BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Obat merupakan salah satu penunjang
sarana kesehatan. Segala macam penyakit tidak dapat lepas begitu saja tanpa
keberadaan obat. Dengan penggunaan obat kita harus mengikuti aturan – aturan
tertentu karena obat dalam penggunaan yang digunakan dalam jumlah yang
berlebihan dapat meracuni sedangkan racun yang digunakan dalam jumlah sedikit
justru dapat menjadi obat bagi tubuh kita.
Obat
antipiretik dan analgesik merupakan obat yang sudah di kenal luas seperti obat
asetaminofen. Bayak dijual sebagai kemasan tunggal maupun kemasan kombinasi
dengan bahan obat lain. Obat ini tergolong sebagai obat bebas sehingga mudah
ditemukan di apotik toko obat maupun warung pinggr jalan. Karena mudah
didapatkan resiko untuk terjadi penyalahgunaan obat ini semakin besar.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa
pengertian obat diuretik ?
2.
Apa
saja golongan obat diuretik?
3.
Apa
saja pengobatan untuk obat diuretik?
4.
Bagaimana
penggunaan klinik diuretik?
5.
Bagaimana
mekanisme kerja obat diuretik?
6.
Apa
efek samping obat diuretik?
7.
Bagaimana
interaksi obat diuretik ?
8.
Apa
saja contoh obat diuretik?
C. Tujuan
1.
Untuk
mengetahui pengertian obat diuretik.
2.
Untuk
mengetahui golongan obat diuretik.
3.
Untuk
mengetahui pengobatan untuk obat diuretik.
4.
Untuk
mengetahui penggunaan klinik diuretik.
5.
Untuk
mengetahui mekanisme kerja obat diuretik.
6.
Untuk
mengetahui efek samping obat diuretik.
7.
Untuk
mengetahui interkasi obat diuretik.
8.
Untuk
mengetahui contoh obat diuretik.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Obat Diuretik
1. Definisi
Diuretik
adalah obat yang
dapat menambah kecepatan pembentukan urin melalui kerja
langsung terhadap ginjal. Istilah diuresis
mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan volume urin
yang diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran zat-zat terlarut
dalam air. Proses deuresis dimulai dengan mengalirnya darah ke glomeruli
(gumpalan kapiler) yang terletak d bagian luar ginjal (cortex). Dinding
glomeruli inilah yang bekerja sebagai saringan halus yang secara pasif dapat di
lintasi air, garam, dan glukosa. Fungsi
utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti mengubah
keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstra sel kembali
menjadi normal.
Diuretik
dapat dibagi menjadi 5 golongan yaitu :
1.
Diuretik
osmotik
Diuretik osmotik mempunyai tempat kerja :
Diuretik osmotik mempunyai tempat kerja :
·
Tubuli proksimal
Diuretik osmotik ini
bekerja pada tubuli proksimal dengan cara
menghambat reabsorpsi natrium dan air melalui daya osmotiknya.
·
Ansa enle
Diuretik osmotik ini
bekerja pada ansa henle dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan air oleh
karena hipertonisitas daerah medula menurun.
·
Duktus Koligentes
Diuretik osmotik ini
bekerja pada Duktus Koligentes dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan
air akibat adanya papillary wash out, kecepatan aliran filtrat yang tinggi,
atau adanya faktor lain.
Istilah diuretik osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan elektrolit yang mudah dan cepat diekskresi oleh ginjal. Contoh dari diuretik osmotik adalah ; manitol, urea, gliserin dan isisorbid.
Istilah diuretik osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan elektrolit yang mudah dan cepat diekskresi oleh ginjal. Contoh dari diuretik osmotik adalah ; manitol, urea, gliserin dan isisorbid.
2.
Diuretik
golongan penghambat enzim karbonik anhidrase.
Diuretik ini merintangi enzim karbonanhidrase di tubuli proksimal sehingga di samping karbonat , juga Na dan K di ekskresikan lebih banyak bersama dengan air. Khasiat diuretiknya hanya lemah, setelah beberapa hari terjadi tachyfylaxie, maka perlu digunakan secara selang seling (intermittens). Diuretic bekerja pada tubuli Proksimal dengan cara menghambat reabsorpsi bikarbonat. Yang termasuk golongan diuretik ini adalah asetazolamid, diklorofenamid dan meatzolamid.
Diuretik ini merintangi enzim karbonanhidrase di tubuli proksimal sehingga di samping karbonat , juga Na dan K di ekskresikan lebih banyak bersama dengan air. Khasiat diuretiknya hanya lemah, setelah beberapa hari terjadi tachyfylaxie, maka perlu digunakan secara selang seling (intermittens). Diuretic bekerja pada tubuli Proksimal dengan cara menghambat reabsorpsi bikarbonat. Yang termasuk golongan diuretik ini adalah asetazolamid, diklorofenamid dan meatzolamid.
3. Diuretik golongan tiazid
Diuretik golongan
tiazid ini bekerja pada hulu tubuli distal dengan cara menghambat reabsorpsi
natrium klorida. Efeknya lebih lemah dan lambat tetapi tertahan lebih lama
(6-48 jam) dan terutama digunakan dalam terapi pemeliharaan hipertensi dan
kelemahan jantung (dekompensatio cardis). Obat-obat ini memiliki kurva dosis
efek datar, artinya bila dosis optimal dinaikkan lagi efeknya (dieresis,
penurunan tekanan darah) tidak bertambah.Obat-obat diuretik yang termsuk golongan
ini adalah ; klorotiazid, hidroklorotiazid, hidroflumetiazid,
bendroflumetiazid, politiazid, benztiazid, siklotiazid, metiklotiazid, klortalidon,
kuinetazon, dan indapamid.
4. Diuretik hemat kalium
Diuretik hemat kalium
ini bekerja pada hilir tubuli distal dan duktus koligentes daerah korteks
dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan sekresi kalium dengan jalan
antagonisme kompetitif (sipironolakton) atau secara langsung (triamteren dan
amilorida).efek obat-obat ini hanya melemahkan dan khusus digunakan
terkombinasi dengan diuretika lainnya guna menghemat ekskresi kalium.
Aldosteron menstimulasi reabsorbsi Na dan ekskresi K. proses ini dihambat
secara kompetitif (saingan) oleh obat-obat ini. Amilorida dan triamteren dalam
keadaan normal hanyalah lemah efek ekskresinya mengenai Na dan K. tetapi pada
penggunaan diuretika lengkungan dan thiazida terjadi ekskresi kalium dengan
kuat, maka pemberian bersama dari penghemat kalium ini menghambat ekskresi K
dengan kuat pula. Mungkin juga ekskresi dari magnesium dihambat.
5. Diuretik kuat
Diuretik kuat ini
bekerja pada Ansa Henle bagian asenden pada bagian dengan epitel tebal dengan
cara menghambat transport
elektrolit natrium, kalium, dan klorida. Obat-obat ini berkhasiat kuat dan
pesat tetapi agak singkat (4-6 jam). Banyak digunakan pada keadaan akut,
misalnya pada udema otak dan paru-paru. Memperlihatkan kurva dosis efek curam,
artinya bila dosis dinaikkan Yang termasuk diuretik kuat adalah ; asam
etakrinat, furosemid dan bumetamid.
Tabel tempat dan cara kerja diuretik
Obat
|
Tempat kerja Utama
|
Cara Kerja
|
Diureti
osmotik
Penghambat
enzim karbonik anhidrase
Tiazid
Diuretik
hemat kalium
Diuretik
kuat
|
Tubuli
proksimal
Hulu
tubuli distal
Hilir
tubuli distal dan duktus koligentes daerah korteks
Ansa
henle bagian asenden pada bagian dengan epitel tebal
|
Penghambat
reabsorpsi natrium dan air melalui daya osmotiknya.
Penghambatan
reabsorpsi natrium dan air oleh karena hipertonisitas daerah medula menurun.
Penghambatan
reabsorpsi natrium dan air akibat adanya papillary wash out, kecepatan aliran
filtrat yang tinggi, atau adanya faktor lain.
Penghambatan
terhadap reabsorpsi bikarbonat.
Penghambatan
terhadap reabsorpsi natrium klorida.
Penghambatan
reabsorpsi natrium dan sekresi kalium dengan jalan antagonisme kompetitif
(spironolakton) atau secara langsung (triamteren dan amilirid).
Penghambatan
terhadap transport elektrolit Natrium, Kalium, Klorida.
|
3. Pengobatan dengan Diuretik
1.
Indikasi
Deuretik digunakan untuk menurunkan volume dan
cairan interstisialdengan cara yang meningkatkan ekskresi natrium klorida dan
air. Bila deuretik diberikan secar akut, akan terjadi kehilangan natrium lebih
banyak daripada jumah natrium yang masik dan makanan. Tetapi pada penggunaaan
kronis akan dicapai keseimbangan, sehingga natrium yang keluar sama dengan diet
rendah garam.
2. Keadaan yang memerlukan diuresis cepat
Pada udem paru, pemberian furosemid atau asam
etakrinat IV dapat menyebabkan dieresis cepat. Perbaikan yang terjadi sebagian
mungkin disebabkan oleh adanya perubahan hemodiamik yaitu perubahan pada daya
tamping vena (venous capacintance); tetapi efek duresisnya tetap diperlukan
untuk mempertahnkan hasil tersebut.
3.
Udem
Semua diuretic dapat digunakan untuk keadaan udem.
Seringkali udem ini disertai hiperaldonsteronisme dan karena itu penggunaan
deeuretika cenderung disertai kehilangan kalium. Penyebab utama uden adalah
payah jantung ; penyebab lainnya antara lain penyakit hati dan sindrom
nefrotik. Pada semua keadaan ini harus diusahakan meningkatkan kadar kalium
dalam serumdengan pemberian suplemen kalium atau dengan penggunaan bersama
deuretik hemat kalium. Pada penderita sirosis hati yang disertai asites dan
udem, sebaiknya digunakan dahulu diuretic hemat kalium, kemudian disusul dengan
diuretic yang lebih kuat.
Pada udem yang disertai gagal ginjal penggunaan
tiazid kurang bermanfaat, sebaliknya diuretic kuat sangat bermanfaat. Dalam hal
ini perlu dosis besar untuk mendapatkan efek pada tubuli proksimal; furosemid
lebih disukai dibandingkan dengan asam etakrinat karena asam etakrinat lebih
besar atotoksisitasnya. Diuretic hemat
kalium sama sekali tidak boleh
diberikan pada gagal ginjal,karena ada bahaya terjadi karena hiperkalemia
yang fatal.
4. Hipertensi
Dasar penggunaan diuretic pada hipertensi terutama
karena efeknya terhadap keseimbangan natrium dan terhadap resistensi perifer.
Furosemid dan asam etakrinat mempunyai natriuresus
lebih kuat disbanding dengan tiazid; tetapi keduanya tidak mempunyai efek
fasedilatasi arteriol langsung seperti tiazid. Oleh karena itu tiazid terpilih
untuk pengobatan hipertensi berdasarkan pertimbangan efektivitas maupun besarnya biaya.
4.
Penggunaan
klinik diuretic
1.
Hipertensi
Digunakan untuk mengurangi volume darah seluruhnya hingga tekanan darah menurun. Khususnya derivate-thiazida digunakan untuk indikasi ini. Diuretic lengkungan pada jangka panjang ternyata lebih ringan efek anti hipertensinya, maka hanya digunakan bila ada kontra indikasi pada thiazida, seperti pada insufiensi ginjal. Mekanisme kerjanya diperkirakan berdasarkan penurunan daya tahan pembuluh perifer. Dosis yang diperlukan untuk efek antihipertensi adalah jauh lebih rendah daripada dosis diuretic. Thiazida memperkuat efek-efek obat hipertensi betablockers dan ACE-inhibitor sehingga sering dikombinasi dengan thiazida. Penghetian pemberian obat thiazida pada lansia tidak boleh mendadak karena dapat menyebabkan resiko timbulnya gejala kelemahan jantung dan peningkatan tensi. Diuretik golongan Tiazid, merupakan pilihan utama step :
Digunakan untuk mengurangi volume darah seluruhnya hingga tekanan darah menurun. Khususnya derivate-thiazida digunakan untuk indikasi ini. Diuretic lengkungan pada jangka panjang ternyata lebih ringan efek anti hipertensinya, maka hanya digunakan bila ada kontra indikasi pada thiazida, seperti pada insufiensi ginjal. Mekanisme kerjanya diperkirakan berdasarkan penurunan daya tahan pembuluh perifer. Dosis yang diperlukan untuk efek antihipertensi adalah jauh lebih rendah daripada dosis diuretic. Thiazida memperkuat efek-efek obat hipertensi betablockers dan ACE-inhibitor sehingga sering dikombinasi dengan thiazida. Penghetian pemberian obat thiazida pada lansia tidak boleh mendadak karena dapat menyebabkan resiko timbulnya gejala kelemahan jantung dan peningkatan tensi. Diuretik golongan Tiazid, merupakan pilihan utama step :
-
Pada
sebagian besar penderita. Diuretik
hemat kalium, digunakan bersama tiazid atau diuretik kuat, bila ada bahaya
hipokalemia.
-
Payah jantung kronik kongestif. Diuretik golongan tiazid, digunakann
bila fungsi ginjal normal.
Diuretik kuat biasanya furosemid, terutama
bermanfaat pada penderita dengan gangguan fungsi ginja.
Diuretik hemat kalium, digunakan bersama tiazid atau diuretik kuat bila ada bahaya hipokalemia.
Diuretik hemat kalium, digunakan bersama tiazid atau diuretik kuat bila ada bahaya hipokalemia.
-
Udem paru akut. Biasanya menggunakan diuretik kuat
(furosemid)
-
Sindrom nefrotik. Biasanya digunakan tiazid atau diuretik
kuat bersama dengan spironolakton.
-
Payah ginjal akut. Manitol dan/atau furosemid, bila
diuresis berhasil, volume cairan tubuh yang hilang harus diganti dengan
hati-hati.
-
Penyakit hati kronik spironolakton (sendiri atau bersama tiazid
atau diuretik kuat).
-
Udem otak. Diuretik osmotic
-
Hiperklasemia
Diuretik furosemid, diberikan bersama infus NaCl hipertonis.
Diuretik furosemid, diberikan bersama infus NaCl hipertonis.
-
Batu ginjal. Diuretik tiazid
-
Diabetes insipidusDiuretik golongan
tiazid disertai dengan diet rendah garam
-
Open angle glaucoma. Diuretik asetazolamid digunakan untuk
jangka panjang.
-
Acute angle
closure glaucoma. Diuretik
osmotik atau asetazolamid digunakan prabedah. Untuk
pemilihan obat Diuretika yang tepat ada baiknya anda harus periksakan diri dan
konsultasi ke dokter.
Tabel penggunaan klinik
diuretik
Penyakit
|
Obat
|
Komentar/keterangan
|
Hipertensi
Payah
jantung kronik kongestif
Udem
paru akut
Sindrom
nefrotik
Payah
ginjal akut
Penyakit
hati kronik
Udem
otak
Hiperkalsemia
Batu
ginjal
Diabetes
insipidus
Open
agle glaucoma
Acute
angle closure glaucoma
|
Tiazid
Diuretic
kuat (biasanya furosemid)
Diuretic
hemat kalium
Tiazid
Diuretic
kuat (furosemid)
Diuretic
hemat kalium
Diuretic
kuat (furosemid)
Tiazid
atau diretik kuat bersama dengan spironolakton
Manitol
dan/atau furosemid
Spironolakton
(sendiri atau bersama tiazid atau diuretic kuat)
Diuretic
osmotic
Furosemid
Tiazid
Tiazid
Asetazolamid
Diuretic
osmotic atau asetazolamid
|
Merupakan
pilihan utama step 1, pada sebagian besar penderia
Digunakan
bila terdapat gangguan fungsi ginjal atau apabila diperlukan efek diuretic
yang segera
Digunakan
bersama tiazid atau diuretic kuat, bila ada bahaya hipokalemia
Digunakan
bila fungsi ginjal normal. Terutama bermanfaat pada penderita deengan
gangguan fungsi ginjal
Digunakan
bersama tiazid atau diuretic kuat bila ada bahaya hipokalemia.
Bila
dieresis berhasil, volume cairan tubuh yang hilang harus diganti dengan
hati-hati
Diuretic
kuat harus digunakan dengan hati-hati. Bila ada gangguan funsi ginjal, jangan
menggunakan spironolakton
Diberikan
bersama infuse NaCL hipertonis
Disertai
diet rendah garam
Penggunaan
jangka panjang
Prabedah
|
5. Mekanisme kerja diuretik
Kebanyakan bekerja dengan mengurangi reabsorbsi
natrium , sehingga pengeluarannya dengan kemih dan demikian juga dari air
diperbanyak. Obat-obat ini bekerja khusus dengan tubuli tetapi di tempat-tempat
yang berlainan, yakni :
·
Tubuli proksimal. Disini lebih kurang 70% dari ultrafitrat diserap
kembali secara aktif dengan antara lain glukosa, ureum, ion-ion Na+ dan
Cl-. Filtrasii tidak berubah dan tetap isotonic terhadap plasma. Diuretika osmotic (mannitol, sorbitol,
gliserol) bekerja di tempat ini dengan mengurangi reabsorpsi Na+ dan
air.
·
Lengkung henle (henle;s loop). Di segmen ini lebih kurang 20%
dari Cl- diangkut secara aktif di sel-sel tubuli dengan disusul
secara pasif oleh Na+, tetapi tanpa air, sehingga filtrasi menjadi
hipotonik. Diuretika lengkungan (furosemida,
bumetamida dan etakrinat) bekerja terutama disini dengan merintangi transport
Cl-
·
Tubuli distal bagian depan. Di ujung atas henle’s loop yang terletak dalam
kortex, Na+ di serap kembali secara aktif tanpa penarikan air pula,
sehingga filtrate menjadi lebih cair dan lebih hipotonik. Saluretikan (zat-zat thiazida , klortalidon, mefrusida dan
klopamida) bekerja di tempat ini dengan merintangi reabsorpsi Na+ dan
Cl-
·
Tubuli distal bagian belakang. Di sini Na+ diserap kembali secara
aktif pula dan berlangsung penukaran dengan ion-ion K+, H+
Dan NH4+ . Proses ini dikendalikan oleh hormone anak
ginjal aldosteron. Zat-zat penghemat
kalium (spironolakton, triameteren, amilorida) bekerja di semen ini dengan
jalan mengurangi penukaran Na+ dengan K+ , dengan
demikian mengakibatkan retensi kalium . Penyerapan kembali dari air terutama
terjadi di saluran pengupul (duktus
colligens) dan di sinilah bekerja hormone anti diuretic vasopressin (ADH).
6. Efek samping
Efek-efek samping yang utama yang dapat di akibatkan diuretika adalah:
1. Hipokalemia
Kekurangan kalium dalam darah.
Semua diuretic dengan ttitik kerja dibagian muka tubuli distal memperbesar
ekskresi ion K dan H karena ditukarkan dengan ion Na. akibatnya adalah
kandungan kalium plasma darah menurun dibawah 3,5 mmol/liter. Keadaan ini terutama
dapat terjadi pada penanganan gagal jantung dengan dosis tinggi furosemida,
mungkin bersama thiazida. Gejala kekurangan kalium ini bergejala kelemahan
otot, kejang-kejang, obstipasi, anoreksia, kadang-kadang juga aritmia jantung
tetapi gejala ini tidak selalu menjadi nyata. Thiazida yang digunakan pada
hipertensi dengan dosis rendah (HCT dan klortalidon 12,5 mg perhari), hanya
sedikit menurunkan kadar kalium. Oleh karena itu tidak perlu disuplesi kalium
(Slow-K 600 mg), yang dahulu agak sering dilakukan kombinasinya dengan suatu
zat yang hemat kalium suadah mencukupi. Pasien jantung dengan gangguan ritme
atau yang di obati dengan digitalis harus dimonitor dengan seksama, karena
kekurangan kalium dapat memperhebat keluhan dan meningkatkan toksisitas digoksin.
Pada mereka juga d khawatirkan terjadi peningkatan resiko kematian mendadak
(sudden heart death).
2.
Hiperurikemia
Akibat retensi asam urat (uric acid) dapat terjadi pada semua diuretika, kecuali amilorida. Menurut perkiraan, hal ini diebabkan oleh adanya persaingan antara diuretikum dengan asam urat mengenai transpornya di tubuli. Terutama klortalidon memberikan resiko lebih tibggi untuk retensi asam urat dan serangan encok pada pasien yang peka.
Akibat retensi asam urat (uric acid) dapat terjadi pada semua diuretika, kecuali amilorida. Menurut perkiraan, hal ini diebabkan oleh adanya persaingan antara diuretikum dengan asam urat mengenai transpornya di tubuli. Terutama klortalidon memberikan resiko lebih tibggi untuk retensi asam urat dan serangan encok pada pasien yang peka.
3.
Hiperglikemia
Dapat terjadi pada pasien diabetes, terutama pada dosis tinggi, akibat dikuranginya metabolisme glukosa berhubung sekresi insulin ditekan. Terutama thiazida terkenal menyebabkan efek ini, efek antidiabetika oral diperlemah olehnya.
Dapat terjadi pada pasien diabetes, terutama pada dosis tinggi, akibat dikuranginya metabolisme glukosa berhubung sekresi insulin ditekan. Terutama thiazida terkenal menyebabkan efek ini, efek antidiabetika oral diperlemah olehnya.
4.
Hiperlipidemia
Hiperlipidemia ringan dapat terjadi dengan peningkatan kadar koleterol total (juga LDL dan VLDL) dan trigliserida. Kadar kolesterol HDL yang dianggap sebagai factor pelindung untuk PJP justru diturunkan terutama oleh klortalidon. Pengecualian adalah indaparmida yang praktis tidak meningkatkan kadar lipid tersebut. Arti klinis dari efek samping ini pada penggunaan jangka panjang blum jelas.
Hiperlipidemia ringan dapat terjadi dengan peningkatan kadar koleterol total (juga LDL dan VLDL) dan trigliserida. Kadar kolesterol HDL yang dianggap sebagai factor pelindung untuk PJP justru diturunkan terutama oleh klortalidon. Pengecualian adalah indaparmida yang praktis tidak meningkatkan kadar lipid tersebut. Arti klinis dari efek samping ini pada penggunaan jangka panjang blum jelas.
5.
Hiponatriemia
Akibat dieresis yang terlalu pesat dan kuat oleh diuretika lengkungan, kadar Na plasma dapat menurun drastic dengan akibat hiponatriemia. Geejalanya berupa gelisah, kejang otot, haus, letargi (selalu mengantuk), juga kolaps. Terutama lansia peka untuk dehidrasi, maka sebaiknya diberikan dosis permulaan rendah yang berangsur-angsur dinaikkan, atau obat diberikan secara berkala, misalnya 3-4 kali seminggu. Terutama pada furosemida dan etakrinat dapat terjadi alkalosis (berlebihan alkali dalam darah).
Akibat dieresis yang terlalu pesat dan kuat oleh diuretika lengkungan, kadar Na plasma dapat menurun drastic dengan akibat hiponatriemia. Geejalanya berupa gelisah, kejang otot, haus, letargi (selalu mengantuk), juga kolaps. Terutama lansia peka untuk dehidrasi, maka sebaiknya diberikan dosis permulaan rendah yang berangsur-angsur dinaikkan, atau obat diberikan secara berkala, misalnya 3-4 kali seminggu. Terutama pada furosemida dan etakrinat dapat terjadi alkalosis (berlebihan alkali dalam darah).
6.
Lain-lain
Gangguan lambung usus (mual, muntah, diare), rasa letih, nyeri kepala, pusing dan jarang reaksi alergis kulit. Ototoksisitas dapat terjadi pada penggunaan furosemida/bumetamida dalam dosis tinggi.
Gangguan lambung usus (mual, muntah, diare), rasa letih, nyeri kepala, pusing dan jarang reaksi alergis kulit. Ototoksisitas dapat terjadi pada penggunaan furosemida/bumetamida dalam dosis tinggi.
7.
Interaksi
Pada penggunaan diuretic bersama obat-obat lain,
hars selal dipikirkan adanya interaksi yang mungkin terjadi.
Tabel interaksi klinis yang penting pada penggunaaan
diuretik
Obat
|
Diuretik
|
Efek
|
Kortikosteroid
Aminoglikosid
Aminoglikosidsefalospori
Antikolvunsan
Diazoksid
Digitalis
Indometasin
Indometasin
dan penghambat prostaglandin yang lain
Litium
Antikoagulan
oral
Suplemen
kalium
Suksinilkolin
Tetrasiklin
Tubokurarin
Vitamin
D dan produk-produk kalsium
|
Tiazid
Diuretic
kuat
Diuretic
kuat
Diuretic
kuat
Furosemid
Tiazid
Furosemid
Tiazid
Diuretic
kuat
Triamteren,
amilorid
Tiazid
Diuretic
kuat
Tiazid
Tiazid
(kemungkinan diuretik yang lain)
Diuretic
hemat kalum
Diuretic
kuat
Kemungkinan
semua diuretic
Tiazid
Diuretic
kuad
Tiazid
|
Meningkatkan
hipokalemia
Menambah
ototoksisitas
Menambah
nefrotoksisitas
Menurunkan
efek natriuretik
Hiperglikemia
Meningkatkan
intoksikasi digitalis, bila terjadi hipokalemai
Payah
ginjal akut
Menurunkan
efek natriuretik dan atau efek antihipertensinya
Meningkatkan
kadar litium dalam serum
Menurunkan
efek koagulan akibat kosentrasi faktor-faktor pembekuan
Hiperkalemia
Efek
blockade saraf-otot meningkat
Meningkatkan
azotemia pada penderita gagal ginjal
Blockade
di lempeng saraf meningkat
Hiperkalsemia
|
Dosis
Dosis midazolam bervariasi tergantung dari pasien
itu sendiri.
o
Untuk preoperatif digunakan 0,5 – 2,5mg/kgbb
o
Untuk keperluan endoskopi digunakan dosis 3 – 5 mg
o
Sedasi pada analgesia regional, diberikan intravena.
o
Menghilangkan halusinasi pada pemberian ketamin.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan
pembentukan urine. Istilah diuresis mempunyai dua pengertian, pertama
menunjukan adanya penambahan urine yang diproduksi dan yang kedua menunjukkkan
jumlah pengeluaran (kehilangan) zat-zat terlarut dan air.
Fungsi utama diuretic ialah untuk memobilisasi cairan
udem, yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volue
cairan ekstrasel kembali menjadi normal.
Diuretik dapat dibagai menjadi 5 golongan yaitu :
1. Diuretik
osmotic
2. Diuretik
golongan penghambat enzim karbonik anhidrase
3. Diuretik
golongan tiazid
4. Diuretik
hemat kalium
5. Diuretik
kuat
6. Xantin
B. Saran
Dengan dibuatnya makalah ini, penulis mengharapkan
pembaca dapat mengetahui jenis jenis obat diuretic
DAFTAR PUSTAKA
Ø Farmakologi dan terapi.2007.Jakarta: balai penerbit
FKUI
Ø Marmi,Suryaningsih dkk,2011.Asuhan kebidanan
Patologi.yogyakarta:pustaka Pelajar
Ø Varney Helen,2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Vol
1.Jakarta:EGC
Tugas
individu
Farmakologi
Nama Dosen : Drs. H. Muhammad syaharuddin,A.pt
0BAT DIURETIK
OLEH:
NAMA : IRMA
WAHYUNI
NIM :
PSW.B.2014.IB.0008
YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE
AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA
KABUPATEN MUNA
|
KATA PENGANTAR
Assalamuallaikum. Wr. Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga
kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah selesai tepat pada
waktunya yang berjudul “OBAT DIURETIK”.
Diharapkan Makalah ini dapat
memberikan informasi dan pembelajaran kepada kita semua khususnya yang
bersangkutan dengan obat-obatan.
Kesempurnaan hanyalah milik Allah swt., kami menyadari bahwa Makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan Makalah ini.
Akhir kata, kami ucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan Makalah ini
dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.
Amin.
Wassalamuallaikum. Wr. Wb.
Raha, Januari
2016
Penulis
i
|
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ………………………………………….…….………. i
DAFTAR
ISI ……………………………………………………………….… ii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang ………………………………………….……………... 1
B. Rumusan
Masalah ………………………………………………........... 2
C. Tujuan
………………………………………………………………..... 2
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Obat Diuretik................................................... ……… 3
B.
Golongan
Obat Diuretik...................................................................... 3
C.
Pengobatan
untuk Obat Diuretik........................................................... 6
D.
Penggunaan
klinik Obat Diuretik.......................................................... 6
E.
Mekanisme
kerja Obat Diuretik.............................................................. 10
F.
Efek
samping Obat Diuretik.................................................................. 11
G.
Interaksi
Obat Diuretik......................................................................... 11
H.
Contoh
Obat Diuretik........................................................................... 11
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan
………………………………………………...………… 15
B. Saran
………………………………………………………..………... 15
ii
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar