BAB 1
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Padi
merupakan tanaman pangan penghasil beras berupa rumput berumpun.Padi termasuk
genus Oryza L. yang meliputi lebih
kurang 25 spesies tersebar di daerah tropik dan subtropik seperti Asia, Afrika,
Amerika, dan Australia. Menurut Chevailer dan Neguier padi berasal dari dua
benua Oryza fatua Koenig dan Oryza sativa L. berasal dari benua Asia, sedangkan
jenis padi lainnya yaitu Oryza sapti Roschev dan Oryza glaberima Steund berasal
dari Afrika Barat.
Padi yang ada sekarang ini merupakan
persilangan antara Oryza officinalis dan Oryza sativa f spontania. Di Indonesia
pada mulanya tanaman padi diusahakan didaerah tanah kering dengan sistim
ladang, akhirnya orang berusaha memantapkan basil usahanya dengan cara mengairi
daerah yang curah hujannya kurang. Tanaman padi yang dapat tumbuh dengan baik
diusahakan di daerah tropis ialah Indicia, sedangkan Japonica banyak diusahkan
di daerah subtropika.Padi dibedakan dalam dua tipe yaitu padi kering (gogo)
yang ditanam di dataran tinggi dan padi sawah di dataran rendah yang memerlukan
penggenangan.
Penurunan produksi bahan pangan
nasional yang dirasakan saat ini lebih disebabkan oleh semakin sempitnya luas
lahan pertanian yang produktif (terutama di pulau Jawa) sebagai akibat alih
fungsi seperti konversi lahan sawah, ditambah isu global tentang meningkatnya
degradasi lahan (di negara berkembang).Salah satu alternatif pilihan yang
diharapkan dapat meningkatkan potensi produksi tanaman dalam rangka memenuhi
kebutuhan pangan adalah pendayagunaan lahan kering.Selain karena memang
tersedia cukup luas, sebagian dari lahan kering belum diusahakan secara optimal
sehingga memungkinkan peluang dalam pengembangannya.
Lahan kering selalu dikaitkan dengan pengertian bentuk-bentuk usahatani bukan sawah yang dilakukan oleh masyarakat di bagian hulu suatu daerah aliran sungai (DAS) sebagai lahan atas (upland) atau lahan yang terdapat di wilayah kering (kekurangan air) yang tergantung pada air hujan sebagai sumber air. Untuk memudahkan pengutaraan dalam penyajian ini, yang dimaksud lahan kering adalah lahan atasan, karena kebanyakan lahan kering berada di lahan atasan.Belakangan ini pengertian yang tersirat dalam istilah lahan kering yang digunakan masyarakat umum banyak mengarah kepada lahan kering dengan kebutuhan air tanaman tergantung sepenuhnya pada air hujan dan tidak pernah tergenang air secara tetap.
Lahan kering selalu dikaitkan dengan pengertian bentuk-bentuk usahatani bukan sawah yang dilakukan oleh masyarakat di bagian hulu suatu daerah aliran sungai (DAS) sebagai lahan atas (upland) atau lahan yang terdapat di wilayah kering (kekurangan air) yang tergantung pada air hujan sebagai sumber air. Untuk memudahkan pengutaraan dalam penyajian ini, yang dimaksud lahan kering adalah lahan atasan, karena kebanyakan lahan kering berada di lahan atasan.Belakangan ini pengertian yang tersirat dalam istilah lahan kering yang digunakan masyarakat umum banyak mengarah kepada lahan kering dengan kebutuhan air tanaman tergantung sepenuhnya pada air hujan dan tidak pernah tergenang air secara tetap.
B.
TUJUAN
Untuk mengetahui budidaya pada
Tanaman Padi Gogo
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Singkat
Padi
merupakan tanaman panganberupa rumput berumpun.Tanaman pertanian kuno berasal
dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Bukti sejarah
memperlihatkan bahwa penanaman padi di Zhejiang (Cina) sudah dimulai pada 3.000
tahun SM. Fosil butir padi dan gabah ditemukan di Hastinapur Uttar Pradesh
India sekitar 100-800 SM. Selain Cina dan India, beberapa wilayah asal padi
adalah, Bangladesh Utara, Burma, Thailand, Laos, Vietnam.
B.
Jenis Tanaman
Klasifikasi
botani tanaman padi adalah sebagai berikut:
Divisi
: Spermatophyta
Sub
divisi : Angiospermae
Kelas
: Monotyledonae
Keluarga
: Gramineae (Poaceae)
Genus
:Oryza
Spesies
:Oryza spp.
Terdapat
25 spesies Oryza, yang dikenal adalah O. sativa dengan dua
subspecies yaitu Indica (padi bulu) yang ditanam di Indonesia dan Sinica (padi
cere).Padi dibedakan dalam dua tipe yaitu padi kering (gogo) yang ditanam di
dataran tinggi dan padi sawah di dataran rendah yang memerlukan penggenangan.
Varietas padi gogo lokal yang berasal dari Kalimantan yang masih diminati oleh
petani karena daya adaptifnya yang baik antara lain : varietas Buyung, Cantik,
Katumping, Sabai dan Sasak Jalan. Demikian pula di Sumatera varietas lokal
seperti Arias, Simaritik, Napa, Jangkong, Klemas, Gando, Seratus Malam,
dll.Varietas-varietas lokal umumnya selain berumur panjang, potensi hasilnya
rendah sekitar 2 ton GKG/ha.Namun kelebihannya varietas lokal mempunyai rasa
enak yang sesuai dengan etnis daerah setempat. Selain itu varietas lokal
toleran terhadap keadaan lahan yang marjinal, tahan terhadap beberapa jenis
hama dan penyakit, memerlukan masukan (pupuk dan pestisida) yang rendah, serta
pemeliharaan mudah dan sederhana.
Varietas
unggul padi gogo telah dilepas sejak tahun 1960-1994. Varietas Danau Atas,
Danau Tempe dan Laut Tawar merupakan varietas yang cocok dibudidayakan pada
lahan podsolik merah kuning. Varietas Gajah Mungkur dan Kalimutu yang dilepas
tahun 1994 cocok dikembangkan pada lahan-lahan kering yang tersebar di kawasan
Nusa Tenggara.
C.
Manfaat Tanaman
Beras
merupakan makanan sumber karbohidrat yang utama di kebanyakan Negara Asia.
Negara-negara lain seperti di benua Eropa, Australia dan Amerika mengkonsumsi
beras dalam jumlah yang jauh lebih kecil daripada negara Asia. Selain itu
jerami padi dapat digunakan sebagai penutup tanah pada suatu usaha tani.
D.
Sentra Penanaman
Pusat
penanaman padi di Indonesia adalah Pulau Jawa (Karawang, Cianjur), Bali,
Madura, Sulawesi, dan akhir-akhir ini Kalimantan. Pada tahun 1992 luas panen
padi mencapai 10.869.000 ha dengan rata-rata hasil 4,35 ton/ha/tahun. Produksi
padi nasional adalah 47.293.000 ton. Pada tahun itu hampir 22,5 % produksi padi
nasional dipasok dari Jawa Barat. Dengan adanya krisis ekonomi, sentra padi
Jawa Barat seperti Karawang dan Cianjur mengalami penurunan produksi yang
berarti.Produksi padi nasional sampai Desember 1997 adalah 46.591.874 ton yang
meliputi area panen 9.881.764 ha. Karena pemeliharaan yang kurang intensif,
hasil padi gogo hanya 1-3 ton/ha, sedangkan dengan kultur teknis yang baik
hasil padi sawah mencapai 6-7 ton/ha.
E.
Syarat Pertumbuhan
Pada
dasarnya dalam budidaya tanaman, pertumbuhan dan perkembangan tanaman sangat
dipengaruhi oleh faktor genetis dan faktor lingkungan.Faktor lingkungan yang
paling penting adalah tanah dan iklim serta interaksi kedua faktor
tersebut.Tanaman padi gogo dapat tumbuh pada berbagai agroekologi dan jenis
tanah.Sedangkan persyaratan utama untuk tanaman padi gogo adalah kondisi tanah
dan iklim yang sesuai.Faktor iklim terutama curah hujan merupakan faktor yang
sangat menentukan keberhasilan budidaya padi gogo.Hal ini disebabkan kebutuhan
air untuk padi gogo hanya mengandalkan curah hujan.
1.
Iklim
Padi
gogo memerlukan air sepanjang pertumbuhannya dan kebutuhan air tersebut hanya
mengandalkan curah hujan.Tanaman dapat tumbuh pada derah mulai dari daratan
rendah sampai daratan tinggi.Tumbuh di daerah tropis/subtropis pada 450
LU sampai 450 LS dengan cuaca panas dan kelembaban tinggi dengan
musim hujan 4 bulan. Rata-rata curah hujan yang baik adalah 200 mm/bulan selama
3 bulan berturut-turut atau 1500-2000 mm/tahun. Padi dapat ditanam di musim
kemarau atau hujan.Pada musim kemarau produksi meningkat asalkan air irigasi
selalu tersedia.Di musim hujan, walaupun air melimpah prduksi dapat menurun
karena penyerbukankurang intensif.Di dataran rendah padi memerlukan ketinggian
0-650 m dpl dengan temperature 22-27 derajat C sedangkan di dataran tinggi
650-1.500 m dpl dengan temperature 19-230C.
Tanaman
padi memerlukan penyinaram matahari penuh tanpa naungan. Di Indonesia memiliki
panjang radiasi matahari ± 12 jam sehari dengan intensitas radiasi 350 cal/cm2/hari
pada musim penghujan. Intensitas radiasi ini tergolong rendah jika dibandinkan
dengan daerah sub tropis yang dapat mencapai 550 cal/cm2/hari. Angin
berpengaruh pada penyerbukan dan pembuahan tetapi jika terlalu kencang akan
merobohkan tanaman.
2.
Tanah
Padi
gogo harus dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, sehingga jenis tanah tidak
begitu berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil padi gogo.Sedangkan yang
lebih berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil adalah sifat fisik, kimia dan
biologi tanah atau dengan kata lain kesuburannya. Untuk pertumbuhan tanaman
yang baik diperlukan keseimbangan perbandingan penyusun tanah yaitu 45% bagian
mineral, 5% bahan organik, 25% bagian air, dan 25% bagian udara, pada lapisan
tanah setebal 0 – 30 cm.
Struktur
tanah yang cocok untuk tanaman padi gogo ialah struktur tanah yang remah.Tanah
yang cocok bervariasi mulai dari yang berliat, berdebu halus, berlempung halus
sampai tanah kasar dan air yang tersedia diperlukan cukup banyak.Sebaiknya
tanah tidak berbatu, jika ada harus < 50%. Keasaman (pH) tanah bervariasi
dari 5,5 sampai 8,0. Pada pH tanah yang lebih rendah pada umumnya dijumpai
gangguan kekahatan unsur P, keracunan Fe dan Al. sedangkan bila pH lebih besar
dari 8,0 dapat mengalami kekahatan Zn.
TEKNIK
BUDIDAYA
A.
Pemilihan Varietas
Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam menentukan varietas padi gogo untuk diusahakan di
suatu daerah antara lain adalah;
1.
Kesesuaiannya terhadap lingkungan tumbuh (ketinggian tempat, iklim),
2.
Umur tanaman yang erat kaitannya dengan curah hujan yang ada dan pola tanam,
3.
Ketahanan terhadap hama dan penyakit,
4.
Produktivitas.
Sedangkan
syarat benih yang baik:
a)
Tidak mengandung gabah hampa, potongan jerami, kerikil, tanah dan hama gudang.
b)
Warna gabah sesuai aslinya dan cerah.
c)
Bentuk gabah tidak berubah dan sesuai aslinya.
d)
Daya perkecambahan >80%.
B.
Pengolahan Lahan
Pengolahan
tanah untuk pertanaman padi gogo dimulai sebelum atau menjelang musim
penghujan.Pengolahan tanah dilakukan sesuai kondisi lahan.Pada prinsipnya
pengolahan tanah dilakukan untuk menciptakan kondisi yang optimal bagi
pertumbuhan tanaman, yaitu menciptakan keseimbangan antara padatan, aerasi dan kelembaban
tanah.Ada lahan yang perlu pengolahan tanah sedikit (minimum tillage)
atau bahkan tidak perlu pengolahan tanah (zerro tillage) seperti tanah
podzolik merah Kuning di Sumatra yang memiliki tingkat kemiringan > 10%.
Karena jika dilakukan pengolahan tanah justru akan merugikan disamping menambah
biaya juga menyebabkan tanah lebih peka terhadap erosi sehingga kesuburannya
menurun. Demikian pula hasil padi yang diperoleh antara sistem olah tanah
sempurna dengan oleh tanah minimum tidak berbeda nyata, sehingga sistem olah
tanah minimum lebih ekonomis. Cara pengolahan tanah adalah sebagai berikut:
1.
Lahan dibersihkan dari tanaman penggangu dan rumput sambil memperbaiki pematang
dan saluran drainase.
2.
Tanah dibajak dua kali pada kedalaman 25-30 cm, tanah dibalik.
3.
Pemupukan organik diberikan pada waktu pembajakan yang kedua sebanyak 20
ton/ha.
4.
Untuk menghaluskan tanah, tanah digaru lalu diratakan.
5.
Tanah dibiarkan sampai hujan turun.
Dalam
budidaya tanpa olah tanah untuk mengendalikan gulma digunakan herbisida.Sebelum
aplikasi herbisida dilakukan, gulma (terutama alang-alang) direbahkan atau
dibakar terlebih dahulu, setelah tumbuh sekitar 60 cm (tidak sedang berbunga)
baru diadakan penyemprotan. Takaran herbisida jenis Roundup antara 5-6 l/ha dengan
pelarut air antara 200-800 l/ha.
C.
Waktu tanam
Penaman
yang baik dilakukan setelah terdapat 1 – 2 kali hujan, awal musim penghujan
(Oktober – Nopember).Bahkan ada petani yang telah menebar benih pagi gogo
sebelum hujan turun atau yang lebih dikenal dengan sistem Sawur tinggal.Sistem
tanam sawur tinggal dapat dianjurkan pada daerah-daerah yang memiliki
curah hujan sedikit (bulan basah antara 3 – 4 bulan) per tahun dan sulit
mendapatkan tenaga kerja.
D.
Penanaman
Penanaman
padi gogo pada dasarnya dapat dilakukan dengan tiga macam cara yaitu :
1.
Cara tanam disebar
Cara
tanam ini dilakukan dengan menyebar rata diatas permukaan tanah atau lahan yang
telah dipersiapkan terlebih dahulu. Kebutuhan benih pada cara ini biasanya
lebih banyak dibandingkan cara yang lain, yaitu berkisar 60 – 70 kg/ha. Cara
tanam ini mempunyai keuntungan tenaga kerja tanam yang dibutuhkan sedikit.
Kelemahan dari cara ini antara lain :
Ø Memerlukan benih lebih banyak
Ø Resiko benih dimakan hama lebih tinggi, karena di permukaan
Ø Tanaman lebih peka terhadap kekeringan atau kekurangan air.
Ø Resiko benih hanyut jika terjadi hujan lebat lebih tinggi
Ø Lebih sulit dalam perawatan, termasuk pengendalian gulma.
Untuk
mengurangi resiko atau kelemahan tersebut maka perlu dilakukan antisipasi
seperti pembuatan saluran drainase atau parit-parit sehingga terbentuk
bedeng-bedeng untuk mencegah genangan air.Guna mengendalikan rumput sebaiknya
diaplikasikan herbisida pra tumbuh sebelum sebar benih. Penggunaan seed
treatment untuk menanggulangi hama.
2.
Cara tanam alur
Lahan
yang telah dipersiapkan dibuat alur-alur sedalam 3 – 4 cm, dengan jarak antar
alur 20 – 25 cm. Kemudian dalam alur tersebut disebarkan benih padi secara
iciran, artinya benih padi dijatuhkan secara manual dengan tangan dan diatur
sedemikian rupa sehingga benih jatuh dalam alur tersebut secara merata. Setelah
itu benih dalam alur ditutup kembali dengan tanah. Kebutuhan benih cara tanam
alur ini berkisar antara 40 – 50 kg/ha, jadi lebih sedikit dibandingkan dengan
sistem sebar.
3.
Cara tanam tugal
Pada
cara tanam ini lahan yang sudah siap dibuat lubang-lubang tanam dengan
menggunakan tugal. Pada umumnya untuk pertanaman padi gogo menggunakan jarak
tanam 20 x 20 cm. Setelah lubang bekas tugal terbentuk kemudian 2 – 3 butir benih
dimasukkan ke dalam setiap lubang tanam dan selanjutnya ditutup kembali dengan
tanah. Sebaiknya sebelum ditanam benih direndam sekitar 6 – 12 jam, kemudian
dikeringanginkan sekitar 6 – 12 jam. Pada cara tanam dengan tugal ini kebutuhan
benihnya ± 30 kg/ha, dan perawatan tanaman akan lebih mudah. Oleh karena itu
cara ini yang paling banyak dipraktekkan oleh petani meskipun memerlukan tenaga
kerja tanam lebih banyak dibandingkan cara sebat atau alur.
Jarak
tanam atau jarak antar larik dan jumlah benih/lubang/ha sangat tergantung pada
tingkat kesuburan tanah dan kualitas benih yang ditanam.Semakin subur tanah,
jarak tanam dapat semakin rapat.Demikian pula, semakin baik kualitas benih,
maka semakin sedikit jumlah benih yang diperlukan. Jarak tanam, jumlah benih
dan cara tanam dapat berpengaruh terhadap hasil padi gogo di lahan kering.
E.
Pemeliharaan
1.
Penyiraman
Penyulaman
Padi Gogo dilakukan pada umur 1-3 minggu setelah tanam.
2.
Penyiangan
Dilakukan
secara mekanis dengan cangkul kecil, sabit atau dengan tangan waktu tanaman
berumur 3-4 minggu dan 8 minggu.Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan
penyiangan pertama dan 1-2 minggu sebelum muncul malai.
3.
Pemupukan
Pupuk
yang digunakan dalam budidaya padi gogo sebaiknya dikombinasikan antara pupuk
organik dan pupuk anorganik.Pemberian pupuk organik (pupuk kandang atau
kompos), dapat memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah.Sedangkan pemberian
pupuk anorganik yang dapat menyediakan hara dalam waktu cepat, pada dosis yang
sesuai kebutuhan tanaman berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan hasil.
Pupuk
organi diaplikasikan pada saat penyiapan lahan.Pupuk ini dipakai untuk
meningkatkan kandungan C organik tanah dan meningkatkan kehidupan
mikroorganisme tanah.Dosis pupuk pada pertanaman padi gogo harus disesuaikan
dengan tingkat kesuburan tanahnya.Jenis pupuk anorganik yang diberikan berupa
150-200 kg/ha Urea, 75 kg/ha TSP dan 50 kg/ha KCl. Pupuk TSP dan KCl diberikan
saat tanam dan urea pada 3-4 minggu dan 8 minggu setelah tanam. Pupuk urea ,
TSP maupun KCl sebaiknya diberikan dalam alur atau ditugal kemudian ditutup
kembali dengan tanah untuk mencegah kehilangan unsurnya.
Tabel
: waktu dan cara pemberian pupuk anorganik pada pertanaman padi gogo
Jenis
Pupuk
|
Waktu
pemupukan
|
Cara
Pemupukan
|
|||
0
hst
|
14
hst
|
42
hst
|
55
hst
|
||
Urea
|
–
|
1/6
bag
|
1/2
bag
|
1/3
bag
|
Ditugal/alur
|
TSP
|
1
bag
|
–
|
–
|
–
|
Dalam
alur/ sebar
|
KCl
|
1
bag
|
–
|
–
|
–
|
Dalam
alur/sebar campur tanah
|
Keterangan
:
Bag
= bagian dari dosis yang digunakan
Hst
= haris setelah tanam
4.
Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman
a.
Pengendalian gulma
Gulma
yang tumbuh pada pertanaman padi gogo di lahan kering dapat digolongkan menjadi
golongan gulma berdaun lebar, golongan rumput dan golongan teki.Hasil
penelitian menunjukkan bahwa akibat pengendalian gulma yang terlambat satu
bulan dapat menurunkan hasil sampai 17% (Lamid, Z.1984).
Pengendalian
gulma dilakukan secara kultur teknis dan secara kimiawi dengan menggunakan
herbisida. Secara mekanis gulma dapat dikendalikan dengan menggunakan cangkul
atau kored. Pelaksanaannya dilakukan pada saat tanaman berumur 14 – 28 hari dan
60 hst. Sedangkan untuk mengendalikan gulma secara kimiawi dengan herbisida,
dapat mengikuti petunjuk dari hasil Penelitian Puslitbangtan Bogor tentang
jenis herbisida yang dapat digunakan untuk pertanaman padi gogo seperti Satunil
60 EC, Ronstar 25 EC dan Gasafax 80 WP
b.
Hama tanaman padi gogo
1)
Hama lalat bibit
Lalat
bibit (Atherigona oryzae) termasuk hama penting pada padi gogo. Larva
dari lalat ini menimbulkan kerusakan pada tanaman muda.Larva menyerang anakan
tanaman padi yang sedang tumbuh, sehingga anakan mati seperti terserang sundep.
Anakan yang dapat bertahan daunnya cacat dan mudah sobek dan pada umumnya
tanaman yang terserang hama ini dapat sembuh, tetapi akan terlambat masak
sekitar 7 – 10 hari.
Pengendalian
secara kultur teknis dapat dilakukan dengan penanaman padi gogo pada awal musim
hujan. Penggunaan varietas yang tahan seperti Arias, Seratus Malam Danau atas
juga dapat dilakukan. Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan seed
treatment menggunakan Larvin 75 WP atau Marshall 25 ST. Sedangkan setelah
tanaman berumur 7 hari dapat dilakukan penyemprotan dengan Dekasulfan 350 EC.
2)
Hama lundi
Hama
lundi (Phillophaga helleri) atau lebih dikenal dengan hama uret termasuk
hama penting pada pertanaman padi gogo. Stadia yang merusak dari hama lundi
adalah larvanya. Untuk hidupnya, hama ini membutuhkan kelembaban tanah yang
tinggi. Disamping itu hama lundi menyukai tanaman yang berakar serabut.
Pemakaian bahan organik juga dapat mendorong hama lundi, karena larva yang baru
menetas akan makan bahan organik yang ada di dalam tanah. Tanaman padi yang
terserang menjadi kerdil dan kayu.
Pengendalian
hama lundi secara kultur teknis dapat dilakukan dengan penundaan pengolahan
tanah sampai kumbang dewasa selesai bertelur, yaitu kira-kira terjadi setelah 3
minggu turun hujan. Dengan pengolahan tanah yang dalam, telur dan larva akan
terangkat ke permukaan tanah sehingga dapat dirusak oleh sinar matahari atau
musuh alaminya. Insektisida yang efektif untuk hama lundi adalah Furadan atau
Dharmafur 3 G yang diberikan dekat alur tanaman pada saat tanam dengan dosis 10
kg/ha.
3)
Hama wereng coklat
Wereng
penyerang batang padi: wereng padi coklat (Nilaparvata lugens), wereng
padi berpunggung putih (Sogatella furcifera). Merusak dengan cara
mengisap cairan batang padi. Saat ini hama wereng paling ditakuti oleh petani
di Indonesia. Wereng ini dapat menularkan virus.
Gejala:
tanaman padi menjadi kuning dan mengering, sekelompok tnaman seperti terbakar,
tanaman yang tidak mengering menjadi kerdil. Pengendalian: (1) bertanam padi
serempak, menggunakan varitas tahan wereng seperti IR 36, IR 48, IR 64,
Cimanuk, Progo dsb, membersihkan lingkungan, melepas musuh alami seperti
laba-laba, kepinding dan kumbang lebah; (2) penerapan pola tanam, jangan
menanam padi lebih dari 2 kali musim tanam pertahun (3) pembajakan sisa-sisa
panen dengan segera (4) pemberian pupuk nitrogen secara bertahap. Pengendalian
secara kimiawi dapat dilakukan dengan penyemportan insektisida Applaud 10 WP,
Applaud 400 FW atau Applaud 100 EC dengan dosis sesuai petunjuk pada label.
4)
Walang sangit (Leptocoriza acuta)
Menyerang
buah padi yang masak susu dengan cara menghisap cairan di dalamannya.
Gejala:
dan menyebabkan buah hampa atau berkualitas rendah seperti berkerut, berwarna
coklat dan tidak enak; pada daun terdapat bercak bekas isapan dan buah padi
berbintik-bintik hitam. Pengendalian: (1) bertanam serempak, peningkatan
kebersihan, mengumpulkan dan memunahkan telur, melepas musuh alami seperti jangkrik;
(2) menyemprotkan insektisida Bassa 50 EC, Dharmabas 500 EC, Dharmacin 50 WP,
Kiltop 50 EC.
5)
Hama tikus (Rattus argentiventer)
Tanaman
padi akan mengalami kerusakan parah apabila terserang oleh hama tikus dan
menyebabkan penurunan produksi padi yang cukup besar. Menyerang batang muda
(1-2 bulan) dan buah.
Gejala:
adanya tanaman padi yang roboh pada petak sawah dan pada serangan hebat
ditengah petak tidak ada tanaman.
Pengendalian:
pergiliran tanaman, sanitasi, gropyokan, melepas musuh alami seperti ular dan
burung hantu, penggunaan pestisida dengan tepat, intensif dan teratur,
memberikan umpan beracun seperti seng fosfat yang dicampur dengan jagung atau
beras.
c.
Penyakit tanaman padi gogo
1)
Bercak daun coklat
v Penyebab: jamur Helmintosporium oryzae).
v Gejala: menyerang pelepah, malai, buah yang baru tumbuh dan
bibit yang baru berkecambah. Biji berbercak-bercak coklat tetapi tetap berisi,
padi dewasa busuk kering, biji kecambah busuk dan kecambah mati.
v Pengendalian: (1) merendam benih di dalam air panas,
pemupukan berimbang, menanam padi tahan penyakit ini, menaburkan serbuk air
raksa dan bubuk kapur (2:15); (2) dengan insektisida Rabcide 50 WP.
2)
Blast
v Penyebab: jamur Pyricularia oryzae.
v Gejala: menyerang daun, buku pada malai dan ujung tangkai
malai. Serangan menyebabakn daun, gelang buku, tangkai malai dan cabang di
dekat pangkal malai membusuk. Proses pemasakan makanan terhambat dan butiran
padi menjadi hampa.
v Pengendalian: (1) membakar sisa jerami, menggenangi sawah,
menanam varietas unggul yang tahan (laut tawar, IR 43, danau atas, dll); (2)
pemberian pupuk berimbang, khusuasya antara nitrogen dan fosfat di saaat
pertengahan fase vegetative dan fase pembentukan bulir; (3) pergiliran varietas
(4) menyemprotkan insektisida Fujiwan 400 EC, Fongorene 50 WP, Kasumin 20 AS
atau Rabcide 50 WP.
3)
Penyakit garis coklat daun (Narrow brown leaf spot,)
v Penyebab: jamur Cercospora oryzae.
v Gejala: menyerang daun dan pelepah. Tampak gari-garis atau
bercak-bercak sempit memanjang berwarna coklat sepanjang 2-10 mm. Proses
pembungaan dan pengisian biji terhambat.
v Pengendalian: (1) menanam padi tahan penyakit ini seperti
Citarum, mencelupkan benih ke dalam larutan merkuri; (2) menyemprotkan
fungisida Benlate T 20/20 WP atau Delsene MX 200.
4)
Busuk pelepah daun
v Penyebab: jamur Rhizoctonia sp.
v Gejala: menyerang daun dan pelepah daun, gejala terlihat
pada tanaman yang telah membentuk anakan dan menyebabkan jumlah dan mutu gabah
menurun. Penyakit ini tidak terlalu merugikan secara ekonomi.
v Pengendalian: (1) menanam padi tahan penyakit ini; (2)
menyemprotkan fungisida pada saat pembentukan anakan seperti Monceren 25 WP dan
Validacin 3 AS.
5)
Penyakit fusarium
v Penyebab: jamur Fusarium moniliforme.
v Gejala: menyerang malai dan biji muda, malai dan biji
menjadi kecoklatan hingga coklat ulat, daun terkulai, akar membusuk, tanaman
padi. Kerusakan yang diderita tidak terlalu parah.
v Pengendalian: merenggangkan jarak tanam, mencelupkan benih
pada larutan merkuri.
6)
Penyakit noda/api palsu
v Penyebab: jamur Ustilaginoidea virens.
v Gejala: malai dan buah padi dipenuhi spora, dalam satu malai
hanya beberap butir saja yang terserang. Penyakit tidak menimbulkan kerugian
besar. Pengendalian: memusnahkan malai yang sakit, menyemprotkan fungisida pada
malai sakit.
5.
Panen
Umur
panen padi gogo bervariasi tergantung varietas dan lingkungan tumbuh. Panen
sebaiknya dilakukan pada fase masak panen yang dicirikan dengan kenampakkan
>90% gabah sudah menguning (33-36 hari setelah berbunga), bagian bawah malai
masih terdapat sedikit gabah hijau dan kadar air gabah 21-26 %. Panen yang
dilakukan pada fase masak lewat panen, yaitu pada saat jerami mulai mengering,
pangkal mulai patah, dapat mengakibatkan banyak gabah yang rontok saat dipanen.
Sebelum
pemanenan, dilakukan pengeringan sawah 7-10 hari sebelum panen, gunakan sabit
tajam untuk memotong pangkal batang, simpan hasil panen di suatu wadah atau
tempat yang dialasi. Panen dengan menggunakan mesin akan menghemat waktu,
dengan alat Reaper binder panen dapat dilakukan selama 15 jam untuk
setiap hektar, sedangkan dengan Reaper harvester panen hanya dilakukan
selama 6 jam untuk 1 hektar. Perontokan hasil panen menggunakan pedal thresher.
Perontokan dengan pengebotan (memukul-mukul batang padi pada papan) sebaiknya
dihindari karena kehilangan hasilnya cukup besar, bisa mencapai 3,4%. Kegiatan
yang dilakukan pasca panen seperti berikut :
1.
Perontokan. Lakukan secepatnya setelah panen, gunakan cara diinjak-injak (±60
jam orang untuk 1 hektar), dihempas/dibanting (± 16 jam orang untuk 1 hektar)
dilakukan dua kali di dua tempat terpisah. Dengan menggunakan mesin perontok,
waktu dapat dihemat. Perontokan dengan perontok pedal mekanis hanya memerlukan
7,8 jam orang untuk 1 hektar hasil panen.
2.
Pembersihan. Bersihkan gabah dengan cara diayak/ditapi atau dengan blower
manual. Kadar kotoran tidak boleh lebih dari 3 %.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Padi gogo merupakan jenis padi yang dibudidayakan pada lahan
marginal atau lahan kering dimana pemenuhan kebutuhan air tanaman tergantung
pada hujan yang turun (tadah hujan).Oleh karena itu penaman yang baik dilakukan
setelah terdapat 1 – 2 kali hujan, awal musim penghujan (Oktober – Nopember)
agar kebutuhan air teerpenuhi. Padi ini pada umumnya lebih banyak diusahakan di
daerah-daerah di luar Pulau Jawa, terutama Sumatera, Kalimantan dan Nusa
Tenggara karena sebagian besar wilayah ini berbukit-bukit dan merupakan jenis
lahan kering.
Pada dasarnya dalam budidaya tanaman, pertumbuhan dan
perkembangan tanaman sangat dipengaruhi oleh faktor genetis dan faktor
lingkungan.Faktor lingkungan yang paling penting adalah tanah dan iklim serta
interaksi kedua faktor tersebut.Tanaman padi gogo dapat tumbuh pada berbagai
agroekologi dan jenis tanah.
Ada
lahan yang perlu pengolahan tanah sedikit (minimum tillage) atau bahkan
tidak perlu pengolahan tanah (zerro tillage).Pengolahan tanah yang
sempurna justru merugikan, karena disamping menambah biaya juga menyebabkan
tanah lebih peka terhadap erosi sehingga kesuburannya menurun.Demikian pula
hasil padi yang diperoleh antara sistem olah tanah sempurna dengan oleh tanah
minimum tidak berbeda nyata, sehingga sistem olah tanah minimum lebih ekonomis.
B.
Penutup
Dalam
peningkatan ketahan pangan nasional, peran padi gogo tidak kalah
pentingnya.Meskipun memiliki umur yang lebih panjang, namun dari segi kualitas
hasil tidak kalah dengan jenis padi sawah.Agar diperoleh hasil yang maksimal,
maka budidaya secara intensif perlu dilakukan sehingga kegiatan ladang secara
berpindah dapat ditekan perkembangannya terutama untuk di daerah di luar Jawa.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.1996.
Intensifikasi Padi Gogo. Departemen Pertanian
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian; Ungaran
Noor,
M. 1996. Padi Lahan Marginal. Penebar Swadaya; Bogor
Hantoro,
F.R.P. 2007.Teknologi Budidaya Padi Gogo. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Jawa Tengah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Teguh
Rahayu.2000.Budidaya Tanaman Padi Dengan Teknologi Mig-6 plus. BPP
Teknologi dan MiG-6 Plus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar