MAKALAH BIOLOGI
“SYSTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA DAN HEWAN”
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK VI
XI IPA4
µ
INTAN DHARMAWATI H.
µ
WD.ASTIKA T.
µ
MUH. NUR RAMADHAN
µ
REMON
µ
WD. NUR AINUN
µ
NINOL ALVAROSET
SMA NEGERI 1 RAHA
2016/2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bernapas adalah proses
menghirup oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida. Oksegien tersebut digunakan
da;am perombakan sari sari makan menjadi energi.
Pada hewan-hewan tertentu
memiliki alat pernapasan alat pernapasan tertentu sesuai dengan perkembangan
struktur tubuh dan tempat hidupnya. Mamalia, reptile, dan amphibia memiliki
saluran pernapasan berupa paru-paru. Cacing dan amphibia mwmiliki kulit yang
berfungsi juga sebagai tempat pertukaran gas. Ikan menggunakan system
insang.sebagian besar Anthropoda , terutama serangga, telah memiliki system
saluran pernapasan. Meskipun demikian, terdapat kelebihan dan kekurangan pada
setiap mekanisme pernapasan yang didmiliki oleh setiap makhluk.
Respirasi eksternal,
meliputi proses pengambilan O2dan pengeluaran CO2 serta
uap air. Pernapasan internal terjadi di dalam sel, melalui rongga tubuh.
Sedangkan system
pernapasan pada manusia meliputi berbagai organ pernapasan. Jalur pernapasan
pada manusia yaitu rongga hidung – faring – trakea -bronkus - bronkiolus -
alveolus – sel-sel tubuh.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja organ organ
pernapasan pada manusia dan hewan?
2. Apa saja gangguan
pernapasan pada manusia dan hewan?
3.
Apa
saja alat pernapasan pada manusia dan hewan ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui
pengertian pengertian system pernapasan pada hewan dan manusia
2. Untuk mengetahui alat-alat
pernapasan dan organ-oragan pernapasan pada hewan dan tumbuhan
3. Untuk mengetahui mekanisme
dan volume pernapasan pada hewan dan manusia
4.
Untuk
mengetahui gangguan pernapasan pada manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
SYSTEM PERNAPASAN PADA
MANUSIA
Pernapasaan adalah
peristiawa menghirup oksigen serta menghembuskan karbon dioksida. System
pernapasan pada manusia yaitu :
1.
Organ-Organ
Pernapasan Pada Manusia
Organ-organ system
pernapasan pada manusia ada tujuh. Adapun orang penyusun system pernapasan pada
manusia :
a. Hidung
Struktur berongga disebut
dengan dengan rongga hidung (cavum
nasalis). Memilik rambut pendek dan tebal untuk menyaring udara dan
menangkap kotoran yang masuk besama udara.
b. Tenggorokan
Tenggorokan berupa suatu
pipa yang dimulai dari batang tenggorokan hingga cabang batang tenggorokan.
·
Faring
Persimpangan antara
saluran pernapasan pada bagian depan dan saluran pencernaan pada bagian
belakang. Faring merupakan persimpangan antara rongga mulut ke kerongkongan dan
rongga hidung ke tenggorokan.
·
Laring
Laring
terdapat pada bagian belakang faring. Organ ini terdiri atas Sembilan susun
tulang rawan yang berbentuk kotak.
·
Trakea
Fungsi trakea yaitu untuk
mendorong debu-debu dan bakteri dengan gerakan silia-silia di trakea.
·
Bronkus
Bronkus terdiri dari dua
bagian yaitu, menuju paru paru kanan dan menuju paru paru kiri. Bronkus
bercabang lagi menuju bronkiolus. Masing masing cabang tersebut berakhir pada
gelembung paru paru atau alveolus.
c. Paru-paru
Paru-paru terletak di
antara rongga dada dan rongga perut terdapat suatu pembatas yang di sebut
diafragma yang juga berperan dalam proses pernapasan.
Paru-paru terbagi menjadi
paru-paru kanan dan paru-paru kiri. Paru-paru merupakan cabang suatu saluran
yang ujungnya bergelembung yang disebut alveoli (tunggal : alveolus). Di
sinilah terjadi pertukaran gas. Paru-paru kanan lebih besar dibanding paru-paru
kiri, karena pada paru-paru kanan terdiri atas tiga belahan seangkan paru-paru
kiri terdiri ata 2 belahan.
2. Mekanisme Pernapasan
Pernapasan dada. Inspirasi
dimulai dari mulai dari interkostalis eksterna yang berko ntraksi. Akibatnya,
tulang tulang rusuk terangkat ke atas dan menyebabkan rongga dada dan volume
paru paru membesar. Sebaliknya, ketika ekspirasi otot interkostalis internal
berelasasi sehingga tulang-tulang rusuk menjadi turun dan volume rongga dada
pun menurun.
Pernapasan perut.
Inspirasi dimulai abdomen bergerak kea rah luar sebagai akibat berkontraksinya
otot diafragma yang turun ke bawah secara mendatar, sehingga rongga dada
membesar dan menurunkan tekanan udara di paru-paru. Pada saat ekspirasi
otot-otot diafragma berelaksasi dengan cara mengndur dan cenderung melengkung
ke atas. Akibatnya, tekanan udara di dalam paru-paru menjadi lebih tinggi
karena volume rongga dada maupun rongga pongga paru-paru mengecil.
3. Volume Kapasitas Paru-Paru
Volume paru-paru pada
setiap orang berbeda beda, tergantung pada ukuran paru-paru, kekuatan bernapas,
dancara bernapas. Pada orang dewasa, volume paru paru berkisar antara 5-6
liter.
·
Volume
tidal, yaitu volume udara hasil inspirasi atau ekspirasi pada setiap kali
bernapas normal. Kira kura sebanyak ± 500 ml.
·
Volume
cadangan, yaitu volume udara ekstra yang dapat di inspirasi setelah volume
tidal, biasanya ± 3000 ml.
·
Volume
cadangan ekspirasi, yaitu jumblak udara yang masih dapat di keluarkan dengan
ekspirasi kuat pada akhir ekspirasi normal, ± 1200ml
·
Volume
residu, yaitu volume udara yang masih tetap berada dalam paru-paru setelah
ekspirasi kuat, ± 1200ml.
Kaasitas paru-paru terbagi atas dua yaitu
kapasitas vital (± 4600ml ) dan kapasitas paru-paru normal (± 5800ml)
Frekuensi pernapasan dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu :
Ø
Umur
Ø
Jenis
kelamin
Ø
Suhu
tubuh
Ø
Posisi
tubuh.
4.
Ganguan
Pernapasan Pada Manusia
Penyakit ini terjadi akibat dari penyubatan saluran pernapasan yang di sebabkan alergi terhadap rambut, bulu, debu atau tekanan psikologis, penyakit ini bersifat turunan, jika ibu atau ayah mempunyai penyakit asma maka kemungkinan besarnya anaknya akan mempunyai asma juga.
2. Influenza atau Flu
Flu merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus yang bernama influenza. Gejala yang muncul yakni pilek, hidung tersumbat, bersin-bersin, dan tenggorokan terasa gatal.
3. Tuberkulosis (TBC)
Pada penyakit ini merupakan penyakit pada paru-paru yang di sebabkan oleh serangan bakteri Mycobacterium tuberculosis. Difusi oksigen akan terganggu karena adanya bintil-bintil atau peradangan pada dinding alveolus. Jika bagian paru-paru yang diserang meluas, sel-selnya mati dan paru-paru mengecil. Akibatnya napas penderita terengah-engah.
4. Asidosis
Penyakit ini merupakan kenaikan kadar asam karbonat dan asam bikarbonat dalam darah, sehingga pemapasan terganggu.
5. Difteri
Penyakit ini teradi akibat adanya penyumbatan pada rongga faring atau laring oleh lendir yang dihasilkan kuman difteri.
6. Emfisema
Merupakan penyakit pembengkakan karena pembuluh darahnya kemasukan udara.
7. Pneumonia
Merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus atau bakteri pada alveolus yang menyebabkan terjadinya radang paru-paru.
B.
Sistem
Pernapasan Pada Hewan
1.
Sistem Pernapasan pada Mamalia
Hewan
mamalia memiliki sistem dan mekanisme pernapasan yang sama dengan manusia.
Ala-alat pernapasannya terdiri atas hidung, batang tenggorok, dan paru-paru.
Pada paru-paru terdapat gelembung paru-paru (aveolus) yang berdinding
tipis dan terdiri atas satu lapis sel. Dinding alveolus berimpitan
dengan dinding pembuluh kapiler darah yang juga terdiri atas Satu lapis sel.
Oksigen masuk ke dalam kapiler darah dan karbon dioksida keluar dari kapiler
darah melalui proses difusi.
2. Sistem Pernapasan pada Aves
Alat-alat pernapasan pada aves (burung) terdin atas lubang
hidung, batang tenggorok (trakea), cabang batang tenggorok (bronkus),
dan paru-paru. Udara masuk melalui lubang hidung, kemudian ke batang tenggorok,
cabang batang tenggorok, dan akhirnya masuk ke dalam paru-paru. Di dalam
paru-paru terdapat gelembung paru-paru (alveolus), tempat terjadinya
pertukaran gas. Di bagian bawah trakea terdapat alat suara yang disebut
siring. Udara bertekanan tinggi yang melalui siring akan menggetarkan selaput
suara di dalamnya dan menghasilkan bunyi.
Pada umumnya burung yang dapat
terbang memiliki alat bantu pernapasan berupa pundi-pundi udara. Sembilan buah
pundi-pundi udara itu adalah sebagai berikut:
• Sepasang pundi-pundi udara di leher;
• Sepasang pundi-pundi udara di dada bagian depan;
• Sepasang pundi-pundi udara di perut;
• Sepasang pundi-pundi udara di dada bagian belakang;
• Sebuah pundi-pundi udara diantara tulang selangka yang bercabang-cabang membentuk pundi-pundi udara antartulang selangka.
• Sepasang pundi-pundi udara di dada bagian depan;
• Sepasang pundi-pundi udara di perut;
• Sepasang pundi-pundi udara di dada bagian belakang;
• Sebuah pundi-pundi udara diantara tulang selangka yang bercabang-cabang membentuk pundi-pundi udara antartulang selangka.
Pundi-pundi udara pada burung
berfungsi untuk membantu pernapasan padawaktu terbang, mengatur berat jenis
tubuh, dan memperkeras suara yang dihasilkan oleh siring.
Pundi-pundi udara dapat mengatur berat jenis tubuh burung.
Hal itu dilakukan dengan cara mengisi atau mengosongkan pundi-pundi udara.
Pundi-pundi udara yang berisi udara menyebabkan berat jenis tubuh Secara
keseluruhan menurun sehingga membantu dan memudahkan burung untuk terbang.
Sebaliknya, apabilah pundi-pundi udara kosong, berat jenis tubuhnya akan naik.
Pada
waktu burung mengepakkan sayapnya untuk terbang, pengambilan oksigen melalui
hidung mengalami hambatan karena kontraksi otot-otot dada menekan paru-paru dan
menghambat masuknya udara ke dalam paru-paru. Untuk memenuhi kebutuhan oksigen
pada waktu terbang, burung menggunakan cadangan udara yang ada di dalam
pundi-pundi udara. Selanjutnya, udara tersebut masuk ke dalam paru-paru. Di
dalam paru-paru terjadi pertukaran gas. Oksigen diikat óleh darah, kemudian
diedarkan ke seluruh tubuh untuk proses oksidási. Karbon dioksida dari
darah dilepaskan, kemudian dibuang ke luar tubuh melalui hidung. Burung setelah
terbang beberapa saat akan menghabiskan udara yang tersimpan dàlam pundi-pundi
untuk bernapas. Pundi-pundi udara akan diisi kembali ketika burung hinggap di
atas pohon atau melayang di udara tanpa mengepakkan sayapnya.
3.
Sistern Pernapasan pada Reptilia
Sistèm pernapasan pada reptilia mirip dengan sistem
pernapasan pada burung. Alat-alat pernapasan pada reptilia terdiri atas lubang
hidung, batang tenggorok, dan paru-paru. Fase pemasukan udara (inspirasi)
dan fase pengeluaran udara (ekspirasi) pada reptilia terjadi melalui
mekanisme pernapasan yang sama dengan mamalia.
Beberapa jenis reptilia yang hidup di air, misalnya buaya, memiliki katup pada lubang hidung, batang tenggorok, dan kerongkongannya. Dengan demikian, ketika buaya menyelam, air tidak dapat masuk ke saluran pernapasan dan saluran pencernaan.
4.
Sistem Pernapasan pada Amfibi
Katak adalah hewan amfibi yang selama hidupnya mengalami
metamorfosis atau perubahan bentuk tubuh. Seiring dengan proses
metamorfosis, alat pemapasan pada katak juga mengalami perubahan. Setelah
menetas, berudu katak bemapas dengan dua pasang insang luar.
Beberapa saat kemudian, terbentuk pasangan insang yang ketiga, sedangkan dua pasang yang lain menjadi bertambah besar. Lembaran-lembaran insang tersebut selalu bergetar sehingga air di sekelilingnya selalu berganti. Oksigen yang terlarut dalam air di sekeliling insang berdifusi masuk ke dalam pembuluh kapiler darah pada insang. Selanjutnya, celah-celah insang terbentuk di antara lengkung- lengkung insang bersamaan dengan terbentuknya mata pada waktu berudu berumur sekitar enam sampai sembilan hari.
Kemudian, insang luar segera menunjukkan tanda-tanda mengerut bersamaan dengan terbentuknya insang dalam. Pada umur 12 hari, terbentuklah penutup insang (operkulum) dan lipatan kulit di depan insang pada kedua sisi. Seiring dengan proses metamorfosis katak, insang dalam kemudian menghilang dan berubah menjadi paru-paru. Setelah berudu menjadi katak dewasa, pernapasan dilakukan melalui paru-paru, kulit, dan selaput rongga mulut. Pernapasan melalui paru-paru bagi amfibi merupakan pemapasan yang utama. Pernapasan melalui paru-paru dimulai ketika katak mengisi rongga mulutnya dengan udara, kemudian menutup lubang hidungnya sebelah dalam.
Hal ini mengakibatkan udara dan rongga mulut terdorong masuk ke dalam paru-paru. Pernapasan melalui kulit dilakukan katak pada saat di dalam air ataupun di darat. Pernapasan ini dapat terjadi karena kulit katak yang tipis itu banyak mengandung kapiler darah dan perkembangan sistem pernapasan insang luar. Kulit tubuh katak yang selalu dijaga agar tetap lembap atau basah itu memudahkan oksigen yang berada di luar tubuh untuk berdifusi ke dalam pembuluh kapiler darah Agar kulit selalu lembap atau basah, katak memilih habitat di sekitar kolam, rawa, sungai, dan sawah.
Selaput rongga mulut katak juga digunakan untuk bemapas. Ketika katak mengisi rongga mulutnya dengan udara, oksigen yang terkandung dalam udara berdifusi melalui selaput rongga mulut. Selanjutnya, oksigen tersebut diikat oleh darah dan diedarkan ke seluruh tubuh katak.
5. Sistem Pernapasan pada Pisces
Alat pemapasan pisces (ikan) umumnya berupa insang yang berjumlah empat pasang. Letaknya di samping kiri dan kanan kepala. Masing-masing memiliki banyak lembaran yang diselubungi oleh jaringan epitel dengan banyak anyaman pembuluh darah kapiler. Permukaan insang sangat lebar, terutama pada ikan yang aktif bergerak. Gerakan cepat itu meningkatkan kecepatan aliran air pada insang.
Insang memiliki struktur yang baik untuk mengarahkan aliran air dan darah dalam pertemuan/kontak yang sangat dekat. Pertukaran gas secara efisien terjadi ketika air mengalir melalui lembaran insang dan darah yang berada di permukaan insang mengalir dengan arah yang berlawanan (countercurrent). Dengan cara demikian, sekitar 80—90% oksigen sangat efisien masuk ke aliran darah. Pada ikan bertulang keras, misalnya ikan mas, insang dilindungi oleh tutup insang. Sebaliknya, ikan bertulang rawan, misalnya hiu. tidak memiliki tutup insang.
Mekanisme pernapasan pada ikan melalui fase inspirasi dan fase ekspirasi. Fase inspirasi adalah fase pemasukan air ke dalam rongga mulut. Penutup insang menyamping, tetapi celah belakang masih tertutup selaput sehingga rongga mulut membesar. Keadaan ini menyebabkan tekanan udara dalam rongga mulut lebih kecil daripada tekanan udara di luar. Kemudian, bersamaan dengan membukanya celah mulut, air masuk ke dalam rongga mulut. Fase ekspirasi ialah fase pengikatan O2 dan air dan pelepasan CO2 dan dalam tubuh. Setelah rongga mulut penuh berisi air, celah mulut tertutup, dan celah insang membuka. Bersamaan dengan itu air didorong melewati lembaran insang sehingga terjadi pertukaran gas. Darah di dalam pembuluh kapiler selaput insang melepaskan CO2, ke dalam air dan mengikat O2 dan air. Sebagian besar jenis ikan memiliki organ gelembung renang yang mempunyai dua macam fungsi, yaitu untuk mengatur berat tubuh agar dapat naik turun di dalam air dan sebagai tempat cadangan oksigen.Beberapa jenis ikan, misalnya ikan gabus, ikan lele, ikan betok, dan ikan gurami, mempunyai alat bantu pernapasan yang disebut labirin. Labirin adalah lipatan-lipatan yang tidak teratur sebagai perluasan rongga insang untuk menyimpan udara. Dengan memiliki labirin, ikan dapat hidup di dalam air yang berkadar oksigen rendah, misalnya pada lingkungan berlumpur.
Ada juga beberapa jenis ikan yang bernapas dengan paru-paru. Misalnya, ikan paru-paru australia (Neoceratodus sp.), ikan paru-paru afrika (Protopterus sp.), dan ikan paru-paru amerika selatan (Lepidosiren sp.). Ikan ini memiliki sebuah atau sepasang gelembung udara yang digunakan sebagai paru-paru, disebut pulmosis.
6. Sistem Pernapasan pada Serangga
Sistem pernapasan pada serangga disebut sistem trakea. Bentuknya berupa anyaman-anyaman tabung yang bercabang-cabang ke seluruh tubuh. Cabang-cabang kecil pada trakea yang menembus jaringan tubuh disebut trakeol. Trakea bermuara pada Jubang kecil yang disebut stigma (spirakel). Spirakel berfungsi sebagai jalan masuk dan keluarnya udara pernapasan. Belalang adalah serangga yang memiliki sepuluh pasang spirakel, dua pasang spirakel terletak di bagian dada dan delapan pasang lainnya terletak di sisi samping perut. Spirakel tersebut dilindungi oleh bulu yang membantu menepiskan debu dan benda-benda asing lain dan udara sebelum masuk ke trakea. Spirakel memiliki katup yang dapat membuka dan menutup.
Pada waktu belalang menarik napas, otot pada kerangka luar mengendur, tubuh serangga mengembang. Keadaan ini menyebabkan udara dan luar masuk melalui spirakel menuju ke dalam trakea, kemudian melalui trakeol sampai ke sel-sel tubuh. Pada waktu otot kerangka luar berkontraksi, tubuh belalang mengempis. Akibatnya, udara dan trakea terdesak menuju spirakel untuk dikeluarkan.
Mekanisme pernapasan pada serangga meliputi tiga fase, yaitu fase inspirasi, pertukaran gas, dan ekspirasi. Fase inspirasi memerlukan waktu seperempat detik, spirakel daerah dada membuka. Fase pertukaran gas memerlukan waktu sekitar satu detik, spirakel daerah dada ataupun perut menutup. Fase ekspirasi memerlukan waktu sekitar sath detik, spirakel daerah perut terbuka selama kurang lebih sepertiga detik.
Serangga yang hidup di air rnempunyai alat pernapasan yang berupa insang trakea. Insang trakea merupakan alat pernapasan yang berbentuk tabung, berdinding tipis dengan banyak trakeol,dan memiliki permukaan luas. Perrnukaan yang luas akan meningkatkan proses difusi oksigen dan dalam air menuju sistem trakea.
Larva nyamuk yang hidup di air mempunyai tabung pernapasan yang dapat dijulurkan ke permukaan air. Tabung tersebut berhubungan dengan sistem trakea dalam tubuhnya. Beberapa serangga air dewasa, misalnya kumbang air, memiliki cadangan udara yang tersimpan di bawah sayapnya. Kumbang air berenang ke permukaan air untuk bernapas. Sebagian udara yang diisap akan disimpan untuk digunakan pada waktu berada di dalam air.
Darah serangga tidak mengandung hemoglobin sehingga tidak dapat mengikat oksigen. Oleh karena itu, darah serangga tidak berwarna merah. Setelah masuk ke dalam trakea, oksigen menuju ke trakeol,
kemudian masuk ke dalam sel-sel tubuh secara difusi. Karbon dioksida yang merupakan sisa dan pernapasan, dikeluarkan juga rnelalui sistem trakea yang bermuara pada spirakel.
7. Sistem Pernapasan pada Kalajengking dan Laba-Laba
Alat pernapasan kalajengking dan laba-laba adalah paru-paru buku. Paru-paru buku tersebut terletak di sisi tubuh bagian bawah. Biasanya, paru-paru buku berupa dua buah kantong. Masing-masing terdiri atas lipatan serupa lembaran daun yang berjumlah lima belas hingga dua puluh lembar.
Lipatan tersebut terbentuk dari lapisan epitel permukaan tubuh yang melekuk ke arah dalam dan membentuk helaian-helaian dalam suatu rongga. Setiap helaian itu berhubungan dengan udara luar rnelalui lubang spirakel. Melalui lipatan-lipatan itu, darah mengalir di dalam paru-paru buku. Udara masuk melalui stigma, kemudian menyebar di dalam ruang-ruang di antara lipatan-lipatan sehingga berhubungan langsung dengan darah.
8. Sistern Pernapasan pada Udang-udangan
Hewan-hewan kelompok kelas udang-udangan (Crustacea) yang hidup di air, bernapas dengan insang. Pada umumnya, masing-masing terdapat di rongga atau kamar insang. Kamar-kamar insang terletak di antara branchiostegit (pelindung insang) dan dinding badan.
Di permukaan insang banyak terdapat pembuluh darah dengan membran yang tipis. Oleh karena itu. proses pemasukan oksigen dari lingkungan ke darah dan pengeluaran karbon dioksida dan darah ke lingkungan yang berlangsung secara difusi, dapat terjadi dengan cepat dan efisien.
Keadaan insang hewan kelas udang-udangan bergantung kepada jenis dan habitatnya. Pada umumnya, bila kemampuan hidup di darat makin meningkat, insang mengalami penyusutan. Kepiting yang hidup di daerah pasang surut terbawah mempunyai 26 insang, hewan yang hidup di daerah Iebih dekat dengan daratan mempunyai 18 insang, sedangkan yang hidup di pantai mempunyai 12 insang.
Jenis udang-udang lain yang dapat hidup di air dan darat mempunyai rongga insang dengan banyak pembuluh darah. Pada kepiting darat, pertukaran udara terjadi dalam rongga insang. Insang menonjol ke dalam rongga insang yang memungkinkan terjadinya pertukaran udara.
9. Sistem Pernapasan pada Cacing
Cacing tanah bemapas melalui
kulitnya yang tipis. Kulitnya banyak men gandung kapiler darah dan kelenjar
lendir yang selalu menghasilkan lendir. Lendir berguna untuk menjaga kulitnya
selalu basah agar oksigen mudah berdifusi melalui kulit. Oksigen berikatan
dengan hemoglobin di dalam plasma darah membentuk oksihemoglobin,
kemudian diedarkan ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Lendir yang
terdapat pada kulit cacing tanah juga berfungsi untuk memudahkannya
bergerak.
10. Sistem Pernapasan pada Protozoa
Hewan dan tumbuhan bersel satu tidak memiliki alat pernapasan khusus. Keluar masuknya udara untuk pemapasan hewan bersel satu (protozoa), misalnya Amoeba sp., terjadi melalui selaput atau membran sel secara difusi. Menggunakan oksigen untuk keperluan oksidasi, kadar oksigen di dalam tubuhnya berkurang, sedangkan kadar karbon dioksida bertambah.
Hal ini mengakibakan terjadinya perbedaan kadar oksigen di luar dan di dalam sel. Selanjutnya, oksigen berdifusi masuk ke dalam sel. Demikian juga, apabila kadar CO2 di luar sel tetap, sedangkan kadar CO2 di dalam sel bertambah, CO2 diluar sel tetap, sedangkan kadar CO2 di dalam sel bertambah, CO2 di dalam sel berdifusi ke luar sel.
10. Sistem Pernapasan pada Protozoa
Hewan dan tumbuhan bersel satu tidak memiliki alat pernapasan khusus. Keluar masuknya udara untuk pemapasan hewan bersel satu (protozoa), misalnya Amoeba sp., terjadi melalui selaput atau membran sel secara difusi. Menggunakan oksigen untuk keperluan oksidasi, kadar oksigen di dalam tubuhnya berkurang, sedangkan kadar karbon dioksida bertambah.
Hal ini mengakibakan terjadinya perbedaan kadar oksigen di luar dan di dalam sel. Selanjutnya, oksigen berdifusi masuk ke dalam sel. Demikian juga, apabila kadar CO2 di luar sel tetap, sedangkan kadar CO2 di dalam sel bertambah, CO2 diluar sel tetap, sedangkan kadar CO2 di dalam sel bertambah, CO2 di dalam sel berdifusi ke luar sel.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Organ
pernapasan pada manusia terdiri dari Rongga hidung, Faring, Laring, Trakea,
Bronkus, Bronkiolus, Alveolus, dan Pulmo. Macam macam pernapasan pada manusia
adalah pernapasan internal dan pernapasan eksternal. Ada berbagai faktor yang
mempengaruhi pernapasan dia antaranya adalah usia, jenis kelamin, suhu tubuh
dan posisi tubuh. Terdapat jugakelainan dan gangguan pada system pernapasan
manusia di antaranya adalah asma yang merpakan penyakit genetic atau dapat
diturunkan.
Sedangkan
system pernapasan pada hewan berbeda beda di setiap jenis hewan itu.
Daftar Pustaka
Handayani,
N. 2009. Buku Tentang Biologi SMA. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.
Susanto, H. 2009. Bedah SKL Biologi untuk
SMA/MA, Jakarta : Erlangga
Prawirohartono,
S et.al. 1991. Biologi edisi ketiga. Jakarta: Erlangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar