Kesenian India
Kebudayaan purba India berkembang sekitar
3000 SM di lembah sungai Indus – Pakistan. Dari beberapa hasil temuan ternyata
sudah menunjukan suatu bentuk kebudayaan yang bermutu tinggi. Tetapi masih
belum memberikan gambaran secara lengkap tentang peninggalannya, Karena masih
belum banyak ditemukan.
Peninggalan – peninggalanya antara lain:
•
Arsitektur India
Karya
arsitektur India sama halnya dengan seni lainnya, ia pun dipengaruhi oleh unsur
keagamaan. Beberapa arsitektur India seperti stupa, candi, dan kuil berkaitan
dengan agama Budha, Hindu, dan Jaina. Artinya bangunan-bangunan itu selain
berfungsi untuk tempat pemujaan juga tempat tinggal bikhsu. Misalnya komplek
stupa selain sebagai monumen juga berfungsi tempat pemujaan, di situ ada chaitya dan wihara sebagai tempat pertemuan, tempat pemujaan dan sekaligus
tempat tinggal bikhsu.
Bangunan-bagunan
ini sebagai bukti sejarah kemajuan budaya India. Selain berarsitektur bagus
bagunan-bagunan itu terbuat dari bahan batu. Bagunan yang terbuat dari bahan
batu ini sangat tahan. Beberapa karya arsitektur India senantiasa menjadi bahan
kajian dan bahasan karena di antara karya-karya seni India maka seni bagunan
ini lah yang masih tersisa sebagai bukti
peninggalan sejarah.
Stupa
merupakan salah satu bagunan suci berfungsi sebagai monumen peringatan Budha.
Bangunan ini mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan budaya
masyarakatnya. Pada awalnya bentuk stupa sangat sederhana, bagai onggokan tanah
setengah lingkaran, kemudian berkembang dengan penambahan bentuk kiri, kanan,
depan belakang, dan bagian atas. Bahannya pun berubah dari tanah menjadi batu.
Walaupun bahan stupa dari tanah atau batu namun bila melihat arsitekturnya
sangatlah bagus karena selain ada patung ada ornamen-ornamen.
Stupa
yang merupakan tempat suci bagi penganut Budha sekaligus sebagai tempat
pemujaan. Di dalam stupa tersimpat benda-benda suci. Perkembangan arsitektur
stupa lebih banyak di luar India sebagaimana perkembangan agama Budha itu
sendiri.
Arsitektur
India lainnya adalah chaitya dan wihara, dua bangunan ini tidak begitu sering dibahas.
Bagunan ini berupa gua atau bukit yang dikerok. Umumnya bangunan ini sebagai
tempat pertemuan, tempat tinggal bikhsu (bertapa atau menyendiri) dalam upaya
menjauhkan diri dari hal-hal yang bersifat duniawi.
Chaitya
dapat berupa stupa, altar, dan bahkan pohon karena maksudnya adalah tempat
pemujaan. Chaitya yang dibuat di
bukit bentuknya empat persegi panjang dengan ujung bagian dalam berupa setengah
lingkaran tempat meletakkan patung budha. Kiri kanan menuju ceruk (setengah
lingkaran) disangga oleh tiang, bagian atas melengkung, bagian depan atau pintu
masuk dihiasi dengan berbagai relief.
Chaitya
yang paling tua dibuat sekitar 150 SM yaitu chaitya
Bahaja. Perkembangan arsitektur chaitya selanjutnya dalam bentuk penambahan
interior dan eksteriornya, ukuran, dan bahan-bahan yang digunakan. Chaitya yang terkenal terdapat di Karli
dan dibuat pada masa dinasti Andhra abad ke 1 dan ke 2 M.
Kemampuan
dalam menggali bukit, menyangga, dan membuat ornamen menunjukkan telah majunya
budaya India pada abad ke 1 M. Pada pintu masuk chaitya tampak kesan keanggunan dan sekaligus juga kesan ritual.
Pemilihan lokasi juga sangat menentukan perpaduan antara ritualitas dan seni
bangunan.
Wihara atau juga ada yang
menamakan bihara adalah tempat
tinggal bikhsu untuk melaksanakan kebaktian. Sebelum datangnya agama budha ke
India maka orang-orang India sudah terbiasa hidup menyepi dalam menghindari
diri dari keramainan. Kebiasaan ini menjadi subur ketika agama Budha berkembang
di India, sehingga banyak pula dijumpai wihara
peninggalan arsitektur India.
Sama halnya dengan chaitya maka wihara juga
bukit yang dikerok. Bedanya denah wihara
bujur sangkar sebagai tempat utama pertemuan kemudian di sekelilingnya terdapat
ruang-ruang kecil tempat bikhsu. Awalnya wihara hanya tempat tinggal bikhsu
kemudian dilengkapi dengan patung budha sehingga fungsinya juga berkembanag
sebagai tempat pemujaan. Wihara yang terkenal terdapat di Ajanta
yang dibangun pada abad ke 2 sampai abad ke 7 M.
• Seni Lukis
India
a. Sejarah dan perkembangan seni lukis India tidak semaju
perkembangan seni patung dan arsitekturnya. Data tentang seni lukis India amat
terbatas terutama data-data seni lukis masa-masa dinasti yang berkuasa di
India. Namun seni lukis India tentulah tetap ada sebagaimana ditemukannya
lukisan yang terdapat di gua Ayanta.
Seni lukis zaman Ayanta ini merupakan seni lukis yang dianggap menemukan tingkat kemajuan yang tinggi waktu itu. Ada dua tahap perkembangan seni lukis masa ini yakni pertama abad 2 AD dan tahap kedua pada abad ke 5 AD di bawah naungan Vakatakas yang memerintah di Deccan.
Seni lukis zaman Ayanta ini merupakan seni lukis yang dianggap menemukan tingkat kemajuan yang tinggi waktu itu. Ada dua tahap perkembangan seni lukis masa ini yakni pertama abad 2 AD dan tahap kedua pada abad ke 5 AD di bawah naungan Vakatakas yang memerintah di Deccan.
b. Karya-karya lukis dibuat dari
filosofi yang dalam, yang anggun dan agung. Bila dilihat dari teknik seni lukis
moderen maka lukisan sudah sangat maju. Hal ini dapat dilihat sudah adanya
pemahaman perspektif yang dapat dilihat pada bagian tiang-tiang.Objek gambaran
adalah adegan dari kehidupan Budha dan Jatakas, cerita orang melahiran. Lukisan
ini membawa kita ke keindahan besar dengan sangat halus terhadap makna hidup
dan berbagai tahapan realita. Pencari kebenaran yang dilukis pada dinding goa
Ayanta, merupakan penggambaran kehidupan roh yang meliputi seluruh dunia
Gambar : Mumtaz Mahal
3. Seni Patung dan Relief India
Wujud Ganesa didapati dalam kesenian Hindu di Jawa, Bali, dan
Kalimantan yang menunjukkan pengaruh regional yang spesifik. Penyebaran budaya
Hindu secara perlahan-lahan ke Asia Tenggara telah membuat wujud Ganesa dimodifikasi di Burma, Kamboja, dan Thailand. Di
Vietnam agama Hindu dan Buddha dijalankan dengan berdampingan, dan pengaruh
timbal balik bisa dilihat dalam penggambaran Ganesa di wilayah itu. Di Thailand,
Kamboja dan di Vietnam, Gane saterutama dianggap sebagai penyingkir segala
rintangan. Bahkan kini oleh umat Buddhadi Thailand, Ganesa dihormati sebagai
penyingkir segala rintangan, atau dewa keberhasilan.Sebelum kedatangan Islam,
Afghanistan memiliki ikatan budaya yang erat denganIndia, dan pemujaan terhadap
dewa-dewi Hindu maupun Buddha sama-sama dijalankan. Beberapa contoh arca dari
abad ke-5 sampai abad ke-7 telah bertahan,mencerminkan bahwa pemujaan Ganesa
adalah hal yang populer di wilayah itu.Ganesa muncul dalam agama Buddha
Mahayana, tidak hanya dalam wujud dewa Vinayaka dalam agama Buddha, namun juga
sebagai wujud raksasa dengan nama yang sama. Citranya muncul dalam arca-arca
agama Buddha selama akhir masa kerajaan Gupta.
Meskipun ia dikenal memiliki
banyak atribut, kepalanya yang berbentuk gajah membuatnya mudah untuk dikenali.
Ganesa Mahsyur sebagai "Pengusir Segala Rintangan" dan lebih umum
dikenal sebagai "Dewa saat memulai pekerjaan" dan "Dewa Segala
rintangan" (Wignesa, Wigneswara), "Pelindung seni dan ilmu
pengetahuan", dan"Dewa kecerdasan dan kebijaksanaan". Ia
dihormati saat memulai suatu upacara dan dipanggil sebagai pelindung atau
pemantau tulisan saat keperluan menulis dalam upacara Beberapa kitab mengandung
anekdot mistis yang dihubungkan dengan kelahirannya dan menjelaskan
ciri-cirinya yang tertentu. Ganesa diidentikkan dengan mantra Aum dalam
agama Hindu.
Daftar Pustaka
KATA PENGANTAR
Segala
puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga
atas rahmat dan hidayahnya kami dapat menyusun sebuah makalah yang bertemakan
tentang “Seni Rupa India” meskipun
bentuknya sangat jauh dari kesempurnaan, selanjutnya salawat dan salam kami
kirimkan kepada Nabi BesarMuhammad SAW yang sebagaimana telah mengangkat
derajat manusia dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang. Dalam
penulisan makalah, kami memberikan sejumlah materi yang terkait dengan materi
yang disusun secara langkah demi langkah, agar mudah dan cepat dipahami oleh
pembaca. Kami juga tidak lupa berterima kasih kepada Guru Pembimbing. Sebagai
manusia biasa tentu kami tidak dapat langsung menyempurnakan makalah ini dengan
baik, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari Guru Pembimbing maupun pembaca.
Raha,
11 Januari 2016
KELOMPOK III
Tidak ada komentar:
Posting Komentar