do-not-copy { -webkit-user-select:none; -khtml-user-select:none; -moz-user-select:none; -ms-user-select:none; user-select:none;

Sabtu, 16 Januari 2016

MAKALAH OBAT DIURETIK



                                                               BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Obat merupakan salah satu penunjang sarana kesehatan. Segala macam penyakit tidak dapat lepas begitu saja tanpa keberadaan obat. Dengan penggunaan obat kita harus mengikuti aturan – aturan tertentu karena obat dalam penggunaan yang digunakan dalam jumlah yang berlebihan dapat meracuni sedangkan racun yang digunakan dalam jumlah sedikit justru dapat menjadi obat bagi tubuh kita.

Obat antipiretik dan analgesik merupakan obat yang sudah di kenal luas seperti obat asetaminofen. Bayak dijual sebagai kemasan tunggal maupun kemasan kombinasi dengan bahan obat lain. Obat ini tergolong sebagai obat bebas sehingga mudah ditemukan di apotik toko obat maupun warung pinggr jalan. Karena mudah didapatkan resiko untuk terjadi penyalahgunaan obat ini semakin besar.


















B.  Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian obat diuretik ?
2.      Apa saja golongan obat diuretik?
3.      Apa saja pengobatan untuk obat diuretik?
4.      Bagaimana penggunaan klinik diuretik?
5.      Bagaimana mekanisme kerja obat diuretik?
6.      Apa efek samping obat diuretik?
7.      Bagaimana interaksi obat diuretik ?
8.      Apa saja contoh obat diuretik?

C.  Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian obat diuretik.
2.      Untuk mengetahui golongan obat diuretik.
3.      Untuk mengetahui pengobatan untuk obat diuretik.
4.      Untuk mengetahui penggunaan klinik diuretik.
5.      Untuk mengetahui mekanisme kerja obat diuretik.
6.      Untuk mengetahui efek samping obat diuretik.
7.      Untuk mengetahui interkasi obat diuretik.
8.      Untuk mengetahui contoh obat diuretik.














BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Obat Diuretik
1.      Definisi
Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin melalui kerja langsung terhadap ginjal. Istilah diuresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan volume urin yang diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran zat-zat terlarut dalam air. Proses deuresis dimulai dengan mengalirnya darah ke glomeruli (gumpalan kapiler) yang terletak d bagian luar ginjal (cortex). Dinding glomeruli inilah yang bekerja sebagai saringan halus yang secara pasif dapat di lintasi air, garam, dan glukosa. Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstra sel kembali menjadi normal.
2.      Golongan Diuretik
Diuretik dapat dibagi menjadi 5 golongan yaitu :
1.      Diuretik osmotik
Diuretik osmotik mempunyai tempat kerja :
·         Tubuli proksimal
 Diuretik osmotik ini bekerja pada tubuli proksimal dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan air melalui daya osmotiknya.
·         Ansa enle
Diuretik osmotik ini bekerja pada ansa henle dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan air oleh karena hipertonisitas daerah medula menurun.
·         Duktus Koligentes
Diuretik osmotik ini bekerja pada Duktus Koligentes dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan air akibat adanya papillary wash out, kecepatan aliran filtrat yang tinggi, atau adanya faktor lain.
Istilah diuretik osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan elektrolit yang mudah dan
cepat diekskresi oleh ginjal. Contoh dari diuretik osmotik adalah ; manitol, urea, gliserin dan isisorbid.
2.      Diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase.
Diuretik ini merintangi enzim karbonanhidrase di tubuli proksimal sehingga di samping karbonat , juga Na dan K di ekskresikan lebih banyak bersama dengan air. Khasiat diuretiknya hanya lemah, setelah beberapa hari terjadi tachyfylaxie, maka perlu digunakan secara selang seling (intermittens). Diuretic bekerja pada tubuli Proksimal dengan cara menghambat reabsorpsi bikarbonat. Yang termasuk golongan diuretik ini adalah asetazolamid, diklorofenamid dan meatzolamid.

3.      Diuretik golongan tiazid
Diuretik golongan tiazid ini bekerja pada hulu tubuli distal dengan cara menghambat reabsorpsi natrium klorida. Efeknya lebih lemah dan lambat tetapi tertahan lebih lama (6-48 jam) dan terutama digunakan dalam terapi pemeliharaan hipertensi dan kelemahan jantung (dekompensatio cardis). Obat-obat ini memiliki kurva dosis efek datar, artinya bila dosis optimal dinaikkan lagi efeknya (dieresis, penurunan tekanan darah) tidak bertambah.Obat-obat diuretik yang termsuk golongan ini adalah ; klorotiazid, hidroklorotiazid, hidroflumetiazid, bendroflumetiazid, politiazid, benztiazid, siklotiazid, metiklotiazid, klortalidon, kuinetazon, dan indapamid.

4.      Diuretik hemat kalium
Diuretik hemat kalium ini bekerja pada hilir tubuli distal dan duktus koligentes daerah korteks dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan sekresi kalium dengan jalan antagonisme kompetitif (sipironolakton) atau secara langsung (triamteren dan amilorida).efek obat-obat ini hanya melemahkan dan khusus digunakan terkombinasi dengan diuretika lainnya guna menghemat ekskresi kalium. Aldosteron menstimulasi reabsorbsi Na dan ekskresi K. proses ini dihambat secara kompetitif (saingan) oleh obat-obat ini. Amilorida dan triamteren dalam keadaan normal hanyalah lemah efek ekskresinya mengenai Na dan K. tetapi pada penggunaan diuretika lengkungan dan thiazida terjadi ekskresi kalium dengan kuat, maka pemberian bersama dari penghemat kalium ini menghambat ekskresi K dengan kuat pula. Mungkin juga ekskresi dari magnesium dihambat.
5.      Diuretik kuat
Diuretik kuat ini bekerja pada Ansa Henle bagian asenden pada bagian dengan epitel tebal dengan cara menghambat transport elektrolit natrium, kalium, dan klorida. Obat-obat ini berkhasiat kuat dan pesat tetapi agak singkat (4-6 jam). Banyak digunakan pada keadaan akut, misalnya pada udema otak dan paru-paru. Memperlihatkan kurva dosis efek curam, artinya bila dosis dinaikkan Yang termasuk diuretik kuat adalah ; asam etakrinat, furosemid dan bumetamid.

Tabel tempat dan cara kerja diuretik
Obat
Tempat kerja Utama
Cara Kerja
Diureti osmotik













Penghambat enzim karbonik anhidrase

Tiazid


Diuretik hemat kalium






Diuretik kuat
  1. Tubuli proksimal.


  1. Ansa henle



  1. Duktus koligentes






Tubuli proksimal


Hulu tubuli distal


Hilir tubuli distal dan duktus koligentes daerah korteks




Ansa henle bagian asenden pada bagian dengan epitel tebal
Penghambat reabsorpsi natrium dan air melalui daya osmotiknya.
Penghambatan reabsorpsi natrium dan air oleh karena hipertonisitas daerah medula menurun.
Penghambatan reabsorpsi natrium dan air akibat adanya papillary wash out, kecepatan aliran filtrat yang tinggi, atau adanya faktor lain.

Penghambatan terhadap reabsorpsi bikarbonat.

Penghambatan terhadap reabsorpsi natrium klorida.

Penghambatan reabsorpsi natrium dan sekresi kalium dengan jalan antagonisme kompetitif (spironolakton) atau secara langsung (triamteren dan amilirid).

Penghambatan terhadap transport elektrolit Natrium, Kalium, Klorida.


3.      Pengobatan dengan Diuretik
1.      Indikasi
Deuretik digunakan untuk menurunkan volume dan cairan interstisialdengan cara yang meningkatkan ekskresi natrium klorida dan air. Bila deuretik diberikan secar akut, akan terjadi kehilangan natrium lebih banyak daripada jumah natrium yang masik dan makanan. Tetapi pada penggunaaan kronis akan dicapai keseimbangan, sehingga natrium yang keluar sama dengan diet rendah garam.

2.      Keadaan yang memerlukan diuresis cepat
Pada udem paru, pemberian furosemid atau asam etakrinat IV dapat menyebabkan dieresis cepat. Perbaikan yang terjadi sebagian mungkin disebabkan oleh adanya perubahan hemodiamik yaitu perubahan pada daya tamping vena (venous capacintance); tetapi efek duresisnya tetap diperlukan untuk mempertahnkan hasil tersebut.

3.      Udem
Semua diuretic dapat digunakan untuk keadaan udem. Seringkali udem ini disertai hiperaldonsteronisme dan karena itu penggunaan deeuretika cenderung disertai kehilangan kalium. Penyebab utama uden adalah payah jantung ; penyebab lainnya antara lain penyakit hati dan sindrom nefrotik. Pada semua keadaan ini harus diusahakan meningkatkan kadar kalium dalam serumdengan pemberian suplemen kalium atau dengan penggunaan bersama deuretik hemat kalium. Pada penderita sirosis hati yang disertai asites dan udem, sebaiknya digunakan dahulu diuretic hemat kalium, kemudian disusul dengan diuretic yang lebih kuat.

Pada udem yang disertai gagal ginjal penggunaan tiazid kurang bermanfaat, sebaliknya diuretic kuat sangat bermanfaat. Dalam hal ini perlu dosis besar untuk mendapatkan efek pada tubuli proksimal; furosemid lebih disukai dibandingkan dengan asam etakrinat karena asam etakrinat lebih besar atotoksisitasnya. Diuretic hemat kalium sama sekali tidak boleh diberikan pada gagal ginjal,karena ada bahaya terjadi karena hiperkalemia yang fatal.

4.      Hipertensi
Dasar penggunaan diuretic pada hipertensi terutama karena efeknya terhadap keseimbangan natrium dan terhadap resistensi perifer.
Furosemid dan asam etakrinat mempunyai natriuresus lebih kuat disbanding dengan tiazid; tetapi keduanya tidak mempunyai efek fasedilatasi arteriol langsung seperti tiazid. Oleh karena itu tiazid terpilih untuk pengobatan hipertensi berdasarkan pertimbangan efektivitas maupun  besarnya biaya.

4.      Penggunaan klinik diuretic

1.      Hipertensi
Digunakan untuk mengurangi volume darah seluruhnya hingga tekanan darah menurun. Khususnya derivate-thiazida digunakan untuk indikasi ini. Diuretic lengkungan pada jangka panjang ternyata lebih ringan efek anti hipertensinya, maka hanya digunakan bila ada kontra indikasi pada thiazida, seperti pada insufiensi ginjal. Mekanisme kerjanya diperkirakan berdasarkan penurunan daya tahan pembuluh perifer. Dosis yang diperlukan untuk efek antihipertensi adalah jauh lebih rendah daripada dosis diuretic. Thiazida memperkuat efek-efek obat hipertensi betablockers dan ACE-inhibitor sehingga sering dikombinasi dengan thiazida. Penghetian pemberian obat thiazida pada lansia tidak boleh mendadak karena dapat menyebabkan resiko timbulnya gejala kelemahan jantung dan peningkatan tensi. Diuretik golongan Tiazid, merupakan pilihan utama step :
-          Pada sebagian besar penderita. Diuretik hemat kalium, digunakan bersama tiazid atau diuretik kuat, bila ada bahaya hipokalemia.
-          Payah jantung kronik kongestif. Diuretik golongan tiazid, digunakann bila fungsi ginjal normal.
Diuretik kuat biasanya furosemid, terutama bermanfaat pada penderita dengan gangguan fungsi ginja.
Diuretik hemat kalium, digunakan bersama tiazid atau diuretik kuat bila ada bahaya hipokalemia.
-          Udem paru akut. Biasanya menggunakan diuretik kuat (furosemid)
-          Sindrom nefrotik. Biasanya digunakan tiazid atau diuretik kuat bersama dengan spironolakton.
-          Payah ginjal akut. Manitol dan/atau furosemid, bila diuresis berhasil, volume cairan tubuh yang hilang harus diganti dengan hati-hati.
-          Penyakit hati kronik spironolakton (sendiri atau bersama tiazid atau diuretik kuat).
-          Udem otak. Diuretik osmotic
-          Hiperklasemia
Diuretik furosemid, diberikan bersama infus NaCl hipertonis.
-          Batu ginjal. Diuretik tiazid
-          Diabetes insipidusDiuretik golongan tiazid disertai dengan diet rendah garam
-          Open angle glaucoma. Diuretik asetazolamid digunakan untuk jangka panjang.
-          Acute angle closure glaucoma. Diuretik osmotik atau asetazolamid digunakan prabedah. Untuk pemilihan obat Diuretika yang tepat ada baiknya anda harus periksakan diri dan konsultasi ke dokter.





Tabel penggunaan klinik diuretik

Penyakit
Obat
Komentar/keterangan
Hipertensi











Payah jantung kronik kongestif







Udem paru akut

Sindrom nefrotik



Payah ginjal akut




Penyakit hati kronik




Udem otak

Hiperkalsemia


Batu ginjal

Diabetes insipidus

Open agle glaucoma

Acute angle closure glaucoma
Tiazid


Diuretic kuat (biasanya furosemid)



Diuretic hemat kalium



Tiazid
Diuretic kuat (furosemid)



Diuretic hemat kalium



Diuretic kuat (furosemid)

Tiazid atau diretik kuat bersama dengan spironolakton

Manitol dan/atau furosemid



Spironolakton (sendiri atau bersama tiazid atau diuretic kuat)


Diuretic osmotic

Furosemid


Tiazid

Tiazid

Asetazolamid

Diuretic osmotic atau asetazolamid
Merupakan pilihan utama step 1, pada sebagian besar penderia

Digunakan bila terdapat gangguan fungsi ginjal atau apabila diperlukan efek diuretic yang segera

Digunakan bersama tiazid atau diuretic kuat, bila ada bahaya hipokalemia

Digunakan bila fungsi ginjal normal. Terutama bermanfaat pada penderita deengan gangguan fungsi ginjal

Digunakan bersama tiazid atau diuretic kuat bila ada bahaya hipokalemia.





Bila dieresis berhasil, volume cairan tubuh yang hilang harus diganti dengan hati-hati

Diuretic kuat harus digunakan dengan hati-hati. Bila ada gangguan funsi ginjal, jangan menggunakan spironolakton



Diberikan bersama infuse NaCL hipertonis


Disertai diet rendah garam

Penggunaan jangka panjang

Prabedah

5.      Mekanisme kerja diuretik
Kebanyakan bekerja dengan mengurangi reabsorbsi natrium , sehingga pengeluarannya dengan kemih dan demikian juga dari air diperbanyak. Obat-obat ini bekerja khusus dengan tubuli tetapi di tempat-tempat yang berlainan, yakni :

·         Tubuli proksimal. Disini lebih kurang 70% dari ultrafitrat diserap kembali secara aktif dengan antara lain glukosa, ureum, ion-ion Na+ dan Cl-. Filtrasii tidak berubah dan tetap isotonic terhadap plasma. Diuretika osmotic (mannitol, sorbitol, gliserol) bekerja di tempat ini dengan mengurangi reabsorpsi Na+ dan air.





·         Lengkung henle (henle;s loop). Di segmen ini lebih kurang 20% dari Cl- diangkut secara aktif di sel-sel tubuli dengan disusul secara pasif oleh Na+, tetapi tanpa air, sehingga filtrasi menjadi hipotonik. Diuretika lengkungan (furosemida, bumetamida dan etakrinat) bekerja terutama disini dengan merintangi transport Cl-

·         Tubuli distal bagian depan. Di ujung atas henle’s loop yang terletak dalam kortex, Na+ di serap kembali secara aktif tanpa penarikan air pula, sehingga filtrate menjadi lebih cair dan lebih hipotonik. Saluretikan (zat-zat thiazida , klortalidon, mefrusida dan klopamida) bekerja di tempat ini dengan merintangi reabsorpsi Na+ dan Cl-

·         Tubuli distal bagian belakang. Di sini Na+ diserap kembali secara aktif pula dan berlangsung penukaran dengan ion-ion K+, H+ Dan NH4+ . Proses ini dikendalikan oleh hormone anak ginjal aldosteron. Zat-zat penghemat kalium (spironolakton, triameteren, amilorida) bekerja di semen ini dengan jalan mengurangi penukaran Na+ dengan K+ , dengan demikian mengakibatkan retensi kalium . Penyerapan kembali dari air terutama terjadi di saluran pengupul (duktus colligens) dan di sinilah bekerja hormone anti diuretic vasopressin (ADH).

6.      Efek samping

Efek-efek samping yang utama yang dapat di akibatkan diuretika adalah
:
1.    Hipokalemia
Kekurangan kalium dalam darah. Semua diuretic dengan ttitik kerja dibagian muka tubuli distal memperbesar ekskresi ion K dan H karena ditukarkan dengan ion Na. akibatnya adalah kandungan kalium plasma darah menurun dibawah 3,5 mmol/liter. Keadaan ini terutama dapat terjadi pada penanganan gagal jantung dengan dosis tinggi furosemida, mungkin bersama thiazida. Gejala kekurangan kalium ini bergejala kelemahan otot, kejang-kejang, obstipasi, anoreksia, kadang-kadang juga aritmia jantung tetapi gejala ini tidak selalu menjadi nyata. Thiazida yang digunakan pada hipertensi dengan dosis rendah (HCT dan klortalidon 12,5 mg perhari), hanya sedikit menurunkan kadar kalium. Oleh karena itu tidak perlu disuplesi kalium (Slow-K 600 mg), yang dahulu agak sering dilakukan kombinasinya dengan suatu zat yang hemat kalium suadah mencukupi. Pasien jantung dengan gangguan ritme atau yang di obati dengan digitalis harus dimonitor dengan seksama, karena kekurangan kalium dapat memperhebat keluhan dan meningkatkan toksisitas digoksin. Pada mereka juga d khawatirkan terjadi peningkatan resiko kematian mendadak (sudden heart death).

2.      Hiperurikemia
Akibat retensi asam urat (uric acid) dapat terjadi pada semua diuretika, kecuali amilorida. Menurut perkiraan, hal ini diebabkan oleh adanya persaingan antara diuretikum dengan asam urat mengenai transpornya di tubuli. Terutama klortalidon memberikan resiko lebih tibggi untuk retensi asam urat dan serangan encok pada pasien yang peka.

3.      Hiperglikemia
Dapat terjadi pada pasien diabetes, terutama pada dosis tinggi, akibat dikuranginya metabolisme glukosa berhubung sekresi insulin ditekan. Terutama thiazida terkenal menyebabkan efek ini, efek antidiabetika oral diperlemah olehnya.

4.      Hiperlipidemia
Hiperlipidemia ringan dapat terjadi dengan peningkatan kadar koleterol total (juga LDL dan VLDL) dan trigliserida. Kadar kolesterol HDL yang dianggap sebagai factor pelindung untuk PJP justru diturunkan terutama oleh klortalidon. Pengecualian adalah indaparmida yang praktis tidak meningkatkan kadar lipid tersebut. Arti klinis dari efek samping ini pada penggunaan jangka panjang blum jelas.

5.      Hiponatriemia
Akibat dieresis yang terlalu pesat dan kuat oleh diuretika lengkungan, kadar Na plasma dapat menurun drastic dengan akibat hiponatriemia. Geejalanya berupa gelisah, kejang otot, haus, letargi (selalu mengantuk), juga kolaps. Terutama lansia peka untuk dehidrasi, maka sebaiknya diberikan dosis permulaan rendah yang berangsur-angsur dinaikkan, atau obat diberikan secara berkala, misalnya 3-4 kali seminggu. Terutama pada furosemida dan etakrinat dapat terjadi alkalosis (berlebihan alkali dalam darah).
6.      Lain-lain
Gangguan lambung usus (mual, muntah, diare), rasa letih, nyeri kepala, pusing dan jarang reaksi alergis kulit. Ototoksisitas dapat terjadi pada penggunaan furosemida/bumetamida dalam dosis tinggi.

7.      Interaksi
Pada penggunaan diuretic bersama obat-obat lain, hars selal dipikirkan adanya interaksi yang mungkin terjadi.


Tabel  interaksi klinis yang penting pada penggunaaan diuretik

Obat
Diuretik
Efek
Kortikosteroid

Aminoglikosid
Aminoglikosidsefalospori
Antikolvunsan
Diazoksid

Digitalis

Indometasin
Indometasin dan penghambat prostaglandin yang lain
Litium

Antikoagulan oral


Suplemen kalium
Suksinilkolin

Tetrasiklin

Tubokurarin

Vitamin D dan produk-produk kalsium
Tiazid
Diuretic kuat
Diuretic kuat
Diuretic kuat
Furosemid
Tiazid
Furosemid
Tiazid
Diuretic kuat
Triamteren, amilorid
Tiazid
Diuretic kuat
Tiazid

Tiazid (kemungkinan diuretik yang lain)

Diuretic hemat kalum
Diuretic kuat

Kemungkinan semua diuretic

Tiazid
Diuretic kuad
Tiazid
Meningkatkan hipokalemia

Menambah ototoksisitas
Menambah nefrotoksisitas
Menurunkan efek natriuretik
Hiperglikemia

Meningkatkan intoksikasi digitalis, bila terjadi hipokalemai
Payah ginjal akut
Menurunkan efek natriuretik dan atau efek antihipertensinya
Meningkatkan kadar litium dalam serum
Menurunkan efek koagulan akibat kosentrasi faktor-faktor pembekuan
Hiperkalemia
Efek blockade saraf-otot meningkat
Meningkatkan azotemia pada penderita gagal ginjal
Blockade di lempeng saraf meningkat
Hiperkalsemia


Dosis
Dosis midazolam bervariasi tergantung dari pasien itu sendiri.
o   Untuk preoperatif digunakan 0,5 – 2,5mg/kgbb
o   Untuk keperluan endoskopi digunakan dosis 3 – 5 mg
o   Sedasi pada analgesia regional, diberikan intravena.
o   Menghilangkan halusinasi pada pemberian ketamin.















BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urine. Istilah diuresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukan adanya penambahan urine yang diproduksi dan yang kedua menunjukkkan jumlah pengeluaran (kehilangan) zat-zat terlarut dan air.
Fungsi utama diuretic ialah untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volue cairan ekstrasel kembali menjadi normal.
Diuretik dapat dibagai menjadi 5 golongan yaitu :
1.      Diuretik osmotic
2.      Diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase
3.      Diuretik golongan tiazid
4.      Diuretik hemat kalium
5.      Diuretik kuat
6.      Xantin

B.     Saran
Dengan dibuatnya makalah ini, penulis mengharapkan pembaca dapat mengetahui jenis jenis obat diuretic












DAFTAR PUSTAKA

Ø  Farmakologi dan terapi.2007.Jakarta: balai penerbit FKUI
Ø  Marmi,Suryaningsih dkk,2011.Asuhan kebidanan Patologi.yogyakarta:pustaka Pelajar
Ø  Varney Helen,2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Vol 1.Jakarta:EGC


















Tugas individu Farmakologi
Nama Dosen : Drs. H. Muhammad syaharuddin,A.pt

0BAT DIURETIK

OLEH:
                                    NAMA         : IRMA WAHYUNI
          NIM             : PSW.B.2014.IB.0008




YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE
AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA
KABUPATEN MUNA
2015/2016

 
KATA PENGANTAR

 


Assalamuallaikum. Wr. Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah selesai tepat pada waktunya yang berjudul OBAT DIURETIK.
Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi dan pembelajaran kepada kita semua khususnya yang bersangkutan dengan obat-obatan. Kesempurnaan hanyalah milik Allah swt., kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan Makalah ini.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Wassalamuallaikum. Wr. Wb.




Raha,   Januari 2016
    

                              
  Penulis          


i
 
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………….…….……….       i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….…        ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang ………………………………………….……………...       1
B.     Rumusan Masalah ………………………………………………...........       2
C.     Tujuan ……………………………………………………………….....       2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Obat Diuretik...................................................     ………            3
B.     Golongan Obat Diuretik......................................................................           3
C.     Pengobatan untuk Obat Diuretik...........................................................         6
D.    Penggunaan klinik Obat Diuretik..........................................................         6
E.     Mekanisme kerja Obat Diuretik..............................................................        10
F.      Efek samping Obat Diuretik..................................................................         11
G.    Interaksi Obat Diuretik.........................................................................          11
H.    Contoh Obat Diuretik...........................................................................          11
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan ………………………………………………...…………         15
B.     Saran ………………………………………………………..………...         15
ii
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………..         16

Tidak ada komentar: