BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Perhatian terhadap penyakit menular dan tidak menular
makin hari semakin meningkat, karena semakin meningkat nya frekuensi
kejadiannya pada masyarakat. Dari tiga penyebab utama kematian (WHO, 1990).
Penyakit jantung, diare, dan stroke, dua di antaranya adalah penyakit menular
dan tidak menular. Selama epidemiologi kebanyakan berkecimpung dalam menangani
masalah penyakit menular, bahkan kebanyakan terasa bahwa epidemiologi hanya
menangani masalah penyakit menular. Karena itu, epidemiologi hampir selalu
dikaitkan dan dianggap epidemiologi penyakit menular dan tidak menular.hal ini
tidak dapat disangkal dari sejarah perkembangan nya epidemiologi berlatar
belakang penyakit menular. Sejarah epidemiologi memang bermula dengan
penanganan masalah penyakit menular dan tidak menular yang merajalela dan
banyak menelan korban pada waktu itu. Perkembangan sosio-ekonomi dan kultural
bangsa dan dunia kemudian menurut epidemiologi untuk memberikan perhatian
kepada penyakit tidak menular karena sudah mulai meningkatkan sesuai dengan
perkembangan masyarakat.
Pentingnya pengetahuan tentang penyakit tidak menular
dilatarbelakangi dengan kecenderungan semakin meningkat nya prevalensi PTM
dalam masyarakat, khususnya masyarakat Indonesia. Bangsa Indonesia yang
sementara membangun dirinya dari suatu negara agraris yang sedang berkembang
menuju masyarakat industri membawa kecenderungan baru dalam pola penyakit
masyarakat. Perubahan pola struktur
masyarakat , khususnya masyarakat Indonesia. Bangsa Indonesia yang
sementara membangun dirinya dari suatu negara agraris yang sedang berkembang
menuju masyarakat industri membawa kecenderungan baru dalam pola penyakit dalam
masyarakat. Perubahan pola struktur masyarakat agraris ke masyarakat industri
banyak memberi andil terhadap perubahan pola fertilitas, gaya hidup, sosial
ekonomi yang pada giliran nya dapat memacu semakin meningkat nya PTM. Di
Indonesia keadaan perubahan pola dari penyakit menular ke penyakit tidak
menular lebih dikenal dalam sebutan transisi epidemiologi.
1.2.Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian penyakit menular?
2. Apa saja
faktor penyebab penyakit menular?
3. Bagaimana
mekanisme penyakit menular?
4. Bagaimana
cara pencegahan dan penanggulangan penyakit menular?
1.3.Tujuan
Penulisan
memberikan informasi kepada
rekan-rekan yang lain tentang epidemiologi penyakit menular.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Pengertian
Penyakit Menular
Dewasa ini banyak penyakit menular
yang telah mampu diatasi bahkan ada yang telah dapat dibasmi berkat kemajuan
teknologi dalam mengatasi masalah lingkungan biologis yang erat hubungan nya
dengan penyakit menular. Akan tetapi masalah penyakit menular masih tetap
dirasakan oleh sebagian besar penduduk negara berkembang, di samping munculnya
masalah baru pada negara yang sudah maju. Penguasaan teknologi terhadap
pengaruh lingkungan biologis yang erat hubungan nya dengan penyakit menular
maka penguasaan terhadap lingkungan fisik sedang dikembangkan di berbagai
negara dewasa ini yang sejalan dengan terhadap lingkungan biologis.
Dewasa ini berbagai jenis penyakit
menular telah dapat diatasi terutama pada negara-negara maju, tetapi sebagian
besar penduduk dunia yang mendiami belahan dunia yang sedang berkembang, masih
terancam dengan berbagai penyakit menular tertentu. Dalam hal ini maka penyakit
menular dapat di kelompokan dalam 3 kelompok utama yakni:
1. Penyakit
yang sangat berbahaya karena kematian cukup tinggi.
2. Penyakit
menular yang dapat menimbulkan kematian atau cacat, walaupun, akibatnya lebih
ringan dibanding dengan yang pertama.
3. Penyakit
menular yang jarang menimbulkan kematian, tetapi dapat mewabah sehingga dapat
menimbulkan kerugian waktu maupun materi/biaya.
2.2.Faktor
Penyebab Penyakit Menular
Pada proses perjalanan penyakit menular di dalam
masyarakat, maka dikenal adanya beberapa faktor yang memegang peranan penting
antara lain adanya faktor penyebab (agent) yakni organisme penyebab penyakit,
adanya sumber penularan (resorvoir maupun resources), adanya cara penularan
khusus (mode of transmission), adanya cara meninggalkaan penjamu dan cara masuk
ke penjamu lainnya, serta keadaan ketahanan penjamu sendiri.
Yang merupakan penyebab kausal (agent) penyakit
menular adalah unsur biologis, yang bervariasi mulai dari partikel virus yang
paling sederhana sampai organisme multi selular yang cukup kompleks yang dapat
menyebabkan penyakit manusia. Unsur penyebab ini dapat dikelompokkan dalam
beberapa kelompok yakni:
1. Kelompok
arthropoda (serangga), seperti pada penyakit scabies, pediculosis dan
lain-lain.
2. Kelompok
cacing/helminth baik cacing darah maupaun cacing perut dan yang lainnya.
3. Kelompok
protozoa, seperti plasmodium,amoeba,dan lain-lain.
4. Fungus atau
jamur, baik uniseluler maupun multiseluler.
5. Bakteri
termasuk spirocheata maupun ricketsia yang memiliki sifat tersendiri.
Sebagai makhluk biologis yang sebagian besar adalah
kelompok mikro-organisme, unsur penyebab penyakit menular tersebut juga
mempuyai potensi untuk tetap berusaha untuk mempertahankan diri terhadap faktor
lingkungan di mana ia berada dalam usaha mempertahankan hidupnya serta
mengembangkan keturunannya.
Adapun usaha tersebut yang meliputi berkembang biak
pada lingkungan yang sesuai/menguntungkan, terutama pada penjamu /host dimana
mikro-organisme tersebut berada, berpindah tempat dari satu penjamu lainnya
yang lebih sesuai/menguntungkan, serta membentuk pertahanan khususnya pada
situasi lingkungan yang jelek seperti membentuk spora atau bentuk lainya.
2.3.Mekanisme
Penyakit Menular
Aspek sentral penyebaran penyakit
menular dalam masyarakat adalah mekanisime penularan (mode of transmissions)
yakni berbagai mekanisme di mana unsur penyebab penyakit dapat mencapai manusia
sebagai penjamu yang potensial. Mekanisme tersebut meliputi cara unsur penyebab
(agent) meninggalkan reservoir, cara penularan untuk mencapai penjamu potensial,
serta cara masuknya ke penjamu potensial tersebut. Seseorang yang sehat sebagai
salah seorang penjamu potensial dalam masyarakat, mungkin akan ketularan suatu
penyakit menular tertentu sesuai dengan posisinya dalam masyarakat serta dalam
pengaruh berbagai reservoir yang ada di sekitarnya. Kemungkinan tersebut sangat
di pengaruhi pula olah berbagai faktor antara lain:
1. Faktor
lingkungan fisik sekitarnya yang merupakan media yang ikut mempengaruhi
kualitas maupun kuantitas unsur penyebab.
2. Faktor lingkungan
biologis yang menentukan jenis vektor dan resevoir penyakit serta unsur
biologis yang hidup berada di sekitar manusia .
3. Faktor
lingkungan sosial yakni kedudukan setiap orang dalam masyarakat, termasuk
kebiasaan hidup serta kegiatan sehari-hari.
· Cara unsur
penyebab keluar dari penjamu (Reservoir)
Pada umumnya selama unsur penyebab
atau mikro-organisme penyebab masih mempunyai kesempatan untuk hidup dan
berkembang biak dalam tubuh penjamu, maka ia akan tetap tinggal di tempat yang
potensial tersebut. Namun di lain pihak, tiap individu penjamu memiliki usaha
perlawanan terhadap setiap unsur penyebab patogen yang mengganggu dan mencoba
merusak keadaan keseimbangan dalam tubuh penjamu.
Unsur penyebab yang akan
meninggalkan penjamu di mana ia berada dan berkembang biak, biasanya keluar
dengan cara tersendiri yang cukup beraneka ragam sesuai dengan jenis dan sifat
masing-masing. Secara garis besar, maka cara ke luar unsur penyebab dari tubuh
penjamu dapat dibagi dalam beberapa bentuk, walaupun ada di antara unsur
penyebab yang dapat menggunakan lebih satu cara.
· Cara
penularan (mode of transmission)
Setelah unsur penyebab telah
meninggalkan reservoir maka untuk mendapatkan potensial yang baru, harus
berjalan melalui suatu jalur lingkaran perjalanan khusus atau suatu jalur
khusus yang disebut jalur penularan. Tiap kelompok memiliki jalur penularan
tersendiri dan pada garis-garis besarnya dapat di bagi menjadi dua bagian utama
yakni:
1. Penularan
langsung yakni penularan penyakit terjadi secara langsung dari penderita atau
resevoir, langsung ke penjamu potensial yang baru.au
2. Penularan
tidak langsung yakni penularan penyakit terjadi dengan melalui media tertentu
seperti melalui udara (air borne) dalam bentuk droplet dan dust, melalui benda
tertentu (vechicle borne), dan melalui vector (vector borne).
2.4.Pencegahan
dan Penanggulangan Penyakit Menular
a. Pencegahan
Penyakit Menular
Pengertian pencegahan secara umum adalah mengambil
tindakan terlebih dahulu sebelum kejadian. Dalam mengambil langkah-langkah
untuk pencegahan, haruskan didasarkan pada data/keterangan yang bersumber dari
hasil analisis epidemiologi atau hasil
pengamatan penelitian epidemiologis.
Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan secara
umum yakni:
Pencegahan tingkat pertama (primary
prevention) yang meliputi promosi kesehatan dan pencegahan khusus, sasaran
pencegahan pertama dapat ditujukan pada faktor penyebab, lingkungan penjamu.
· Sasaran yang
ditujukan pada faktor penyebab atau menurunkan pengaruh penyebab serendah
mungkin dengan usaha antara lain: desinfeksi, pasteurisasi, sterilisasi, yang
bertujuan untuk menghilangkan mikro-organisme penyebab penyakit, penyemprotan
inteksida dalam rangka menurunkan menghilangkan sumber penularan maupun
memutuskan rantai penularan, di samping karantina dan isolasi yang juga dalam
rangka memutuskan rantai penularannya.
· Mengatasi/modifikasi
lingkungan melalui perbaikan lingkungan fisik seperti peningkatan air bersih,
sanitasi lingkungan dan perubahan serta bentuk pemukiman lainnya, perbaikan dan
peningkatan lingkungan biologis seperti pemberantasan serangga dan binatang
pengerat, serta peningkatan lingkungan sosial seperti kepadatan rumah tangga,
hubungan antar individu dan kehidupan sosial masyarakat.
· Meningkatkan
daya tahan penjamu yang meliputi perbaikan status gizi, status kesehatan umum
dan kualitas hidup penduduk, pemberian imunisasi serta berbagai bentuk
pencegahan khusus lainnya, peningkatan status psikologis, persiapan perkawinan
serta usaha menghindari pengaruh faktor keturunan, dan peningkatan ketahanan
fisik melalui peningkatan kualitas gizi, serta olah raga kesehatan.
Pencegahan tingkat kedua (secondary
prevention) yang meliputi diagnosis dini serta pengobatan yang tepat . sasaran
pencegahan ini terutama ditunjukkan pada mereka yang menderita atau dianggap
menderita (suspek) atau yang terancam akan menderita (masa tunas). Adapun
tujuan usaha pencegahan tingkat kedua ini yang meliputi diagnosis dini dan
pengobatan yang tepat agar dapat dicegah meluasnya penyakit atau untuk mencegah
timbulnya wabah, serta untuk mencegah proses penyakit lebih lanjut serta
mencegah terjadi akibat samping atau komplikasi.
· Pencarian
penderita secara dini dan aktif melalui peningkatan usaha surveveillans
penyakit tertentu, pemeriksaan berkala serta pemeriksaan kelompok tertentu
(calon pegawai, ABRI, mahasiswa dan sebagainya), penyaringan (screening) untuk
penyakit tertentu secara umum dalam masyarakat, serta pengobatan dan perawatan
efektif.
· Pemberian
chemoprophylaxis yang terutama bagi mereka yang dicurigai berada pada proses
prepatogenesis dan patogenesis penyakit tertentu.
Pencegahan tingkat ketiga (tertiary
prevention) yang meliputi pencegahan terhadap cacat dan rehabilitasi. Sasaran
pencegahan tingkat ke tiga adalah penderita penyakit tertentu dengan tujuan
mencegah jangan sampai mengalami cacat permanen, mencegah bertambah parahnya
suatu penyakit atau mencegah kematian akibat penyakit tersebut. Pada tingkatan
ini juga dilakukan usaha rehabilitasi untuk mencegah terjadinya akibat samping
dari penyembuhan suatu penyakit tertentu. Rehabilitasi adalah usaha
pengembalian fungsi fisik, psikologi dan sosial optimal mungkin yang meliputi
rehabilitasi fisik/medis, rehabilitasi mental/psikologis serta rehabilitasi sosial.
Ketiga tingkat pencegahan tersebut
saling berhubungan erat sehingga dalam pelaksanaan nya sering dijumpai keadaan
yang tumpang tindih.
b. Penanggulangan penyakit menular.
Yang dimaksud dengan penanggulangan penyakit menular
(kontrol) adalah upaya untuk menekan peristiwa penyakit menular dalam
masyarakat serendah mungkin sehingga tidak merupakan gangguan kesehatan bagi
masyarakat tersebut.
Seperti halnya pada upaya pencegahan penyakit, maka
upaya penanggulangan penyakit menular dapat pula dikelompokan pada tiga
kelompok sesuai dengan sasaran langsung melawan sumber penularan atau
reservoir, sasran ditujukan pada cara penularan penyakit, sasaran yang
ditujukan terhadap penjamu dengan menurunkan kepekaan penjamu.
c. Sasaran langsung pada sumber penularan
penjamu.
Keberadaan suatu sumber penularan (reservoir) dalam
masyarakat merupakan faktor yang sangat penting dalam rantai penularan. Dengan
demikian keberadaan sumbar penularan tersebut memegang peranan yang cukup
penting serta menentukan cara penanggulangan yang paling tepat dan tingkat
keberhasilannya yang cukup tinggi.
- Sumber penularan
terdapat pada binatang peliharaan (domestik) maka upaya mengatasi penularan
dengan sasaran sumber penularan lebih mudah dilakukan dengan memusnahkan
binatang yang terinfeksi serta melindungi binatang lainnya dari penyakit
tersebut (imunisasi dan pemeriksaan berkala)
- Apabila sumber
penularan adalah manusia, maka cara pendekatannya sangat berbeda mengingat
bahwa dalam keadaan ini tidak mungkin dilakukan pemusnahan sumber. Sasaran
penanggulangan penyakit pada sumber penularan dapat dilakukan dengan isolasi
dan karantina, pengobatan dalam berbagai bentuk umpamanya menghilangkan unsur
penyebab (mikro-organisme) atau menghilangkan fokus infeksi yang ada pada
sumber.
d. Sasaran ditujukan pada cara penularan
Upaya mencegah dan menurunkan penularan penyakit yang
ditularkan melalui udara, terutama infeksi saluran pernapasan dilakukan
desinfeksi udara dengan bahan kimia atau dengan sinar ultra violet, ternyata
kurang berhasil. Sedangkan usaha lain dengan perbaikan sistem ventilasi serta
aliran udara dalam ruangan tampaknya lebih bermanfaat.
e. Sasaran ditujukan pada penjamu potensial.
Sebagaimana diterangkan sebelumnya bahwa faktor yang
berpengaruh pada penjamu potensial terutama tingkat kekebalan (imunitas) serta
tingkat kerentanan/kepekaan yang pengaruhi oleh status gizi, keadaan umum serta
faktor genetika.
- Berbagai penyakit
dewasa ini dapat dicegah melalui usaha
imunitas yakni peningkatan kekebalan aktif pada penjamu dengan pemberian
vaksinasi. Pemberian imunisasi aktif untuk perlindungan penyakit (DPT)
merupakan pemberian imunisasi dasar kepada anak-anak sebagai bagian terpenting
dalam program kegiatan kesehatan masyarakat.
- Peningkatan
kekebalan umum.
Berbagai usaha lainnya dalam
meningkatkan daya tahan penjamu terhadap penyakit infeksi telah diprogramkan
secara luas seperti perbaikan keluarga, peningkatan gizi balita melalui program
kartu menuju sehat (KMS), peningkatan derajat kesehatan masyarakat serta
pelayanan kesehatan terpadu melalui posyandu. Keseluruhan program ini bertujuan
untuk meningkatkan daya tahan tubuh secara umum dalam usaha menangkal berbagai
ancaman penyakit infeksi.
f. Pengertian penyakit menular
Kesamaan penyebutan tidaklah sepenuhnya memberi
kesamaan penuh antara satu dengan yang lainnya. Penyakit kronik biasanya dapat
di pakai untuk PTM karena kelangsungan PTM biasanya bersifat kronik (menahun)
atau lama. Namun ada juga penyakit menular yang kelangsungan mendadak/akut ,
misalnya keracunan.
Sebutan penyakit non-infeksi dipakai karena PTM
biasanya bukan oleh mikro-organisme. Disebut juga sebagai penyakit degeratif
karena kejadiannya bersangkutan dengan proses degenerasi atau ketuaan sehingga
PTM banyak ditemukan pada usia lanjut.
g. Pengertian dan jenis faktor resiko.
1) Pengertian penyakit
faktor resiko.
Risk factors are characteristics,
signs, symptoms, in disease free individual which are statistically associated
with an increased incidence of subsequent disease (simborg DW)
2) Macam- macam
faktor resiko.
Dikenal beberapa macam faktor resiko menurut segi dari
mana faktor resiko yang diamati:
Menurut dapat tidaknya risiko itu
diubah:
- Unchangeable risk
factors: faktor risiko tidak dapat berubah, misalnya faktor umur atau genetik.
- Changeable
risk factors: faktor risiko yang dapat berubah, misalnya kebiasaan merokok atau
latihan olahraga.
Menurut kestabilan peranan faktor
resiko dikenal:
-
Suspected risk factors: faktor resiko yang di curigai, yakni faktor-faktor yang
belum mendapat dukungan sepenuhnya dari hasil; hasil penelitian sebagai faktor
resiko. Misalnya rokok sebagai penyebab kanker rahim.
-
Established risk factors: faktor resiko yang telah ditegakkan, yakni faktor
resiko yang telah mantap mendapat dukungan ilmiah/penelitian dalam peranan
sebagai faktor yang berperan dalam kejadian suatu penyakit. Misalnya rokok,
sebagai faktor resiko kanker paru-paru.
Ø Ada juga
yang membagi faktor resiko atas faktor risiko yang well document dan ‘less well
documented.
Ø Ataupun
pembagian atas resiko yang ‘strong dan ‘weak;, faktor risiko yang kuat dan lemah.
h. Upaya
pencegahan penyakit tidak menular.
1)
Tingkat-tingkat pencegahan.
Prinsip upaya pencegahan lebih baik
dari sebatas pengobatan tetap juga berlaku dalam PTM. Dikenal juga keempat
tingkat pencegahan seperti berikut:
a)
Upaya ini dimaksudkan dengan memberikan kondisi pada masyarakat yang
memungkinkan penyakit tidak mendapat dukungan dasar dari kebiasaan, gaya hidup
yang dan faktor resiko lainnya. Upaya pencegahan ini sangat kompleks dan tidak
hanya merupakan upaya dari pihak kesehatan saja. Prakondisi harus diciptakan
dengan multimitra. Misalnya menciptkan prakondisi sehingga masyarakat meras
bahwa rokok itu suatu kebiasaan yang kurang baik dan masyarakat mampu bersikap
positif terhadap bukan perokok.
b)
Pencegahan tingkat pertama meliputi:
Promosi kesehatan masyarakat,
misalnya:
· Kampanye
kesadaran kesehatan.
· Promosi
kesehatan.
· Pendidikan
kesehatan masyarakat.
Pencegahan khusus, meliputi:
· Pencegahan
keterpaparan.
· Pemberian
kemopreventif.
Pencegahan tingkat kedua:
· Diagnosis
dini, misalnya dengan melakukan screening.
· Pengobatan, misalnya kemoterapi atau tindakan bedah.
Pencegahan tingkat ketiga:
Meliputi rehabilitasi, misalnya
perawatan rumah jompo, perawatan rumah orang sakit.
Contoh Upaya
Pencegahan PTM
Upaya pencegahan PTM ditujukan kepada faktor resiko
yang telah diidentifikasikan. Misalnya pada penderita stoke, hipertensi
dianggap sebagai faktor resiko utama disamping faktor resiko lainnya. Upaya
pencegahan stroke diarahkan kepada upaya pencegahan dan penurunan hipertensi.
Sebagai itu ada pendekatan yang menggabungkan ketiga
bentuk upaya pencegahan dengan 4 faktor utama yang mempengaruhi terjadinya
penyakit (gaya hidup, lingkungan, biologis dan pelayanan kesehatan.
(a) gaya hidup dengan melakukan reduksi stres, makan
rendah garam, lemak dan kalori.
(b) lingkungan dengan menyadari stres kerja.
(c) biologi dengan memberikan perhatian terhadap
faktor resiko biologis(jenis kelamin, riwayat keluarga).
(d) pelayanan kesehatan, dengan memberikan health
education dan pemeriksaan tensi.
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Perbedaan penyakit menular dan tidak menular
memerlukan pendekatan epidemiologi tersendiri, mulai dari penentuan sebagai masalah
kesehatan masyarakat sampai pada upaya pencegahan dan penanggulangan nya.
Penyakit menular umumnya diagnosis nya mudah, rantai penularan nya jelas,
banyak di temui di negara berkembang agak mudah mencari penyebabnya sedangkan
penyakit tidak menular banyak di temui di negara industri tidak ada rantai
penularan, diagnosis nya sulit dan dan membutuhkan biaya yang relatif mahal.
3.2.Kritik
dan Saran
Sebagai penulis kami menyadari masih
banyak kekurangan dalam pembuatan pembuatan makalah ini, sebagai penulis kami
sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi sempurna nya
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Bustan,Mn.1997.Epidemiologi penyakit tidak menular. PT RINEKA CIPTA.
Nor,nasry.2000.epedimiologi penyakit menular. PT RINEKA CIPTA.
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR.............................................................................................. ....... i
DAFTAR ISI........................................................................................................... ........ ii
BAB I
PENDAHULUAN................................................................................................. 1
A.
Latar Belakang
Masalah................................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah....................................................................................... ....... 1
C.
Tujuan.......................................................................................................... ......... 1
BAB II
PEMBAHASAN.................................................................................................. 2
2.1. Pengertian Penyakit menular............................................................................. 2
2.2 faktor penyebab penyakit menular.................................................................. 2
2.3
mekanisme penyakit
menular........................................................................ 3
2.4 pencegahan penyakit menular........................................................................ 4
BAB III
PENUTUP....................................................................................................... 9
3.1 KESIMPULAN....................................................................................................... 9
3.2SARAN......................................................................................................... ......... 9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 10
KATA
PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur saya
panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat dan limpahan
rahmatnyalah maka saya boleh menyelesaikan sebuah karya tulis dengan
tepatwaktu. Berikut ini penulis mempersembahkan
sebuah makalah Kesehatan dengan judul “PENCEGAHAN
DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR”
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat kurang tepat atau menyinggu perasaan pembaca.
Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.
Raha, September 2014
"Penulis"
MAKALAH
PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN
PENYAKIT
MENULAR
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I
1. MUSTIKA SARI
2. HARSINA
3. ROSLI
4. DARMITA
SMKS KESEHATAN KARYA PERSADA
MUNA
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar