Tugas : Kesehatan Reproduksi
Nama Dosen : Sitti Dhia Ul Haq, SST, M.Kes.
INDIKATOR KESEHATAN WANITA
OLEH :
1.
MERLIN
2.
ISMI HAERUN
3.
UGUSTINA
4.
TASLYAH AKHSAN
5.
IRMA WAHYUNI
6.
ANTONIA
7.
NURLIANA
8.
SRI ANDRIANI
9.
PUJI LESTERI
10.
MARDIANTI
11.
FENTI VERA AGUSTINA
YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE
AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA
KABUPATEN MUNA
2015
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT., yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
alhamdulillah selesai tepat pada waktunya yang berjudul “INDIKATOR
KESEHATAN WANITA”.
Diharapkan
Makalah ini dapat memberikan informasi dan pembelajaran kepada kita semua.
Kesempurnaan hanyalah milik Allah swt., jadi kami menyadari bahwa Makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan Makalah ini.
Akhir
kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Wassalamuallaikum. Wr. Wb.
Raha, November 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...……………………………………………….….…………………. i
DAFTAR ISI …………………………………………………………….……………...…… ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ……………………………………………………..………..…... 1
B.
Rumusan Masalah …………………………………………………..……..…...... 1
C.
Tujuan …………………………………………………………………..…..…..... 1
Bab Ii Pembahasan
A.
Pengertian Indikator Kesehatan
Wanita..................................................................3
B.
Mengidentifikasi Indikator Status
Kesehatan Wanita Yang Terdiri Dari Pendidikan, Penghasilan, Usia Harapan Hidup,
Angka Kematian Ibu, Dan Tingkat Kesuburan..................................................................................................3
Bab Iii Penutup
A.
Kesimpulan ………………………………………………………………….…..13
B.
Saran ………………………………………………………………………....….14
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kesehatan reproduksi yang telah diterima secara
internasional yaitu : sebagai keadaan kesejahteraan fisik, mental, sosial yang
utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan sistim, fungsi-fungsi dan proses
reproduksi. Selain itu juga disinggung hak produksi yang didasarkan pada
pengakuan hak asasi manusia bagi setiap pasangan atau individu untuk menentukan
secara bebas dan bertanggung jawab mengenai jumlah anak, penjarakan anak, dan
menentukan kelahiran anak mereka.
Demi tercapainya derajat kesehatan yang tinggi, maka
wanita sebagai penerima kesehatan, anggota keluarga dan pemberi pelayanan
kesehatan harus berperan dalam keluarga, agar anak tumbuh sehat sampai dewasa
sebagai generasi muda. Oleh sebab itu wanita, seharusnya diberi perhatian.
Wanita menghadapi masalah kesehatan khusus yang
tidak dihadapi pria berkaitan dengan fungsi reproduksinya. Kesehatan
wanita secara langsung mempengaruhi kesehatan anak yang dikandung dan
dilahirkan. Kesehatan wanita sering dilupakan dan ia hanya sebagai objek dengan
mengatas namakan “pembangunan” seperti program KB, dan pengendalian jumlah
penduduk.
Berdasarkan pemikiran di atas kesehatan wanita
merupakan aspek paling penting disebabkan pengaruhnya pada kesehatan anak-anak.
Oleh sebab itu pada wanita diberi kebebasan dalam menentukan hal yang paling
baik menurut dirinya sesuai dengan kebutuhannya di mana ia sendiri yang
memutuskan atas tubuhnya sendiri.
B. Rumusan
Masalah
1.
Pengertian indikator kesehatan wanita
2. Mengidentifikasi indikator
kesehatan wanita yang terdiri dari pendidikan, penghasilan, usia harapan hidup,
angka kematian ibu dan tingkat kesuburan
C.
Tujuan Penulisan
1.
Dapat
mengetahui Pengertian
indikator kesehatan wanita
2.
Dapat
mengetahui Indikator Kesehatan Wanita
yang terdiri dari pendidikan, penghasilan, usia harapan hidup, angka
kematian ibu dan tingkat kesuburan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
indikator kesehatan wanita
Indikator kesehatan wanita adalah
ukuran yang menggambarkan atau menunjukan status kesehatan wanita dalam
populasi tertentu. Adapun indikator kesehatan ibu dapat ditinjau dari
pendidikan, penghasilan, usia harapan hidup, AKI, dan tingkat kesuburan.
B.
Indikator Kesehatan Wanita
a)
Pendidikan
Kemiskinan mempengaruhi kesempatan untuk mendapatkan
pendidikan. Kesempatan untuk sekolah tidak sama untuk semua tetapi tergantung
dari kemampuan membiayai. Dalam situasi kesulitan biaya biasanya anak laki-laki
lebih diutamakan karena laki-laki dianggap sebagai pencari nafkah utama dalam
keluarga. Dalam hal ini bukan indikator kemiskinan saja yang berpengaruh tetapi
juga jender berpengaruh pula terhadap pendidikan. Tingkat pendidikan ini
mempengaruhi tingkat kesehatan. Orang yang berpendidikan biasanya mempunyai
pengertian yang lebih besar terhadap masalah-masalah kesehatan dan
pencegahannya. Minimal dengan mempunyai pendidikan yang memadai seseorang dapat
mencari sumber, merawat diri sendiri, dan ikut serta dalam mengambil keputusan
dalam keluarga dan masyarakat
Pendidikan berpengaruh kepada sikap wanita terhadap
kesehatan, rendahnya pendidikan membuat wanita kurang peduli terhadap
kesehatan. Mereka tidak mengenal bahaya atau ancaman kesehatan yang mungkin
terjadi terhadap diri mereka. Sehingga walaupun sarana yang baik tersedia
mereka kurang dapat memanfaatkan secara optimal karena rendahnya pengetahuan
yang mereka miliki. Kualitas sumber daya manusia sangat tergantung pada
kualitas pendidikan, dengan demikian program pendidikan mempunyai andil besar
terhadap kemajuan sosial ekonomi bangsa.
Ø
Angka melek huruf :
Sampai tahun 2004, persentase perempuan yang melek
huruf terus mengalami peningkatan, meskipun persentasenya masih lebih rendah
dari laki-laki. Secara rasional angka melek huruf sudah mencapai
87,9%, pada laki-laki sebesar 92,3% dan pada perempuan sebesar 83.5%.
Ø
Rata-rata
lama sekolah :
Tahun efektif bersekolah pada umur 15 tahun sebesar
7.09% dimana pada laki-laki 7,62% dan perempuan 6,57%. Angka ini akan
menunjukkkan bahwa secara rata-rata pendidikan penduduk mencapai jenjang
pendidikan kelas I SLTP.
Ø
Jenjang
pendidikan yang telah ditamatkan :
Pada tahun 2003 penduduk usia lebih dari 10 tahun
yang berpendidikan SLTP hanya sebanyak 36,21%, pada laki-laki sebesar 39.87%
dan pada perempuan 32.57%.
Kondisi ini menunjukkan bahwa taraf
pendidikan perempuan belum setara dengan laki-laki, hal ini dikarenakan
terbentuk kontruksi yang terbentuk dari masyarakat. Pendidikan yang tinggi
dipandang perlu bagi kaum wanita untuk meningkatkan taraf hidup, membuat keputusan
yang menyangkut masalah kesehatan sendiri. Seorang wanita yang lulus dari
perguruan tinggi akan lebih mudah mendapatkan pekerjaan dan mampu berprilaku
hidup sehat bila dibandingkan dengan seorang wanita yang memiliki pendidikan
rendah. Meningkatnya pendidikan berdampak pada pengalaman dan wawasan yang
semakin luas, pendidikan dapat meningkatkan status sosial dan kedudukan seorang
perempuan didalam masyarakat sehingga perempuan dapat meningkatkan aktifitas
sehari-hari maupun aktifitas sosialnya. Menurut profil klasifikasi perempuan
diberbagai negara menunjukkan bahwa pendidikan, pekerjaan dan kesehatan
perempuan Indonesia dinilai sangat buruk.
b)
Penghasilan
Penghasilan perempuan meningkat, maka pola pemenuhan
kebutuhan akan bergeser dari pemenuhan kebutuhan pokok saja, menjadi pemenuhan
kebutuhan lain, khususnya peningkatan kesehatan perempuan. Penghasilan
berkaitan dengan status sosial ekonomi , dimana sering kali status ekonomi
menjadi penyebab terjadinya masalah kesehatan pada wanita. Misalnya banyak
kejadian anemia defisiensi fe pada wanita usia subur yang sering kali
disebabkan kurangnya asupan makanan yang bergizi seimbang. Anemia pada ibu
hamil akan lebih memberikan dampak yang bisa mengancam keselamatan ibu.
Di
negara berkembang termasuk Indonesia kawin muda pada wanita masih banyak
terjadi (biasanya di bawah usia 18 tahun). Hal ini banyak kebudayaan yang
menganggap kalau belum menikah di usia tertentu dianggap tidak laku. Ada juga
karena faktor kemiskinan, orang tua cepat-cepat mengawinkan anaknya agar lepas
tanggung jawabnya dan diserahkan anak wanita tersebut kepada suaminya. Ini
berarti wanita muda hamil mempunyai risiko tinggi pada saat persalinan. Di
samping itu risiko tingkat kematian dua kali lebih besar dari wanita yang
menikah di usia 20 tahunan. Dampak lain, mereka putus sekolah, pada akhirnya
akan bergantung kepada suami baik dalam ekonomi dan pengambilan keputusan.
·
Kekurangan
gizi dan Kesehatan yang buruk
Menurut WHO di negara berkembang terrnasuk Indonesia
diperkirakan 450 juta wanita tumbuh tidak sempurna karena kurang gizi pada masa
kanak-kanak, akibat kemiskinan. Jika pun berkecukupan, budaya menentukan bahwa
suami dan anak laki-laki mendapat porsi yang banyak dan terbaik dan terakhir
sang ibu memakan sisa yang ada. Wanita sejak ia mengalami menstruasi akan
membutuhkan gizi yang lebih banyak dari pria untuk mengganti darah yang keluar.
Zat yang sangat dibutuhkan adalah zat besi yaitu 3 kali lebih besar dari
kebutuhan pria. Di samping itu wanita juga membutuhkan zat yodium lebih banyak
dari pria, kekurangan zat ini akan menyebabkan gondok yang membahayakan
perkembangan janin baik fisik maupun mental.
Wanita juga sangat rawan terhadap beberapa penyakit,
termasuk penyakit menular seksual, karena pekerjaan mereka atau tubuh mereka
yang berbeda dengan pria. Salah satu situasi yang rawan adalah, pekerjaan
wanita yang selalu berhubungan dengan air, misalnya mencuci, memasak, dan
sebagainya. Seperti diketahui air adalah media yang cukup berbahaya dalam
penularan bakteri penyakit
·
Beban
Kerja yang berat
Wanita bekerja jauh lebih lama dari pada pria,
berbagai penelitian yang telah dilakukan di seluruh dunia rata-rata wanita
bekerja 3 jam lebih lama. Akibatnya wanita mempunyai sedikit waktu istirahat,
lebih lanjut terjadinya kelelahan kronis, stress, dan sebagainya. Kesehatan
wanita tidak hanya dipengaruhi oleh waktu.
c)
Angka Kematian Ibu
Kehamilan, persalinan dan nifas merupakan penyebabkematian, penyakit dan
kecacatan pada perempuan usia reproduksi di Indonesia. Survey Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002/2003 melaporkan angka kematian ibu (AKI)
sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2006 sebesar 226/100.000
kelahiran hidup. Menurut WHO tahun 2014 penyebab tingginya angka kematian ibu
dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu infeksi, perdarahan dan penyulit persalinan
sedangkan 5 penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan postpartum, sepsis
puerperal, abortus, eklamsia, dan persalinan terhambat.
Rendahnya kualitas hidup sebagian besar perempuan
Indonesia disebabkan oleh masih terbatasnya wawasan, lingkungan sosial budaya
yang belum kondusif terhadap kemajuan perempuan dan belum dipahaminya konsep
gender di dalam kehidupan bermasyarakat dan berkeluarga.
Angka
kematian ibu adalah jumlah kematian ibu kerena kehamilan, persalinan,
nifas dalam satu tahun dibagi dengan jumlah kelahiran hidup pada tahun yang
sama dengan persen atau permil.
Kasus kekerasan dalam keluarga, perdagangan, tekanan
budaya, adat istiadat, pendidikan rendah dan dominasi pria dalam rumah tangga
masih menimpa sebagian besar perempuan. Pemerintah daerah belum memiliki
kesungguhan mengangkat harkat dan keijakan perempuan secara keseluruhan
terutama menekan angka kematian ibu melahirkan.
Angka kematian ibu (AKI) adalah banyaknya
wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan
kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil)
selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan)
tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100 000 kelahiran hidup. AKI
diperhitungkan pula pada jangka waktu 6 minggu hingga setahun setelah
melahirkan.
Definisi Operasionalnya adalah Kematian Ibu Kematian
yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan, persalinan, dan masa nifas.
Sumber datanya dapat diperoleh dari Survey dan atau Catatan kematian Ibu hamil
atau melahirkan pada bidan, dokter atau sarana kesehatan
Indonesia adalah salah satu negara yang masih belum
bisa lepas dari belitan angka kematian ibu (AKI) yang tinggi. Bah¬kan jumlah
perempuan Indonesia yang me¬ninggal saat melahirkan mencapai rekor ter¬tinggi
di Asia. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007,
angka kematian maternal di Indonesia mencapai 248/100.000 kelahiran hidup, itu
berarti setiap 100.000 kelahiran hidup masih ada sekitar 248 ibu yang meninggal
akibat komplikasi kehamilan dan persalinan.
Tingginya angka kematian maternal diatas dipengaruhi
oleh banyak faktor dan sangat kompleks, secara garis besar faktor determinan
kematian maternal digolongkan menjadi dua faktor besar yaitu faktor
medis/langsung dan faktor non-medis/tidak langsung. Faktor medis/langsung
disebabkan oleh komplikasi obstetrik atau penyakit kronik yang menjadi lebih
berat selama masa kehamilan, sehingga berakhir dengan kematian, yaitu
Perdarahan (28%), Eklampsia (24%), Infeksi (11%), Abortus (5%), partus lama,
trauma obstetrik (5%), emboli obstetrik (3%). Sebagian kematian maternal banyak
terjadi pada saat persalinan, melahirkan dan sesaat setelah melahirkan.
Faktor reproduksi ibu turut menambah besar risiko
kematian maternal. Jumlah paritas satu dan Paritas diatas tiga telah terbukti
meningkatkan angka kematian maternal dibanding paritas 2-3, selain itu faktor
umur ibu melahirkan juga menjadi faktor risiko kematian ibu, dimana usia muda
yaitu < 20 tahun dan usia tua ≥35 tahun pada saat melahirkan menjadi faktor
risiko kematian maternal, sedangkan jarak antara tiap kehamilan yang dianggap
cukup aman adalah 3-4 tahun. Faktor kematian maternal ini kemudian
diidentifikasi sebagai 4 Terlalu (terlalu muda, terlalu tua, terlalu rapat
jarak kehamilan dan terlalu banyak) Selain faktor medis dan reproduksi, faktor
non-medis turut menambah parah risiko kematian maternal. faktor non-medis/tidak
langsung tersebut yaitu kondisi sosial budaya, ekonomi, pendidikan, Kedudukan
dan peran wanita, kondisi geografis, dan transportasi, ini kemudian
diidentifikasisebagai tiga terlambat (3T).
Faktor-faktor diataslah yang kemudian turut berkontribusi
dan mempertinggi risiko kematian maternal, padahal pada dasarnya faktor-faktor
tersebut dapat mudah untuk dicegah dan dihindarkan. Kematian maternal yang
disebabkan oleh faktor-faktor yang seharusnya dapat dihindari, atau peluang
yang terlewatkan maupun pelayanan dibawah standar, harus dapat ditemukan
masalahnya. Oleh sebab itu penting dilakukan upaya untuk identifikasi seberapa
besar faktor risiko tersebut terhadap kejadian kematian maternal.
d)
Indikator Usia Harapan Hidup
Usia harapan hidup (Life Expectancy Rate) merupakan lama hidup manusia di dunia. Usia
harapan hidup perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Hal ini di
sebabkan karna wanita lebih kuat ketika dalam kandungan, wanita penuh
perhitungan, wanita lebih kuat hadapi penyakit jantung, sifat sosial wanita
lebih kuat, wanita lebih menjaga kesehatan. Harapan hidup penduduk Indonesia mengalami
peningkatan jumlah dan proporsi sejak 1980. Harapan hidup perempuan adalah 54
tahun pada 1980, kemudian 64,7 tahun pada 1990, dan 70 tahun pada 2000.
Meningkatnya usia harapan hidup penduduk Indonesia
membawa implikasi bertambahnya jumlah lansia. Berdasarkan data, wanita
Indonesia yang memasuki masa menopause saat ini semakim meningkat setiap
tahunnya. Meningkatnya jumlah itu sebagai akibat bertambahnya populasi penduduk
usia lanjut dan tingginya usia harapan hidup diiringi membaiknya derajat
kesehatan masyarakat.
1. Hal-hal yang berpengaruh penting
pada kelangsungan hidup yang lebih lama
Penyebab panjangnya umur manusia, diluar soal takdir
tentunya, tergantung dari beberapa faktor:
a.
Pola Makan
Makanan
juga mempengaruhi panjang pendeknya umur, hal ini karena makanan yang banyak
mengandung zat pengawet akan membuat tubuh cepat mengalami sakit dan bisa
menyebabkan kematian. Dan sebaliknya makanan yang sehat, tidak mengandung zat
pengawet, akan membuat tubuh menjadi tambah sehat, dan memperlambat proses
terjadinya sakit, selama kita selalu menjaga makanan yang di konsumsi.
b.
Penyakit bawaan dari lahir:
Mereka yang diberi
berkah oleh Tuhan Yang Maha Kuasa untuk menjalani hidup lebih panjang adalah
orang-orang yang terkait dengan rendahnya penyakit degeneratif. Yaitu
penyakit-penyakit yang mengancam kehidupan manusia, seperti penyakit kanker,
jantung koroner, diabetes dan stroke
c. Lingkungan
Tempat Tinggal
Lingkungan tempat tinggal mempengaruhi panjang
pendeknya umur, hal ini karena
misalnya kita berada pada daerah yang mempunyai banyak nyamuk malaria, maka
otomatis jika kita tidak menjaga kesehatan kita dengan baik, maka kita juga
akan terserang penyakit malaria, dan mendekatkan kita pada kematian.
Atau misalnya kita tinggal pada daerah yang telah
tertular dengan virus HIV, maka otomatis kita juga akan tertular dengan
penyakit tersebut jika kita tidak segera pindah dari lingkungan tersebut atau
menjaga kesehatan.
d. Strees Atau Tekanan
Stres dan tekanan mempengaruhi
umur manusia, hal ini karena stres ini memicu kelelahan mental dan mempengaruhi
kesehatan fisik. Reaksi psikologis dan fisiologis atas perubahan situasi yang
tidak dapat di terima ini akan merangsang pelepasan hormon kortisol yang
memiliki efek merusak tubuh.
2. Faktor-faktor kesehatan yang mempengaruhi dan
berhubungan dengan usia harapan hidup :
1) Gizi
Melewati kehidupan di dunia hingga usia 100 tahun
mungkin menjadi harapan sebagian manusia. Mereka berpendapat bahwa dengan
semakin panjang umur semakin banyak hal-hal yang dapat dilakukan, terlepas itu
perbuatan yang baik maupun buruk. Penyebab panjangnya umur manusia, diluar soal
takdir tentunya, tergantung dari beberapa faktor. Tapi yang paling berpengaruh
adalah pola makan.
a. Orang-orang lanjut usia ini mulai
mengurangi konsumsi kalori dengan hanya memakan kacang-kacangan (kedelai),
makan ikan dan minum teh hijau maupun teh hitam.
b. Melakukan puasa seperti yang
dilakukan umat Islam pada bulan Ramadhan.
c. Melakukan diet terhadap jenis
makanan goreng-gorengan, selain juga mengurangi porsi makan sehari-hari.
d. Pada awal usia 50 tahunan, disaat
proses metabolisme tubuh sudah mulai lambat, mereka banyak makan makanan yang
mengandung zat anti oksidan yang bermanfaat bagi tubuh.
e. Makan ikan yang mengandung zat
omega 3 yang sangat tinggi, yang dapat mengurangi kolesterol dalam tubuh.
f. Mereka juga memangkas konsumsi
protein dan lemak dalam tubuh, dengan cara mengurangi makanan yang mengandung
lemak dan protein hewani, seperti telor, susu, daging, keju, dsb.
g. Menyarankan agar para manula
tersebut mulai kembali ke makanan ‘back to nature’ atau kembali ke alam.
Diantaranya degan cara mengkonsumsi makanan tanpa dimasak atau menjadi seorang
vegetarian.
2) Merokok
Merokok mengurangi usia harapan hidup rata-rata 10
tahun. Atau kalau anda tidak merokok berarti menambah usia harapan hidup
rata-rata 10 tahun.
Masalahnya adalah begitu orang merokok, susah untuk
menghentikan kebiasaan itu. Banyak orang yang mengaku tak bisa berhenti
merokok,” katanya.Mereka yang berhenti merokok pada usia 60 tahun, bisa
meningkatkan harapan hidup selama tiga tahun. Sementara bila seseorang berhenti
merokok pada usia 30 tahun, berbagai dampak negatif terhadap kesehatan bisa
diminimalkan.
Ada sekitar 20 penyakit yang terkait dengan merokok
ini, antara lain penyakit jantung, stroke, dan berbagai macam kanker. Di negara
berkembang dewasa ini, semakin banyak orang merokok. Sejak penelitian ini
dilakukan, diperkirakan 100 juta orang meninggal di seluruh dunia akibat
merokok. “Kematian itu disebabkan merokok telah dibuktikan sebagai penyebab
berbagai penyakit saluran pernapasan seperti penyakit paru obstruktif menahun,
kanker paru, dan diyakini merupakan faktor resiko untuk penyakit jantung,
stroke, dan berbagai penyakit kronis lain”.
3) Menapause
Keberhasilan pembangunan termasuk pembangunan
kesehatan telah meningkatkan status kesehatan dan gizi masyarakat antara lain
meningkatnya umur harapan hidup (UHH) di Indonesia dari tahun ke tahun.
Disamping itu terjadi pula pergeseran umur menopause dari 46 tahun pada tahun
1980 menjadi 49 tahun pada tahun 2000.
Pada usia 50 tahun, perempuan memasuki masa menopause
sehingga terjadi penurunan atau hilangnya hormon estrogen yang menyebabkan
perempuan mengalami keluhan atau gangguan yang seringkali mengganggu aktivitas
sehari-hari bahkan dapat menurunkan kualitas hidupnya. Padahal estrogen
tersebut mempunyai manfaat yang beragam, sehingga menurunnya produksi hormon akan
berpengaruh terhadap beberapa perubahan penting dalam tubuh.
Gejala gejala awal kurangnya estrogen :
v Wajah kemerahan
v Keringat pada malamm hari
v Rasa sakit dan nyeri (nyeri
tulang dan sendi)
v Kekeringan didaerah vagina
v Masalah kandung kemih
v Hubungan seksual yang menimbulkan
rasa nyeri
v Kulit kering
v Gangguan tidur
v Emosi yang mudah berubah-rubah
v Perdarahan menstruasi yang tidak
teratur
v Gejolak panas di dada dan muka
(hot flushes)
v Sakit kepala
v Mudah pingsan
v Depresi
v Daya ingat menurun
v Sulit konsentrasi
v Penyakit jangka panjang seperti
tulang keropos (osteoporosis), jantung koroner,
stroke, kanker usus besar.
v Gangguan tidur
v Emosi yang mudah berubah-rubah
v Perdarahan menstruasi yang tidak
teratur
v Gejolak panas di dada dan muka
(hot flushes)
v Sakit kepala
v Mudah pingsan
v Depresi
v Daya ingat menurun
v Sulit konsentrasi
v Penyakit jangka panjang seperti
tulang keropos (osteoporosis), jantung koroner, stroke, kanker usus besar.
Anda dapat mengukur kadar estrogen dengan
berkonsultasi pada dokter yang akan melakukan pemeriksaan darah sederhana. Bila
anda telah mengetahui penyebab timbunya gejala-gejala tersebut, anda dapat
memulai usaha untuk mengatasinya.
Olahraga merupakan hal yang penting, tidak saja untuk
kesehatan umum anda, tetapi juga memperbaiki densitas/kepadatan tulang anda dan
menghilangkan gejala-gejala menopause.
Diet tradisional Asia tampaknya memberi keuntungan yang penting. Diet Asia ini:
Diet tradisional Asia tampaknya memberi keuntungan yang penting. Diet Asia ini:
v Mengandung kurang dari 20% kalori
yang berasal dari lemak
v Membatasi masukan daging
v Kaya akan berbagai macam buah,
sayur serta kacang-kacangan
v Memasukan menu dari tahu atau
olahan kedelai paling tidak sekali sehari. (Produk olahan kedelai mengandung
fitoestrogen, yang merupakan sebuah tipe hormon tanaman yang diyakini
bermanfaat bagi menopause. Namun demikian, preparat tersebut belum terbukti
keuntungannya untuk mengatasi osteoporosis dan efek kardiovaskuler akibat
menopause.
v Hindari
fakor-faktor yang memicu gejala-gejala menopause anda.kemerahan pada wajah
dapat di picu oleh makanan nyang panas atau pedas. Alkohol, kafein dan gula
juga dapat memicu kemerahan pada wajah.
v Krim vagina dan jel dapat di
gunakan untuk mengurangi kekeringan dan rasa gatal pada vagina..
Preparattersebut juga dapat di gunakan pada saat berhubungan seksual, untuk
mengurangi rasa sakit
Osteoporosis Seiring meningkatnya usia harapan hidup
di Indonesia, masalah osteoporosis/tulang keropos perlu mendapat perhatian
serius. Semakin tua seseorang, semakin mudah terserang osteoporosis.
Orang lanjut usia merupakan sasaran paling rapuh untuk
terkena osteoporosis. Ketika perempuan mencapai usia 80 tahun, ia mengalami
resiko 40% mengalami 1 atau lebih patah tulang belakang. Data dunia juga
menyebutkan satu dar tiga wanita beresiko terkena osteoporosis.
Kunci utama untuk
melawan rapuh tulang diantaranya:
v Perhatikan gaya hidup
v Perhatikan pola makan
v Aktifitas fisik.
e)
Tingkat Kesuburan
Begitu
banyak pasangan suami istri yang sangat menginginkan kehadiran si buah hati
namun belum juga dikaruniani seorang anak. Banyak pula dari mereka yang
mengikuti beberapa program guna mengharapkan terjadinya suatu kehamilan.
Kemandulan atau ketidak suburan sering kali hanya dituduhkan ke pihak wanita,
padahal pihak pria juga memiliki faktor penyebabnya.
Namun disini kita tidak akan membahas tentang hal
tersebut. Kita hanya membedah seputar masalah masa subur wanita yang biasanya
dijadikan tolak ukur untuk pasangan suami istri melakukan kegiatan seksual
dengan harapan terjadi suatu kehamilan.
Masa subur adalah suatu masa dalam siklus menstruasi
perempuan dimana terdapat sel telur yang matang yang siap dibuahi, sehingga
bila perempuan tersebut melakukan hubungan seksual maka dimungkinkan terjadi
kehamilan.
Siklus menstruasi dipengaruhi oleh hormon seks
perempuan yaitu esterogen dan progesteron. Hormon-hormon ini menyebabkan
perubahan fisiologis pada tubuh perempuan yang dapat dilihat melalui beberapa
indikator klinis seperti, perubahan suhu basal tubuh, perubahan sekresi lendir
leher rahim (serviks), perubahan pada serviks, panjangnya siklus menstruasi
(metode kalender) dan indikator minor kesuburan seperti nyeri perut dan
perubahan payudara.
Dengan mengetahui masa subur, ini akan bermanfaat bagi
pasangan yang bermasalah dalam mendapatkan keturunan, yaitu dengan cara:
1. Menilai kejadian dan waktu terjadinya ovulasi
2. Memprediksikan hari-hari subur yang maksimum
3. Mengoptimalkan waktu untuk
melakukan hubungan seksual untuk mendapatkan kehamilan
4. Membantu mengindentifikasi sebagian masalah
infertilitas.
Cara lain adalah sebagai berikut:
Rumus menghitung masa
subur wanita dengan menggunakan sistem kalender :
·
Masa Subur = Hari Terakhir Haid
Menstruasi + 13
·
Masa Prasubur = Masa Subur -3
& Masa Subur + 3
Contoh :
Masa subur = hari terakhir menstruasi adalah 20 April + 13
= 33 hari atau jatuh pada tanggal 3 Mei
Masa prasubur = hari terakhir menstruasi -3 dan hari terakhir menstruasi +3
= 20 - 3 = 17 dan 20+3 = 23
Jadi hari terakhir menstruasi adalah tangal 20 April maka tanggal masa subur adalah tanggal 3 Mei, masa prasubur awal tanggal 17 April dan masa prasubur akhir tanggal 23 April.
Agar lebih tepat sebaiknya melakukan pencatatan 6 siklus haid terakhir untuk menentukan masa prasubur. Kurangi dan tambahkan 3 hari pada siklus terpendek dan terpanjang dari catatan yang telah dibuat.
Fakta membuktikan bahwa wanita yang sedang dalam masa
subur biasanya bersikap lebih tajam terhadap wanita lain. Pada saat ovulasi
(sekitar hari ke-12 sampai 21 siklus menstruasi) perasaan ingin bersaing dengan
wanita lain semakin tinggi. Pada masa ovulasi, wanita sering memberikan
komentar yang buruk ketika dimintai pendapat tentang wanita lain.
Pemilihan kontrasepsi alat suntik dan pil sangat
mempengaruhi kesuburan wanita. Jika ingin membuat jeda waktu untuk terjadinya
suatu kehamilan dengan memakai alat kontrasepsi, sebaiknya konsultasikan dulu
berbagai efek pemakaian dan pasca pemakaian dari masing-masing jenis alat.
Berat badan juga mempengaruhi kesuburan. Sebuah penelitian mengatakan 12%
masalah ketidaksuburan disebabkan oleh masalah berat badan.
Terlalu kurus bisa membuat siklus haid wanita tidak
teratur dan bisa melahirkan bayi yang juga memiliki berat badan rendah.
Sebaliknya terlalu gemuk juga tidak berakibat baik untuk kesuburan karena
keseimbangan hormon terganggu dan berisiko mengalami tekanan darah tinggi dan
diabetes semasa hamil.
Wanita yang minum empat gelas kopi per hari memiliki
risiko tidak subur lebih besar. Sebabnya, kafein mengurangi kandungan darah
dalam hormon prolactin. Rendahnya hormon prolactin berhubungan dengan semakin
rendahnya tingkat kesuburan. Jadi pilihan makanan juga turut mempengaruhi
kesuburan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Indikator kesehatan wanita adalah ukuran yang
menggambarkan atau menunjukan status kesehatan wanita dalam populasi tertentu.
Adapun indikator kesehatan wanita dapat ditijau dari:
ü
Pendidikan
ü Penghasilan
ü Usia harapan hidup
ü AKI
ü
Tingkat
kesuburan.
B.
Saran
ü Saran Untuk Tenaga Kesehatan
Penyusun berharap hendaknya kita
sebagai tenaga kesehatan lebih memahami tentang indikator status kesehatan
wanita. Serta bagaiman tindakan kita untuk mengatasinya.
ü
Saran Untuk Institusi
Penyusun berharap agar
makalah tentang indikator status kesehatan wanita ini dapat dijadikan
referensi buku.
ü
Saran Untuk Mahasiswa
Penyusun berharap agar mahasiswa
prodi DIII Kebidanan lebih mengetahui tentang indikator status
kesehatan wanita. Serta dapat menerapkan
saat praktek di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Ilawati.
2014. Kumpulan Materi Biologi Reproduksi.
Raha.
Maryunani,
Anik. 2010. Biologi Reproduksi Dalam
Kebidanan. Jakarta: CV. Trans Info Media.
Meity,
Nur. 2005. Konsep Pemikiran Tentang
Kesehatan Reproduksi Wanita. Artikel Rebaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar