BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Saat ini pendidikan karakter
baik di sekolah maupun di lingkungan rumah anak sangat kurang. Hal ini dapat
sangat dirasakan dengan semakin banyaknya pejabat yang melakukan korupsi, para
siswa dan mahasiswa yang selalu menyontek saat ujian, pelanggaran peraturan
saat berlalu lintas dan lain-lain. Kondisi ini di perparah lagi ketika para
pendidik seperti guru maupun dosen yang mengijinkan contek-menyontek
berlangsung serta lemahnya hukum di negara kita.
Pendidikan karakter sebaiknya
di tanamkan dalam diri anak pada usia dini. Karena sesuatu yang sudah di
biasakan mulai dari kecil, akan menjadi penentu sikap anak kelak supaya tidak
ikut-ikutan gaya atau tindakan yang berbau negatif dan memiliki sifat kejujuran
serta budi pekerti yang luhur.
UU
20 2003 tentang Sisdiknas menyatakan bahwa Pendidikan Nasional Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga Berangkat dari hal tersebut diatas, secara
formal upaya menyiapkan kondisi, sarana/prasarana, kegiatan, pendidikan, dan
kurikulum yang mengarah kepada pembentukan watak dan budi pekerti generasi muda
bangsa memiliki landasan yuridis yang kuat. Namun, sinyal tersebut baru
disadari ketika terjadi krisis akhlak yang menerpa semua lapisan masyarakat.
Tidak terkecuali juga pada anak-anak usia sekolah. Untuk mencegah lebih
parahnya krisis akhlak, kini upaya tersebut mulai dirintis melalui pendidikan
karakter bangsa. Dalam pemberian pendidikan karakter bangsa di sekolah, para pakar
berbeda pendapat. Setidaknya ada tiga pendapat yang berkembang. Pertama, bahwa
pendidikan karakter bangsa diberikan berdiri sendiri sebagai suatu mata
pelajaran. Pendapat kedua, pendidikan karakter bangsa diberikan secara
terintegrasi dalam mata
pelajaran PKn, pendidikan
agama, dan mata pelajaran lain yang
relevan. Pendapat ketiga, pendidikan karakter bangsa terintegrasi ke dalam
semua mata pelajaran.
Menyikapi
hal tersebut diatas, penulis lebih memilih pada pendapat yang ketiga. Untuk itu
dalam makalah ini penulis mengambil judul "pentingnya pendidikan karakter
".
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apakah yang dimaksud dengan pendidikan berkarater?
2.
Bagaimana penerapan konsep pendidikan karakter dalam
pembelajaran dikelas?
3.
Apa saja nilai-nilai pembelajaran pendidikan
berkarakter sesuai dengan leluruh bangsa
indonesia ?
4.
Bentuk-Bentuk
Pembelajaran Terpadu Yang Bekarakter ?
5.
Dimanakah seharusnya dasar penerapan pendidikan
berkarakter di mulai?
6.
Apa dampak yang dapat dari penerapkan pembelajaran
berkrakter?
C.
TUJUAN
1. untuk mengetahui pengertian pendidikan berkarakter
2. untuk mengetahui bagaimana cara menerapkan pendidikan
berkarakter sesuai dengan nilai leluhur bangsa indonesia
D.
BATASAN MASALAH
Adapun batasan masalah dari
makalah pendidikan berkarakter yang berjudul
“MENERAPKAN SISTIM
AJAR DAN DIDIK YANG BERKARAKTER SESUAI DENGAN NILAI LUHUR BANGSA INDONESIA” .
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan
Karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga
sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan
tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha
Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi
manusia insan kamil.
Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders)
harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi
kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan
atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas
atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan
ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.
Terlepas dari berbagai kekurangan dalam praktik pendidikan di Indonesia, apabila
dilihat dari standar nasional pendidikan yang menjadi acuan pengembangan
kurikulum (KTSP), dan implementasi pembelajaran dan penilaian di sekolah,
tujuan pendidikan di SMP sebenarnya dapat dicapai dengan baik. Pembinaan
karakter juga termasuk dalam materi yang harus diajarkan dan dikuasai serta
direalisasikan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahannya,
pendidikan karakter di sekolah selama ini baru menyentuh pada tingkatan
pengenalan norma atau nilai-nilai, dan belum pada tingkatan internalisasi dan
tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.
2.2.
Penerapan Konsep Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Dikelas
Secara akademik, pendidikan karakter dimaknai sebagai
pendidikan nilai, pendidikan budi pekerrti, pendidikan moral, pendidikan watak,
yang tujuannya mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan
baik-buruk, memelihara apa yang baik itu, dan mewujudkan kebaikan itu dalam
kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.
Dalam konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia, diyakini bahwa nilai dan karakter yang secara legal-formal dirumuskan sebagai fungsi dan tujuan pendidikan nasional, harus dimiliki peserta didik agar mampu menghadapi tantangan hidup pada saat ini dan di masa mendatang.
Dalam konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia, diyakini bahwa nilai dan karakter yang secara legal-formal dirumuskan sebagai fungsi dan tujuan pendidikan nasional, harus dimiliki peserta didik agar mampu menghadapi tantangan hidup pada saat ini dan di masa mendatang.
Secara mikro pengembangan nilai/karakter dapat dibagi
dalam empat pilar, yakni kegiatan belajar-mengajar di kelas, kegiatan
keseharian dalam bentuk budaya sekolah (school culture); kegiatan ko-kurikuler
dan/atau ekstra kurikuler, serta kegiatan keseharian di rumah, dan dalam
masyarakat.
Dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas pengembangan
nilai/karakter dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan terintegrasi dalam
semua mata pelajaran (embeded approach).
Pembelajaran Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa menggunakan pendekatan proses belajar peserta didik belajar aktif dan berpusat pada anak, dilakukan melalui berbagai kegiatan di kelas, sekolah, dan masyarakat .
Pembelajaran Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa menggunakan pendekatan proses belajar peserta didik belajar aktif dan berpusat pada anak, dilakukan melalui berbagai kegiatan di kelas, sekolah, dan masyarakat .
Di Kelas dilaksanakan melalui proses belajar setiap
mata pelajaran atau kegiatan yang dirancang khusus. Setiap kegiatan belajar
mengembangkan kemampuan dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Oleh
karena itu tidak selalu diperlukan kegiatan belajar khusus untuk mengembangkan
nilai-nilai pada pendidikan budaya dan karakter bangsa. Meski pun demikian,
untuk pengembangan nilai-nilai tertentu seperti kerja keras, jujur, toleransi,
disiplin, mandiri, semangat kebangsaan, cinta tanah air, dan gemar membaca
dapat dikembangkan melalui kegiatan belajar yang biasa dilakukan guru. Untuk
pegembangan beberapa nilai lain seperti peduli sosial, peduli lingkungan, rasa
ingin tahu, dan kreatif memerlukan upaya pengkondisian sehingga peserta didik
memiliki kesempatan untuk memunculkan perilaku yang menunjukkan nilai tersebut.
Contoh dalam tujuan
pembelajaran dikelas, siswa dapat :
- Memperbesar dan memperkecil peta dengan bantuan
garis-garis koordinat bersama-sama dengan teliti/ cermat.
- Menjelaskan
pemanfaatan peta dengan penuh percaya diri.
2.3. Nilai-nilai Pembelajaran Berkarakter
Jenis-jenis nilai karakter yang dapat ditanamkan
kepada peserta didik di kelas yaitu :
Nilai
Karakter dalam Hubunganya dengan Diri Sendiri:
- Jujur
- Bertanggung jawab
- Hidup sehat
- Disiplin
- Kerja Keras
- Percaya Diri
- Berjiwa Wira usaha
- Berpikir logis, kritis, kreatif, inovatif
- Mandiri
- Ingin tahu
-Cinta Ilmu
- Jujur
- Bertanggung jawab
- Hidup sehat
- Disiplin
- Kerja Keras
- Percaya Diri
- Berjiwa Wira usaha
- Berpikir logis, kritis, kreatif, inovatif
- Mandiri
- Ingin tahu
-Cinta Ilmu
Nilai
Karakter dalam Hubunganya dengan Sesama:
- Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain
- Patuh pada aturan-aturan sosial
- Menghargai karya dan prestasi orang lain
- Santun
- Demokratis
- Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain
- Patuh pada aturan-aturan sosial
- Menghargai karya dan prestasi orang lain
- Santun
- Demokratis
Nilai karakter dalam hubungannya
dengan Kebangsaan:
- Nasionalis
- Menghargai Keberagaman
- Nasionalis
- Menghargai Keberagaman
Nilai
Karakter dalam Hubungannya dengan Lingkungan:
- Peduli Sosial dan Lingkungan
- Peduli Sosial dan Lingkungan
Nilai
Karakter dalam Hubunganya dengan Tuhan:
- Religius
-taqwa
- Religius
-taqwa
2.4. Bentuk-Bentuk Pembelajaran Terpadu Yang Bekarakter
Menurut Cohen dalam Degeng
(1989), terdapat tiga kemungkinan variasi pembelajaran terpadu yang berkenaan
dengan pendidikan yang dilaksanakan dalam suasana pendidikan progresif yaitu
kurikulum terpadu (integrated curriculum), hari terpadu (integrated day), dan
pembelajaran terpadu (integrated learning). Kurikulum terpadu adalah kegiatan
menata keterpaduan berbagai materi mata pelajaran melalui suatu tema lintas
bidang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna sehingga batas antara berbagai
bidang studi tidaklah ketat atau boleh dikatakan tidak ada. Hari terpadu berupa
perancangan kegiatan siswa dari sesuatu kelas pada hari tertentu untuk
mempelajari atau mengerjakan berbagai kegiatan sesuai dengan minat mereka.
Sementara itu, pembelajaran terpadu menunjuk pada kegiatan belajar yang
terorganisasikan secara lebih terstruktur yang bertolak pada tema-tema tertentu
atau pelajaran tertentu sebagai titik pusatnya (center core/center of interst).
Lebih lanjut, model-model
pembelajaran inovatif dan terpadu yang mungkin dapat diadaptasi, seperti yang
ditulis oleh Trianto, 2009, dalam bukunya yang berjudul Pembelajaran Inovatif
Berorientasi Konstruktivistik adalah sebagai berikut.
(1) Fragmentasi
Dalam model ini, suatu
disiplin yang berbeda dan terpisah dikembangkan merupakan suatu kawasan dari
suatu mata pelajaran
(2) Koneksi
Dalam model ini, dalam setiap
topik ke topik, tema ke tema, atau konsep ke konsep isi mata pelajaran
dihubungkan secara tegas
(3) Sarang
Dalam model ini, guru
mentargetkan variasi keterampilan (sosial, berpikir, dan keterampilan khusus)
dari setiap mata pelajaran.
(4) Rangkaian/Urutan
Dalam model ini, topik atau
unit pembelajaran disusun dan diurutkan selaras dengan yang lain. Ide yang sama
diberikan dalam kegiatan yang sama sambil mengingatkan konsep-konsep yang
berbeda.
(5) Patungan
Dalam model ini, perencanaan
dan pembelajaran menyatu dalam dua disiplin yang konsep/gagasannya muncul
saling mengisi sebagai suatu sistem.
(6) Jala-jala
Dalam model ini, tema/topik
yang bercabang ditautkan ke dalam kurikulum. Dengan menggunakan tema itu,
pembelajaran mencari konsep/gagasan yang tepat.
(7) Untaian Simpul
Dalam model ini, pendekatan
metakurikuler menjalin keterampilan berpikir, sosial, intelegensi, teknik, dan
keterampilan belajar melalui variasi disiplin.
(8) Integrasi
Dalam model ini, pendekatan
interdisipliner memasangkan antar mata pelajaran untuk saling mengisi dalam
topik dan konsep dengan beberapa tim guru dalam model integrasi riil.
(9) Peleburan
Dalam model ini, suatu
disiplin menjadi bagian yang tak terpisahkan dari keahliannya, para pebelajar
menjaring semua isi melalui keahlian dan meramu ke dalam pengalamannya.
(10) Jaringan
Dalam model ini, pebelajar
menjaring semua pembelajaran melalui pandangan keahliannya dan membuat jaringan
hubungan internal mengarah ke jaringan eksternal dari keahliannya yang
berkaitan dengan lapangan
2.5. Dasar
Penerapan Pendidikan Karakter Dimulai
Pendidikan karakter yang
dicanangkan Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) akan diterapkan pada
semua jenjang pendidikan, namun porsinya akan lebih besar diberikan pada
Sekolah Dasar (SD).
Menteri Pendidikan Nasional
(Mendiknas) Muhammad Nuh, di Medan, Sabtu, mengatakan, pendidikan karakter
harus dimulai sejak dini yakni dari jenjang pendidikan SD.
Pada jenjang SD ini porsinya
mencapai 60 persen dibandingkan dengan jenjang pendidikan lainnya.Hal ini agar
lebih mudah diajarkan dan melekat dijiwa anak-anak itu hingga kelak ia dewasa.
"Pendidikan karakter
harus dimulai dari SD karena jika karakter tidak terbentuk sejak dini maka akan
susah untuk merubah karakter seseorang,"katanya saat menjadi pembicara
pada acara seminar nasional "Pendidikan Karakter Bangsa" yang
merupakan rangkaian acara rapat pimpinan Program Pasca Sarjana (PPs) Lembaga
Pendidik dan Tenaga Kependidikan (LPTK) se-Indonesia di Universitas Negeri
Medan (Unimed).
Ia mengatakan, pendidikan
karakter tidak mendapatkan porsi yang besar pada tingkat Taman Kanak-kanak (TK)
atau sejenisnya karena TK bukan merupakan sekolah tetapi taman bermain.
"TK itu taman bermain
untuk merangsang kreativitas anak, bukan tempat belajar. Jadi jika ada guru TK
yang memberikan tugas atau PR maka itu guru kurang kerjaan dan tak paham
tugasnya," katanya. Menurut dia, dalam menanamkan
karakter pada seseorang yang paling penting adalah kejujuran karena kejujuran
bersifat universal. Dalam hal ini siswa SD yang masih belum terkontaminasi
dengan sifat yang kurang baik sangat memungkinkan untuk ditanamkan sifat-sifat
atau karakter untuk membangun bangsa.Untuk itu, selain orang tua, guru SD juga
mempunyai peranan yang sangat vital untuk menempah karakter siswa.
"Pembinaan karakter yang
termudah dilakukan adalah ketika anak-anak masih duduk di bangku SD. Itulah
sebabnya kita memprioritaskan pendidikan karakter di tingkat SD. Bukan berarti
pada jenjang pendidikan lainnya tidak mendapat perhatian namun porsinya saja
yang berbeda," katanya.
Lebih lanjut ia mengatakan,
dunia pendidikan diharapkan sebagai motor penggerak untuk memfasilitasi
pembangunan karakter, sehingga anggota masyarakat mempunyai kesadaran kehidupan
berbangsa dan bernegara yang harmonis dan demokratis dengan tetap memperhatikan
norma-norma di masyarakat yang telah menjadi kesepakatan bersama.
Pembangunan karakter dan
pendidikan karakter menjadi suatu keharusan karena pendidikan tidak hanya
menjadikan peserta didik menjadi cerdas, juga mempunyai budi pekerti dan sopan
santun sehingga keberadaannya sebagai anggota masyarakat menjadi bermakna baik
bagi dirinya maupun orang lain.
"Intinya pembinaan
karakter harus dilakukan pada semua tingkat pendidikan hingga Perguruan Tinggi
(PT) karena PT harus mampu berperan sebagai mesin informasi yang membawa bangsa
ini menjadi bangsa yang cerdas, santun, sejahtera dan bermartabat serta mampu
bersaing dengan bangsa manapun," katanya.
Pada kesempatan itu, Mendiknas
Muhammad Nuh juga diberikan sebuah buku yang berjudul" Pendidikan Karakter
Dalam Pembangunan Bangsa" setebal 200 halaman yang di susun oleh pimpinan
atau direktur PPs LPTK se-Indonesia sebagai salah satu hasil rapim PPs LPTK
se-Indonesia tahun lalu.
Distribusi penanaman nilai-nilai utama dalam tiap mata pelajaran dapat
dilihat sebagai berikut:
1. Pendidikan
Agama: Nilai utama yang ditanamkan antara lain: religius, jujur, santun,
disiplin, tanggung jawab, cinta ilmu, ingin tahu, percaya diri, menghargai
keberagaman, patuh pada aturan, sosial, bergaya hidup sehat, sadar akan hak dan
kewajiban, kerja keras, dan adil.
2. Pendidikan Kewargaan Negara: Nasionalis,
patuh pada aturan sosial, demokratis, jujur, mengahargai keragaman, sadar akan
hak dan kewajiban diri dan orang lain.
3. Bahasa Indonesia: Berfikir logis, kritis,
kreatif dan inovatif, percaya diri, bertanggung jawab, ingin tahu, santun,
nasionalis.
4. Ilmu Pengetahuan Sosial: Nasionalis,
menghargai keberagaman, berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, peduli
sosial dan lingkungan, berjiwa wirausaha, jujur, kerja keras.
5. Ilmu Pengetahuan Alam: Ingin tahu, berpikir
logis, kritis, kreatif, dan inovatif, jujur, bergaya hidup sehat, percaya diri,
menghargai keberagaman, disiplin, mandiri, bertanggung jawab, peduli
lingkungan, cinta ilmu
6. Bahasa Inggris: Menghargai keberagaman,
santun, percaya diri, mandiri, bekerja sama, patuh pada aturan sosial
7. Seni Budaya: Menghargai keberagaman,
nasionalis, dan menghargai karya orang lain, ingin, jujur, disiplin, demokratis
8. Penjasorkes: Bergaya hidup sehat, kerja
keras, disiplin, jujur, percaya diri, mandiri, mengahrgai karya dan prestasi
orang lain
9. TIK/Ketrampilan: Berpikir logis, kritis,
kreatif, dan inovatif, mandiri, bertanggung jawab, dan menghargai karya orang
lain.
10. Muatan Lokal: Menghargai kebersamaan,
menghargai karya orang lain, nasional, peduli.
Bagaimana kesemuanya diaplikasikan?
Setiap nilai utama tersebut dapat dimasukkan ke dalam pembelajaran mulai dari
kegiatan eksplorasi, elaborasi, sampai dengan konfirmasi.
Bagian pertama adalah Eksplorasi, antara lain
dengan cara:
1. Melibatkan peserta didik mencari informasi
yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang dipelajari dengan menerapkan
prinsip alam terbuka jadi guru dan peserta didik belajar dari aneka sumber
(contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, berfikir logis, kreatif, kerjasama)
2. Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran,
media pembelajaran, dan sumber belajar lain (contoh nilai yang ditanamkan:
kreatif, kerja keras)
3. Memfasilitasi terjadinya interaksi
antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber
belajar lainnya (contoh nilai yang ditanamkan: kerjasama, saling menghargai,
peduli lingkungan)
4. Melibatkan peserta didik secara aktif dalam
setiap kegiatan pembelajaran (contoh nilai yang ditanamkan: rasa percaya diri,
mandiri)
5. Memfasilitasi peserta didik melakukan
percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan (contoh nilai yang ditanamkan:
mandiri, kerjasama, kerja keras)
Bagian kedua adalah Elaborasi, nilai-nilai yang
dapat ditanamkan antara lain:
1. Membiasakan peserta didik membaca dan menulis
yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna (contoh nilai yang
ditanamkan: cinta ilmu, kreatif, logis)
2. Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian
tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan
maupun tertulis (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, percaya diri, kritis,
saling menghargai, santun)
3. Memberi kesempatan untuk berpikir,
menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut (contoh
nilai yang ditanamkan: kreatif, percaya diri, kritis)
4. Memfasilitasi peserta didik dalam
pembelajaran kooperatif dan kolaboratif (contoh nilai yang ditanamkan:
kerjasama, saling menghargai, tanggung jawab)
5. Memfasilitasi peserta didik berkompetisi
secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar (contoh nilai yang ditanamkan:
jujur, disiplin, kerja keras, menghargai)
6. Memfasilitasi peserta didik membuat laporan
eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun
kelompok (contoh nilai yang ditanamkan: jujur, bertanggung jawab, percaya diri,
saling menghargai, mandiri, kerjasama)
7. Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan
hasil kerja individual maupun kelompok (contoh nilai yang ditanamkan: percaya
diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama)
8. Memfasilitasi peserta didik melakukan
pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan (contoh nilai yang
ditanamkan: percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama)
9. Memfasilitasi peserta didik melakukan
kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik
(contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling menghargai, mandiri,
kerjasama)
Dan bagian ketiga adalah konfirmasi,
nilai-nilainya antara lain:
1. Memberikan umpan balik positif dan penguatan
dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan
peserta didik (contoh nilai yang ditanamkan: saling menghargai, percaya diri,
santun, kritis, logis)
2. Memberikan konfirmasi terhadap hasil
eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber (contoh nilai
yang ditanamkan: percaya diri, logis, kritis)
3. Memfasilitasi peserta didik melakukan
refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan (contoh nilai
yang ditanamkan: memahami kelebihan dan kekurangan)
4. Memfasilitasi peserta didik untuk lebih
jauh/dalam/luas memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap, antara lain
dengan guru yang berfungsi sebagai:
a.
Narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan
peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku
dan benar (contoh nilai yang ditanamkan: peduli, santun);
b.
Membantu menyelesaikan masalah (contoh nilai yang
ditanamkan: peduli);
c.
Memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan
pengecekan hasil eksplorasi (contoh nilai yang ditanamkan: kritis)
d.
Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh
(contoh nilai yang ditanamkan: cinta ilmu); dan
e.
Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang
atau belum berpartisipasi aktif (contoh nilai yang ditanamkan: peduli, percaya
diri).
Penanaman
nilai diatas yang nantinya diharapkan akan menjadikan peserta didik
menjadi lebih berkarakter.
2.6.
Dampak Dari Penerapan Pendidikan Berkarakter
Saat
ini mulai marak dibicarakan mengenai pendidikan karakter. Tetapi yang masih
umum diterapkan mengenai pendidikan karakter ini masih pada taraf jenjang
pendidikan pra sekolah (taman bermain dan taman kanak-kanak). sementara pada
jenjang sekolah dasar dan seterusnya masih sangat-sangat jarang sekali.
kurikulum pendidikan di Indonesia masih belum menyentuh aspek karakter ini,
meskipun ada pelajaran pancasila, kewarganegaraan dan semisalnya, tapi itu
masih sebatas teori dan tidak dalam tataran aplikatif. Padahal jika Indonesia
ingin memperbaiki mutu SDM dan segera bangkit dari ketinggalannya, maka
indonesia harus merombak istem pendidikan yang ada saat ini.
Mungkin
banyak yang bertanya-tanya sebenarnya apa sih dampak pendidikan karakter
terhadap keberhasilan akademik? Beberapa penelitian bermunculan untuk menjawab
pertanyaan ini. Ringkasan dari beberapa penemuan penting mengenai hal ini diterbitkan
oleh sebuah buletin, Character Educator, yang diterbitkan oleh Character
Education Partnership. Dalam buletin tersebut diuraikan bahwa hasil studi Dr.
Marvin Berkowitz dari University of Missouri- St. Louis, menunjukan peningkatan
motivasi siswa sekolah dalam meraih prestasi akademik pada sekolah-sekolah yang
menerapkan pendidikan karakter. Kelas-kelas yang secara komprehensif terlibat
dalam pendidikan karakter menunjukan penurunan drastis pada perilaku negatif
siswa yang dapat menghambat keberhasilan akademik.
Pendidikan
karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek
pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Menurut
Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan
efektif, dan pelaksanaannya pun harus dilakukan secara sistematis dan
berkelanjutan.
Dengan
pendidikan karakter, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan
emosi adalah bekal terpenting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan,
karena dengannya seseorang akan dapat berhasil dalam menghadapi segala macam
tantangan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.
Sebuah
buku yang baru terbit berjudul Emotional Intelligence and School Success
(Joseph Zins, et.al, 2001) mengkompilasikan berbagai hasil penelitian tentang
pengaruh positif kecerdasan emosi anak terhadap keberhasilan di sekolah.
Dikatakan bahwa ada sederet faktor-faktor resiko penyebab kegagalan anak di
sekolah. Faktor-faktor resiko yang disebutkan ternyata bukan terletak pada
kecerdasan otak, tetapi pada karakter, yaitu rasa percaya diri, kemampuan
bekerja sama, kemampuan bergaul, kemampuan berkonsentrasi, rasa empati, dan
kemampuan berkomunikasi.
Hal
ini sesuai dengan pendapat Daniel Goleman tentang keberhasilan seseorang di
masyarakat, ternyata 80 persen dipengaruhi oleh kecerdasan emosi, dan hanya 20
persen ditentukan oleh kecerdasan otak (IQ). Anak-anak yang mempunyai masalah
dalam kecerdasan emosinya, akan mengalami kesulitan belajar, bergaul dan tidak
dapat mengontrol emosinya. Anak-anak yang bermasalah ini sudah dapat dilihat
sejak usia pra-sekolah, dan kalau tidak ditangani akan terbawa sampai usia
dewasa. Sebaliknya para remaja yang berkarakter atau mempunyai kecerdasan emosi
tinggi akan terhindar dari masalah-masalah umum yang dihadapi oleh remaja
seperti kenakalan, tawuran, narkoba, miras, perilaku seks bebas, dan
sebagainya.
Pendidikan
karakter di sekolah sangat diperlukan, walaupun dasar dari pendidikan karakter
adalah di dalam keluarga. Kalau seorang anak mendapatkan pendidikan karakter
yang baik dari keluarganya, anak tersebut akan berkarakter baik selanjutnya.
Namun banyak orang tua yang lebih mementingkan aspek kecerdasan otak ketimbang
pendidikan karakter.
Selain
itu Daniel Goleman juga mengatakan bahwa banyak orang tua yang gagal dalam
mendidik karakter anak-anaknya entah karena kesibukan atau karena lebih
mementingkan aspek kognitif anak. Namun ini semua dapat dikoreksi dengan
memberikan pendidikan karakter di sekolah. Namun masalahnya, kebijakan
pendidikan di Indonesia juga lebih mementingkan aspek kecerdasan otak, dan
hanya baru-baru ini saja pentingnya pendidikan budi pekerti menjadi bahan
pembicaraan ramai. Ada yang mengatakan bahwa kurikulum pendidikan di Indonesia
dibuat hanya cocok untuk diberikan pada 10-20 persen otak-otak terbaik. Artinya
sebagian besar anak sekolah (80-90 persen) tidak dapat mengikuti kurikulum
pelajaran di sekolah. Akibatnya sejak usia dini, sebagian besar anak-anak akan
merasa “bodoh” karena kesulitan menyesuaikan dengan kurikulum yang ada. Ditambah
lagi dengan adanya sistem ranking yang telah “memvonis” anak-anak yang tidak
masuk “10 besar”, sebagai anak yang kurang pandai. Sistem seperti ini tentunya
berpengaruh negatif terhadap usaha membangun karakter, dimana sejak dini
anak-anak justru sudah “dibunuh” rasa percaya dirinya. Rasa tidak mampu yang
berkepanjangan yang akan membentuk pribadi yang tidak percaya diri, akan
menimbulkan stress berkepanjangan. Pada usia remaja biasanya keadaan ini akan
mendorong remaja berperilaku negatif. Maka, tidak heran kalau kita lihat
perilaku remaja kita yang senang tawuran, terlibat kriminalitas, putus sekolah,
dan menurunnya mutu lulusan SMP dan SMU.
Jadi,
pendidikan karakter atau budi pekerti plus adalah suatu yang urgent untuk
dilakukan. Kalau kita peduli untuk meningkatkan mutu lulusan SD, SMP dan SMU,
maka tanpa pendidikan karakter adalah usaha yang sia-sia. Kami ingin mengutip
kata-kata bijak dari pemikir besar dunia.
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Pendidikan
karakter sangat penting diterapkan demi mengembalikan karakter bangsa Indonesia
yang sudah mulai luntur. Dengan dilaksanakannya pendidikan karakter di sekolah
dasar, diharapkan dapat menjadi solusi atas masalah-masalah sosial yang terjadi
di masyarakat. Pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah dapat dilaksanakan
pada ranah pembelajaran (kegiatan pembelajaran), pengembangan budaya sekolah
dan pusat kegiatan belajar, kegiatan ko-kurikuler dan atau kegiatan
ekstrakurikuler, dan kegiatan keseharian di rumah dan di masyarakat.
3.2
SARAN
Sebaiknya para orang tua, para
pendidik dan pemerintah lebih menerapkan pendidikan karakter kepada para anak
atau anak didiknya agar mereka menjadi generasi yang mempunyai akhlak yang
baik,baik di lingkungan masyarakat maupun keagamaan.
DAFTAR PUSTAKA
Ø
http://infobuatkita.wordpress.com/pendidikan-4/upaya-mendisiplinkan-siswa-melalui-pendidikan-karakter/
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil ‘Alamin segala Puji dan Syukur
Penulis Panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan taufik dan
hidayahnya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini,
Namun penulis menyadari makalah ini belum dapat dikatakan sempurna karena
mungkin masih banyak kesalahan-kesalahan. Shalawat serta salam semoga selalu
dilimpahkan kepada junjunan kita semua habibana wanabiana Muhammad SAW, kepada
keluarganya, kepada para sahabatnya, dan mudah-mudahan sampai kepada kita
selaku umatnya.
Makalah ini penulis membahas mengenai “MENERAPKAN
SISTEM AJAR DAN DIDIK YANG BERKARAKTER SESUAI DENGAN NILAI LUHUR BANGSA
INDONESIA”, dengan makalah ini penulis mengharapkan agar dapat
membantu sistem pembelajaran. Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata penulis ucapkan terimakasih atas segala
perhatiannya.
Raha, Agustus 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.........................................................................................................
i
Daftar Isi.................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
A. Latar Belakang.............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 1
C. Tujuan............................................................................................................ 2
D. Batasan
Masalah............................................................................... .......... 2
BAB II PEMBAHASAN....
................................................................................... 3
2.1 Pengertian Pendidikan Karakter........................................................... 3
2.2 penerapan konsep pendidikan karakter dalam
pembelajaran di kelas........ 3
2.3 Nilai-Nilai Pembelajaran Berkarakter......................................................... 4
2.4 Bentuk-Bentuk Pembelajaran
Terpadu Yang Berkarakter........................ 5
2.5 Dasar Penerapan Pendidikan
Karakter Di Mulai..................................... 6
2.6 Dampak Dari Penerapan
Pendidikan Berkarakter........................................ 10
BAB II
PENUTUP................................................................................................... 12
A. Kesimpulan.................................................................................................. 12
B. Saran............................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 13
MENERAPKAN
SISTEM AJAR DAN DIDIK YANG BERKARAKTER SESUAI DENGAN NILAI LUHUR BANGSA
INDONESIA
DISUSUN OLEH :
1.
ABDUL ADESTYA
2.
AAN ARDIANSYAH
3.
MUH. IDOM
4.
WA DONA
5.
SOFIYANTO
SMA NEGERI 1 RAHA
2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar