KATA PENGANTAR
Puji syukur kami
haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,karena atas berkat rahmatnya kami dapat
menyelasaikan makalah tentang Seni Kriya ini.
Kami mengucapkan
terimakasih kepada narasumber yang telah membantu meyelasaikan makalah ini.
Untuk kesmpurnaan
makalah ini,kami sangat mengharapkan kritik serta saran dari bapak/ibu
guru.Semoga Tugas ini dapat bermanfaatbagi kita semua.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Karya seni kriya
dalam kehidupan umat manusia merupakan salah satu sarana pemenuhan kebutuhan
hidup. Karya seni kriya memiliki kekhasan tersendiri karena seni kriya
merupakan suatu karya cipta manusia yang didasari rasa estetis sesuai apa yang
diinginkan oleh manusia itu sendiri. Lingkungan sangat mempengaruhi dalam
penciptaan karya seni kriya, yang paling dominan adalah faktor dari alam.
Pengaruh dari alam sekitar tempat tinggal seniman akan memberikan dampak yang
signifikan terhadap model dan gaya dari karya yang diciptakan walaupun dengan
material yang berada, hal yang diungkapkan oleh Plato mimesis atau daya
representasi dari keahlian yang muncul sebagai kesempurnaan karya yang mengacu
pada apa yang terdapat di alam sehingga dengan demikian seniman akan
mendapatkan rangsangan dari lingkungannya dalam berkarya, baik dari segi ide
maupun bentuk yang dihasilkan.
Allah SWT menciptakan berbagai makhluk hidup di alam. Alam sekitar merupakan
salah satu sumber ide yang dapat digunakan oleh seorang kriyawan dalam
menciptakan karya seni kriya. Berdasarkan hal tersebut seorang pencipta karya
seni harus senantiasa berusaha untuk menemukan bentuk baru dari yang telah
dibuat orang lain. Dalam perkembangan zaman, menghasilkan karya seni terbentuk
dari aspek bentuk, aspek fungsi dan aspek hias dalam penciptaan karya seni
kriya kayu 3 sering ditemukan kendala atau hambatan pada saat penciptaan karya
tersebut, yaitu bagaimana menghasilkan karya seni yang sesuai dengan
prinsip-prinsip desain dan bagaimana karya yang diciptakan dapat selalu
diterima oleh masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Seni Kriya
Bericara tentang
seni kriya berarti sesuatu yang erat hubungannya dengan keterampilan tangan,
atau kerajinan yang membutuhkan ketelitian untuk setiap detail karya seni yang
akan dihasilkan. Pada umumnya sebuah karya yang dihasilkan oleh seni kriya
adalah seni pakai. Seni Kriya sendiri di Indonesia sudah sangat tua sekali ada
dari zaman dulu, yang mana seni Kriya ini adalah yang akan menjadi cikal bakal
lairnya seni rupa di Indonesia. Contoh sederhana dari seni kriya adalah, batik,
relief atau ukir, keramik grafis, sulam, anyaman, cinderamata, hiasan dinding,
patung, furniture, tenun, wadah, dll. Lalu apa sebenarnya definisi dari Seni
Kriya itu sendiri?. Dibawah ini adalah beberapa pengertian dan asal muasal
pengertian seni Kriya, silahkan disimak:
B.Seni kriya yunani kuno
Seni Yunani Kuno, seperti halnya seni
zaman Mesir Kuno, juga merupakan hasil kebudayaan manusia yang sangat tua
usianya. Keberadaaanya diperkirakan telah ada pada abad 7-5 sebelum Masehi.
Kebudayaan Yunani dan Romawi Kuno merupakan asal muasal kebudayaan Eropa yang
ada saat ini. Kesenian Yunani Kuno dikenal melalui peninggalan arsitekturnya
yang indah dan megah serta patungpatung realis dengan bentuk anatomi sangat
sempurna. Dalam seni rupa maupun arsitektur hal penting yang menjadi
peninggalan zaman Yunani Kuno adalah tentang proporsi bentuk dan pembagian
ruang yang disebut ’Proporsi Emas’ atau Golden Section: bahwa
perbandingan bagian yang pendek dengan bagian yang panjang adalah 1 : 1,618.
Proporsi ini juga dijumpai di alam, yakni pada pertumbuhan pepohonan dan pada
pertumbuhan kulit kerang dan juga pada manusia. Proporsi ini hampir diterapkan
dalam setiap karya seni rupa dan arsitektur (gb. 78, 79).
Seni Yunani Kuno dapat dibedakan
menjadi beberapa periode, yakni Geometric, Archaic, Classical dan Hellenistic.
Periode Geometric dimulai sekitar 1000 tahun sebelum Masehi. Pada masa ini pot
dihiasi dengan motif abstrak geometris dan diakhiri dengan motif-motif
ketimuran seperti teratai, bentuk singa, sphinx dan ornamen berkembang semakin
halus. Periode Archaic ditandai dengan produksi patung dan bentuk berwarna
hitam pada pot. Kekuatan niaga didominasi oleh dua kelompok etnis yakni Corinth
dan Athen. Produksi pot keramik mereka dijual diseluruh daerah di Yunani dan
menyebar hingga Spanyol, Ukraina dan Italia dan mengalahkan produksi daerah
lainnya. Warna-warna keramik pada masa ini dibatasi oleh teknik pembakarannya
yang hanya mendapatkan warna hitam, merah, putih, dan kuning.
Pada seni patungnya sangat dipengaruhi
oleh patung Romawi dan menjadi model patung klasik di kawasan Eropa. Dalam hal
bahan dipengaruhi oleh Mesir dan Mesopotamia yang menggunakan batu tetapi
bentuknya lebih dinamis dibanding patung Mesir. Ada tiga gaya dalam pengambaran
manusia dalam patung yaitu: patung telanjang berdiri, patung berdiri dengan
draperi pada pakaiannya, dan patung duduk. Semua menggambarkan tentang
pemahaman kesempurnaan dengan ketepatan anatomi bentuk tubuh manusia. Hal ini
menjadi subyek yang sangat pokok dalam kesenian Yunani, melihat bentuk tubuh
dewa sama dengan bentuk tubuh manusia, tidak ada perbedaan antara seni sakral
dan seni sekuler. Oleh karenanya, tubuh manusia dipandang dari keduanya yaitu
suci dan duniawi. Hingga akhirnya masyarakat melarang penggambaran tubuh wanita
telanjang pada abad IV sebelum Masehi yang menyebabkannya menjadi kurang
penting dalam perkembangan seni patung Yunani.
Patung-patung yang dibuat bukan semata
untuk keperluan artistik, tetapi pembuatannya banyak didasari dari pesanan para
bangsawan dan negara yang digunakan sebagai monumen publik, sebagai persembahan
di tempat suci keagamaan atau sebagai tanda pada kuburan. Patungpatung tersebut
tidak semuanya menggambarkan tokoh individual tetapi lebih kepada nilai-nilai
keindahan, keibaan, penghormatan, dan pengorbanan. Nilai-nilai tersebut selalu
digambarkan dalam bentuk tubuh pemuda telanjang (kouros/kouroi) walaupun
ditempatkan pada kuburan orang tua. Patung telanjang pemuda (kouros/kouroi)
gayanya hamper sama. Gradasi dalam status sosial digambarkan dengan ukuran
besar kecilnya dibanding nilai artistiknya.
Pada zaman klasik (500 tahun sebelum
Masehi) terjadi perubahan besar dalam seni patung Yunani karena
diperkenalkannya konsep demokrasi yang mengakhiri kekuasaan bangsawan yang
diasosiasikan oleh patung kouroi. Pada masa ini terjadi
perubahan gaya dan fungsi patung, teknik menggambarkan posenya berkembang
menjadi lebih naturalistik dengan wujud patung manusia realistik (gb. 80 ).
Seni patung pada masa ini penggunaannya diperluas yaitu digunakan sebagai
relief pada tempat-tempat suci dan pemakaman.
Selain itu para filusuf dan karyanya
juga mewarnai pemikiran orang di seluruh dunia hingga saat ini, antara lain
karya Plato, dan Aristoteles. Plato misalnya, menganggap bahwa lukisan
merupakan tiruan dari tiruan, karena apabila pelukis melukis meja, meja
tersebut sebenarnya merupakan tiruan dari dunia ide pembuatnya. Jadi menurut
pandangan ini pelukis yang melukiskan benda buatan manusia adalah meniru tiruan
dari pembuat awalnya.
Gaya Severe tidak berlangsung lama, dan sekitar tahun 460
SM digantikan oleh gaya Klasik. Para pematung Yunani mulai bereksperimen dengan
memuja para dewa dengan cara menampilkan keindahan dan keanggunan tubuh pria
muda yang atletis dan telanjang. Sementara itu patung perempuan masih
dilengkapi dengan pakaian.
Patung kusir kereta perang Delphi
Para pematung juga menjadi lebih tertarik pada sisi tiga
dimensi dari suatu patung, yaitu bahwa keindahan patung dapat dilihat dari
berbagai sisi, tidak hanya dari depan.
Tiruan buatan Romawi dari patung
perunggu diskobulos("pelempar cakram").
Salah satu pematung paling terkenal pada periode Klasik
adalah Phidias. Meskipun begitu, karyanya yang paling terkenal justru sudah
tidak ada, yaitu patung Zeus yang sangat besar yang dibuat dari emas dan gading
(kriselefantin). Patung ini dibuat sekitar tahun 440 SM dan ditaruh di kuil
Zeus di Olympia. Kemudian patung ini dibawa ke istana di Konstantinopel dan
terbakar habis dalam suatu kebakaran pada tahun 475 SM.
Tiruan buatan Romawi dari patung dewi
Athena karya Phidias.
Phidias juga membuat patung dan relief di Parthenon.
Karya-karyanya di Parthenon melambangkan kesempurnaan manusia, nyaris bagaikan
kedewaaan. Manusia, dan juga dewa, ditampilkan tenang, damai, tentram,
menguasai perasaan dan tubuh mereka. Bagi Phidias dan orang Yunani lainnya pada
masa ini, manusia merupakan ciptaan dewa yang luar biasa, manusia merupakan
makhluk yang indah, kuat, cerdas, dan rasional.
Salah satu releif di Parthenon
Pematung Yunani lainnya dari periode ini adalah
Polykleitos, yang membuat patung Doryphoros ("pembawa
tombak") yang terkenal. Sayangnya, patung aslinya kini sudah hilang, dan
hanya tiruannya, yang dibuat Romawi, yang masih ada. Sekitar tahun 340 SM, para
pematung mulai menghasilkan gaya baru yang disebut gaya Hellenistik.
Patung Doryphoros karya
Polykleitos
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Jadi dapat
disimpulkan bahwa Seni Kriya yang ada di yunani kuno memiliki banyak jenis
macam,Seni kriya dapat dibuat dari berbagai unsur unsur baik itu alam dan
hewan.Dan kita harus melestarikan seni kriya sebagai generasi muda agar bisa
menjadi kreatif dan inovatif.
Daftar Pustaka
·
www.academia.edu/6000118/Seni_Kriya_Nusantara
·
https://ml.scribd.com/doc/29313482/MAKALAH-SENI-KRIYA
·
sma2rengat.blogspot.com/p/blog-page_7497.htm
DI SUSUN
OLEH : KELOMPOK 1
Ø
Ø
Ø
Ø
Ø
Tidak ada komentar:
Posting Komentar