do-not-copy { -webkit-user-select:none; -khtml-user-select:none; -moz-user-select:none; -ms-user-select:none; user-select:none;

Senin, 13 Oktober 2014

MAKALAH BATU BARA

BAB I
PENDAHULUAN


1.1   Latar Belakang
Lokasi Indonesia yang terletak pada 3 tumbukan (konvergensi) lempeng kerak bumi, yakni  lempeng Benua Eurasia, lempeng Benua India-Australia dan lempeng Samudra Pasifik melahirkan suatu struktur geologi yang memiliki kekayaan  potensi pertambangan yang telah diakui di dunia.  Namun, potensi yang sangat tinggi ini masih belum tergali secara  optimal. Disamping itu, tingkat  investasi di sektor ini relatif rendah dan menunjukkan kecenderungan menurun akibat terhentinya  kegiatan eksplorasi di berbagai kegiatan pertambangan. Menurut studi yang dilakukan Fraser Institute  dalam Annual Survey of Mining Companies (December 2002), iklim investasi sektor pertambangan di  Indonesia tidak cukup menggairahkan. Banyak  kalangan menghawatirkan bahwa dengan kondisi  seperti ini maka masa depan, industri ekstraktif khususnya pertambangan di Indonesia akan segera  berakhir dalam waktu 5 sampai 10 tahun. Kondisi ini patut disayangkan karena industri ini memberikan  sumbangan yang cukup besar bagi perekonomian nasional maupun daerah. Dampak ekonomi dari  keberadaan industri pertambangan antar lain penciptaan output, penciptaan tenaga kerja,  menghasilkan devisa dan memberikan kontribusi fiskal. Pada makalah ini akan dibahas mengenai  gambaran kondisi pertambangan mineral, iklim investasi pertambangan, tinjauan manfaat ekonomi  kegiatan pertambangan, permasalahan yang dihadapi industri pertambangan dan rekomendasi kebijakan.

1.2  Identifikasi Masalah
1.      Bagaimanakah jenis klasifikasi Batu Bara  ?
2.      Dimana saja lokasi persebaran Batu Bara  ?
3.      Bagaimanakah Pemanfaatan  Batu Bara  ?
4.      Bagaimanakah Upaya Pelestarian Batu Bara  ?

1.3.      Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan  untuk mengetahui sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui yaitu Batu bara.  .





 Januari






















BAB II
PEMBAHASAN


2.1     Jenis Klasifikasi Batubara
2.1.1    Batubara sebagai Energi
Istilah batubara merupakan hasil terjemahan dari “coal”. Disebut batubara mungkin karena dapat terbakar seperti halnya arang kayu. Defenisi dari batubara itu sendiri menurut Muchjidin (2005).
“Batubara adalah batuan sedimen yang secara kimia dan fisika adalah heterogen dan mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen sebagai unsur utama dan belerang serta nitrogen sebagai unsur tambahan. Zat lain, yaitu senyawa organik pembentuk “ash” tersebar sebagai partikel zat mineral dan terpisah-pisah di seluruh senyawa batubara. Beberapa jenis batu meleleh dan menjadi plastis apabila dipanaskan, tetapi meninggalkan residu yang disebut kokas. Batubara dapat dibakar untuk membangkitkan uap atau dikarbonisasikan untuk membuat bahan bakar cair atau dihidrogenisasikan untuk membuat metan. Gas sintetis atau bahan bakar berupa gas dapat diproduksi sebagai produk utama dengan jalan gasifikasi sempurna dari batubara dengan oksigen dan uap atau udara dan uap”.
Dari defenisi yang lengkap ini salah satunya adalah selain batubara dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar pembangkit uap di PLTU, beberapa jenis batubara juga dapat diubah menjadi bahan bakar minyak melalui cara pencairan batubara atau tersebut liquifaksi (coal liquiefaction).
Pemakaian batubara sebagai energi telah dilakukan pada abad 19 yaitu untuk menggerakkan lokomotif dan mesin uap. Perkembangan selanjutnya tahun 1949 di Pengaron sebuah dusun di sepanjang Sungai Mahakam (Kaliman Timur) oleh perusahaan Belanda “Oost Borneo Ma’atsc Happij” dioperasikan tambang batubara.



2.1.2    Sumber Daya Batubara 
Batubara makin hari makin menjadi komoditas yang penting karena meningkatnya kebutuhan energi. Tahun 1999 sumber daya batubara mencapai 38,9 miliar ton dan hasil survey sampai tahun 2003 sumber daya batubara mencapai 57,85 miliar ton dan angka ini akan bertambah karena masih terus dilakukan ekplorasi di daerah yang baru. Sumber daya batubara Indonesia terdapat di Sumatera 45 persen, Kalimantan 54 persen, sisanya adalah Jawa, Sulawesi dan Irian Jaya.

2.2    Pemanfaatan Batubara 
Dewasa ini penggunaan batubara di dalam negeri adalah sebagai sumber energi panas dan bahan bakar, terutama dalam pembangkit tenaga listrik dan industri semen serta dalam jumlah yang terbatas pada industri kecil, seperti pembakaran batu gamping, genteng , sebagai reduktor dan industri pelabuhan timah dan nikel. Selain itu batubara Indonesia digunakan untuk ekspor ke berbagai negara antara lain Afrika, Eropa , Amerika dan Asia (Jepang, Taiwan, Hongkong, Korea) dan lain-lain. Pemakaian batubara terbesar sesuai urutannya adalah PLTU yang menggunakan bahan bakar batubara, disusul oleh industri aemen yang secara keseluruhan telah beralih ke batubara, kemudian industri kimia, kertas, metalurgi, briket batubara dan penggunaan industri kecil lainya. Penggunaan batubara untuk PLTU pada tahun 1999 sebesar 26,9 juta ton, tahun 2004 sebesar 61,5 juta ton dan sampai tahun 2008 perkiraan pemakaian batubara mencapai 71,8 juta ton. Sedangkan produksi batubara Indonesia sampai tahun 2006 sebesar 160,4 juta ton, ekspor 120,8 juta ton dan pemakaian dalam negeri 35,95 juta ton dengan total produksi 156,75 juta ton.

2.2.1    Batubara Sebagai Bahan Bakar Minyak
Secara umum batubara Indonesia termasuk bahan bakar. Pengubahan batubara dapat dilakukan melalui dua cara yaitu melalui pembuatan gas atau gasifikasi dan pencairan batubara atau liquifaksi (coal liquefaction). Dalam proses gasifikasi semua gas organik dalam batubara diubah ke dalam bentuk gas terutama karbonmonoksida, karbondioksida dan hidrogen. Gas ini kemudian dapat diubah menjadi bahan-bahan kimia seperti pupuk dan metanol.
Proses liquifaksi tujuannya adalah mengubah batubara menjadi minyak. Penelitian oleh SASOL (perusahaan yang mengurusi pencairan batubara) di Afrika Selatan telah berhasil mengubah batubara menjadi minyak (Gasoline, Diesel, Jet Fuel ), gas maupun bahan kimia lainnya sehingga Afrika Selatan telah “survive” mengatasi masalah BBM 50 persen kebutuhan BBM Afrika dipasok dari Pabrik Pencairan Batubara sementara SASOL sendiri terdaftar di bursa efek Afrika Selatan dan New York. Produksi SASOL sekitar 150.000 barel/hari.
Pemerintah Indonesia pada tahun 2004 lalu telah mempunyai rencana untuk membangun pilot plant untuk program pencairan batubara di Cirebon (Jawa Barat). Maksud dari pilot plant ini adalah sebagai uji coba dan sekaligus untuk meyakinkan semua pihak bahwa program pencairan batubara ini dapat dilakukan. Teknologi yang akan digunakan adalah teknologi Improve Brown Coal Liquefaction (IBCL) yang dikembangkan oleh Jepang. Sementara Jepang sendiri sudah membangun pilot plant dengan teknologi ini untuk 50 ton/hari di Victoria, Australia.
Pada tahun 2002 pemerintah China telah mengambil keputusan penting, yaitu tidak akan menggantungkan diri pada impor minyak mentah. Sebagai pengganti impor minyak mentah, pemerintah China membuat program pencairan batubara. Untuk mewujudkan program ini perusahaan terbesar di China Shen Hua Group menggandeng perusahaan Amerika Headwaters Technology Innovation (HTI) untuk pencairan batubara secara langsung melalui teknologi yang dikembangkan oleh HTI.

2.3    Penyebaran Batubara
Batubara merupakan sumber energi masa depan (Heriawan 2000). Batubara merupakan batuan sedimen (padatan) yang dapat terbakar berasal dari tumbuhan, berwarna coklat sampai hitam, yang sejak pengendapannya terkena proses fisika dan kimia yang mengakibatkan pengkayaan kandungan karbonnya (Wolf 1984 dalam Anggayana 1999).
Penyebaran endapan batubara di Indonesia ditinjau dari sudut geologi sangat erat hubungannya dengan penyebaran formasi sedimen yang berumur tersier yang terdapat secara luas di sebagian besar kepulauan di Indonesia. Batubara di Indonesia dapat dibedakan tiga jenis berdasarkan cara terbentuknya.
Pertama, batubara paleogen yaitu endapan batubara yang terbentuk pada cekungan intramontain terdapat di Ombilin, Bayah, Kalimantan Tenggara, Sulawesi Selatan, dan sebagainya.
Kedua, batubara neogen yakni batubara yang terbentuk pada cekungan forelandterdapat di Tanjung Enim Sumatera Selatan.
Ketiga, batubara delta, yaitu endapan batubara di hampir seluruh Kalimantan Timur (Anggayana 1999).
Menurut Amri (2000) formasi batubara tersebar di wilayah seluas 298 juta ha di Indonesia, meliputi 40 cekungan di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya dan Jawa. Dari jumlah cekungan tersebut baru 13 cekungan dengan luas sekitar 74 juta ha (sekitar 25%) yang sudah diselidiki. Sementara cekungan yang telah dilakukan penyelidikan terbatas sampai pada tahap penyelidikan umum, eksplorasi  maupun eksploitasi baru 3% atau seluas 2,22 juta ha.
Oleh karena itu perlu ditingkatkan penyelidikan tentang keberadaan batubara tersebut. Salah satu metoda gofisika yang dapat digunakan untuk memperkirakan keberadaan batubara adalah metoda geolistrik tahanan jenis. Metoda ini merupakan salah satu metoda geofisika yang dapat memberikan gambaran susunan dan kedalaman lapisan batuan, dengan mengukur sifat kelistrikan batuan (Priyanto 1989 dalam Kalmiawan et al, 2000).
Selanjutnya Loke (1999a) mengungkapkan bahwa survey geolistrik metoda resistivitas mapping dan sounding menghasilkan informasi perubahan variasi harga resistivitas baik arah lateral maupun arah vertikal. Dalam penelitian ini dilakukan pemodelan berskala laboratorium untuk mengukur tahanan jenis beberapa sampel batubara dari Tambang Air Laya dengan peringkat yang berbeda (Heriawan 2000).


2.4       Minyak Bumi
Minyak bumi (bahasa Inggrispetroleum, dari bahasa Latin petrus – karang danoleum – minyak), dijuluki juga sebagai emas hitam, adalah cairan kental, coklat gelap, atau kehijauan yang mudah terbakar, yang berada di lapisan atas dari beberapa area di kerak Bumi. Minyak bumi terdiri dari campuran kompleks dari berbagai hidrokarbon, sebagian besar seri alkana, tetapi bervariasi dalam penampilan, komposisi, dan kemurniannya.

2.4.1    Komposisi
Komponen kimia dari minyak bumi dipisahkan oleh proses distilasi, yang kemudian, setelah diolah lagi, menjadi minyak tanahbensinlilin,aspal, dll.
Minyak bumi terdiri dari hidrokarbon, senyawaan hidrogen dan karbon.
Empat alkana teringan- CH4 (metana), C2H6 (etana), C3H8 (propana), dan C4H10 (butana) - semuanya adalah gas yang mendidih pada -161.6 °C, -88.6 °C, -42 °C, dan -0.5 °C, berturut-turut (-258.9°, -127.5°, -43.6°, dan +31.1° F).
Rantai dalam wilayah C5-7 semuanya ringan, dan mudah menguapnafta jernih. Senyawaan tersebut digunakan sebagai pelarut, cairan pencuci kering (dry clean), dan produk cepat-kering lainnya. Rantai dari C6H14 sampai C12H26 dicampur bersama dan digunakan untuk bensin. Minyak tanah terbuat dari rantai di wilayah C10
Minyak pelumas dan gemuk setengah-padat (termasuk Vaseline®) berada di antara C16 sampai ke C20.
Rantai di atas C20 berwujud padat, dimulai dari "lilin, kemudian tar, dan bitumen aspal.
Titik pendidihan dalam tekanan atmosfer fraksi distilasi dalam derajat Celcius:
§  minyak eter: 40 - 70 °C (digunakan sebagai pelarut)
§  minyak ringan: 60 - 100 °C (bahan bakar mobil)
§  minyak berat: 100 - 150 °C (bahan bakar mobil)
§  minyak tanah ringan: 120 - 150 °C (pelarut dan bahan bakar untuk rumah tangga)
§  kerosene: 150 - 250 °C (bahan bakar mesin jet)
§  minyak gas: 250 - 350 °C (minyak diesel/pemanas)
§  minyak pelumas: > 300 °C (minyak mesin)
§  sisanya: taraspalbahan bakar residu
Beberapa ilmuwan menyatakan bahwa minyak adalah zat abiotik, yang berarti zat ini tidak berasal dari fosil tetapi berasal dari zat anorganik yang dihasilkan secara alami dalam perut bumi. Namun, pandangan ini diragukan dalam lingkungan ilmiah.

2.4.2    Kegunaan
Di Indonesia, minyak bumi yang diolah banyak digunakan sebagai Bahan bakar minyak atau BBM, yang merupakan salah satu jenisbahan bakar yang digunakan secara luas di era industrialisasi.
Ada beberapa jenis BBM yang dikenal di Indonesia, di antaranya adalah:
Ø  Minyak tanah rumah tangga
Ø  Minyak tanah industri
Ø    Pertamax
Ø  Premium
Ø  Bio Solar
Ø  Solar transportasi
Ø  Solar industri
Di Indonesia, harga BBM sering mengalami kenaikan disebabkan alasan pemerintah yang ingin mengurangi subsidi. Tujuan dari pengurangan tersebut dikatakan adalah agar dana yang sebelumnya digunakan untuk subsidi dapat dialihkan untuk hal-hal lain seperti pendidikan dan pembangunan infrastruktur.


BAB III
PENUTUP

3.1       Kesimpulan
batubara merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, keberadaannya sangat dikontrol oleh kondisi geologi yang tidak mengenal batas administrasi, umumnya ditemukan di daerah-daerah terpencil yang miskin infrastruktur, pengusahaannya harus dilakukan di tempat di mana bahan tambang itu ditemukan. Penambangan bahan galian mineral dan batubara akan mengubah bentang alam dan menghasilkan limbah yang berpotensi mencemari  lingkungan, oleh karena itu  dalam pengelolaannya perlu melibatkan semua pihak terkait  (stakeholders). Adanya kegiatan pertambangan diharapkan dapat menjadi lokomotif pembangunan  suatu daerah.

Kelangkaan dan mahalnya harga BBM terutama minyak solar berimbas pada seluruh lapisan masyarakat. Akibatnya semua sektor usaha industri dan perdagangan harus mengimbangi pula dengan kenaikan harga jual barang. Kesulitan BBM yang terus berlarut dapat pula menghambat iklim investasi di suatu daerah, di mana perkembangan industri dan perdagangan sangat erat keterkaitannya dengan ketersediaan BBM.
Persoalan BBM adalah persoalan pemerintah, namun kita berharap ketergantungan pada konsumsi minyak bumi ini akan berkurang dan harus berupaya melakukan penghematan dalam pemakaiannya dan perlu melakukan upaya mencari bahan pengganti. Untuk mengantisipasi kebijakan kenaikan BBM ke depan dengan semakin menipisnya cadangan minyak nasional, diharapkan pemeritah/pemeritah daerah mulai memikirkan atau melakukan diversifikasi energi lain yang lebih murah, salah satunya adalah batubara.




3.2       Saran
1.      Sumber daya alam batubara dan minyak bumi semakin berkurang, kondisi ini diperparah lagi dengan tidak dapatnya  diperbaharui; untuk itu kita harus menghemat penggunaan batu bara dan minyak bumi.
2.      Lakukan pelestarian sumber daya alam dengan tidak terlalu melakukan eksploitasi Sumber daya alam.
3.      Gunakanlah peralatan hidup sehari-hari yang hemat energi dan BBM.
























DAFTAR PUSTAKA


























KATA PENGANTAR


            Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat  dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Hukum Kepegawaian ini dengan baik.
            Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen dan juga untuk memberi wawasan yang lebih baik bagi setiap pembacanya terutama bagi mahasiswa UMK Cabang Raha.   Makalah ini merjudul tentang pengolahan Batu Bara.

            Penulis juga menyadari bahwa pembuatan Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.Maka untuk itu, penulis mohon maaf atas kekurangan dalam makalah ini. Dan penulis juga berharap kepada pembaca atas saran dan kritk yang membangun.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih atas segala bantuan dari berbagai pihak.
                                                                                                                 


      Raha,     Mei  2014



  Penulis





MAKALAH
BATU BARA 



DISUSUN OLEH :
               NAMA                : ERNA SARI
               STAMBUK         : 21215070
               JURUSAN                   : PLS GEOGRAFI
                






UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
KENDARI
2014


DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR…………………………………………………..     i
DAFTAR ISI..............………………………………………...…………..   ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………...….............  1
 1.2 Identivikasi Masalah……………………………………...….............    1
1.3 Tujuan…………………………….........................………...….............  2

BAB II PEMBAHASAN…………………………………........…............. 3
2.1     Jenis Klasifikasi Batubara………………………….............................….............               3
2.2    Pemanfaatan Batubara…………………………........…........................................               4 
2.3    Penyebaran Batubara…………………………...................................….............  5
2.4    Minyak Bumi…………………………........….......................................................              7

BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan……………………………………………….....……........... 9
2. Saran………………………………………………………………………10
DAFTAR PUSTAKA………………………………………….....……….  11




Tidak ada komentar: