I.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Manusia adalah
makhluk social yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia selalau
berinteraksi dengan sesame serta dengan lingkungan. Manusia hidup berkelompok
baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil.
Hidup dalam kelompok
tentulah tidak mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis anggota
kelompok haruslah saling menghormati & menghargai. Keteraturan hidup
perlu selalu dijaga. Hidup yang teratur adalah impian setiap insan. Menciptakan
& menjaga kehidupan yang harmonis adalah tugas manusia.
Manusia adalah
makhluk Tuhan yang paling tinggi disbanding makhluk Tuhan lainnya. Manusia di
anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk memilah & memilih mana
yang baik & mana yang buruk. Dengan kelebihan itulah manusia seharusnya
mampu mengelola lingkungan dengan baik.
Tidak hanya
lingkungan yang perlu dikelola dengan baik, kehidupan social manusiapun perlu
dikelola dengan baik. Untuk itulah dibutuhkan sumber daya manusia yang
berkualitas. Sumber daya yang berjiwa pemimpin, paling tidak untuk memimpin
dirinya sendiri.
Dengan berjiwa
pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok & lingkungan dengan
baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif pelik & sulit.
Disinilah dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar
masalah dapat terselesaikan dengan baik.
I.2 RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang masalah yang penulis uraikan, banyak
permasalahan yang penulis dapatkan. Permasalahan tsb antara lain :
v Bagaimana hakikat
menjadi seorang pemimpin?
v Adakah teori –
teori untuk menjadi pemimpin yang baik?
v Apa &
bagaimana menjadi pemimpin yang melayani?
v Apa &
bagaimana menjadi pemimpin sejati?
v Bagaimana hubungan
kearifan lokal dengan kepemimpinan?
I.3 TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan karya tulis ini adalah
· Melatih mahasiswa
menyusun paper dalam upaya lebih meningkatkan pengetahuan dan kreatifitas
mahasiswa.
· Agar mahasiswa
lebih memahami dan mendalami pokok bahasan khususnya tentang kepemimpinan dan
kearifan lokal.
I.4 METODE
PENULISAN
Dari banyak metode yang penulis ketahui, penulis
menggunakan metode kepustakaan. Pada zaman modern ini metode kepustakaan tidak
hanya berarti pergi ke perpustakaan tapi dapat pula dilakukan dengan pergi ke
warung internet (warnet). Penulis menggunakan metode ini karena jauh lebih
praktis, efektif, efisien, serta sangat mudah untuk mencari bahan dan data –
data tentang topik ataupun materi yang penulis gunakan untuk karya tulis ini.
I.5 RUANG LINGKUP
Mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan yang penulis
miliki maka ruang lingkup karya tulis ini terbatas pada pembahasan mengenai
kepemimpinan dan kearifan lokal
.BAB II
PEMBAHASAN
II.1 HAKIKAT
KEPEMIMPINAN
Dalam kehidupan sehari – hari, baik di lingkungan
keluarga, organisasi, perusahaan sampai dengan pemerintahan sering kita dengar
sebutan pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan. Ketiga kata tersebut memang
memiliki hubungan yang berkaitan satu dengan lainnya.
Beberapa ahli berpandapat tentang
Pemimpin, beberapa diantaranya :
· Menurut Drs.
H. Malayu S.P. Hasibuan, Pemimpin adalah seseorang dengan wewenang
kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari
pekerjaannya dalam mencapai tujuan.
· Menurut Robert
Tanembaum, Pemimpin adalah mereka yang menggunakan wewenang formal untuk
mengorganisasikan, mengarahkan, mengontrol para bawahan yang bertanggung jawab,
supaya semua bagian pekerjaan dikoordinasi demi mencapai tujuan perusahaan.
· Menurut Prof.
Maccoby, Pemimpin pertama-tama harus seorang yang mampu menumbuhkan dan
mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para bawahannya. Pemimpin yang
baik untuk masa kini adalah orang yang religius, dalam artian menerima
kepercayaan etnis dan moral dari berbagai agama secara kumulatif, kendatipun ia
sendiri mungkin menolak ketentuan gaib dan ide ketuhanan yang berlainan.
· Menurut Lao
Tzu, Pemimpin yang baik adalah seorang yang membantu mengembangkan orang
lain, sehingga akhirnya mereka tidak lagi memerlukan pemimpinnya itu.
· Menurut Davis and Filley, Pemimpin
adalah seseorang yang menduduki suatu posisi manajemen atau seseorang yang
melakukan suatu pekerjaan memimpin.
· Sedangakn
menurut Pancasila, Pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang
mendorong, menuntun, dan membimbing asuhannya. Dengan kata lain, beberapa asas
utama dari kepemimpinan Pancasila adalah :
v Ing Ngarsa Sung
Tuladha : Pemimpin harus mampu dengan sifat dan perbuatannya menjadikan dirinya
pola anutan dan ikutan bagi orang – orang yang dipimpinnya.
v Ing Madya Mangun
Karsa : Pemimpin harus mampu membangkitkan semangat berswakarsa dan berkreasi
pada orang – orang yang dibimbingnya.
v Tut Wuri Handayani
: Pemimpin harus mampu mendorong orang – orang yang diasuhnya berani berjalan
di depan dan sanggup bertanggung jawab.
Seorang pemimpin boleh berprestasi tinggi untuk dirinya
sendiri, tetapi itu tidak memadai apabila ia tidak berhasil menumbuhkan dan
mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para bawahannya. Dari begitu
banyak definisi mengenai pemimpin, dapat penulis simpulkan bahwa : Pemimpin
adalah orang yang mendapat amanah serta memiliki sifat, sikap, dan gaya yang
baik untuk mengurus atau mengatur orang lain.
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang
mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan
bersama. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan
organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi
untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Sedangkan kekuasaan adalah kemampuan
untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan pap yang diinginkan pihak
lainnya.”The art of influencing and directing meaninsuch away to abatain
their willing obedience, confidence, respect, and loyal cooperation in order to
accomplish the mission”. Kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhidan
menggerakkan orang – orang sedemikian rupa untuk memperoleh kepatuhan,
kepercayaan, respek, dan kerjasama secara royal untuk menyelesaikan tugas –
Field Manual 22-100.
Kekuasaan adalah kemampuan untuk
mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan apa yang diinginkan pihak lainnya.
Ketiga kata yaitu pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan yang dijelaskan
sebelumnya tersebut memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena
untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi
banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang
tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu
kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang
dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya
kepemimpinan yang akan diterapkan.
Fungsi pemimpin dalam suatu organisasi
tidak dapat dibantah merupakan sesuatu fungsi yang sangat penting bagi
keberadaan dan kemajuan organisasi yang bersangkutan. Pada dasarnya fungsi
kepemimpinan memiliki 2 aspek yaitu :
- Fungsi administrasi, yakni
mengadakan formulasi kebijaksanakan administrasi dan menyediakan fasilitasnya.
- Fungsi sebagai Top Mnajemen,
yakni mengadakan planning, organizing, staffing, directing, commanding,
controling, dsb.
II.2 TEORI KEPEMIMPINAN
Memahami teori-teori kepemimpinan
sangat besar artinya untuk mengkaji sejauh mana kepemimpinan dalam suatu
organisasi telah dapat dilaksanakan secara efektif serta menunjang kepada
produktifitas organisasi secara keseluruhan. Dalam karya tulis ini akan dibahas
tentang teori dan gaya kepemimpinan.
Seorang pemimpin harus mengerti tentang
teori kepemimpinan agar nantinya mempunyai referensi dalam menjalankan sebuah
organisasi. Beberapa teori tentang kepemimpinan antara lain :
Ø Teori Kepemimpinan
Sifat ( Trait Theory )
Analisis ilmiah tentang kepemimpinan
berangkat dari pemusatan perhatian pemimpin itu sendiri. Teori sifat berkembang
pertama kali di Yunani Kuno dan Romawi yang beranggapan bahwa pemimpin itu
dilahirkan, bukan diciptakan yang kemudian teori ini dikenal dengan ”The
Greatma Theory”. Dalam perkembanganya, teori ini mendapat pengaruh dari aliran
perilaku pemikir psikologi yang berpandangan bahwa sifat – sifat kepemimpinan
tidak seluruhnya dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan
dan pengalaman. Sifat – sifat itu antara lain : sifat fisik, mental, dan
kepribadian.
Keith Devis merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh
terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi, antara lain :
o Kecerdasan
Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai
kecerdasan yang tinggi di atas kecerdasan rata – rata dari pengikutnya akan
mempunyai kesempatan berhasil yang lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada
umumnya memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
pengikutnya.
o Kedewasaan dan
Keluasan Hubungan Sosial
Umumnya di dalam melakukan interaksi sosial dengan
lingkungan internal maupun eksternal, seorang pemimpin yang berhasil mempunyai
emosi yang matang dan stabil. Hal ini membuat pemimpin tidak mudah panik dan
goyah dalam mempertahankan pendirian yang diyakini kebenarannya.
o Motivasi Diri dan
Dorongan Berprestasi
Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi
diri yang tinggi serta dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuat
ini kemudian tercermin pada kinerja yang optimal, efektif dan efisien.
o Sikap Hubungan Kemanusiaan
Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan
sehingga para pengikutnya mampu berpihak kepadanya
Ø Teori Kepemimpinan
Perilaku dan Situasi
Berdasarkan penelitian, perilaku seorang pemimpin yang
mendasarkan teori ini memiliki kecendrungan kearah 2 hal.
o Pertama yang
disebut dengan Konsiderasi yaitu kecendrungan seorang pemimpin yang
menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada dalam hal
ini seperti : membela bawahan, memberi masukan kepada bawahan dan bersedia
berkonsultasi dengan bawahan.
o Kedua disebut
Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan seorang pemimpin yang memberikan batasan
kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat , bawahan mendapat instruksi dalam
pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan dilakukan, dan hasil yang akan
dicapai.
Jadi, berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik
adalah bagaimana seorang pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada
bawahan dan terhadap hasil yang tinggi pula.
Ø Teori Kewibawaan
Pemimpin
Kewibawaan merupakan faktor penting dalam kehidupan
kepemimpinan, sebab dengan faktor itu seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi
perilaku orang lain baik secara perorangan maupun kelompok sehingga orang
tersebut bersedia untuk melakukan apa yang dikehendaki oleh pemimpin.
Ø Teori Kepemimpinan
Situasi
Seorang pemimpin
harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus bersifat fleksibel,
sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.
Ø Teori Kelompok
Agar tujuan kelompok (organisasi) dapat tercapai, harus
ada pertukaran yang positif antara pemimpin dengan pengikutnya.
Dari adanya berbagai teori kepemimpinan di atas, dapat
diketahui bahwa teori kepemimpinan tertentu akan sangat mempengaruhi gaya
kepemimpinan (Leadership Style), yakni pemimpin yang menjalankan fungsi
kepemimpinannya dengan segenap filsafat, keterampilan dan sikapnya. Gaya
kepemimpinan adalah cara seorang pemimpan bersikap, berkomunikasi, dan
berinteraksi dengan orang lain dalam mempengaruhi orang untuk melakukan
sesuatu.Gaya tersebut bisa berbeda – beda atas dasar motivasi , kuasa ataupun
orientasi terhadap tugas atau orang tertentu. Diantara beberapa gaya
kepemimpinan, terdapat pemimpin yang positif dan negatif, dimana perbedaan itu
didasarkan pada cara dan upaya mereka memotivasi karyawan. Apabila pendekatan
dalam pemberian motivasi ditekankan pada imbalan atau reward (baik ekonomis
maupun nonekonomis) berartitelah digunakan gaya kepemimpinan yang positif.
Sebaliknya jika pendekatannya menekankan pada hukuman atau punishment, berarti
dia menerapkan gaya kepemimpinan negatif. Pendekatan kedua ini dapat
menghasilakan prestasi yang diterima dalam banyak situasi, tetapi menimbulkan
kerugian manusiawi.
Selain gaya kepemimpinan di atas masih terdapat gaya
lainnya.
ü Otokratis
Kepemimpinan seperti ini menggunakan metode pendekatan
kekuasaan dalam mencapai keputusan dan pengembangan strukturnya. Kekuasaan
sangat dominan digunakan. Memusatkan kekuasaan dan pengambilan keputusan bagi
dirinya sendiri, dan menata situasi kerja yang rumit bagi pegawai sehingga mau
melakukan apa saja yang diperintahkan. Kepemimpinan ini pada umumnya negatif,
yang berdasarkan atas ancaman dan hukuman. Meskipun demikian, ada juga beberapa
manfaatnya antaranya memungkinkan pengambilan keputusan dengan cepat serta
memungkinkan pendayagunaan pegawai yang kurang kompeten.
ü Partisipasif
Lebih banyak mendesentrelisasikan wewenang yang
dimilikinya sehingga keputusan yang diambil tidak bersifat sepihak.
ü Demokrasi
Ditandai adanya suatu struktur yang pengembangannya
menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang kooperatif. Di bawah
kepemimpinan pemimpin yang demokrasis cenderung bermoral tinggi dapat
bekerjasama, mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri sendiri.
ü Kendali Bebas
Pemimpin memberikan kekuasaan penuh terhadap bawahan,
strukturorganisasi bersifat longgar dan pemimpin bersifat pasif. Yaitu Pemimpin
menghindari kuasa dan tanggung – jawab, kemudian menggantungkannya kepada
kelompok baik dalam menetapkan tujuan dan menanggulangi masalahnya sendiri.
Dilihat dari orientasi si pemimpin,
terdapat dua gaya kepemimpinan yang diterapkan, yaitu gaya konsideral dan
struktur, atau dikenal juga sebagai orientasi pegawai dan orientasi tugas.
Beberapa hasil penelitian para ahli menunjukkan bahwa prestasi dan kepuasan
kerja pegawai dapat ditingkatkan apabila konsiderasi merupakan gaya
kepemimpinan yang dominan. Sebaliknya, para pemimpin yang berorientasi tugas
yang terstruktur, percaya bahwa mereka memperoleh hasil dengan tetap membuat
orang – orang sibuk dan mendesak mereka untuk berproduksi.
Pemimpin yang positif, partisipatif dan berorientasi
konsiderasi,tidak selamanya merupakan pemimpinyan terbaik.fiedler telah
mengembakan suatumodel pengecualian dari ketiga gaya kepemimpinan diatas,yakni
model kepemimpinankontigennis.model ini nyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang
paling sesuai bergantung pada situasi dimana pemimpin bekerja.dengan teorinya
ini fiedler ingin menunjukkan bahwa keefektifan ditunjukkan oleh interaksi
antara orientasi pegawai dengan 3 variabel yang berkaitan dengan pengikut,
tugas dan organisasi. Ketiga variabel itu adalah hubungan antara pemimpin
dengan anngota ( Leader – member rolations), struktur tugas (task strukture),
dan kuasa posisi pemimpin (Leader position power). Variabel pertama ditentukan
oleh pengakuan atau penerimaan (akseptabilitas) pemimpin oleh pengikut,
variabel kedua mencerminkan kadar diperlukannya cara spesifik untuk melakukan
pekerjaan, variabel ketiga menggambarkan kuasa organisasi yang melekat pada
posisi pemimpin.
Model kontingensi Fieldler ini serupa dengan gaya
kepemimpinan situasional dari Hersey dan Blanchard. Konsepsi kepemimpinan
situasional ini melengkapi pemimpin dengan pemahaman dari hubungan antara gaya
kepemimpinan yang efektif dengan tingkat kematangan (muturity)
pengikutnya.perilaku pengikut atau bawahan ini amat penting untuk mengetahui
kepemimpinan situasional, karena bukan saja pengikut sebagai individu bisa
menerima atau menolak pemimpinnya, akan tetapi sebagai kelompok , pengikut
dapat menemukan kekuatan pribadi apapun yang dimiliki pemimpin.
Menurut Hersey dan Blanchard (dalam
Ludlow dan Panton,1996 : 18 dst), masing – masing gaya kepemimpinan ini hanya
memadai dalm situasi yang tepat meskipun disadari bahwa setiap orang memiliki
gaya yang disukainya sendiri dan sering merasa sulit untuk mengubahnya meskipun
perlu.
Banyak studi yang sudah dilakukan untuk
melihat gaya kepemimpinan seseorang. Salah satunya yang terkenal adalah yang
dikemukakan oleh Blanchard, yang mengemukakan 4 gaya dari sebuah kepemimpinan.
Gaya kepemimpinan ini dipengaruhi oleh bagaimana cara seorang pemimpin
memberikan perintah, dan sisi lain adalah cara mereka membantu bawahannya.
Keempat gaya tersebut adalah
~ Directing
Gaya tepat apabila kita dihadapkan dengan tugas yang
rumit dan staf kita belum memiliki pengalaman dan motivasi untuk mengerjakan
tugas tersebut. Atau apabila anda berada di bawah tekanan waktu penyelesaian.
Kita menjelaskan apa yang perlu dan apa yang harus dikerjakan. Dalam situasi
demikian, biasanya terjadi over-communicating (penjelasan berlebihan yang dapat
menimbulkan kebingungan dan pembuangan waktu). Dalam proses pengambilan
keputusan, pemimpin memberikan aturan –aturan dan proses yang detil kepada
bawahan.Pelaksanaan di lapangan harus menyesuaikan dengan detil yang sudah
dikerjakan.
~ Coaching
Pemimpin tidak hanya memberikan detil proses dan aturan
kepada bawahan tapi juga menjelaskan mengapa sebuah keputusan itu diambil,
mendukung proses perkembangannya, dan juga menerima barbagai masukan dari
bawahan. Gaya yang tepat apabila staf kita telah lebih termotivasi dan
berpengalaman dalam menghadapi suatu tugas. Disini kita perlu memberikan
kesempatan kepada mereka untuk mengerti tentang tugasnya, dengan meluangkan
waktu membangun hubungan dan komunikasi yang baik dengan mereka.
~ Supporting
Sebuah gaya dimana pemimpin memfasiliasi dan membantu
upaya bawahannya dalam melakukan tugas. Dalam hal ini, pemimpin tidak
memberikan arahan secara detail, tetapi tanggung jawab dan proses pengambilan
keputusan dibagi bersama dengan bawahan. Gaya ini akan berhasil apabila
karyawan telah mengenal teknik – teknik yang dituntut dan telah mengembangkan
hubungan yang lebih dekat dengan anda. Dalam hal ini kita perlumeluangkan waktu
untuk berbincang – bincang, untuk lebih melibatkan mereka dalam penganbilan keputusan
kerja, serta mendengarkan saran – saran mereka mengenai peningkatan kinerja.
~ Delegating
Sebuah gaya dimana seorang pemimpin mendelegasikan
seluruh wewenang dan tanggung jawabnya kepada bawahan. Gaya Delegating akan
berjalan baik apabila staf kita sepenuhnya telah paham dan efisien dalm
pekerjaan, sehingga kita dapat melepas mereka menjalankan tugas atau pekerjaan
itu atas kemampuan dan inisiatifnya sendiri.
Keempat gaya ini tentu saja mempunyai kelemahan dan
kelebihan, serta sangat tergantung dari lingkungan di mana seorang pemimpin
berada, dan juga kesiapan dari bawahannya. Maka kemudian timbul apa yang
disebut sebagai ”situational leadership”. Situational leadership
mengindikasikan bagaimana seorang pemimpin harus menyesuaikan keadaan dari
orang – orang yang dipimpinnya.
Ditengah – tengah dinamika organisasi
(yang antara lain diindikasikan oleh adanya perilaku staf / individu yang
berbeda – beda), maka untuk mencapai efektivitas organisasi, penerapan keempat
gaya kepemimpinan diatas perlu disesuaikan dengan tuntutan keadaan. Inilah yang
dimaksud dengan situasional lesdership,sebagaimana telah disinggung di
atas. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa untuk dapat mengembangkan gaya
kepemimpinan situasional ini, seseorang perlu memiliki tiga kemampuan khusus
yakni :
Q Kemampuan analitis
(analytical skills) yakni kemampuan untuk menilai tingkat pengalaman dan
motivasi bawahan dalam melaksanakan tugas.
Q Kemampuan untuk
fleksibel (flexibility atau adaptability skills) yaitu kemampuan untuk
menerapkan gaya kepemimpinan yang paling tepat berdasarkan analisa terhadap
situasi.
Q Kemampuan
berkomunikasi (communication skills) yakni kemampuan untuk menjelaskan kepada
bawahan tentang perubahan gaya kepemimpinan yang kita terapkan.
Ketiga kemampuan di atas sangat dibutuhkan
bagi seorang pemimpin, sebab seorang pemimpin harus dapat melaksanakan tiga
peran utamanya yakni peran interpersonal, peran pengolah informasi (information
processing), serta peran pengambilan keputusan (decision making) (Gordon, 1996
: 314-315).
Peran pertama meliputi :
ü Peran
Figurehead ® Sebagai
simbol dari organisasi
ü Leader® Berinteraksi dengan bawahan,
memotivasi dan mengembangkannya
ü Liaison ® Menjalin suatu hubungan kerja dan
menangkap informasi untuk kepentingan organisasi.
Sedangkan peran kedua terdiri dari 3 peran juga yakni :
ü Monitior ® Memimpin rapat dengan bawahan,
mengawasi publikasi perusahaan, atau berpartisipasi dalam suatu kepanitiaan.
ü Disseminator ® Menyampaikan informasi, nilai –
nilai baru dan fakta kepada bawahan.
ü Spokeman ® Juru bicara atau memberikan
informasi kepada orang – orang di luar organisasinya.
Peran ketiga terdiri dari 4 peran yaitu :
ü Enterpreneur ® Mendesain perubahan dan
pengembangan dalam organisasi.
ü Disturbance
Handler ® Mampu
mengatasi masalah terutama ketika organisasi sedang dalam keadaan menurun.
ü Resources
Allocator ® Mengawasi
alokasi sumber daya manusia, materi, uang dan waktu dengan melakukan
penjadwalan, memprogram tugas – tugas bawahan, dan mengesahkan setiap
keputusan.
ü Negotiator ® Melakukan perundingan dan tawar –
menawar.
Dalam perspektif yang lebih sederhana, Morgan ( 1996 :
156 ) mengemukakan 3 macam peran pemimpin yang disebut dengan 3A, yakni :
ü Alighting ® Menyalakan semangat pekerja
dengan tujuan individunya.
ü Aligning ® Menggabungkan tujuan individu
dengan tujuan organisasi sehingga setiap orang menuju ke arah yang sama.
ü Allowing ® Memberikan keleluasaan kepada
pekerja untuk menantang dan mengubah cara kerja mereka.
Jika saja Indonesia memiliki pemimpin
yang sangat tangguh tentu akan menjadi luar biasa. Karena jatuh
bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut mengikuti.
Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah pengikut
tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung kualitas
pemimpin kita. Makin kuat yang memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin.
Rahasia utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar
seorang pemimpin bukan dari kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi dari
kekuatanpribadinya. Maka jika ingin menjadi pemimpin yang baik jangan pikirkan
orang lain, pikirkanlah diri sendiri dulu. Tidak akan bisa mengubah orang lain
dengan efektif sebelum merubah diri sendiri. Bangunan akan bagus, kokoh, megah,
karena ada pondasinya. Maka sibuk memikirkan membangun umat, membangun
masyarakat, merubah dunia akan menjadi omong kosong jika tidak diawali dengan
diri sendiri. Merubah orang lain tanpa merubah diri sendiri adalah mimpi
mengendalikan orang lain tanpa mengendalikan diri.
II.3 KEPEMIMPINAN YANG MELAYANI
Merenungkan kembali arti makna kepemimpinan, sering
diartikan kepemimpinan adalah jabatan formal, yang menuntut untuk mendapat
fasilitas dan pelayanan dari konstituen yang seharusnya dilayani. Meskipun
banyak di antara pemimpin yang ketika dilantik mengatakan bahwa jabatan adalah
sebuah amanah, namun dalam kenyataannya sedikit sekali atau bisa dikatakan
hampir tidak ada pemimpin yang sungguh – sungguh menerapkan kepemimpinan dari
hati, yaitu kepemimpinan yang melayani.
A. Karakter Kepemimpinan
Hati Yang Melayani
Kepemimpianan yang melayani dimulai
dari dalam diri kita. Kepemimpinan menuntut suatu transformasi dari dalam hati
dan perubahan karakter. Kepemimpinan yang melayani dimulai dari dalam dan
kemudian bergerak keluar untuk melayani mereka yang dipimpinnya. Disinilah
pentingnya karakter dan integritas seorang pemimpin untuk menjadi pemimpin yang
diterima oleh rakyat yang dipimpinnya. Kembali kita saksikan betapa banyak
pemimpin yang mengaku wakil rakyat ataupun pejabat publik, justru tidak
memiliki integritas sama sekali, karena apa yang diucapkan dan dijanjikan
ketika kampanye dalam pemilu tidak sama dengan yang dilakukan ketika sudah
duduk nyaman di kursinya.
Paling tidak menurut Ken Blanchard dan
kawan – kawan, ada sejumlah ciri –ciri dan nilai yang muncul dari seorang
pemimpin yang memiliki hati yang melayani,yaitu tujuan utama seorang pemimpin
adalah melayanikepentingan mereka yang dipimpinnya. Orientasinya adalah bukan
untuk kepentingan diri pribadi maupun golongan tapi justru kepentingan publik yang
dipimpinnya.
Seorang pemimpin memiliki kerinduan
untuk membangun dan mengembangkan mereka yang dipimpinnya sehingga tumbuh
banyak pemimpin dalam kelomponya. Hal
ini sejalan dengan buku yang ditulis oleh John Maxwell berjudul Developing the
Leaders Around You. Keberhasilan seorang pemimpin sangat tergantung dari
kemampuannya untuk membangun orang – orang di sekitarnya, karena keberhasilan
sebuah organisasi sangat tergantung pada potensi sumber daya manusia dalam
organisasi tersebut. Jika sebuah organisasi atau masyarakat mempunyai banyak
anggota dengan kualitas pemimpin, organisasi atau bangsa tersebut akan
berkembang dan menjadi kuat.
Pemimpin
yang melayani memiliki kasih dan perhatian kepada mereka yang dipimpinnya.
Kasih itu mewujud dalam bentuk kepedulian akan kebutuhan, kepentingan, impian
da harapan dari mereka yang dipimpinnya.
Seorang
pemimpin yang memiliki hati yang melayani adalah akuntabilitas ( accountable ).
Istilah akuntabilitas adalah berarti penuh tanggung jawab dan dapat diandalkan.
Artinya seluruh perkataan,pikiran dan tindakannya dapat dipertanggungjawabkan
kepada public atau kepada setiap anggota organisasinya.
Pemimpin
yang melayani adalah pemimpin yang mau mendengar. Mau mendengar setiap
kebutuhan, impian, dan harapan dari mereka yang dipimpin. Pemimpin yang
melayani adalah pemimpin yang dapat mengendalikam ego dan kepentingan
pribadinya melebihi kepentingan public atau mereka yang dipimpinnya.
Mengendalikan ego berarti dapat mengendalikan diri ketika tekanan maupun
tantangan yang dihadapi menjadi begitu berat,selalu dalam keadaan tenang, penuh
pengendalian diri, dan tidak mudah emosi.
B. Metode Kepemimpinan
Kepala Yang Melayani
Seorang pemimpin tidak cukup hanya
memiliki hati atau karakter semata, tapi juga harus memiliki serangkaian metode
kepemimpinan agar dapat menjadi pemimpin yang efektif. Banyak sekali pemimpin
memiliki kualitas sari aspek yang pertama yaitu karakter dan integritas seorang
pemimpin, tetapi ketika menjadi pimpinan formal, justru tidak efektif sama
sekali karena tidak memiliki metode kepemimpinan yang baik. Contoh adalah para
pemimpin yang diperlukan untuk mengelola mereka yang dipimpinnya.
Tidak banyak pemimpin yang memiliki
metode kepemimpinan ini. Karena hal ini tidak pernah diajarkan di sekolah –
sekolah formal. Keterampilan seperti ini disebut dengan Softskill atau
Personalskill. Dalam salah satu artikel di economist.com ada sebuah ulasan
berjudul Can Leadership Be Taught, dibahas bahwa kepemimpinan (dalam hal ini
metode kepemimpinan) dapat diajarkan sehingga melengkapi mereka yang memiliki
karakter kepemimpinan. Ada 3 hal penting dalam metode kepemimpinan, yaitu :
v Kepemimpinan yang
efektif dimulai dengan visi yang jelas. Visi ini merupakan sebuah daya atau
kekuatan untuk melakukan perubahan, yang mendorong terjadinya proses ledakan
kreatifitas yang dahsyat melalui integrasi maupun sinergi berbagai keahlian
dari orang – orang yang ada dalam organisasi tersebut. Bahkan dikatakan bahwa nothing
motivates change more powerfully than a clear vision. Visi yang jelas dapat
secara dahsyat mendorong terjadinya perubahan dalam organisasi. Seorang
pemimpin adalah inspirator perubahan dan visioner yaitu memiliki visi
yang jelas kemana organisasinya akan menuju. Kepemimpinan secara sederhana
adalah proses untuk membawa orang – orang atau organisasi yang dipimpin menuju
suatu tujuan yang jelas. Tanpa visi, kepemimpinan tidak ada artinya sama
sekali. Visi inilah yang mendorong sebuah organisasi untuk senantiasa tumbuh
dan belajar serta berkembang dalam mempertahankan survivalnya sehingga bias
bertahan sampai beberapa generasi. Ada 2 aspek mengenai visi, yaitu visionary
role dan implementation role. Artinya seorang pemimpin tidak hanya dapat
membangun atau menciptakan visi bagi organisasinya tapi memiliki kemampuan
untuk mengimplementasikan visi tsb ke dalam suatu rangkaian tindakan atau
kegiatan yang diperlukan untuk mencapai visi itu.
v Seorang
pemimpin yang efektif adalah seorang yang responsive. Artinya dia selalu
tanggap terhadap setiap persoalan, kebutuhan, harapan, dan impian dari mereka
yang dipimpin. Selain itu selalu aktif dan proaktif dalam mencari solusi dari
setiap permasalahan ataupun tantangan yang dihadapi.
v Seorang
pemimpin yang efektif adalah seorang pelatih atau pendamping bagi orang – orang
yang dipimpinnya (performance coach). Artinya dia memiliki kemempuan untuk
menginspirasi, mendorong dan memampukan anak buahnya dalam menyusun perencanaan
(termasuk rencana kegiatan, target atau sasaran, rencana kebutuhan sumber daya,
dsb), melakukan kegiatan sehari – hari seperti monitoring dan pengendalian,
serta mengevaluasi kinerja dari anak buahnya.
C. Perilaku
Kepemimpinan
Tangan Yang Melayani
Pemimpin
yang melayani bukan sekedar memperlihatkan karakter dan integritas, serta
memiliki kemampuan metode kepemimpinan, tapi dia harus menunjukkan perilaku
maupun kebiasaan seorang pemimpin. Dalam buku Ken Blanchard disebutka perilaku
seorang pemimpin, yaitu :
Ø Pemimpin
tidak hanya sekedar memuaskan mereka yang dipimpin, tapi sungguh – sungguh
memiliki kerinduan senantiasa untuk memuaskan Tuhan. Artinya dia hidup dalam
perilaku yang sejalan dengan firman Tuhan. Dia memiliki misi untuk senantiasa
memuliakan Tuhan dalam setiap apa yang dipikirkan, dikatakan, dan diperbuatnya.
Ø Pemimpin
focus pada hal – hal spiritual dibandingkan dengan sekedar kesuksesan duniawi.
Baginya kekayaan dan kemakmuran adalah untuk dapat memberi dan beramal lebih
banyak. Apapun yang dilakukan bukan untuk mendapat penghargaan, tapi melayani
sesamanya. Dan dia lebih mengutamakan hubungan atau relasi yang penuh kasih dan
penghargaan, dibandingkan dengan status dan kekuasaan semata.
Ø Pemimpin
sejati senantiasa mau belajar dan bertumbuh dalam berbagai aspek , baik
pengetahuan, kesehatan, keuangan, relasi, dsb. Setiap harinya senantiasa
menyelaraskan (recalibrating ) dirinya terhadap komitmen untuk melayani Tuhan
dan sesame. Melalui solitude (keheningan), prayer (doa), dan scripture (membaca
Firman Tuhan ).
Demikian
kepemimpinan yang melayani menurut Ken Blanchard yang sangat relevan dengan
situasi krisis kepemimpinan yang dialami oleh bangsa Indonesia. Bahkan menurut
Danah Zohar, penulis buku Spiritual Intelligence: SQ the Ultimate Intelligence,
salah satu tolak ukur kecerdasan spiritual adalah kepemimpinan yang melayani
(servant leadership). Bahkan dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Gay
Hendrick dan Kate Luderman, menunjukkan pemimpin – pemimpin yang berhasil
membawa perusahaannya ke puncak kesuksesan biasanya adalah pemimpin yang
memiliki SQ yang tinggi. Mereka biasanya adalah orang –orang yang memiliki
integritas, terbuka, mampu menerima kritik, rendah hati, mampu memahami
spiritualitas yang tinggi, dan selalu mengupayakan yang terbaik bagi diri
mereka sendiri maupun bagi orang lain.
II.4
KEPEMIMPINAN SEJATI
Kepemimpinan
adalah sebuah keputusan dan lebih merupakan hasil dari proses perubahan
karakter atau tranformasi internal dalam diri seseorang. Kepemimpinan bukanlah
jabatan atau gelar, melainkan sebuah kelahiran dari proses panjang perubahan
dalam diri seseorang. Ketika seseorang menemukan visi dan misi hidupnya, ketika
terjadi kedamaian dalam diri (inner peace) dan membentuk bangunan karakter yang
kokoh, ketika setiap ucapan dan tindakannya mulai memberikan pengaruh kepada
lingkungannya, dan ketika keberadaannya mendorong perubahan dalam organisasinya,
pada saat itulah seseorang lahir menjadi pemimpin sejati. Jadi pemimpin bukan
sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang
tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses
internal (leadership from the inside out ).
Kepemimpinan sesungguhnya tidak
ditentukan oleh pangkat atau jabatan seseorang. Kepemimpinan adalah sesuatu
yang muncul dari dalam dan merupakan buah dari keputusan seseorang untuk mau
menjadi pemimpin, baik bagi dirinya sendiri, bagi keluarga, bagi lingkungan
pekerjaan, maupun bagi lingkungan sosial dan bahkan bagi negerinya. ” I don’t think you have to be waering
stars on your shoulders or a title to be leadar. Anybody who want to raise his
hand can be a leader any time”,dikatakan dengan lugas oleh General Ronal
Fogleman,Jenderal Angkatan Udara Amerika Serikat yang artinya Saya tidak
berpikir anda menggunakan bintang di bahu anda atau sebuah gelar
pemimpin. Orang lainnya yang ingin mengangkat tangan dapat menjadi
pemimpin di lain waktu.
Sering kali seorang pemimpin sejati
tidak diketahui keberadaannya oleh mereka yang dipimpinnya. Bahkan ketika misi
atau tugas terselesaikan, maka seluruh anggota tim akan mengatakan bahwa
merekalah yang melakukannya sendiri. Pemimpin sejati adalah seorang pemberi
semangat (encourager), motivator, inspirator, dam maximizer.
Konsep pemikiran seperti ini adalah
sesuatu yang baru dan mungkin tidak bisa diterima oleh para pemimpin
konvensional yang justru mengharapkan penghormatan dan pujian (honor & praise)
dari mereka yang dipimpinnya. Semakin dipuji bahkan dikultuskan,
semakin tinggi hati dan lupa dirilah seorang pemimpin. Justru kepemimpinan
sejati adalah kepemimpinan yang didasarkan pada kerendahan hati (humble).
Pelajaran mengenai kerendahan hati dan
kepemimpinan sejati dapat kita peroleh dari kisah hidup Nelson Mandela. Seorang
pemimpin besar Afrika Selatan, yang membawa bangsanya dari negara yang rasialis
menjadi negara yang demokratis dan merdeka.Selama penderitaan 27 tahun penjara
pemerintah Apartheid, justru melahirkan perubahan dalam diri Beliau. Sehingga
Beliau menjadi manusia yang rendah hati dan mau memaafkan mereka yang telah
membuatnya menderita selam bertahun – tahun.
Seperti yang dikatakan oleh penulis
buku terkenal, Kenneth Blanchard, bahwa kepemimpinan dimulai dari dalam hati
dan keluar untuk melayani mereka yang dipimpinnya. Perubahan karakter
adalah segala – galanya bagi seorang pemimpin sejati. Tanpa perubahan dari
dalam, tanpa kedamaian diri, tanpa kerendahan hati, tanpa adanya integritas
yang kokoh, daya tahan menghadapi kesulitan dan tantangan, dan visi serta misi
yang jelas, seseorang tidak akan pernah menjadi pemimpin sejati.
Sebuah jenis kepemimpinan yaitu Q
Leader memiliki 4 makna terkait dengan kepemimpinan sejati, yaitu :
Ø Q berarti
kecerdasan atau intelligence. Seperti dalam IQ berarti kecerdasan
intelektual,EQ berarti kecerdasan emosional, dan SQ berarti kecerdasan
spiritual. Q leader berarti seorang pemimpin yang memiliki kecerdasan IQ,EQ,SQ
yang cukup tinggi.
Ø Q leader berarti
kepemimpinan yang memiliki kualitas(quality), baik dari aspek visioner maupun
aspek manajerial.
Ø Q leader berarti
seorang pemimpin yang memiliki qi ( dibaca ‘chi’ dalam bahasa Mandarin yang
berarti kehidupan).
Ø Q keempat adalah
qolbu atau inner self. Seorang pemimpin sejati adalah seseorang yang sungguh –
sungguh mengenali dirinya (qolbunya) dan dapat mengelola dan mengendalikannya
(self management atau qolbu management).
Menjadi seorang pemimpin Q berarti
menjadi seorang pemimpin yang selalu belajar dan bertumbuh senantiasa untuk
mencapai tingkat atau kadar Q (intelligence-quality-qi-qolbu) yang lebih tinggi
dalam upaya pencapaian misi dan tujuan organisasi maupun pencapaian makna
kehidupan setiap pribadi seorang pemimpin.
Rangkuman kepemimpinan Q dalam 3 aspek
penting yang disingkat menajadi 3C, yaitu :
· Perubahan karakter
dari dalam diri (character chage).
· Visi yang jelas
(clear vision).
· Kemampuan atau
kompetensi yang tinggi (competence).
Ketiga hal tersebut dilandasi oleh suatu sikap disiplin
yang tinggi untuk senantiasa bertumbuh, belajar dan berkembang baik secara
internal (pengembangan kemampuan intrapersonal, kemampuan teknis,
pengatahuan,dll) maupun dalam hubungannya dengan orang lain (pengembangan
kemampuan interpersonal dan metode kepemimpinan).Seperti yang dikatakan oleh John Maxwell, ” The only way
that I can keep leading is to keep growing. The the day I stop growing,
somebody else takes the leadership baton. That is way it always it.”
Satu-satunya cara agar saya tetap menjadi pemimpin adalah saya harus senantiasa
bertumbuh. Ketika saya berhenti bertumbuh, orang lain akan mengambil alih
kepemimpinan tsb.
II.5 KEPEMIMPINAN DAN KEARIFAN LOKAL
Kearifan local yaitu
spirit local genius yang disepadankan maknanya dengan pengetahuan, kecerdikan,kepandaian,
keberilmuan, dan kebijaksanaan dalam pengambilan keputusan dan berkenaan dengan
penyelesaian masalah yang relative pelik dan rumit,
Dalam suatu local
(daerah ) tentunya selalu diharapkan kehidupan yang selaras, serasi dan
seimbang (harmonis). Kehidupan yang penuh kedamaian dan suka cita. Kehidupan
yang dipimpin oleh pimpinan yang dihormati bawahannya. Kehidupan yang teratur
dan terarah yang dipimpin oleh pimpinan yang mampu menciptakan suasana
kondusif.
Kehidupan manusia
tidak lepas dari masalah. Serangkaian masalah tidaklah boleh didiamkan. Setiap
masalah yang muncul haruslah diselesaikan. Dengan memiliki jiwa kepemimpinan,
seseorang akan mampu menaggulangi setiap masalah yang muncul.
Manusia di besarkan
masalah. Dalam kehidupan local masyarakat, setiap masalah yang muncul dapat
ditanggulangi dengan kearifan local masyarakat setempat. Contohnya adalah
masalah banjir yang di alami masyarakat di berbagai tempat. Khususnya di Bali,
seringkali terjadi banjir di wilayah Kuta. Sebagai tempat tujuan wisata dunia
tentu hal ini sangat tidak menguntungkan. Masalah ini
haruslah segera ditangani. Dalam hal pembuatan drainase dan infrastruktur
lainnya, diperlukan kematangan rencana agar pembangunan yang dilaksanakan tidak
berdampak buruk. Terbukti, penanggulangan yang cepat dengan membuat gorong –
gorong bisa menurunkan debit air yang meluber ke jalan.
Sebagai pemimpin lokal, pihak Camat Kuta, I Gede Wijaya
sebelumnya telah melakukan sosialisasi terkait pembangunan gorong – gorong.
Camat Kuta secara langsung dan tertulis telah menyampaikan hal tersebut kepada
pengusaha serta pemilik bangunan dalam surat No. 620/676/ke/07 , tertanggal 27
desember 2007
BAB III
PENUTUP
III.1 KESIMPULAN
Kata pemimpin, kepemimpinan serta
kekuasaan memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi
pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi banyak faktor.
Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung
pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya,
keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang
mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang
akan diterapkan.
Rahasia utama
kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari kekuasaanya,
bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Seorang pemimpin sejati
selalu bekerja keras memperbaiki dirinya sebelum sibuk memperbaiki orang lain.
Pemimpin bukan sekedar gelar atau
jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang
dari dalam diri seseorang.Kepemimpinan
lahir dari proses internal (leadership from the inside out).
III.2
SARAN
Sangat diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada setiap
pribadi manusia. Jiwa kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan dikembangkan.
Paling tidak untuk memimpin diri sendiri.
Jika saja Indonesia memiliki pemimpin
yang sangat tangguh tentu akan menjadi luar biasa. Karena jatuh bangun kita
tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut mengikuti. Jika pemimpin
sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah pengikut tidak mau lagi
mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung kualitas pemimpin kita.
Makin kuat yang memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar