2. KELAMIN
A. ANATOMI
DAN FISIOLOGI KELAMIN
1. Anatomi
Dan Fisiologi Laki - laki
Ø
Anatomi Saluran
Reproduksi Laki-laki
1)
Testis
Testis merupakan
sepasang struktur berbentuk oval,agak gepeng dengan panjang sekitar 4 cm dan diameter
sekitar2.5 cm. Testis berada didalam skrotum bersama epididimis yaitu kantung
ekstraabdomen tepat dibawah penis. Dinding pada rongga yang memisahkan testis
dengan epididimis disebut tunika vaginalis. Tunika vaginalis dibentuk dari
peritoneum intraabdomen yang bermigrasi ke dalam skrotum primitive selama
perkembangan genetalia interna pria, setelah migrasi ke dalam skrotum, saluran
tempat turunnya testis (prosesus vaginalis) akan menutup.
2)
Epididimis
Merupakan suatu
struktur berbentuk koma yang menahan batas posterolateral testis. Epididimis
dibentuk oleh saluran yang berlekuk-lekuk secara tidak teratur yang disebut
duktus epididimis. Panjang duktus epididimis sekitar 600 cm. Duktus ini berawal
dari puncak testis (kepala epididimis) dan berjalan berliku-liku, kemudian
berakhir pada ekor epididimis yang kemudian menjadi vas deferens. Epididimis
merupakan tempat terjadinya maturasi akhir sperma.
3)
Scrotum
Skrotum pada
dasarnya merupakan kantung kulit khusus yang melindungi testis dan epididimis
dari cedera fisik dan merupakan pengatur suhu testis. Spermatozoa sangat
sensitive terhadap suhu karena testis dan epididimis berada di luar rongga
tubuh, suhu di dalam testis biasanya lebih rendah daripada suhu di dalam
abdomen.
4)
Vas Deferens
Vas deferens merupakan
lanjutan langsung dari epididimis. Panjangnya 45 cm yang berawal dari ujung
bawah epididimis, naik disepanjang aspek posterior testis dalam bentuk
gulungan-gulungan bebas, kemudian meninggalkan bagian belakang testis, duktus
ini melewati korda spermatika menuju abdomen.
5)
Vesicula Seminalis
Merupakan sepasang
struktur berongga dan berkantung-kantung pada dasar kandung kemih di depan
rectum. Masing-masing vesicular memiliki panjang 5 cm dan menempel lebih erat
pada kandung kemih daripada pada rectum. Pasokan darah ke vas deferens dan
vesikula seminalis berasal dari arteri vesikulkaris inferior. Arteri ini
berjalan bersama vas deferens menuju skrotum beranastomosis dengan arteri
testikukar, sedangkan aliran limfatik berjalan menuju ke nodus iliaka interna
dan eksterna. Vesikula seminalis memproduksi sekitar 50-60 % dari total volume
cairan semen. Komponen penting pada semen yang berasal dari vesukula seminalis
adalah fruktosa dan prostaglandin.
6)
Kelenjar Prostat
Kelenjar prostat
merupakan organ dengan sebagian
strukturnya merupakan kelenjar dan sebagian lagi otot dengan ukuran sekitar 2,3
x 3,5 x 4,5 cm. Organ ini mengililingi uretra pria, yang terfiksasi kuat oleh
lapisan jaringan ikat di belakang simpisis pubis. Lobus media prostat secara
histologis sebagai zona transisional berbentuk baji, mengelilingi uretrra dan
memisahkannya dengan duktus ejakulatorius. Saat terjadi hipertropi, lobus media
dapat menyumbat aliran urin. Hipertropi lobus media banyak terjadi pada pria
usia lanjut.
7)
Penis
Penis berada di
antara kedua pangkal paha pria. Penis mulai dari arcus pubis menonjol ke depan
berbentuk bulat panjang. Dari pangkal ke ujung berbentuk cendawan dengan kepala
penis seperti kepala cendawan tetapi bagian ujungnya agak meruncing ke depan.
Penis terdiri jaringan
kavernosa (erektil) dan dilalui uretra. Ada dua permukaan yaitu permukaan
posterior penis teraba lunak (dekat uretra) dan permukaan dorsal. Jaringan
erektil penis tersusun dalam tiga kolom longitudinal, yaitu sepasang korpus
kavernosum dan sebuah korpus spongiousum di bagian tengah. Ujung penis disebut
glans. Glands penis ini mengandung jaringan erektil dan berlanjut ke korpus
spongiosum. Glans dilapisi lapisan kulit tipis berlipat, yang dapat ditarik ke
proksimal disebut prepusium (kulit luar), prepusium ini dibuang saat dilkukan
pembedahaan (sirkumsisi). Penis berfungsi sebagai penetrasi. Penetrasi pada
wanita memungkinkan terjadinya deposisi semen dekat serviks uterus.
Ø
Fisiologi Saluran
Reproduksi Laki-laki
Fungsi paling penting dari penis selain untuk aktivitas
seksual adalah sebagai alat untuk penghantaran sperma dari testis menuju
saluran reproduksi wanita ketika ejakulasi terjadi.
Fungsi Penis adalah sebagai alat untuk
menghantarkan spermatozoa melalui saluran yang ada di dalamnya, dan sebagai alat
aktivitas seksual seorang pria.
Seluruh
anatomi penis yang disebutkan
tersebut, berkoordinasi dengan sistem saraf pusat (otak) dengan menggunakan
hormon, dalam menjalankan fungsinya sebagai :
1. Alat aktivitas seksual,
2. Alat pengantar sperma dan spermatozoa
di dalamnya ke alat reproduksi wanita, dan
3. Alat berkemih (membuang sekret tubuh
berupa urine).
2. Anatomi & Fisiologi Saluran Reproduksi
Wanita
·
Terdiri alat/organ eksternal dan internal, sebagian besar terletak
dalam rongga panggul.
·
Eksternal (sampai vagina) : fungsi kopulasi
·
Internal : fungsi ovulasi, fertilisasi ovum, transportasi blastocyst,
implantasi, pertumbuhan fetus, kelahiran.
·
Fungsi sistem reproduksi wanita dikendalikan/ dipengaruhi oleh
hormon-hormon gondaotropin /steroid dari poros hormonal thalamus – hipothalamus
– hipofisis – adrenal – ovarium.
·
Selain itu terdapat organ/sistem ekstragonad/ekstragenital yang juga
dipengaruhi oleh siklus reproduksi : payudara, kulit daerah tertentu, pigmen,
dsb.
Genitalia Eksterna
1. Vulva : Tampak dari luar (mulai dari mons
pubis sampai tepi perineum), terdiri dari mons pubis, labia mayora, labia
minora, clitoris, hymen, vestibulum, orificium urethrae externum,
kelenjar-kelenjar pada dinding vagina.
2. Mons pubis / mons veneris
a. Lapisan lemak di bagian anterior symphisis os
pubis.
b. Pada masa pubertas daerah ini mulai ditumbuhi
rambut pubis.
3. Labia mayora
a. Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah
bawah dan belakang, banyak mengandung pleksus vena.
b. Homolog embriologik dengan skrotum pada pria.
4. Labia minora
a. Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora,
tidak mempunyai folikel rambut.
b. Banyak terdapat pembuluh darah, otot polos dan
ujung serabut saraf.
5. Clitoris
a. Terdiri dari caput/glans clitoridis yang
terletak di bagian superior vulva, dan corpus clitoridis yang tertanam di dalam
dinding anterior vagina.
b. Homolog embriologik dengan penis pada pria.
c. Terdapat juga reseptor androgen pada clitoris.
d. Banyak pembuluh darah dan ujung serabut saraf,
sangat
6. Vestibulum
a. Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah
fourchet, batas lateral labia minora. Berasal dari sinus urogenital.
b. Terdapat 6 lubang/orificium, yaitu orificium
urethrae externum, introitus vaginae, ductus glandulae Bartholinii kanan-kiri
dan duktus Skene kanan-kiri.
c. Antara fourchet dan vagina terdapat fossa
navicularis.
7. Introitus / orificium vagina
a. Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada
gadis (virgo) tertutup lapisan tipis bermukosa yaitu selaput dara / hymen, utuh
tanpa robekan.
b. Hymen normal terdapat lubang kecil untuk
aliran darah menstruasi, dapat berbentuk bulan sabit, bulat, oval, cribiformis,
septum atau fimbriae.
c. Akibat coitus atau trauma lain, hymen dapat
robek dan bentuk lubang menjadi tidak beraturan dengan robekan (misalnya
berbentuk fimbriae).
d. Bentuk himen postpartum disebut parous.
e. Corrunculae myrtiformis adalah sisa2 selaput
dara yang robek yang tampak pada wanita pernah melahirkan / para.
8. Vagina
a. Rongga muskulomembranosa berbentuk tabung
mulai dari tepi cervix uteri di bagian kranial dorsal sampai ke vulva di bagian
kaudal ventral.
b. Daerah di sekitar cervix disebut fornix,
dibagi dalam 4 kuadran : fornix anterior, fornix posterior, dan fornix lateral
kanan dan kiri.
c. Vagina memiliki dinding ventral dan dinding
dorsal yang elastis. Dilapisi epitel skuamosa berlapis, berubah mengikuti
siklus haid.
§ Fungsi vagina : untuk mengeluarkan ekskresi
uterus pada haid, untuk jalan lahir dan untuk kopulasi (persetubuhan).
§ Bagian atas vagina terbentuk dari duktus
Mulleri, bawah dari sinus urogenitalis. Batas dalam secara klinis yaitu
fornices anterior, posterior dan lateralis di sekitar cervix uteri.
§ Titik Grayenbergh (G-spot), merupakan titik
daerah sensorik di sekitar 1/3 anterior dinding vagina,
9. Perineum
a. Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi
depan anus. Batas otot-otot diafragma pelvis (m.levator ani, m.coccygeus) dan
diafragma urogenitalis (m.perinealis transversus profunda, m.constrictor
urethra).
b. Perineum meregang pada persalinan, kadang
perlu dipotong (episiotomi) untuk memperbesar jalan lahir dan mencegah ruptur.
Genetalia Interna
1. Uterus
v Suatu organ muskular berbentuk seperti buah
pir, dilapisi peritoneum (serosa).
v Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat
implatansi, retensi dan nutrisi konseptus.
v Pada saat persalinan dengan adanya kontraksi
dinding uterus dan pembukaan serviks uterus, isi konsepsi dikeluarkan.
v Terdiri dari fundus, corpus, isthmus dan
serviks uteri.
2. Serviks uteri
v Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars
vaginalis (berbatasan / menembus dinding dalam vagina) dan pars supravaginalis.
Terdiri dari 3 komponen utama: otot polos, jalinan jaringan ikat (kolagen dan
glikosamin) dan elastin.
v Bagian luar di dalam rongga vagina yaitu
portio cervicis uteri (dinding) dengan lubang ostium uteri externum (luar, arah
vagina) dilapisi epitel skuamokolumnar mukosa serviks, dan ostium uteri
internum (dalam, arah cavum).
v Sebelum melahirkan (nullipara/primigravida)
lubang ostium externum bulat kecil, setelah pernah/riwayat melahirkan
(primipara/ multigravida) berbentuk garis melintang.
v Kelenjar mukosa serviks menghasilkan lendir
getah serviks yang mengandung glikoprotein kaya karbohidrat (musin) dan larutan
berbagai garam, peptida dan air. Keteb
3. Corpus uteri
v Terdiri dari : paling luar lapisan
serosa/peritoneum yang melekat pada ligamentum latum uteri di intraabdomen,
tengah lapisan muskular/miometrium berupa otot polos tiga lapis (dari luar ke
dalam arah serabut otot longitudinal, anyaman dan sirkular), serta dalam
lapisan endometrium yang melapisi dinding cavum uteri, menebal dan runtuh
sesuai siklus haid akibat pengaruh hormon-hormon ovarium.
v Posisi corpus intraabdomen mendatar dengan
fleksi ke anterior, fundus uteri berada di atas vesica urinaria.
v Proporsi ukuran corpus terhadap isthmus dan
serviks uterus bervariasi selama pertumbuhan dan perkembangan wanita.
4. Ligamenta penyangga uterus
Ligamentum latum uteri, ligamentum rotundum uteri, ligamentum cardinale,
ligamentum ovarii, ligamentum sacrouterina propium, ligamentum
infundibulopelvicum, ligamentum vesicouterina, ligamentum rectouterina.
5.
Vaskularisasi uterus
Terutama dari arteri uterina cabang arteri hypogastrica/illiaca
interna, serta arteri ovarica cabang aorta abdominalis.
6. Salping / Tuba Falopii
v Embriologik uterus dan tuba berasal dari
ductus Mulleri.
v Sepasang tuba kiri-kanan, panjang 8-14 cm,
berfungsi sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai cavum uteri.
v Dinding tuba terdiri tiga lapisan : serosa,
muskular (longitudinal dan sirkular) serta mukosa dengan epitel bersilia.
v Terdiri dari pars interstitialis, pars
isthmica, pars ampularis, serta pars infundibulum dengan fimbria.
v Pars isthmica (proksimal/isthmus)
Merupakan bagian dengan lumen tersempit, terdapat sfingter uterotuba
pengendali transfer gamet.
v Pars ampularis (medial/ampula)
Tempat yang sering terjadi fertilisasi adalah daerah ampula /
infundibulum, dan pada hamil ektopik (patologik) sering juga terjadi implantasi
di dinding tuba bagian ini.
v Pars infundibulum (distal)
Dilengkapi dengan fimbriae serta ostium tubae abdominale pada
ujungnya, melekat dengan permukaan ovarium.Fimbriae berfungsi “menangkap” ovum
yang keluar saat ovulasi dari permukaan ovarium, dan membawanya ke dalam tuba.
7. Ovarium
v Organ endokrin berbentuk oval, terletak di
dalam rongga peritoneum, sepasang kiri-kanan. Dilapisi mesovarium, sebagai
jaringan ikat dan jalan pembuluh darah dan saraf.
v Terdiri dari korteks dan medula.
v Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan
pematangan folikel menjadi ovum (dari sel epitel germinal primordial di lapisan
terluar epital ovarium di korteks), ovulasi (pengeluaran ovum), sintesis dan
sekresi hormon-hormon steroid (estrogen oleh teka interna folikel, progesteron
oleh korpus luteum pascaovulasi).
v Berhubungan dengan pars infundibulum tuba
Falopii melalui perlekatan fimbriae. Fimbriae “menangkap” ovum yang dilepaskan
pada saat ovulasi.
v Ovarium terfiksasi oleh ligamentum ovarii
proprium, ligamentum infundibulopelvicum dan jaringan ikat mesovarium.
Vaskularisasi dari cabang aorta abdominalis inferior terhadap arteri renalis.
B.
PENYAKIT
– PENYAKIT PADA KELAMIN
1.
Sifilis
A. Pengertian
Sifilis
merupakan penyakit infeksi kronik sistemik vaskuler yang disebabkan oleh
treponema pallidum/spiroketa, dikarakteristikkan dalam tingkat atau tahapan
yang berbeda-beda.
B. Etiologi
Bentuk
dari treponema pallidum adalah spiral dengan panjang antara 6-15 um, lebar 0,15
um dan terdiri atas 8-24 lekukan, gerakannya berupa rotasi. Penularan penyakit
ini dapat melalui :
a. Berhubungan
dengan orang yang terinfeksi dan hubungan seksual yang tidak aman.
b. Transfusi
darah
c. Plasenta
(ibu yang terinfeksi ke janin)
C. Patofisiologi
a. Fase
Inkubasi
Pada fase ini treponema pallidum memasuki membran mukosa/menembus kulit, beberapa pathogen masuk menuju daerah limpa nodus dan memproduksi lesi yangakan timbul pada tahap primer.
Pada fase ini treponema pallidum memasuki membran mukosa/menembus kulit, beberapa pathogen masuk menuju daerah limpa nodus dan memproduksi lesi yangakan timbul pada tahap primer.
b. Fase
Primer (10-90 hari, rata-rata 21 hari)
Pada stadium ini muncul lesi yang tidak nyeri keras dan tak bernanah yang disebut chancre. Chancre tumbuh pada vagina, serviks, skrotum dan rectum. Sebagai reaksi kompensasi maka terdapat limpa denopati pada seluruh tubuh. Jika pada titik ini tidak diobati maka chancre akan hilang tetapi T Pallidum akan berkembang dibawah kulit
Pada stadium ini muncul lesi yang tidak nyeri keras dan tak bernanah yang disebut chancre. Chancre tumbuh pada vagina, serviks, skrotum dan rectum. Sebagai reaksi kompensasi maka terdapat limpa denopati pada seluruh tubuh. Jika pada titik ini tidak diobati maka chancre akan hilang tetapi T Pallidum akan berkembang dibawah kulit
c. Fase
Sekunder
Stadium ini akan muncul lesi merah kecoklatan yang menyeluruh pada tubuh (akan pecah 2-6 minggu). Karena tahap ini Treponema Pallidum sudah memasuki aliran darah maka penderita akan mengalami sakit kepala demam, nyeri sendi, kaku kuduk, kelainan kulit (berupa macula, papula, papulskuamosa, pustule).
Stadium ini akan muncul lesi merah kecoklatan yang menyeluruh pada tubuh (akan pecah 2-6 minggu). Karena tahap ini Treponema Pallidum sudah memasuki aliran darah maka penderita akan mengalami sakit kepala demam, nyeri sendi, kaku kuduk, kelainan kulit (berupa macula, papula, papulskuamosa, pustule).
d. Fase
Laten
Pada stadium ini tidak ditemukan tanda-tanda klinis dan hanya diketahui hasil serologi yang positif. Keadaan ini umumnya ditemukan pada pemeriksaan donor darah atau pemeriksaan kehamilan. Wanita hamil pada stadium ini dapat mengeluarkan penyakitnya pada janin sehingga diperlukan pemeriksaan pada ayah dan ibu bila ada riwayat kontak dengan penderita sifilis.
Pada stadium ini tidak ditemukan tanda-tanda klinis dan hanya diketahui hasil serologi yang positif. Keadaan ini umumnya ditemukan pada pemeriksaan donor darah atau pemeriksaan kehamilan. Wanita hamil pada stadium ini dapat mengeluarkan penyakitnya pada janin sehingga diperlukan pemeriksaan pada ayah dan ibu bila ada riwayat kontak dengan penderita sifilis.
e. Fase
Tersier
Pada stadium ini tidak menular tetapi mengakibatkan kerusakan pada penderita dengan adanya kelainan khas berupa guma, lesi yang lunak, tuli, penyakit jantung, serangan koma, dan meninggal bila tidak diobati.
Pada stadium ini tidak menular tetapi mengakibatkan kerusakan pada penderita dengan adanya kelainan khas berupa guma, lesi yang lunak, tuli, penyakit jantung, serangan koma, dan meninggal bila tidak diobati.
D. Pemeriksaan
Penunkang
Untuk
menentukan diagnosis sifilis maka dilakukan pemeriksaan klinik, serologi atau
pemeriksaan dengan mengunakan mikroskop lapangan gelap (darkfield
microscope).Pada kasus tidak bergejala diagnosis didasarkan pada uji serologis
treponema dan non protonema. Uji non protonema seperti Venereal Disease Research
Laboratory ( VDRL ). Untuk mengetahui antibodi dalam tubuh terhadap masuknya
Treponema pallidum.
Hasil
uji kuantitatif uji VDRL cenderung berkorelasi dengan aktifitas penyakit
sehingga amat membantu dalam skrining, titer naik bila penyakit aktif (gagal
pengobatan atau reinfeksi) dan turun bila pengobatan cukup. Kelainan sifilis
primer yaitu chancre harus dibedakan dari berbagai penyakit yang ditularkan
melalui hubungan kelamin yaitu chancroid, granuloma inguinale, limfogranuloma venerium, verrucae acuminata, skabies, dan
keganasan ( kanker ).
2.
Gonorhoe
Pengertian
Gonorhea adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Neisseria
Gonorhea yang pada umumnya ditularkan melalui hubungan kelamin, tetapi dapat
juga secara langsung dengan eksudat yang infektif. (Dr.Soedarto,
Penyakit-penyakit Infeksi di Indonesia,1990,Hal.74)
Etiologi
Penyebab pasti penyakit gonore adalah bakteri Neisseria gonorrhea yang
bersifat patogen.Daerah yang paling mudah terinfeksi adalah daerah dengan
mukosa epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang pada wanita yang
belum pubertas.
Patofisiologi
Neisseria gonorrhea
Kontak seksual
( Anus, orogenital,
genital )
Infeksi
mukosa
Faring
Uretra,
Rectum (saluran
anus)
(neonates) konjungtifa
Infeksi meivas
(prostat, vasdeferens, epididymis dan testis)
(kelenjar skena,
bartholini, endometrium, tuba valopi, ovarium)
Gonorhoe
Pemeriksaan Penunjang
a. Sediaan langsung
b. Kultur (biakkan)
• Media transport (media stuart dan media
transgraf)
• Media pertumbuhan (media Thayer – Martin)
c. Tes definitive
• Tes oksidasi
• Tes fermentasi
d. Tes beta – laktamse
e. Tes Thomson
Pengobatan
v Medikamentosa
§ Walaupun semua gonokokus sebelumnya
sangansensitif terhadap penicilin, banyak ‘strain’ yang sekarang relatif
resisten. Terapi penicillin, amoksisilin, dan tetrasiklin masih tetap merupakan
pengobatan pilihan.
§ Untuk sebagian besar infeksi, penicillin G
dalam aqua 4,8 unit ditambah 1 gr probonesid per- oral sebelum penyuntikan
penicillin merupakan pengobatan yang memadai.
§ Spectinomycin berguna untuk penyakit gonokokus
yang resisten dan penderita yang peka terhadap penicillin. Dosis: 2 gr IM untuk
pria dan 4 gr untuk wanita.
3.
AIDS (Acquired Immune Deviciency Syndrome)
Pengertian
AIDS(
Acquired Immune Deviciency Syndrome) adalah kumpulan gejalah penyakit
menurunnya sistem kekebalan tubuh secara bertahap yang disebabkan oleh infeksi
Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Penyakit
ini dicirikan dengan timbulnya berbagai penyakit infeksi,bakteri,jamur,parasit
dan virus yang bersifat oportunistik/keganasan seperti sarkoma kaposi dan
linfoma primer diotak(kapita selekta kedokteran, jilid 2;media Aesculopius)
Acquired
Immune Deviciency Syndrome(AIDS) adalah suatau penyakit infeksi retrovirus yang
ditandai oleh imunosupresi berat yang menyebabkan terjadinya infeksi
oportunistik,ngoplasma sekunder dan kelainan
neurologik.
Etiologi
HIV
merupakan retrovirus penyebab defisiensi
imun. HIV ditemukan mantognier dkk pada tahun 1983.
AIDS
disebabkan terutama oleh retrovirus RNA HIV – I tetapi HIV – 2 Juga dapat
menyebabkan AIDS dan terutama dijumpai di afrika barat.
Patofisiologi
Cara penularan ada 3 yaitu :
1.
Hubungan seksusl, dengan resiko penularan 0,1
– 1 % tiap hubungan seksual melelui
semen dan sektet vagina.
2.
Melalui darah yaitu :
-
Tranfusi yang mengandung HIV,resiko
penularan 90- 98%
-
Tertusuk jarum yang mengandung HIN,resiko
penularan 0,03 %
-
Terdapat mukosa yang mengandung HIV,resiko
penularan 0,005 %
3.
Transmisi dari ke anak yaitu :
-
Selama
kehamilan melalui plasenta
-
Saat
persalinan , resiko penularan 50%
-
Melalui
air susu ibu (ASI) 14%
Setelah masuk tubuh, virus menuju ke
kelenjar limfe dan berada dalam sel denrik selama beberapa hari. Kemudian
terjadi sindrom retreviral akut seperti flu(serupa infeksi
mononucleosis)disertai viremia hebat dengan keterlibatan berbagai kelenjar
limfe. Pada tubuh timbul respon imun
humoramaupun seluler. Sindrom ini akan hilang sendiri setelah 1-3 minggu. Kadar
virus yang tinggi dalam darah diturunkan oleh system imun tubuh.
Proses ini berlangsung berminggu-minggu
sampai terjadi keseimbangan antara
pembentukan vurus baru dan upaya eliminasi oleh respon imun. Titik keseimbangan
yang disebut set point ini penting karena menuju AIDS akan berlangsung lebih
cepat.
Serekonfersi (perubahan antibody menjadi
positif) terjadi 1-3 bulan setelah infeksi,tetapi perna juga dilaporkan sampai
8 bulan. Kemudian pasien akan memasuki masa tanpa gejalah. Dalam masa itu
terjjadi penurunan terhadap jumlah
CD4(jumlah normal 800-1000/mmᵌ)yang terjadi setelah replikasi persistem HIV
dengan kadar RNA virus relative konstan.
CD4 adalah reseptor pada linfosit T4
yang target sel utama HIV. Pada awalnya penurunan jumlah CD4 sekitar 30- 60 /mmᵌ/tahun
sehingga bila tanpa pengobatan rata-rata masa infeksi HIV sampai menjadi AIDS
adalah 8-10 tahun. Dimana jumlah CD4 akan mencapai kurang dari 200/mmᵌ.
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis laboratorium dapat dilakukan dengan
2 cara yaitu:
1. Cara
langsung yaitu isolasi virus dari sampel dengan mikrosop elekktron da deteksi
antigen virus melalui polymerase chain reakction(PCR) untuk :
-
Tes HIV pada bayi karena zat anti pada dari
ibu masih ada pada bayi sehingga menghambat serologis.
-
Menetapkan status infeksi pada individu
seronegatif
-
Tes pada kelompok resiko tinggi sebelum
terjadi serokonversi
-
Ter korvermasi untuk HIV-2 sebab sensitivitas
ELISA untuk
2. HIVCara
tidak langsung yaitu melihat respon zat anti spesifik,tes misalnya:
-
Elisa,sensituvitsa tinggi(98,1 –
100%),biasanya memberikan hasil positif 2-3 bulan sesudah infeksi. Hasil
positif harus dikomfirmasi dengan pemeriksaan wastren blot.
-
Wastern blot (spesifitsas tinggi 99,6-
100%),namun pemeriksaan ini cukup sulit,mahal dan membutuhkan waktu sekitar 24
jam. Mutlak diperlukan untuk komvirmasi hasil pemeriksaan ELISA positif.
-
Immunofloorescent assay (IFA)
-
Radio immunopraecipitation assay(RIPA)
Pengobatan
1. Mediakomentosa
Dapat dicapai dengan diagnosis dini,pemberian
zidovidin,pengobatan komplikasi,serta penggunaan antibiotik sebagai
propilaksisecara luas. Khususnya untuk pneumonia karna P. corinii
a. Infeksi
dini
Zidovudin (zidu)
menghambat replikasi HIV dengan kerja enzim revorse transcriptase
Dosis zidovulin 500-600 mg/hari,pemberian 100
mg/4 jam sewaktu penderita terjaga
Efek samping antara lain anemia dan neotropenia, gangguan gastroinstestinal
dan penggunaan dapat terjadi miopat dan masuknya virus dengan strain yanglah berkurang
sensitvitasnya
Didonosis (DDI)
digunakan bila penderita tidak
toleren terhadap ZDU, dosis 2 x 100 mg/ 12 jam (BB < 60 kg) atau 2 x 125 mg/
12 jam (BB >60kg)
b. Propilaksis
Indikasi pemberian propilaksis untuk
pneumocystis corinii pneumonia(PCP) ialah bila CD4 <200/mmᵌ, terdapat
kandidosis oral yang berlangsung lebih dari 2 minggu atau perna mengalami infeksi PCP dimasa
lalu,sedangkan propilaksis pada reberclosis diberikan tes PPD 5 mm dengan
idurasi.
c. Stadium
lanjud
Umumnya infeksi oportunistik yang mengancam
jiwa,diperlukan penaganan multidispliner,diberikan ZDU dengan dosis awal
1000mg/hari dalam 4-5 kali pemberian (BB 70 kg)
d. Pada
fase terminal
Yakni penyakit sudah tidak teratasi,pengobatan
yang diberikan hanya simtomatik dengan tujuan pasien merasa cukup enak, bebas
dari rasa mual dan sesak mengatasi infeksi yang ada dan mengurangi rasa cemas.
2. Non Mediakomentosa
Karena belim ditemukan vaksin,maka upaya
pencegahan dapat dilakukan menurunkan insiden penyakit ini adalah :
-
Pendidikan kepda kelompok yang berisiko
terkena AIDS
-
Anjurkan bagi yang telah terinfeksi virus ini
untuk tidak menyumbangkan darah,organ atau cairan semen dan mengubah kebiasaan
seksualnya guna mencegah terjadinya penularan.
-
Skrining drah donor terhadap adanya antibody
HIV.
4.
Benigna Prostat Hiperplasi ( BPH )
Pengertian
Hipertropi Prostat adalah hiperplasia dari kelenjar
periurethral yang kemudian mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan
menjadi simpai bedah.(Jong, Wim de, 1998).
Benigna Prostat Hiperplasi ( BPH ) adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh karena hiperplasi beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar / jaringan fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika (Lab / UPF Ilmu Bedah RSUD dr. Sutomo, 1994 : 193).
Benigna Prostat Hiperplasi ( BPH ) adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh karena hiperplasi beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar / jaringan fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika (Lab / UPF Ilmu Bedah RSUD dr. Sutomo, 1994 : 193).
Etiologi
Penyebab terjadinya Benigna Prostat Hipertropi belum
diketahui secara pasti. Tetapi hanya 2 faktor yang mempengaruhi terjadinya
Benigne Prostat Hypertropi yaitu testis dan usia lanjut.
Patofisiologi
Menurut Mansjoer Arif tahun 2000 pembesaran prostat terjadi
secara perlahan-lahan pada traktus urinarius.Pada tahap awal terjadi pembesaran
prostat sehingga terjadi perubahan fisiologis yang mengakibatkan resistensi
uretra daerah prostat, leher vesika kemudian detrusor mengatasi dengan
kontraksi lebih kuat.
Sebagai akibatnya serat detrusor akan menjadi lebih tebal dan penonjolan serat detrusor ke dalam mukosa buli-buli akan terlihat sebagai balok-balok yang tampai (trabekulasi). Jika dilihat dari dalam vesika dengan sitoskopi, mukosa vesika dapat menerobos keluar di antara serat detrusor sehingga terbentuk tonjolan mukosa yang apabila kecil dinamakan sakula dan apabila besar disebut diverkel. Fase penebalan detrusor adalah fase kompensasi yang apabila berlanjut detrusor akan menjadi lelah dan akhirnya akan mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk kontraksi, sehingga terjadi retensi urin total yang berlanjut pada hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas.
Sebagai akibatnya serat detrusor akan menjadi lebih tebal dan penonjolan serat detrusor ke dalam mukosa buli-buli akan terlihat sebagai balok-balok yang tampai (trabekulasi). Jika dilihat dari dalam vesika dengan sitoskopi, mukosa vesika dapat menerobos keluar di antara serat detrusor sehingga terbentuk tonjolan mukosa yang apabila kecil dinamakan sakula dan apabila besar disebut diverkel. Fase penebalan detrusor adalah fase kompensasi yang apabila berlanjut detrusor akan menjadi lelah dan akhirnya akan mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk kontraksi, sehingga terjadi retensi urin total yang berlanjut pada hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas.
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Meliputi ureum (BUN), kreatinin, elekrolit, tes sensitivitas dan biakan urin.
Meliputi ureum (BUN), kreatinin, elekrolit, tes sensitivitas dan biakan urin.
2. Radiologis
Intravena pylografi, BNO, sistogram, retrograd, USG, Ct Scanning, cystoscopy, foto polos abdomen. Indikasi sistogram retrogras dilakukan apabila fungsi ginjal buruk, ultrasonografi dapat dilakukan secara trans abdominal atau trans rectal (TRUS = Trans Rectal Ultra Sonografi), selain untuk mengetahui pembesaran prostat ultra sonografi dapat pula menentukan volume buli-buli, mengukut sisa urine dan keadaan patologi lain seperti difertikel, tumor dan batu (Syamsuhidayat dan Wim De Jong, 1997).
Intravena pylografi, BNO, sistogram, retrograd, USG, Ct Scanning, cystoscopy, foto polos abdomen. Indikasi sistogram retrogras dilakukan apabila fungsi ginjal buruk, ultrasonografi dapat dilakukan secara trans abdominal atau trans rectal (TRUS = Trans Rectal Ultra Sonografi), selain untuk mengetahui pembesaran prostat ultra sonografi dapat pula menentukan volume buli-buli, mengukut sisa urine dan keadaan patologi lain seperti difertikel, tumor dan batu (Syamsuhidayat dan Wim De Jong, 1997).
3. Prostatektomi Retro Pubis
Pembuatan insisi pada abdomen bawah, tetapi kandung kemih tidak dibuka, hanya ditarik dan jaringan adematous prostat diangkat melalui insisi pada anterior kapsula prostat.
Pembuatan insisi pada abdomen bawah, tetapi kandung kemih tidak dibuka, hanya ditarik dan jaringan adematous prostat diangkat melalui insisi pada anterior kapsula prostat.
4. Prostatektomi Parineal
Yaitu pembedahan dengan kelenjar prostat dibuang melalui perineum.
Yaitu pembedahan dengan kelenjar prostat dibuang melalui perineum.
Pengobatan
1. Non Operatif
·
Pembesaran hormon estrogen & progesterone
·
Massase prostat, anjurkan sering masturbasi
·
Anjurkan tidak minum banyak pada waktu yang pendek
·
Cegah minum obat antikolinergik, antihistamin &
dengostan
·
Pemasangan kateter.
2. Operatif
Indikasi : terjadi pelebaran kandung kemih dan urine sisa 750 ml
Indikasi : terjadi pelebaran kandung kemih dan urine sisa 750 ml
Ø TUR (Trans Uretral Resection)
Ø STP (Suprobic Transersal
Prostatectomy)
Ø Retropubic Extravesical
Prostatectomy)
Ø Prostatectomy Perineal.
5.
Infeksi Saluran Kencing ( ISK )
Pengertian
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection
(UTI) adalah suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih.(Agus
Tessy, 2001).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya
infeksi bakteri pada saluran kemih.(Enggram, Barbara, 1998).
Etiologi
Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:
a.
Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated
(simple)
b.
Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
c.
Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci.
Prevalensi penyebab ISK pada usia
lanjut, antara lain:
a. Sisa urin dalam kandung kemih yang
meningkat akibat pengosongan kandung kemih yang kurang efektif
b. Mobilitas menurun
c. Nutrisi yang sering kurang baik
d. Sistem imunitas menurun, baik
seluler maupun humoral
e. Adanya hambatan pada aliran urin
f. Hilangnya efek bakterisid dari
sekresi prostat
Patofisiologi
Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme
patogenik dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak
langsung dari tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama
terjadinya ISK, asending dan hematogen. Secara asending yaitu :
-
masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain:
factor anatomi dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada
laki-laki sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine
saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam traktus urinarius
(pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi.
-
Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal
Secara hematogen yaitu: sering
terjadi pada pasien yang system imunnya rendah sehingga mempermudah penyebaran
infeksi secara hematogen Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi
ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan total
urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat
jaringan parut, dan lain-lain.
Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisis
-
Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk
penting adanya ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5
leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment air kemih
-
Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10
eritrosit/LPB sediment air kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan
patologis baik berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.
2. Bakteriologis
-
Mikroskopis
-
Biakan bakteri
3. Kultur urine untuk mengidentifikasi
adanya organisme spesifik
4. Hitung koloni: hitung koloni sekitar
100.000 koloni per milliliter urin dari urin tampung aliran tengah atau dari
specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria utama adanya infeksi.
5. Metode tes
-
Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase
lekosit) dan nitrit (tes Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit
positif: maka psien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif
jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
-
Tes Penyakit Menular Seksual (PMS)
-
Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual
(misal, klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
-
Tes- tes tambahan:
Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan
ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari
abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses,
hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic,
sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi
penyebab kambuhnya infeksi yang resisten.
Pengobatan
Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut dapat
dibedakan atas :
-
Terapi antibiotika dosis tunggal
-
Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari
-
Terapi antibiotika jangka lama: 4-6 minggu
-
Terapi dosis rendah untuk supresi
Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko
kekambuhan infeksi. Jika kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten di awal
infeksi, factor kausatif (mis: batu, abses), jika muncul salah satu, harus
segera ditangani. Setelah penanganan dan sterilisasi urin, terapi preventif
dosis rendah.
Penggunaan medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole
(gastrisin), trimethoprim/sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim, septra), kadang
ampicillin atau amoksisilin digunakan, tetapi E. Coli telah resisten terhadap
bakteri ini. Pyridium, suatu analgesic urinarius jug adapt digunakan untuk
mengurangi ketidaknyamanan akibat infeksi.
Pemakaian obat pada usia lanjut perlu dipikirkan kemungkina
adanya:
·
Gangguan absorbsi dalam alat pencernaan
·
Interansi obat
·
Efek samping obat
·
Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya
melalui ginjal.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kulit adalah suatu organ pembungkus
seluruh permukaan luar tubuh, merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh.
Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7
– 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi.
B.
Saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
olehh karena itu dibrutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar