do-not-copy { -webkit-user-select:none; -khtml-user-select:none; -moz-user-select:none; -ms-user-select:none; user-select:none;

Sabtu, 16 Januari 2016

MAKALAH OBAT ANTI JAMUR



Tugas makalah individu
Nama Dosen : Drs. H. M.SYAHARUDDIN, A.pt
OBAT ANTI JAMUR
Oleh:
NAMA : HARNI BADRIA
NIM : PSW.B.2014.IB.0007




YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE
AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA
KABUPATEN MUNA
2015/2016



KATA PENGANTAR
Assalamuallaikum. Wr. Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul OBAT ANTI JAMUR.
Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi dan pembelajaran kepada kita semua. Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan Makalah ini.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Wassalamuallaikum. Wr. Wb.


Raha, Desember 2015
    
                              
  Penulis          









DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………….i
KATA PENGANTAR………………………………………………………………..ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………iii
BAB I : PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah…………………………………………………………1
B.     Rumusan Masalah………………………………………………………………..2
C.     Tujuan……………………………………………………………………………2  
BAB II : PEMBAHASAN
A.    Obat Anti Jamur ……………………………………………………………………
B.     Macam – Macam  Infeksi  Jamur…………………………………………………
C.     Jenis-Jenis Obat Anti Jamur………………………………………………………
D.    Pengertian Amfoterisin B……………………………………………………………
BAB III :PENUTUP
A.    Kesimpulan …………………………………………………………………….
B.     Saran…………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA











BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Sejarah antibiotik dimulai ketika ditemukannya obat antibiotik pertama oleh Alexander Flemming yaitu Penicillin-G. Flemming berhasil mengisolasi senyawa tersebut dari Penicillium chrysogenumsyn. P. Notatum. Dengan penemuan antibiotik ini membuka sejarah baru dalam bidang kesehatan karena dapat meningkatkan angka kesembuhan yang sangat bermakna. Kemudian terjadilah penggunaan besar-besaran antibiotik pada saat perang dunia untuk pengobatan berbagai macam penyakit. Masalah baru muncul ketika mulai dilaporkannya resistensi beberapa mikroba terhadap antibiotik karena penggunaan antibiotik yang besar-besaran.
Hal ini tidak seharusnya terjadi jika kita sebagai pelaku kesehatan mengetahui penggunaan antibiotik yang tepat. Kemajuan bidang kesehatan diikuti dengan kemunculan obat-obat antibiotik yang baru menambah tantangan untuk mengusai terapi medikamentosa ini. Antibiotik tidak hanya dari satu jenis saja. Beberapa senyawa-senyawa yang berbeda dan berlainan ternyata mempunyai kemampuan dalam membunuh mikroba. Dimulai dengan mengetahui jenis-jenis dari antibiotik dilanjutkan mengetahui mekanisme dan farmakologi dari obat-obat antibiotik tersebut dan terakhir dapat mengetahui indikasi yang tepat dari obat antibiotik tersebut. Semua ini bertujuan akhir untuk mengoptimalkan penggunaan antibiotik yang tepat dan efektif dalam mengobati sebuah penyakit sekaligus dapat mengurangi tingkat resistensi.
Jamur merupakan salah satu penyebab infeksi pada penyakit terutama di negara – negara tropis. Penyakit kulit akibat jamur merupakan penyakit kulit yang sering muncul di tengah masyarakat Indonesia. Iklim tropis dengan kelembaban udara yang tinggi di Indonesia sangat mendukung pertumbuhan jamur. Banyaknya infeksi jamur juga didukung oleh masih banyaknya masyarakat Indonesia yang berada digaris kemiskinan sehingga masalah kebersihan lingkungan, sanitasi, dan pola hidup sehat kurang menjadi perhatian dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Jamur dapat menyebabkan infeksi antara lain Candida albicans dan Trichopyton rubrum. Oleh karena itu untuk membantu tubuh mencegah mengatasi infeksi jamur serius dapat menggunakan obat Amfoterisin B. Yang mana Amfoterisin bekerja dengan menyerang sel yang sedang tumbuh dan sel matang. Aktifitas anti jamur nyata pada pH 6,0 – 7,5. Aktifitas anti jamur akan berkurang pada Ph yang lebih rendah. Amfoterisin bersifat fungistatik atau fungisidal tergantung dengan dosis yang diberikan dan sensitivitas jamur yang dipengaruhi.
Penggunaan istilah antimikroba cenderung mengarah ke semua jenis mikroba dan termasuk didalamnya adalah antibiotik, anti jamur, anti parasit, anti protozoa, anti virus, dll. Antibiotik berbeda dengan istilah disinfectant karena desifektant membunuh kuman dengan cara membuat lingkungan yang tidak wajar bagi kuman. Sedangkan kerja dariantibiotik adalah cenderung bersifat Toksisitas Selektif dan dapat membunuh kuman tanpa merugikan inang.
                                                             


B.     Rumusan Masalah

1)      Apakah yang dimaksud dengan   Obat Anti Jamur ?
2)      Sebutkan   Macam – Macam  Infeksi  Jamur ?
3)      Sebutkan Jenis-Jenis Obat Anti Jamur ?
4)      Apakah Yang Dimaksud Pengertian Amfoterisin B ?


C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan   Obat Anti Jamur.
2.      Untuk mengetahui   Macam – Macam  Infeksi  Jamur .
3.      Untuk mengetahui Jenis-Jenis Obat Anti Jamur.
4.      Untuk mengetahui ApaYang Dimaksud Pengertian Amfoterisin B.











BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Obat Anti Jamur
Jamur adalah organisme mikroskopis tanaman yang terdiri dari sel, seperti cendawan, dan ragi.  Beberapa jenis jamur dapat berkembang pada permukaan tubuh yang bisa menyebabkan infeksi kulit, kuku, mulut atau vagina. Jamur yang paling umum menyebabkan infeksi kulit adalah tinea.  For example, tinea pedis (‘athletes foot) . Infeksi umum yang ada pada mulut dan vagina disebut seriawan. Hal ini disebabkan oleh Candida.  Candida merupakan ragi yang merupakan salah satu jenis jamur. Sejumlah Candida umumnya tinggal di kulit.
Obat Jamur = Anti fungi = Anti Mikotik yaitu obat yamg digunakan untuk membunuh atau menghilangkan jamur. Obat antijamur terdiri dari beberapa kelompok yaitu : kelompok polyene (amfoterisin B, nistatin, natamisin), kelompok azol (ketokonazol, ekonazol, klotrimazol, mikonazol, flukonazol, itrakonazol), allilamin (terbinafin), griseofulvin, dan flusitosin.
Obat-obat anti jamur juga disebut dengan obat anti mikotik, dipakai untuk mengobati dua jenis infeksi jamur : infeksi jamur superficial pada kulit atauselaput lender dan infeksi jamur sistemik pada paru-paru atau system saraf pusat. Infeksi jamur dapat ringan, seperti pada tinea pedis (atlete¶s food) atau berat,seperti pada paru-paru atau jamur seperti candida spp, (ragi), merupakan bagian dari flora normal pada mulut, kulit, usus halus dan vagina.
Tabel. Pedoman pemilihan Antimikroba
No
Infeksi
Penyebab
Antimikroba
1.
Uretritis
N. Gonorrhoe (bukan penghasil penisilinase)
Ampisilin,amoksisilin,
Penisilin, G tetraksilin


N.Gonorrhoe (penghasil penisilinase).
Fluorokuinolon, seftriakson.
2.
Herpes genital
Virus Herpes Simpleks
Asiklovir
3.
Sifilis
T.pallidum
Penisilin G, seftriakson, tetraksilin.
4.
Sistisis akut
E. coli,S. saprophyticus
Ampisilin,trimetropim

B.  Macam – Macam  Infeksi  Jamur
Infeksi jamur dapat dibagi menjadi dua yaitu :
    1. Infeksi jamur sistemik
        – Amfoterisin B
        – Flusitosin
        – Ketokonazol
        – Itakonazol
        – Fluconazol
        – Kalium Iodida
    2. Infeksi jamur topikal (dermatofit dan mukokutan)
 C.  Jenis-Jenis Obat Anti Jamur
a. Anti jamur cream
Digunakan untuk mengobati infeksi jamur pada kulit dan vagina. Antara lain :
ketoconazole, fenticonazole, miconazole, sulconazole, dan tioconazole.
b. Anti jamur peroral
Amphotericin dan nystatin dalam bentuk cairan dan lozenges. Obat-obatan ini tidak terserap melalui usus ke dalam tubuh. Obat tersebut digunakan untuk mengobati infeksi Candida (guam) pada mulut dan tenggorokan. Sedangkan, itraconazole, fluconazole, ketoconazole, dan griseofulvin adalah obat dalam bentuk tablet yang diserap ke dalam tubuh.
Obat ini digunakan untuk mengobati berbagai infeksi jamur. Penggunaannya tergantung pada jenis infeksi yang ada. example:
• Terbinafine umumnya digunakan untuk mengobati infeksi kuku yang biasanya disebabkan oleh jenis jamur tinea.
• Fluconazole umumnya digunakan untuk mengobati jamur Vaginal. Juga dapat digunakan untuk mengobati berbagai macam infeksi jamur pada tubuh.
c. Antijamur injeksi
Amphotericin, flucytosine, itraconazole, voriconazole dan caspofungin adalah obat-obatan anti jamur yang sering digunakan dalam injeksi.
      D. Pengertian Amfoterisin B
             Amfoterisin adalah salah satu obat anti jamur yang termasuk kedalam golongan polyene. Obat ini biasa digunakan untuk membantu tubuh mengatasi infeksi jamur serius.  Amfoterisin A dan B adalah hasil fermentasi Streptomyces nodosus, actinomyces yang ditemukan di tanah. 98 % campuran ini terdiri dari amfoterisin B yang mempunyai aktivitas anti jamur.  Kristal seperti jarum atau prisma berwarna kuning jingga, tidak berbau dan tidak berasa. Amfoterisin merupakan antibiotik polien yang bersifat basa amfoter lemah, tidak larut dalam air, tidak stabil, tidak tahan suhu diatas 370C.  Tetapi dapat bertahan sampai berminggu-minggu pada suhu 40C.
Amfoterisin bekerja dengan menyerang sel yang sedang tumbuh dan sel matang. Aktifitas anti jamur nyata pada pH 6,0 – 7,5.  Aktifitas anti jamur akan berkurang pada Ph yang lebih rendah. Amfoterisin bersifat  fungistatik atau fungisidal tergantung dengan dosis yang  diberikan dan sensitivitas jamur yang dipengaruhi.
Obat yang digunakan untuk infeksi jamur yaitu:       
a.Koksidiodomikosis
b.Parakoksidioidomikosis
c.Aspergilosis
d.Kromoblastomikosis
e.Kandidiosis
f.Maduromikosis(misetoma)
g.Mukormikosis (fikomikosis)
Amfoterisin B merupakan obat terpilih untuk blastomikosis selain hidrosis tilbamidin yang cukup efektif untuk sebagian besar pasien dengan lesi kulit yang tidak progresif.
Obat ini efektif untuk mengatasi infeksi jamur Absidia spp, Aspergillus spp, Basidiobolus spp, Blastomyces dermatitidis, Candida spp, Coccidoide immitis, Conidiobolus spp, Cryptococcus neoformans, Histoplasma capsulatum, Mucor spp, Paracoccidioides brasiliensis, Rhizopus spp, Rhodotorula spp,dan Sporothrix schencki. Organisme lain yang telah dilaporkan sensitif terhadap amfoterisin B termasuk alga Prototheca spp. dan Leishmania protozoa dan Naegleria spp. Hal ini tidak aktif terhadap bakteri (termasuk rickettsia) dan virus.
Beberapa strain yang resisten terhadap Candida telah diisolasi dan diberikan pengobatan jangka panjang dengan amfoterisin B. Amfoterisin B hanya tersedia dengan resep dokter.
    Indikasi
·         Untuk pengobatan infeksi jamur seperti koksidioidomikosis, parakoksidoidomikosis, aspergiluosis, dan kromoblastomikosis.
·         Amfoterisin B merupakan obat terpilih untuk blastomikosis.
·         Amfoterisin secara topical efektif terhadap keratitis mikotik.
·         Mungkin efektif terhadap maduromikosis ( misetoma ) dan mukomikosis (fikomikosis ).
·         Penderita dg terapi amfoterisin B hrs dirawat di RS, utkpengamatan ketat ES  
   Kontra Indikasi
      a. Pasien yang memiliki riwayat hipersensitif / alergi
      b. Gangguan fungsi ginjal
      c. Ibu hamil dan menyusui
      d. Pada pasien yang mengonsumsi obat antineoplastik
Infus amfoterisin B seringkali meninbulkan beberapa efek samping seperti kulit panas, keringatan, sakit kepala, demam, menggigil, hipotensi, lesu, anoreksia, nyeri otot, flebitis, kejang dan penurunan fungsi ginjal. 50% pasien yang mendapat dosis awal secara iv akan mengalami demam dan menggigil. Keadaan ini hampir selalu terjadi pada penyuntikan amfoterisin B tapi akan berkurang pada pemberian berikutnya. Reaksi ini dapat ditekan dengan memberikan hidrokortison 25-50 mg dan dengan antipiretik serta antihistamin sebelumnya. Flebitis dapat dikurangi dengan menambahkan heparin 1000 unit kedalam infuse.
    Farmakodinamik
Amfoterisin B bekerja dengan berikatan kuat dengan ergosterol (sterol dominan pada fungi) yang terdapat pada membran sel jamur. Ikatan ini akan menyebabkan membran sel bocor dan membentuk pori-pori yang menyebabkan bahan-bahan esensial dari sel-sel jamur merembas keluar sehingga terjadi kehilangan beberapa bahan intrasel dan mengakibatkan kerusakan yang tetap pada sel. Efek lain pada membran sel jamur yaitu dapat menimbulkan kerusakan oksidatif pada sel jamur.
   Farmakokinetik
Amfoterisin sedikit sekali diserap melalui saluran cerna. Suntikan yang dimulai dengan dosis 1,5 mg/hari lalu ditingkatkan secara bertahap sampai dosis 0,4-0,6 mg/kgBB/hari akan memberikan kadar puncak antara 0,5-2 µg/mL pada kadar mantap. Waktu paruh obat ini kira-kira 24-48 jam pada dosis awal yang diikuti oleh eliminasifase kedua dengan waktu paruh kira-kira 15 hari sehingga kadar mantapnya baru akan tercapai setelah beberapa bulan pemakaian. Obat ini didistribusikan luas ke seluruh jaringan. Kira-kira 95% obat beredar dalam plasma, terikat pada lipoprotein. Kadar amfoterisin B dalam cairan pleura, peritoneal, sinovial dan akuosa yang mengalami peradangan hanya kira-kira2/3 dari kadar terendah dalam plasma. Amfoterisin b juga dapat menembus sawar uri, sebagian kecil mencapai CSS, humor vitreus dan cairan amnion. Ekskresi melalui ginjal sangat lambat, hanya 3% dari jumlah yang diberikan selam 24 jam sebelumnya ditemukan dalam urine.
  Dosis
 Infeksi jamur sistemik (melalui injeksi intravena).
 * Dosis awal 1 mg selama 20-30 menit dilanjutkan dengan 250 mikrogram/kg perhari, dinaikan perlahan sampai 1 mg/kg perhari, pada infeksi berat dapat dinaikan sampai 1.5 mg/kg perhari.
Catatan: terapi diberikan dalam waktu yang cukup lama. Jika terapi sempat terhenti lebih dari 7 hari maka dosis lanjutan diberikan mulai dari 250 mikrogram/kg perhari kemudian dinaikan secara bertahap.
   Sediaan
1. Sediaan – Serbuk lofilik mgn 50 mg, dilartkan dg aquadest 10 ml lalu ditmbh ke larutan
dextroa5%=kadar0,1mg/ml.
2. Lar elektrolit, asam/ mgdg pengawet tdk boleh digunakan sbg pelarut mengendapkan
amfoterisin B
3. Untuk injeksi selalu dibuat baru
. Interaksi Obat
1. Amikasin, siklosporin, Gentamisin, paromomycin, pentamidine, Streptomycin,Vancomycin : meningkatkan risiko kerusakan ginjal.
2. Dexamethasone, Furosemide, hidroklorotiazide, Hydrocortisone, Prednisolone :
Meningkatkan risiko hipokalemia.
3. Digoxin : amphoterisin B meningkatkan risiko keracunan digoxin.
4. Fluconazole : melawan kerja amphoterisin B.
  Aktivitas Obat
Amfoterisin B menyerang sel yang sedang tumbuh dansel matang. Aktivitas anti jamur nyata pada pH 6,0-7,5: berkurang pada pH yang lebihrendah. Antibiotik ini bersifat fungistatik atau fungisidal tergantung pada dosis dansensitivitas jamur yang dipengaruhi. Dengan kadar 0,3-1,0 µg/mL antibiotik ini dapat menghambat aktivitas Histoplasma capsulaium, Cryptococcus neoformans,Coccidioides immitis, dan beberapa spesies Candida, Tondopsis glabrata,Rhodotorula, Blastomyces dermatitidis, Paracoccidioides braziliensis, Beberapa spesies Aspergillus, Sporotrichum schenckii, Microsporum audiouini dan spesiesTrichophyton. Secara in vitrobila rifampisin atau minosiklin diberikan bersamaamfoterisin B terjadi sinergisme terhadap beberapa jamur tertentu.
 Mekanisme kerja
Amfoterisin B berikatan kuat dengan sterol yang terdapat pada membran sel jamur sehingga membran sel bocor dan kehilangan beberapa bahan intrasel dan menyebabkan kerusakan yang tetap pada sel. Salah satu penyebab efek toksik yang ditimbulkan disebabkan oleh pengikatan kolesterol pada membrane sel hewan dan manusia. Resistensi terhadap amfoterisin B mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan reseptor sterol pada membran sel.



   Efek Samping                              
           Demam, sakit kepala, mual, turun berat badan, muntah, lemas, diare, nyeri otot dan sendi, kembung, nyeri ulu hati, gangguan ginjal (termasuk hipokalemia, hipomagnesemia, kerusakan ginjal), kelainan darah, gangguan irama jantung, gangguan saraf tepi, gangguan fungsi hati, nyeri dan memar pada tempat suntikan.






















BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jamur adalah organisme mikroskopis tanaman yang terdiri dari sel, seperti cendawan, dan ragi. Beberapa jenis jamur dapat berkembang pada permukaan tubuh yang bisa menyebabkan infeksi. Jamur adalah organisme mikroskopis tanaman yang terdiri dari sel, seperti cendawan, dan ragi.  Beberapa jenis jamur dapat berkembang pada permukaan tubuh yang bisa menyebabkan infeksi kulit, kuku, mulut atau vagina. Jamur yang paling umum menyebabkan infeksi kulit adalah tinea.  For example, tinea pedis (‘athletes foot) . Infeksi umum yang ada pada  mulut dan vagina disebut seriawan.

B. Saran
 Agar setiap mahasiswa kebidanan memahami pengertian, macam – macam, kegunaan, interaksi obat dan efek samping dari suatu jenis obat terutama pada obat antibiotic dan jamur ini, serta dapat dimanfaat kan dalam kehidupan sehari-hari.















DAFTAR PUSTAKA

Sue jordan . 2002 . Farmakologi kebidanan.  Jakarta. EG
ISFI.2005.ISO Indonesia.PT Anem kosong. Jakarta
Sue jordan . 2002 . Farmakologi kebidanan.  Jakarta. EGC
ISFI.2005.ISO Indonesia.PT Anem kosong. Jakarta
Sue jordan . 2002 . Farmakologi kebidanan.  Jakarta. EGC
ISFI.2005.ISO Indonesia.PT Anem kosong. Jakarta



Tidak ada komentar: