TUGAS ANTROPOLOGI HUKUM
MAKALAH
KENAKALAN
REMAJA
OLEH
NAMA :
LAODE JULHIJAANI
NO STAMBUK : 21209325
KELAS : RAHA
UNIVERSITAS MUHAMADIYYAH
KENDARI
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat , karunia dan hidayahNya
kepada kita semua sehingga akhirnya tugas karya tulis ini dapat terselesaikan.
Shalawat serta salam senantiasa tercurah pada Nabi Muhammad SAW beserta
para pengikutnya yang setia menemani hingga akhir zaman. Adapun judul karya
tulis ini yakni “Kenakalan Remaja”.
Penulis
menyadari bahwa tugas karya tulis ini masih banyak memiliki kekurangan.Oleh
karena itu segala saran dan kritik yang membangun , penulis harapkan untuk kemajuan
masa-masa mendatang.
Harapan
penulis semoga penulis tugas karya tulis ini dapat diambil manfaatnya oleh
pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Permasalahan
Tumbuh
kembang remaja pada zaman sekarang sudah tidak bisa lagi dibanggakan. Perilaku
kenakalan remaja saat ini sulit diatasi. Baru-baru ini sering kita dengar
berita ditelevisi maupun radio yang disebabkan oleh kenakalan remaja
diantaranya tawuran, pemerkosaan yang dilakukan oleh pelajar, pemakaian
narkoba, dan lain-lain.
Kehidupan
remaja pada masa kini mulai memprihatinkan. Remaja yang seharusnya menjadi
kader-kader penerus bangsa kini tidak bisa lagi menjadi jaminan untuk kemajuan
Bangsa dan Negara. Bahkan perilaku mereka cenderung merosot.
Sungguh
sangat di sayangkan para remaja saat ini dengan mudah melakukan perubahan
social dan budaya dengan mengadopsi budaya luar tanpa adanya filter.
Meningkatnya kenakalan remaja saat ini merupakan salah satu dampak dari media
informasi yaitu program siaran televisi yang dinilai kurang memberikan nilai
edukatif bagi remaja ketimbang nilai amoralnya. Hal ini disebabkan karena
industri perfilman kurang memberikan pesan-pesan moral terhadap siaran yang
ditampilkan. Dapat diperhatikan dalam berbagai program televisi seperti pada sinetron-sinetron
maupun reality show yang banyak menayangkan tentang pergaulan bebas remaja
bersifat pornografis, kekerasan, hedonisme dan sebagainya untuk selalu
ditampilkan dilayar kaca. Oleh karena program tersebut banyak diminati publik,
khususnya remaja. Sehingga dapat memberikan suatu peluang bisnis bagi pihak
stasiun TV yaitu misalnya berupa banyaknya iklan yang masuk.Berbagai acara yang
menayangkan tentang pergaulan bebas remaja di kota besar yang sarat akan dunia
gemerlap (dugem). Seperti tayangan remaja dalam mengonsumsi obat-obatan
terlarang, cara berpakaian yang terlalu minim alias kurang bahan / sexy,
goyang-goyangan yang sensual para penyanyi dangdut, kisah percintaan remaja
hingga menimbulkan seks bebas, ucapan-ucapan kasar dengan memaki-maki atau
menghina dan sebagainya. Inilah yang seringkali menjadi contoh tidak baik yang
sering mempengaruhi remaja-remaja yang berada di kota maupun di daerah untuk
mengikuti perilaku tersebut.
1.2 Tujuan Penulisan
1.
Memahami pengertian kenakalan remaja
2.
Mengetahui penyebab kenakalan remaja dan gejala-gejala
yang dapat memperlihatkan hal-hal yang mengarah pada kenakalan remaja serta
untuk memahami hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menanggulangi kenakalan
remaja.
1.3 Sumber Data
Tinjauan
pustaka tentang kenakalan remaja melalui web internet
1.4 Rumusan Masalah
Dari latar
belakang permasalahan di atas, dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut :
“terjadinya
pergeseran kepribadian dan kebudayaan di kalangan remaja”
“Apa saja permasalahan pada dunia
pergaulan remaja pada masa sekarang ini dan bagaimana cara mensiasatinya ?”
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Konsep Kenakalan Remaja
Pada dasarnya kenakalan remaja menunjuk pada suatu
bentuk perilaku remaja yang tidak sesuai dengan norma-norma yang hidup di dalam
masyarakatnya. Kartini Kartono (1988 : 93) mengatakan remaja yang nakal itu
disebut pula sebagai anak cacat sosial. Mereka menderita cacat mental
disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada ditengah masyarakat, sehingga perilaku
mereka dinilai oleh masyarakat sebagai suatu kelainan dan disebut “kenakalan”.
Dalam Bakolak inpres no: 6 / 1977 buku pedoman 8, dikatakan bahwa kenakalan
remaja adalah kelainan tingkah laku / tindakan remaja yang bersifat anti
sosial, melanggar norma sosial, agama serta ketentuan hukum yang berlaku dalam
masyarakat.
Singgih D. Gumarso (1988 : 19), mengatakan dari segi
hukum kenakalan remaja digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan
norma-norma hukum yaitu : (1) kenakalan yang bersifat amoral dan sosial serta
tidak diantar dalam undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan
sebagai pelanggaran hukum ; (2) kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan
penyelesaian sesuai dengan undang-undang dan hukum yang berlaku sama dengan
perbuatan melanggar hukum bila dilakukan orang dewasa. Menurut bentuknya,
Sunarwiyati S (1985) membagi kenakalan remaja kedalam tiga tingkatan ; (1)
kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah,
pergi dari rumah tanpa pamit (2) kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan
kejahatan seperti mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa
izin (3) kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan seks
diluar nikah, pemerkosaan dll. Kategori di atas yang dijadikan ukuran kenakalan
remaja dalam penelitian.
Tentang normal tidaknya perilaku kenakalan atau
perilaku menyimpang, pernah dijelaskan dalam pemikiran Emile Durkheim (dalam
Soerjono Soekanto, 1985 : 73). Bahwa perilaku menyimpang atau jahat kalau dalam
batas-batas tertentu dianggap sebagai fakta sosial yang normal dalam
bukunya “ Rules of Sociological Method” dalam batas-batas tertentu
kenakalan adalah normal karena tidak mungkin menghapusnya secara tuntas, dengan
demikian perilaku dikatakan normal sejauh perilaku tersebut tidak menimbulkan
keresahan dalam masyarakat, perilaku tersebut terjadi dalam batas-batas
tertentu dan melihat pada sesuatu perbuatan yang tidak disengaja. Jadi
kebalikan dari perilaku yang dianggap normal yaitu perilaku nakal/jahat yaitu
perilaku yang disengaja meninggalkan keresahan pada masyarakat.
Keberfungsian sosial
Istilah keberfungsian sosial mengacu pada cara-cara
yang dipakai oleh individu akan kolektivitas seperti keluarga dalam bertingkah
laku agar dapat melaksanakan tugas-tugas kehidupannya serta dapat memenuhi
kebutuhannya. Juga dapat diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang dianggap
penting dan pokok bagi penampilan beberapa peranan sosial tertentu yang harus
dilaksanakan oleh setiap individu sebagai konsekuensi dari keanggotaannya dalam
masyarakat. Penampilan dianggap efektif diantarannya jika suatu keluarga mampu
melaksanakan tugas-tugasnya, menurut (Achlis, 1992) keberfungsian sosial adalah
kemampuan seseorang dalam melaksanakan tugas dan peranannya selama berinteraksi
dalam situasi social tertentu berupa adanya rintangan dan hambatan dalam
mewujudkan nilai dirinnya mencapai kebutuhan hidupnya.
Keberfungsian sosial kelurga mengandung pengertian
pertukaran dan kesinambungan, serta adaptasi resprokal antara keluarga dengan
anggotannya, dengan lingkungannya, dan dengan tetangganya dll. Kemampuan
berfungsi social secara positif dan adaptif bagi sebuah keluarga salah satunnya
jika berhasil dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupan, peranan dan fungsinya
terutama dalam sosialisasi terhadap anggota keluarganya.
2.2.
Landasan Teori
Kebudayaan sangat erat hubungannya
dengan masyarakat.Cultural determinism:
Segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang
dimiliki oleh masyarakat itu sendiri (Melville
J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski )
Budaya atau kebudayaan berasal dari
bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi
(budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal
manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari
kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan.
Menurut Andreas Eppink, kebudayaan
mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta
keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, juga segala
pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut Edward B.
Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya
terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan
kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Sifat
hakikat kebudayaan sebagai berikut :
Ø
Kebudayaan terwujud dan tersalurkan lewat perilaku
manusia
Ø
Kebudayaan telah ada terlebih dahulu mendahului
lahirnya suatu generasi tertentu dan tidak akan mati dengan habisnya usia
generasi yang bersangkutan
Ø
Kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan
tingkah lakunya
Ø
Kebudayaan mencangkup aturan-aturan yang berisikan
kewajiban-kewajiban, tindakan-tindakan yang diterima dan ditolak,
tindakan-tindakan yang dilarang dan tindakan-tindakan yang diizinkan
Kepribadian
dan Kebudayaan
Pengertian masyarakat menunjuk pada
sejumlah manusia, sedangkan pengertian kebudayaan menunjuk pada pola-pola
perilaku yang khas dari masyarakat tersebut. Masyarakat dan kebudayaan
sebenarnya merupakan perwujudan atau abstraksi perilaku manusia. Kepribadian
menunjukan perilaku manusia. Perilaku manusia dapat dibedakan dengan
kepribadiannya karena kepribadian merupakan latar belakang perilaku yang ada
dalam diri seorang individu. Kekuatan kepribadian bukanlah terletak pada
jawaban atau tanggapan manusia terhadap suatu keadaan, akan tetapi justru pada
kesiapannya di dalam memberikan jawab dan tanggapan.
Menurut Theodore M. Newcomb, yaitu bahwa kepribadian
merupakan organisasi sikap-sikap (predispositions) yang dimiliki seseorang
sebagai latar belakang terhadap perilaku.
2.3. Masa
Remaja
Masa remaja merupakan masa dimana
seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan
mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh
dengan masalah-masalah (Hurlock,
1998). Oleh karenanya, remaja sangat rentan sekali mengalami masalah
psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat
terjadinya perubahan social. Memang banyak perubahan pada diri seseorang
sebagai tanda keremajaan, namun seringkali perubahan itu hanya merupakan suatu
tanda-tanda fisik dan bukan sebagai pengesahan akan keremajaan seseorang. Namun
satu hal yang pasti, konflik yang dihadapi oleh remaja semakin kompleks seiring
dengan perubahan pada berbagai dimensi kehidupan dalam diri mereka. Untuk dapat
memahami remaja, maka perlu dilihat berdasarkan perubahan pada dimensi-dimensi
tersebut
· Dimensi
Biologis
Pada saat
seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama
pada remaja putri atau pun perubahan suara pada remaja putra, secara biologis
dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak
tiba-tiba memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi. Pada masa pubertas, hormon
seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis hormon (gonadotrophins atau
gonadotrophic hormones) yang berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu:
1. Follicle-Stimulating
Hormone (FSH);
2. Luteinizing
Hormone (LH).
Pada anak
perempuan, kedua hormone tersebut merangsang pertumbuhan estrogen dan
progesterone dua jenis hormone kewanitaan. Pada anak lelaki, Luteinizing
Hormone yang juga dinamakan Interstitial-Cell Stimulating Hormone (ICSH) merangsang
pertumbuhan testosterone. Pertumbuhan secara cepat dari hormon-hormon tersebut
di atas merubah sistem biologis seorang anak. Anak perempuan akan mendapat
menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu
terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang, dll. Anak
lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, otot, dan fisik lainnya yang
berhubungan dengan tumbuhnya hormon testosterone. Bentuk fisik mereka akan
berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia
remaja.
· Dimensi
Kognitif
Perkembangan
kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli perkembangan
kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan
operasi formal (period of formal operations). Pada periode ini, idealnya para
remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah
yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian
rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif
pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir
secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir
multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja tidak lagi menerima informasi apa
adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya
dengan pemikiran mereka sendiri.
· Dimensi
Moral
Masa remaja
adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanyamengenai berbagai fenomena
yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri
mereka. Elliot Turiel (1978) menyatakan bahwa para remaja mulai membuat
penilaian tersendiri dalam menghadapi masalahmasalah populer yang berkenaan
dengan lingkungan mereka, misalnya: politik, kemanusiaan, perang, keadaan
sosial, dsb. Remaja tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana,
dan absolut yang diberikan pada mereka selama ini tanpa bantahan. Remaja mulai
mempertanyakan keabsahan pemikiran yang ada dan mempertimbangan lebih banyak
alternatif lainnya. Secara kritis, remaja akan lebih banyak melakukan
pengamatan keluar dan membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan
dan ditanamkan kepadanya. Sebagian besar para remaja mulai melihat adanya
“kenyataan” lain di luar dari yang selama ini diketahui dan dipercayainya
· Dimensi
Psikologis
Masa remaja
merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa ini mood (suasana hati) bisa
berubah dengan sangat cepat. Hasil penelitian di Chicago oleh Mihalyi
Csikszentmihalyi dan Reed Larson (1984) menemukan bahwa remaja rata-rata
memerlukan hanya 45 menit untuk berubah dari mood “senang luar biasa” ke “sedih
luar biasa”, sementara orang dewasa memerlukan beberapa jam untuk hal yang
sama. Perubahan mood (swing) yang drastis pada para remaja ini seringkali
dikarenakan beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, atau kegiatan ehari-hari
di rumah. Meski mood remaja yang mudah berubah-ubah dengancepat, hal tersebut
belum tentu merupakan gejala atau masalah psikologis. Pada usia 16 tahun ke
atas, keeksentrikan remaja akan berkurang dengan sendirinya jika ia sering
dihadapkan dengan dunia nyata. Pada saat itu, Remaja akan mulai sadar bahwa
orang lain tenyata memiliki dunia tersendiri dan tidak selalu sama dengan yang
dihadapi atau pun dipikirkannya. Anggapan remaja bahwa mereka selalu
diperhatikan oleh orang lain kemudian menjadi tidak berdasar. Pada saat inilah,
remaja mulai dihadapkan dengan realita dan tantangan untuk menyesuaikan impian
dan angan-angan mereka dengan kenyataan. Para remaja juga sering menganggap
diri mereka serba mampu, sehingga seringkali mereka terlihat “tidak memikirkan
akibat” dari perbuatan mereka. Tindakan impulsif sering dilakukan; sebagian
karena mereka tidak sadar dan belum biasa memperhitungkan akibat jangka pendek
atau jangka panjang. Remaja yang diberi kesempatan untuk mempertangung-jawabkan
perbuatan mereka, akan tumbuh menjadi orang dewasa yang lebih berhati-hati,
lebih percaya-diri, dan mampu bertanggung-jawab. Dari beberapa dimensi
perubahan yang terjadi pada remaja seperti yang telah dijelaskan diatas maka
terdapat kemungkinan – kemungkinan perilaku yang bisa terjadi pada masa ini.
Diantaranya adalah perilaku yang mengundang resiko dan berdampak negative pada
remaja. Perilaku yang mengundang resiko pada masa remaja misalnya seperti
penggunaan alcohol, tembakau dan zat lainnya; aktivitas social yang berganti –
ganti pasangan dan perilaku menentang bahaya seperti balapan, selancar udara,
dan layang gantung (Kaplan dan Sadock, 1997). Alasan perilaku yang mengundang
resiko adalah bermacam – macam dan berhubungan dengan dinamika fobia balik
(conterphobic dynamic), rasa takut dianggap tidak cakap, perlu untuk menegaskan
identitas maskulin dan dinamika kelompok seperti tekanan teman sebaya.
BAB III
KENAKALAN
REMAJA
A.
Pengertian Kenakalan
Remaja
Kenakalan remaja (juvenile
delinquency) adalah suatu perbuatan yang melanggar norma, aturan atau hukum
dalam masyarakat yang dilakukan pada usia remaja atau transisi masa anak-anak
dan dewasa.
Sedangkan
Pengertian kenakalan remaja Menurut Paul Moedikdo,SH adalah :
1.
Semua perbuatan yang dari orang dewasa merupakan suatu
kejahatan bagi anak-anak merupakan kenakalan jadi semua yang dilarang oleh
hukum pidana, seperti mencuri, menganiaya dan sebagainya.
2.
Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok
tertentu untuk menimbulkan keonaran dalam masyarakat.
3.
Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan
perlindungan bagi sosial.
B.
Faktor-Faktor Penyebab Kenakalan Remaja
Perilaku nakal remaja biasa disebabkan oleh faktor
dari remaja itu sendiri (internal) maupun dari luar (eksternal)
1.
Faktor Intern
Faktor
intern adalah faktor yang datangnya dari dalam tubuh remaja sendiri. Faktor
intern ini jika mendapatkan contoh-contoh yang kurang mendidik dari tayangan
televisi akan menimbulkan niat remaja untuk meniru adegan-adegan yang
disaksikan pada isi program televisi tersebut. Khususnya menyangkut masalah
pergaulan remaja di zaman sekarang yang makin berani mengedepankan nilai-nilai
budaya luar yang tidak sesuai dengan adat budaya bangsa. Akhirnya keinginan
meniru tersebut dilakukan hanya sekedar rasa iseng untuk mencari sensasi dalam
lingkungan pergaulan dimana mereka bergaul tanpa batas dan norma agar dipandang
oleh teman-temannya dan masyarakat sebagai remaja yang gaul dan tidak
ketinggalan zaman. Timbulnya minat atau kesenangan remaja yang memang gemar menonton
acara televisi tersebut dikarenakan kondisi remaja yang masih dalam tahap
pubertas. Sehingga rasa ingin tahu untuk mencontoh berbagai tayangan
tersebutyang dinilai kurang memberikan nilai moral bagi perkembangan remaja
membuat mereka tertarik. Dan keinginan untuk mencari sensasipun timbul dengan
meniru tayangan-tayangan tesebut, akibat dari kurangnya pengontrolan diri yang
dikarenakan emosi jiwa remaja yang masih labil.
2.
Faktor Ekstern
adalah
faktor yang datangnya dari luar tubuh remaja. Faktor ini dapat disebut sebagai
faktor lingkungan yang memberikan contoh atau teladan negatif serta didukung
pula oleh lingkungan yang memberikan kesempatan. Hal ini disebabkan karena
pengaruh trend media televisi saat ini yang banyak menampilkan edegan-adegan
yang bersifat pornografi, kekerasan, hedonisme dan hal-hal yang menyimpang dari
nilai moral dan etika bangsa saat ini. sepertinya media televisi telah memaksa
remaja untuk larut dalam cerita-cerita yang mereka tampilkan seolah-olah memang
begitulah pergaulan remaja seharusnya saat ini. Yang telah banyak teradopsi
oleh nilai-nilai budaya luar yang kurang dapat mereka seleksi mana yang layak
dan yang tidak layak untuk ditiru.
3.
Kurangnya perhatian dari orang tua dan lingkungan yang memang menyediakan
pergaulan buruk. Maka memberikan dampak buruk pula bagi remaja untuk mudah
larut dalam hal-hal negatif. Baik dari tayangan televisi maupun dari pergaulan
teman-temannya. Kurangnya perhatian orang tua banyak para remaja mencari
perhatian didunia luar. Mereka cenderung melakukan atau mencari kesenangan di
lingkungan pergaulannya. Ikut-ikutan dan tak lagi dapat membedakan yang mana
baik dan buruk. Rasa takut hilang karena menganggap banyak temannya yang
melakukan hal keliru tersebut. Hingga akhirnya ketergantungan dan mereka terus
melakukannya berulang kali seperti halnya biasa dan membentuk sebuah budaya
yang tak bisa lepas dari hidup mereka. Seperti mengkonsumsi minuman keras,
narkoba dan kegiatan lain yang dinilai dapat memberikan kesenangan sesaat. Dan
dampak dari kegiatan tersebut akan menciptakan orang-orang yang hedonis.
BAB IV
MASALAH-MASALAH
REMAJA
Remaja
adalah masa ketika identitas dikembangkan lebih besar (Erikson, 1963). Suatu
kelompok anak berumur 11 tahun adalah betul-betul homogen. Bagaimanapun juga, 6
tahun kemudian ada beberapa yang menjadi anak nakal, yang lain menjadi siswa
teladan, beberapa menjadi ahli matematika, ada yang pemain drama, dan yang lain
lagi ahli mesin. Pengalaman di rumah dan di sekolah sebelum remaja, berperan penting
dalam menentukan remaja sebagai individu. Demikian juga pengalaman di SMP dan
SMA berperan penting dalam membantu siswa-siswa melalui masa-masa sulit untuk
sebagian besar mereka.
Hampir
sebagian besar anak remaja mengalami suatu konflik emosi (Blos, 1989).
Untuk sebagian besar remaja, kekacauan emosi dapat ditangani dengan sukses,
tetapi untuk beberapa remaja lari pada obat bius atau bunuh diri.
Kenakalan Remaja
Satu dari
masalah yang paling serius dari remaja adalah remaja nakal atau delinquent,
dan kebanyakan laki-laki. Remaja nakal biasanya berprestasi rendah. Biasanya
mereka didukung oleh kelompoknya. Sebab-sebab terjadinya anak nakal atau
juvenile delinquency pada umumnya adalah sebab yang kompleks, yang berarti
suatu sebab dapat menimbulkan sebab yang lain. Para peneliti melihat banyak
kemungkinan penyebab kenakalan remaja. Sedangkan para ahli sosiologi
berpendapat bahwa kenakalan remaja adalah suatu penyesuaian diri, yaitu respons
yang dipelajari terhadap situasi lingkungan yang tidak cocok atau lingkungan
yang memusuhinya. Hasil penelitian Robbin (1986) berpendapat, kenakalan remaja
akibat adanya masalah neurobiological, sehingga menimbulkan genetik yang
tidak normal. Ahli lain berpendapat kenakalan remaja merupakan produk dari
konstitusi defektif mental dan emosi-emosi mental. Mental dan emosi anak remaja
belum matang, masih labil, dan rusak akibat proses condition sering lingkungan
yang buruk.
Gangguan Emosi
Gangguan
emosi yang serius sering timbul pada anak-anak remaja. Mereka mengalami depresi, kecemasan yang berlebihan tentang
kesehatan sampai pikiran bunuh din i atau mencoba bunuh diri (Mosterson, 1987).
Banyak anak remaja yang terlibat dalam kenakalan remaja, bertingkah laku aneh,
minum minuman keras, kecanduan obat bius, alkohol, sehingga memerlukan bantuan
yang serius. Pendidik-pendidik di sekolah menengah dan sekolah menengah atas
harus sensitif terhadap fakta bahwa anak-anak remaja yang sedang mengalami
masa-masa sulit dan gangguan emosional merupakan hal yang umum. Oleh karena
itu, guru hendaknya mencoba mengetahui bahwa anak-anak remaja bisa mengalami
depresi, putus harapan, tingkah laku yang tidak dapat dipertanggungjawabkan,
dan semua ini membutuhkan bantuan. Di sini peranan konselor dan psikolog amat
penting.
A.
Penyalahgunaan
Obat Bius dan Alkohol
Penyalahgunaan obat bius dan alkohol
bertambah secara dramatis akhir-akhir tahun ini. Beberapa dari siswa-siswa SMA,
terutama di kota-kota besar, menggunakan mariyuana dan minum-minuman keras
(bahkan sudah merambat ke desa-desa). Obat bius yang juga disebut sebagai
drugs. Drugs terdiri dari hard drugs dan soft drugs. Obat keras (hard
drugs) bisa mempengaruhi saraf dan jiwa si penderita secara cepat.
Waktu ketagihannya berlangsung
relatif pendek. Jika si penderita tidak segera mendapat jatah obat tersebut,
dia bisa meninggal. Sedangkan soft drugs bisa mempengaruhi saraf dan
jiwa penderita, tetapi tidak terlalu keras. Waktu ketagihannya agak panjang dan
tidak mematikan. Gejala siswa yang menggunakan narkoba antara lain: badan tidak
terurus dan semakin lemah, tidak suka makan, matanya sayu dan merah, pembohong,
malas, daya tangkap otaknya melemah, mudah tersinggung dan mudah marah.
Banyak remaja yang memakai narkoba
karena mula-mula iseng, rasa ingin tahu, atau sekadar ikut-ikutan teman. Ada
juga remaja yang menggunakan narkoba karena didorong oleh nafsu mendapatkan
status sosial yang tinggi, ingin pengakuan atas egonya, serta untuk menjaga
gengsi. Beberapa kelompok anak remaja lain menggunakan narkoba karena ingin
lari dan kesulitan hidup dan konflik-konflik batin. Anak remaja merasa menjadi
“orang super” jika bisa merokok dan diberi ganja dan diselingi minuman keras atau minum
Wie Seng, semacam arak keras yang berkadar alkohol yang sangat tinggi. Segala
kesulitan hidup, kesulitan di sekolah, di rumah bisa hilang lenyap diganti
dengan rasa nikmat (teler) walaupun sesaat.
Usaha sekolah atau guru untuk
menolong remaja yang terlibat dalam narkoba ini adalah mula-mula mencari sumber
penyebab remaja menggunakan narkoba, sehingga guru dapat menanggulangi dan
sumber tersebut. Usaha lain adalah melakukan tindakan preventif yang lebih
praktis dan segera dapat dilakukan. Langkah-langkah yang dapat diambil misalnya
melalui lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
B. Kehamilan
Kehamilan
dan melahirkan anak bertambah di antara beberapa kelompok gadis remaja,
terutama pada masyarakat yang kurang mampu. Jika laki-laki remaja sering
bertingkah laku sebagai anak nakal untuk mencoba membuktikan kemandirian mereka
dan kontrol orang dewasa, demikian juga bagi gadis remaja. Mereka
membuktikannya dalam bentuk seks dan di banyak kasus dengan mempunyai anak,
sehingga memaksa dunia melihat mereka sebagai orang dewasa. Sejak
melahirkan anak, gadis remaja menjadi sulit untuk melanjutkan sekolah atau
mencari pekerjaan. Oleh karena itu, peranan sekolah dalam membantu gadis yang
mengalami “kecelakaan” sangat dibutuhkan. Sebaiknya, sekolah tidak mengeluarkan
remaja yang hamil di luar nikah. Biarlah
mereka tetap diperbolehkan meneruskan sekolah mereka sampai lulus sehingga
memudahkan dia mencari pekerjaan.
C.
Masalah
Pergaulan Bebas Pria-Wanita
I. Arti
pergaulan bebas
Bila kita
meninjau kembali sejarah di negeri kita sendiri dan sejarah dunia pada umumnya,
maka akan terlihat adanya banyak persoalan yang sama, peristiwa yang sama
intinya walaupun berbeda waktunya. Dalam cerita roman Romeo dan Juliet yang
termasyhur itu, yang mengisahkan suatu kisah cinta pada zaman yang lampau,
jelas bahwa pada masa itu di Eropa tidak terdapat pergaulan yang bebas. Juga
dari otobiografi mengenai ratu-ratu dan anggota-anggota keluarga kerajaan,
seorang puteri belum saling mengenal dengan pangerannya ketika ia dilamar.
Mereka baru
berkenalan sesudah lamaran diterima. Belum dipersoalkan pihak manakah yang
melamar, pihak pangerankah atau pihak puterikah. Pernikahan merupakan suatu
hasil perundingan antara negara dan keluarga raja yang bersangkutan.
Hal yang
sama juga terlihat di benua belahan Timur. Contoh-contoh yang tak terhingga
banyaknya dapat kita ambil dari sejarah negeri kita sendiri. Bahkan bila
ingatan orangtua masih dapat meraih jauh ke riwayat nenek moyang mereka,
pastilah hal yang sama akan ditemukan pula, yakni pria dan wanita belum saling
mengenal sebelum pernikahan atau persetujuan keluarga tercapai dan mereka
memasuki hidup pernikahan.
Memang, dari
macam-macam contoh dan perbandingan zaman tadi dapatlah dikatakan bahwa “lain
dulu lain sekarang”. Karena perbedaan yang terdapat antara zaman ke zaman, maka
persoalan yang dihadapi juga lain.
Dahulu tidak
ada psikolog di sekolah, yang harus menyelesaikan persoalan pribadi murid-murid
sekolah rendah, menengah dan atas atau di Perguruan Tinggi. Bahkan
sekolah-sekolah hanya menerima murid pria. Kesempatan bersekolah bagi anak
wanita belum banyak dinikmati di beberapa negara di Asia.
Syukurlah
Indonesia merupakan salah satu negara di Asia yang telah menjadi pelopor agar
kesempatan memperoleh pendidikan dan kepandaian di sekolah terbuka bagi anak
wanita dan anak pria.
Berkat tokoh
emansipasi wanita R.A. Kartini dan para ibu lainnya yang telah memperjuangkan
nasib wanita, pria dan wanita memperoleh kesempatan pendidikan yang sama.
Dengan diperolehnya hak atas kesempatan pendidikan dan bersekolah yang sama
antara pria dan wanita, tentunya mudah terjalin pergaulan bebas antara pria dan
wanita. Kaum wanita tidak lagi dipingit, tidak lagi memperoleh pelajaran dan
pengajaran yang terbatas di rumah sendiri. Kaum wanita tua dan muda dapat meninggalkan
rumali untuk menuntut ilmu di sekolali dilain kota bahkan di luar negeri tanpa
pengawasan langsung orangtua yang bersangkutan.
Dengan
adanya kesempatan bersekolah yang sama, maka pria dan wanita dapat bertemu muka
dengan bebas. Mereka dapat berdiskusi, membicarakan persoalan-persoalan yang
berhubungan dengan pelajaran di sekolah. Persoalan-persoalan yang dibicarakan
tentunya tidak selalu hanya berkisar mengenai pelajaran dan pendidikan di
sekolah. Hidup seseorang juga meliputi segi-segi lain di samping pendidikan.
Segi-segi kellidupan lainnya sering Pula menyebabkan timbulnya
persoalan-persoalan yang lalu dibicarakan bersama.
Sejak
pendidikan di Taman Kanak-Kanak, sudah terlihat bahwa ada beberapa anak
tertentu sering mengelompok. Mereka merasa diri cocok dan sesuai, sehingga
setiap saat bila diberi kesempatan bermain mereka akan berkumpul dan bergaul
dengan teman-teman yang selalu sama. Sewaktu mereka masih kecil tidak terlihat
perbedaan yang jelas antara anak pria dan wanita. Mereka berkumpul dengan teman
yang cocok tanpa mempedulikan jenis, pria atau wanita.
Pada suatu
saat terlihat selanjutnya bahwa pengelompokkan lebih banyak terjadi antar
anak-anak sejenis. Anak wanita lebih senang bergaul dan menceritakan isi
hatinya pada teman wanita, dan sebayanya anak pria mulai kesal bermain dengan
anak wanita, karena mereka lebih senang bermain yang kasar. Mereka tidak senang
kelembutan dan kehalusan anak wanita. Apalagi anak wanita sulit membendung
mengalirnya air mata sehingga sering dicemooh oleh teman pria.
Meskipun
saat itu pergaulan antar pria dan wanita diperbolehkan akan tetapi mereka
sendiri membatasi teman-teman sepergaulannya dengan yang sejenis saja.
Pergaulan dengan jenis yang berlawanan menimbulkan perasaan tidak senang, tidak
tenteram dan canggung. Sebaliknya teman-teman sejenis mem-berikan rasa senang
yang justru dicarinya dan hanya dapat di-peroleh dari teman-teman yang sama,
pria atau wanita.
Baru pada
masa berikutnya timbul keinginan bergaul secara lebih bebas, bergaul dengan
teman-teman pria maupun teman wanita. Rasa ingin tahu muda-mudi juga terarah
pada rasa ingin tahu akan teman-teman dari jenis yang lain. Ingin tahu ini
tertampung dalam pergaulan bebas. Dalam pergaulan bebas, kaum muda-mudi dapat
saling cari tahu mengenai sifat dan kepribadian teman-temannya. Dari keanekaan
teman yang diperolehnya melalui pergaulan bebas ia mendapatkan pengetahuan yang
luas mengenai sifat-sifat khusus wanita dan pria maupun ciri-ciri khas
maing-masing. Apakah pergaulan yang bebas dapat diartikan pergaulan yang bebas
dari segala-galanya. Pergaulan yang bebas tanpa memperhatikan nilai-nilai moral
dan sosial ? Manusia adalah makhluk sosial yang bertanggung jawab. Manusia
sebagai makhluk sosial yang bertanggung jawab tidak mungkin hidup bebas dari
segala-galanya. Manusia memang bisa hidup bebas dari belenggu penindasan, bebas
dari ketakutan, bebas dari pengejaran, bebas dari penderitaan fisik maupun
psikis. Akan tetapi manusia tidak bisa hidup terlepas dari hubungannya, baik
langsung maupun tidak langsung, dari individu-individu lainnya. Manusia tidak
bisa hidup wajar tanpa tanggung jawab.
Manusia
dapat bergaul bebas akan tetapi dalam suatu ke-terikatan sosial. Manusia hidup
dalam keterikatan tanggung-jawab atas kesejahteraan sosial. Juga pemuda-pemudi
dapat bergaul dengan bebas, tetapi tidak boleh mengabaikan tanggungjawab
sosial.
Dalam
pergaulan bebas, bergaul dengan siapa saja, di mana saja dan kapan saja, selalu
perlu diingat :
1)
Tanggung jawab atas kesejahteraan sesama manusia.
2)
Menghormati hak-hak dan harga diri wanita dan pria.
3)
Berpegang teguh pada norma sosial, nilai-nilai moral
dan tata susila, dan norma hukum.
Pergaulan
bebas antara pria dan wanita dapat menjadi pergaulan yang tidak bebas lagi.
Pada suatu saat pergaulannya menyempit dan hanya meliputi dua orang saja,
seorang pemuda dan seorang pemudi. Pergaulan bebas berarti pergaulan yang luas
antara banyak pemuda dan pemudi. Tidak terlalu menekankan pengelompokkan yang
kompak antara dua orang saja, akan tetapi antara banyak muda-mudi. Pergaulan
yang sudah terbatas antara dua muda-mudi akan berarti adanya suatu kekhususan,
sehingga orang mengatakan bahwa kedua muda mudi ini berpacaran.
Mengenali
Gejolak Remaja.
Menasihati remaja tidak semudah menasihati anak-anak.
Mereka bukan lagi anak TK atau SD yang bisa duduk manis ketika orang tua
berbicara. Usia remaja, yang dimulai sekitar 14 tahun, adalah usia di mana
manusia mengalami begitu banvak perubahan baik pada organ tubuhnva maupun pada
aspek psikologisnya. Mereka yang awalnva anak-anak, kemudian masuk periode
puber, disusul ke periode sclanjutnya, di mana hormon sangat memengaruhi fisik
dan psikisnya, cenderung mengalami beragam gejolak temperamen.
Ada yang saat anak-anak pendiam, mendadak menjadi
cerewet dan pandai bergaul ketika remaja. Atau kebalikannya, berubah jadi
pendiam dan pemalu, padahal waktu anak-anak dulu is sangat pandai bergaul.
Kenapa bisa begitu? Sebab memang scjak usia puber, seorang anak akan terus
mengalami perubahan karakter. Kondisi ini memhuat orang tua agak kehingungan
menghadapinva sebab sifat mereka berubah-ubah sesuai mood.
Mencoba menasihati mereka artinya mesti pandai-pandai
membaca “medan perang”, mengatur strategi agar tidak terjadi kesalahpahaman.
Sebab, kalau sudah salah paham, bukannva komunikasi yang baik yang terjalin melainkan
pertengkaran. Lebih baik kita tnengenali dulu seperti apa perilaku anak remaja
yang berusia serba nanggung ini: dibilang anak-anak, sudah tidak pantas,
dibilang dewasa pun belum.
Remaja awal ini biasanya akan memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
Cemas pada
perkembangan fisik
Anak akan mengalami kecemasan, karena mengalami
perubahan fisik yang mencolok, yakni tumbuh jakun, bulu-bulu di seluruh tubuh,
juga kumis, dan mengalami mimpi basah. Saat masih SMP, mereka masih bercelana
pendek, sehingga bulu pada kaki akan nampak jelas, dan wajar kalau mereka jadi
malu akibat diejek teman. Suara pun ikut berubah, menjadi “sember”. Ini semua
akibat mulai dominannya hormon testoteron.
Sedangkan pada anak perempuan, menstruasi mulai makin
teratur, kadang disertai nyeri dan posing. Buah dada makin membesar. Semua
perubahan itu membuatnya cemas, takut diketahui oleh teman lain, dijauhi, dan
jadi risih sendiri.
Rangsangan
nafsu menguat
Akibat gejolak hormon, mereka semakin merasakan
rangsangan nafsu seks. Ada dua jenis respon, yaitu menjadi sangat reaktif, atau
justru malu, dan menyembunyikannya. Baru mendengar cerita sedikit menyerempet
ke arah seks saja, sudah heboh dan penasaran sekali. Sebagian remaja justru
sudah sangat male sekali ketika bertatapan dengan lawan jenis.Tiap anak
memiliki respon berbeda-beda, juga berubah-ubah. Di usia ini, libido mereka
juga bergejolak, mudah terangsang oleh sedikit saja hal-hal berbau seks. Inilah
mengapa orang tua perk memberi dasar moral, etika, dan agama, sebab tanpa dasar
itu anak cenderung mudah tergoda. Orientasi seks mulai terbentuk. Jika tak
diarahkan dengan benar oleh orang tua, dapat terjadi kasus di mana anak menjadi
gay atau lesbian, bahkan biseks.
Mempermasalahkan
penampilan
Akibat perubahan fisik itu, remaja belia ini jadi
posing dengan penampilannya. Ada yang berusaha menutupi perubahan-perubahan
tadi, ada juga yang justru ingin me-nonjolkannya karena bangga dan merasa
berbeda dengan teman lain yang belum mengalami. Maka jangan heran kalau mereka
jadi sangat peduli pada penampilan, berlama-lama di depan cermin, mengunci diri
di kamar, rajin ke salon, dan berbelanja baju-baju modis.
II. Pacaran
Bila kita
melihat pertumbuhan fisik muda-mudi, maka kita mendapat kesan bahwa mereka
mengalami pertumbuhan tinggi badan yang hebat. Muda-mudi, tidak hanya menyamai
tinggi badan orangtua mereka, bahkan melebihinya. Kaum remaja secara badani
sudah kelihatan dewasa dan ingin menyamai per-buatan-perbuatan orang dewasa.
Juga pengaruh bacaan, maja-lah, buku roman dan film menyebabkan muda-mudi
meniru cara-cara tingkah laku dan komunikasi yang dapat mereka tiru dengan
mudah. Yang paling mudah ditiru justru “permainan cinta” yang banyak di ambil
sebagai inti daripada film. Puncak peniruan ini terlihat dalam pergaulan antar
muda-mudi yakni pacaran.
Sering
timbul pertanyaan, bail: pada orangtua maupun pada putera-puterinya, apakah
pacaran itu dapat dibenarkan atau tidak. Pertanyaan ini memang sulit dijawab.
Dalam menjawab pertanyaan ini selalu harus dipertimbangkan beberapa faktor :
a)
Umur Para muda-mudi yang terlibat dalam pacaran.
b)
Sifat pacaran.
c)
Tingkat derajat pacaran.
Ø
Umur
Faktor umur penting sekali. Makin
lanjut usia pemuda-pemudi, diharapkan mereka juga lebih memperlihatkan
kematangan. Taraf kematangan ini perlu supaya mereka dapat mempertimbangkan
dengan baik sifat dan tingkat pacaran dalam hubungannya dengan batas-batas
kesopanan. Makin muda usianya, makin sulit mempertimbangkan batas-batas
kesopanan dan pembagian waktu. Sering terlihat murid-murid S.M.P. sudah mulai
bergaul terlalu rapat dengan seorang kawan lain jenis. Ia juga bergaul terlalu
dekat dengan teman sejenis. Pergaulan yang terlalu dekat dengan lawan jenisnya
dan pertemuan yang terlalu sering dengan teman sejenisnya, mengobrol dan
bermain musik tanpa batas waktu, akhirnya menye-babkan prestasi di sekolah
menurun. Rapor dengan angka-angka merah menyebabkan “pergaulan anak” atau
“pacaran” yang disalahkan.
Dari contoh ini jelaslah bahwa umur.
yang terlalu muda menyebabkan para muda-mudi kurang mampu dalam membatasi kesenangan
diri, kurang dapat membatasi diri dalam pembagian waktu belajar dan rekreasi.
Mereka lebih mengutamakan rekreasi dan berkumpul dengan kawan-kawannya,
akhirnya tugas belajar terdesak dan kurang mendapat perhatian. Pemuda-pemudi
yang sudah lebih dewasa dan masih belum belajar membatasi diri dengan pembagian
waktu yang ketat akan mengalami kegagalan di sekolah. Dengan demikian umur yang
memberi kematangan untuk bisa mempertimbangkan sesuatu, harus disertai
pendisiplinan diri dalam hal waktu belajar, bekerja dan rekreasi serta dalam
pembagian yang tepat antara tugas dan pergaulan.
Ø
Sifat pacaran
Pergaulan bebas, sering dimulai
dengan pergaulan yang biasa dikenal sebagai pacaran. Mungkin saja dua muda-mudi
yang pulang dari sekolah dan searah perjalanannya ke rumah masing-masing, kalau
pulang bersama maka sudah dikatakan pacaran. Belajar dan studi bersama, sudah
menimbulkan kekhawatiran pada orangtua karena sudah terbayang suatu
“pernikahan”. Padahal pergaulan ini, sebetulnya hanva merupakan persahabatan
atau perkenalan yang lebih sedikit daripada yang biasa. Sebetulnya pergaulan
demi usaha mengenal lebih mendalam perlu untuk menambah pengetahuan tentang
pribadi-pribadi yang akan dihadapi kelak di masa dewasa.
Ada kalanya seorang pemuda
mengunjungi seorang pemudi untuk memin jam catatan pelajaran. Seorang pemuda
membantu teman sekclasnya dengan soal-soal matematik. Seorang pemudi membantu
teman sekelas pria dengan pekerjaan rumah bahasa asing. Sepulangnya pemuda
tersebut pemudi itu dimarahi orang tuanya dan teman pria tersebut tidak boleh
melewati ambang pintu rumah itu lagi, “tidak pantas anak-anak yang masih di
bangku sekolah sudah pacaran”.
Memang benar tidak pantas bahwa
murid-murid sekolah sudah mulai pacaran, padahal masa dewasa dan kemungkinan
pernikahan masih terlalu jauh. Akan tetapi apakah pergaulan dalam rangka
belajar bersama ini disebut pacaran ?
Dari contoh-contoh yang kira-kira
senada dengan contoh ini maka hal ini sebenarnya tergantung pada orang yang
menilai “pacaran” itu. Bila dua pemuda-pemudi yang kelihatannya bersahabat
sudah dikatakan pacaran, maka dapat dikatakan bahwa itu adalah pacaran tingkat
paling ringan. Dengan demikian untuk menghindari larangan orangtua akan
pacaran, maka sebaiknya belajar bersama dilakukan dalam kelompok yang angkanya
ganjil yakni misalnya tiga atau lima orang. Sesunggulinya pacaran meliputi juga
unsur lain, bukan sekedar berkumpul untuk belajar, akan tetapi ada unsur rasa
senang dari suasana ketika berdua itu. Ada perasaan bergelora yang timbul dari
keadaan pertemuan itu. Seolah-olah ada “arus listrik” pada kedua insan yang
berlainan jenis itu. Dan keadaan inilah yang disebut “pacaran”. Setiap
sentuhan, seolah-olah menimbulkan aliran listrik.
Ø
Tingkat pacaran
Bila selanjutnya perasaan yang mulai
timbul dengan pacaran diumpamakan dengan muatan listrik, maka jarak antara
kedua individu yang sedang mengalaminya akan menentukan tingkat pacaran itu.
Makin dekat, makin besar kemungkinan persentuhan yang dapat menimbulkan
“kortsluiting” ataupun aliran listrik yang memberi percikan bunga-api cinta.
Sama halnya dengan “kortsluiting”
pada listrik, maka aliran tersebut bisa bermanfaat dan memberi daya kekuatan
akan tetapi dapat juga membawa bahaya kebakaran yang merusak, bila tidak
dipersiapkan dan disalurkan dengan baik.
Dengan demikian muda-mudi, kaum
dewasa muda yang masih jauh daripada kesanggupan membentuk keluarga, sebaiknya
sangat berhati-hati dengan “main api cinta”. Perlu selalu mengingat jarak yang
harus dipertahankan demi “keamanan” kedua pihak. Lebih baik waspada terus demi
ketenteraman hati. Sering-kali mereka yang membanggakan kekuatan hati nurani,
akhirnya “terbakar” dan jatuh karena kelengahan sesaat. Dalam suasana pacaran
kewaspadaan harus diperketat dan iman harus diperkuat demi menjauhkan diri dari
godaan dan gangguan yang mudah timbul dan demi tercapainya cita-cita yang
mulia.
D. Kecanduan Narkotika Pada Remaja
Bukan sebuah
rahasia jika kecanduan narkotika adalah penyakit yang mengerikan, apalagi
ketika remaja telah kecanduan narkotika, maka ini merupakan hal yang lebih
serius. Narkotika mempengaruhi tubuh remaja dengan cara yang berbeda-beda. Jika
remaja telah kecanduan narkotika, maka akan lebih susah untuk mempertahankan
gaya hidup bersih dan sadar saat mereka bertambah tua.
Anak-anak telah tersentuh narkotika
dalam usia yang semakin dini. Penelitian menunjukkan bahwa saat anak-anak
memasuki kelas 8, hampir 35 persen telah mencoba narkotika. Jumlah para remaja
yang kecanduan narkotika adalah 20 persen dan itu adalah jumlah yang terlalu
besar !
Para remaja lebih rentan kecanduan
narkotika karena kondisi hidup mereka. Banyak remaja kewalahan menghadapi
masalah hidupnya sehari-hari. Banyak remaja memiliki rasa percaya diri yang
rendah, merasa cemas, ketidakmampuan untuk mengungkapkan perasaan, dan kurang
dapat mengendalikan hidup mereka. Semua hal itu sangat berkonstribusi terhadap
penggunaan narkotika dan akhirnya membuat mereka kecanduan narkotika.
Narkotika membunuh rasa sakit
kehidupan duniawi. Narkotika menghilangkan sakit fisik dan emosional dengan
merubah persepsi pecandu terhadap kenyataan. Narkotika membuat pecandu kebal
terhadap rasa sakit, keputus-asaan atau kesepian yang mereka rasakan di
kehidupan.
Berikut ini
adalah tanda-tanda umum remaja anda kecanduan narkotika:
·
Perubahan dramatis terhadap sikap dan perilaku
·
Muram, mata berkaca-kaca
·
Sering merasa kelelahan
·
Kegagalan di sekolah
·
Berbohong atau mencuri
·
Mengisolasi diri atau kehilangan minat untuk beraktivitas
Apa yang anda lakukan saat anda
mencurigai remaja anda terlibat dengan ketergantungan narkotika ? Pertama,
percayai insting anda. Jika anda merasa ada masalah, maka mungkin memang ada.
Cari waktu yang tepat untuk bicara dengan anak remaja anda dan katakan terus terang
tentang kekhawatiran anda. Coba berpikiran terbuka tentang apa yang mereka
katakan pada anda dan bersimpati terhadap pendapat mereka tentang masalahnya.
Katakan pada remaja anda tentang apa
yang anda rasakan tentang ketergantungan obat mereka. Anda mungkin khawatir,
takut, dan menjadi takut tentang apa yang bakal terjadi pada mereka. Cobalah
untuk tidak menghakimi dan marah: karena hal ini akan membuat mereka menutup
diri. Anda juga bisa berbicara tentang pengamatan atau pengalaman yang anda
miliki tentang narkotika. Saat anda mungkin merasa ragu melakukan hal ini, ini
akan membuat anda lebih manusiawi di mata remaja anda.
Seringkali orang-orang terdekat
dengan anak remaja anda (dalam hal ini adalah anda) lebih mudah mengingkari
bahwa anak remaja mereka mempunyai masalah dengan narkotika. Namun ketika hal
ini menyangkut tentang ketergantungan narkotika pada anak remaja, anda tidak
dapat melakukan ini. Sangatlah penting untuk menolong mereka secepat mungkin.
Jangan menyerah dan berkecil hati jika usaha awal anda gagal. Pada akhirnya
anda akan dapat melaluinya dan kemudian anda dan anak remaja anda bisa berusaha
memulai untuk melawan ketergantungan obat bersama-sama.
E.
PORNOGRAFI
Rasa ingin tahu ditambah besarnya
gairah syahwat pada masa remaja membuat banyak remaja (terutama laki-laki)
terperosok ke maksiat satu ini. Banyak media yang memuat pornografi. Mulai dari
poster, majalah, buku, sampai VCD. Bahkan majalah Playboy yang udah masyhur
kepornoannya pun udah masuk ke Indonesia setelah majalah porno lainnya eksis di
negeri ini.
Menahan pandangan dari lawan jenis
termasuk juga nggak liat hal-hal yang porno semacam ini. Pornografi juga
memancing kejahatan seperti pelecehan seksual dan pemerkosaan. Berapa banyak
kasus perkosaan berawal dari nonton VCD porno.
Alhamdulillah, nilai-nilai syariat
Islam udah mulai ditegakkan di negeri kita. Setelah Undang-Undang Anti
Pornografi dan Pornoaksi disahkan, kita nggak aman dari tuntutan hukum dunia
dalam masalah ini. Kalo ketauan liat atau bawa barang-barang berbau porno, kamu
bisa dipenjara atau kena denda. Selain itu, kamu masih harus menghadapi
tuntutan hukum akherat kalo nggak tobat.
F. ONANI MASTURBASI
Maksiat yang satu ini juga terkenal
banget dilakukan oleh para remaja. Sebabnya rata-rata sama, ingin tahu dan
besarnya nafsu seksual pada masa remaja. Menurut penelitian, aktivitas ini
lebih banyak dilakukan remaja pria (sekitar 90%), namun ada juga remaja
perempuan yang melakukannya (30%).
Sebagian orang menganggap melepaskan
syahwat dengan onani/ masturbasi merupakan jalan yang lebih selamat daripada
berzina. Kadar maksiat mungkin memang lebih rendah dari zina beneran. Tapi
bukan berarti onani nggak terlarang. Dalam Islam, melampiaskan nafsu syahwat
hanya diperkenankan dilakukan terhadap istri atau suami. Barangsiapa yang
mencari pelampiasan selain itu maka mereka termasuk orang yang melampaui batas.
Onani jelas termasuk jalan lain, berarti onani termasuk perbuatan melampaui
batas.
Jika onani dibolehkan, tentu
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam nggak perlu memerintahkan para pemuda
yang belum mampu untuk menikah untuk berpuasa. Mereka yang belum mampu menikah
tentu tinggal diperintahkan untuk onani. Namun kenyataannya enggak, mereka yang
belum mampu menikah diperintahkan untuk berpuasa, tidak diperintahkan untuk
onani. Jadi, onani tetap aja terlarang.
G.
MUSIK
Satu hal yang biasanya remaja kurang
tahu bahwa hal tersebut juga merupakan maksiat adalah mendengarkan musik.
Parahnya, kehidupan remaja saat ini kayaknya nggak bisa lepas dari musik. Konsumen
musik terbanyak tetap aja remaja. Buktinya, media cetak remaja, baik yang untuk
cewek atau cowok, baik yang majalah atau yang tabloid, semuanya memberikan
porsi ruang yang lumayan besar bagi berita musik.
Musik merupakan sesuatu yang haram
karena Rasulullah bersabda tentang akan datangnya suatu kaum yang
menghalalkannya. Musik merupakan senjata ampuh setan untuk melalaikan manusia
dari mendengarkan Al-Quran.
Musik juga merupakan pembuka
kemaksiatan lain. Orang yang suka musik mungkin akan sering menghadiri
pertunjukan musik. Biasanya di pertunjukan musik, sponsornya adalah rokok.
Trus, kalo beli tiket, dapat rokok gratis. Malah jadinya merokok kan? Belum
lagi kalo acaranya bertempat di klub malam, pasti mereka jual minuman
beralkohol juga. Udah acaranya kelar, acara lanjutannya pasti disko dan dansa
bareng. Waduh, waduh,,,jangan sampe dech!
H.
MENCONTEK
Dosa yang ini biasa terjadi di
sekolah, terutama saat ulangan atau ujian. Mencontek dilakukan untuk
mendapatkan nilai yang bagus. Hakikatnya, mencontek adalah menipu, baik diri
sendiri maupun guru.
Hasil yang kamu peroleh mungkin
memang seperti yang kamu harapkan. Tapi betulkah demikian kemampuanmu?
Ingatlah, pertanggungjawaban nggak cuma didepan guru saja. Di akherat nanti,
penipuan yang kamu lakukan tersebut juga harus kamu pertanggungjawabkan.
I.
MEROKOK
“Nggak jantan kalo nggak merokok!”
Remaja pria kalo udah diberi cap seperti ini biasanya keder juga. Lalu,
ikut-ikutan lah ia merokok. Padahal, yang jantan adalah yang nggak merokok; sendirian
tanpa rokok aja udah berani menghadapi masalah hidup. Kenyataannya, rokok
memang bisa menjadi pelarian orang-orang pengecut yang nggak berani menghadapi
hidup.
Rokok seluruhnya mengandung racun.
Bisa jadi ia malah lebih berbahaya daripada khamr. Alloh melarang kita
membinasakan diri kita sendiri. Kalo begitu, menghisap rokok juga diharamkan.
Rokok juga merupakan pintu untuk
merasakan hal-hal haram lainnya. Pecandu rokok bisa-bisa tertarik untuk
mencampurkan ganja di rokoknya. Ganja mempunyai efek memabukkan, jadi tentu
saja ganja adalah barang haram. Kalo udah kenal rokok-dan ganja- nggak lama
kemudian para remaja akan mencoba obat-obat penenang. Nggak ketinggalan juga
miras. Seringkali pecandu semua itu berawal dari merokok. Busyeeet..!
Hal-hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi kenakalan
remaja.
1. Kegagalan
yang mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau
diatasi dengan prinsip keteladana.
2. Adanya
motifasi dari keluarga , guru , teman sebaya untuk melakukan point pertama.
3. Kemauan
orang tua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang
harmonis , komunikatif , dan nyaman bagi remaja.
4. Remaja
pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orang tua member arahan
dengan siapa dan dikomunitas mana remaja harus bergaul.
5. Remaja
membentuk ketahanan diri agar tidak terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau
komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.
BAB V
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
a. Pada
dasarnya kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari
norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan
merugikan dirinya sendiri dan orang-orang disekitarnya.
b. Kenakalan
remaja pada zaman sekarang ini disebabkan oleh beberapa factor. Perilaku nakal
remaja disebabkan oleh factor remaja itu sendiri (internal) maupun factor dari
luar (eksternal).
c. Remaja harus
bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui
masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah
sebelumnya gagal pada tahap ini.
d. Adanya
motivasi dari keluarga , guru , teman sebaya merupakan hal-hal yang bisa
dilakukan untuk mengatasi kenakalan remaja.
e. Anak-anak
yang tidak disukai oleh teman-temannya anak tersebut menyendiri. Anak yang
demikian akan dapat menyebabkan kegoncangan emosi.
B. SARAN
a.
Perlu adanya tindakan-tindakan dari pemerintah untuk
mengawasi tindakan remaja di Indonesia agar tidak terjerumus pada kenakalan
remaja.
b.
Perlunya penanaman nilai moral , pendidikan dan nilai religious
pada diri seorang remaja.
c.
DAFTAR
PUSTAKA
http://psikonseling.blogspot.com/2010/02/pengertian-kenakalan-remaja.html
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/index/assoc/HASHa7c5.dir/doc.pdf
http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=12915
http://subandowo.blogspot.com/2008/08/kenakalan-remaja.html
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/index/assoc/HASHa7c5.dir/doc.pdf
http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=12915
http://subandowo.blogspot.com/2008/08/kenakalan-remaja.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar