................................................... 3
2.2 Penyebab Terjadinya Pemanasan Global............................................................ 3
2.3 Dampak dari Pemanasabn Global....................................................................... 4
2.4 Cara Mengatasi Pemanasan Global..................................................................... 7
BAB
III PENUTUP...................................................................................................... 10
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................... 10
3.2 Saran.................................................................................................................... 10
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................................. 11
Tidak ada komentar:
Posting Komentar