do-not-copy { -webkit-user-select:none; -khtml-user-select:none; -moz-user-select:none; -ms-user-select:none; user-select:none;

Rabu, 20 Juli 2011

Membuat Orang Terkesan

Kesan pertama begitu menggoda selanjutnya terserah anda, itulah kalimat yang saya rasa tida asing lagi di telinga kita. Memang kesan pertama akan menentukan pada kisah selanjutnya. Demikian pula dalam hal marketing maupun dalam pembawaan diri. Membuat orang terkesan dengan produk atau diri kita menjadi penting untuk selanjutnya menjadikan produk yang kita jual diterima konsumen. Untuk membuat orang terkesan maka kita harus meningkatkan faktor yang membuat orang terkesan, senang ataupun bersimpati kepada Anda. Dalam bahasa lain ini disebut dengan L-Faktor atau likeability factor.
Realita menunjukkan sering kali L-Factor ini menjadi kunci sukses seseorang. Cobalah Anda terapkan dalam kehidupan Anda sehari-hari. Bukankah seseorang dengan L-factor yang tinggi itulah yang kemudian dipromosikan. Meskipun, bisa jadi pengetahuan teknisnya kurang. Namun karena ia lebih disukai dan lebih diterima, maka akhirnya ia pun diangkat. Sebaliknya, kita bertemu dengan banyak orang yang pintar dan sebenarnya bagus, tetapi akhirnya tidak bisa dipromosikan dan diterima hanya karena L-Factornya rendah.
Baru-baru ini, salah seorang kepala cabang sebuah perusahaan bisnis ritel berkonsultasi kepada saya. Tampangnya agak kacau, ia kelihatan depresi. Benar saja, ia sendiri ada lah seorang pimpinan yang tegas. Di bawah kepemimpinannya, ia berhasil membuat cabangnya yang sebelumnya selalu rugi, menjadi mulai untung.
Sayang, caranya tidak terlalu disukai. Dalam 4 tahun, anak buahnya mulai bersepakat untuk menentangnya. Puncaknya adalah demo di kantornya. Hingga akhirnya, manajemen puncak turun tangan. Padahal, dia adalah orang yang sangat pintar di bidangnya dan itu pun terbukti. Caranya yang ‘tangan besi’ membuatnya tidak disukai. Singkat cerita, ia pun di paksa untuk mengunduran diri oleh manajemen. L-Factornya bermasalah!
Bukan hanya saja di bisnis, bahkan dalam penjualan ataupun pelayanan pun kita me merlukan L-Factor ini. Bukankah kita senang berbelanja dengan orang yang L-Factornya tinggi? Bukankah kita senang berbelanja pada orang-orang yang L-Factornya tinggi. Orang yang Anda terus-menerus membeli darinya, pastilah orang dengan L-Factor tinggi. Kecuali, memang produknya spesifik dan Anda terpaksa membeli darinya karena Anda tidak mampu menemukannya di tempat lain. Itulah pentingnya L-Factor Anda.
Menaikkan L-Factor
Berbicara mengenai L-Factor maka ada empat komponen penting yang pengaruhnya besar terhadap kesuksesan Anda. Baru-baru ini, saya melakukan sharing dalam salah satu acara di mana komunitas lembaga kami, HR Excellency Club, bertemu dan berdiskusi secara rutin untuk pengembangan diri. (Untuk bisa bergabung, Anda bisa memasukkan e-mail Anda ke website kami di www.hrexcellency.com).
Beberapa topik yang saya tulis di Bisnis Indonesia Minggu ini, juga saya sharing di forum tersebut. Dalam diskusi tersebut, saya ber cerita soal L-Factor yang ternyata mendapat sambutan luar biasa. Rupanya, semua hadirin yang rata-rata pebisnis, sepakat L-Factor sangat penting untuk kesuksesan bisnis mereka. Pertanyaannya, apa yang bisa dilakukan untuk menaikkan L-Factor ini?
Yang jelas, ada empat komponen penting untuk menaikkan L-Faktor ini. Menyimpulkan dari hasil diskusi forum bisnis yang kami lakukan.
Pertama, faktor keramahan. Keramahan ini mencakup kemudahan Anda untuk tersenyum dan didekati. Faktor ini pun berbicara tentang seberapa besarnya minat Anda pada orang lain. Kenyataannya banyak orang yang hanya tertarik dengan dirinya dan tidak peduli dengan orang lain. Bagi dia, dirinyalah yang penting sehingga tatkala bertemu dengan orang lain, ia selalu memfokuskan pada pemikiran, masalah serta ide-idenya.
Orang seperti ini, harusnya membayar orang lain yang telah meluangkan waktu untuk mendengarkan dia. Orang ini pada dasarnya terlalu egois dan tidak peduli orang lain. Sesekali, orang mungkin mau mendengarkan dirinya. Namun, lama kelamaan orang ini akan menjadi bosan. Karena itulah, orang yang ramah menyetel radarnya bukan ke dalam, tetapi keluar.
Kedua, faktor koneksi. Dalam hal ini, orang dengan L-Factor yang tinggi dapat bicara dan ‘nyambung’ dengan apa yang orang lain katakan. Konon, para geisha di Jepang, harus belajar mati-matian untuk memahami soal koneksi ini. Makanya, dalam tradisi Jepang, geisha tidak berkonotasi seksual tetapi tentang pekerjaan yang sifatnya menemani dan melayani.
Untuk mencapai level ini, geisha harus belajar dan meningkatkan kemampuannya dalam hal berbicara dan menghibur orang yang harus dilayaninya. Mereka harus belajar dan meningkatkan pengetahuannya agar nyambung dengan apa yang dikatakan tamunya. Kalau geisha saja bisa melakukannya, mestinya kita bisa melakukan dengan cara yang lebih baik lagi. Sayangnya, ego kitalah yang membuat kemampuan koneksi kita menjadi jelek!
Ketiga, faktor kepekaan. Kemampuan empati Anda akan berperan penting. Di sinilah Anda belajar bagaimana caranya untuk bisa memosisikan Anda dalam situasi orang lain. Inilah yang diajarkan oleh mereka yang melakukan servis dengan luar biasa kepada kita. Mereka mampu memosisikan diri mereka pada orang yang komplain dan menghadapi masalah. Pengertian ini membuat orang merasa senang dan dihargai. Sebagai balasannya, mereka pun disukai.
Keempat, faktor terakhir adalah ketulusan. Faktor ini tampak dari bagaimana kita melakukan sesuatu bukan karena “ada apanya”, tetapi “apa adanya”. Ini berbeda sekali dengan perilaku para pelayan di hotel ataupun restoran yang kadang melayani dengan luar biasa, tetapi dari perilakunya kita menangkap, bahwa mere ka berharap mendapatkan tip dari kita. Ini yang kita katakan tidak tulus. alam bisnis, kita melihat orang melakukan servisnya dengan luar biasa, tetapi meng harap kan order ataupun penjualan dari kita. Inilah yang akhirnya membuat orang menjadi tidak suka. Ketulusan terjadi tatkala kita melakukan sesuatu karena kita terdorong untuk membantu, menolong ataupun membuat situasi orang yang kita hadapi menjadi lebih ringan.
Kenyataannya, orang dengan L-Factor tinggi adalah orang yang selalu menunjukkan kepada orang di sekitarnya, “Apa yang bisa saya bantu? Apa yang bisa saya lakukan untuk membuat hidup Anda lebih baik?”
Akhirnya pembaca, kalau saja seorang penjahat tahu bagaimana cara membangun L-Factor nya seharusnya Anda mulai memikirkan bagaimana Anda menaikkan L-Factor Anda. Caranya? Mulai sekarang, praktikkan apa yang telah diungkapkan di atas, seperti diajarkan oleh Willie Sutton. Anda tak perlu pegang senjata, cukup tingkatkan keramahan, koneksi, kepekaan, dan ketulusan Anda menghadapi siapa pun yang ada di sekeliling Anda!(Galeriukm).
Sumber:
Anthony Dio Martin,  http://www.bisnis.com/sosok/20296-tingkatkan-l-factor

Tidak ada komentar: