A.
Konsep Dasar Keperawatan Keluarga
1.
Pengertian
Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan kumpulan dari
beberapa komponen yang saling berinteraksi satu dengan lainnya (Logan’s, 2004).
Keluarga adalah sebagaimana sebuah kesatuan yang komplek dengan atribut yang
dimiliki tetapi terdiri dari beberapa komponen yang masing-masing mempunyai
sebagaimana individu ( Illis, 2004 ). Keluarga adalah sebuah kelompok yang
terdiri dari dua orang atau lebih masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan
yang terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak, dan nenek. (Raisner, 2009). Duvall
(1986, dalam Ali, 2009 ), menguraikan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang
dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk
menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental,
emosional, serta sosial dari setiap anggota keluraga.
Istilah keluarga akan menghadirkan gambaran adanya individu
dewasa dan anak yang hidup bersama secara harmonis dan memuaskan. Keluarga
bukan sekedar gabungan dan jumlah dari beberapa individual. Keluarga memiliki
keragaman seperti anggota individunya dan klien memiliki nilai – nilai
tersendiri mengenai keluarganya yang harus dihormati. Keluarga sebagai suatu
kelompok hubungan yang indentifikasi klien sebagai keluarga atau jaringan
individu yang mempengaruhi kehidupan masing – masing tanpa melihat adanya
hubungan biologis atau pun hukum (Perry, 2009, hal 202).
Menurut (Friedman, 1998), membuat defenisi yang berorientasi
pada tradisi dan digunakan sebagai referensi secara luas :
1.
Keluarga
terdiri dari orang – orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan
ikatan adopsi.
2.
Para
anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama – sama dalam satu rumah, atau
jika mereka hidup secara terpisah, mereka tetap menganggap rumah tangga
tersebut sebagai rumah mereka.
3.
Anggota
keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam peran – peran
sosial keluarga seperti suami-istri, ayah dan ibu, anak laki – laki dan anak
perempuan, saudara dan saudari.
4.
Keluarga
sama – sama menggunakan kultur yang sama, yaitu kultur yang diambil dari
masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri.
2. Tipe
Keluarga
Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari
berbagai macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial maka tipe
keluarga berkembang mengikuti. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga
dalam meningkatkan derajat kesehatan maka perawat perlu mengetahui berbagai
tipe keluarga (Suprajitno, 2004).
Menurut (Friedman, 2009), adapun tipe keluarga sebagai
berikut :
a. Tipe keluarga
tradisional
1) Keluarga Inti (The nuclear family)
Keluarga yang terdiri dari suami istri dan anak (kandung
atau angkat).
2) Keluarga Dyad
Suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak.
3) Single Parent
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak
(kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau
kematian.
4) Single adult living alone
Suatu rumah tangga yang terdiri dari 1 orang dewasa hidup
sendiri.
5) The childless
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah, bisa
disebabkan karena mengejar karir atau pendidikan.
6) Keluarga Besar (The extended family)
Keluarga yang terdiri dari keluarga inti ditambah keluarga
lain, seperti paman, bibi, kakek, nenek dan lain-lain.
7) Commuter family
Kedua orang tua bekerja diluar kota, dan bisa berkumpul pada
hari minggu atau hari libur saja.
8) Multi generation
Beberapa generasi atau kelompok umum yang tinggal bersama
dalam 1 rumah.
9) Kin-network family
Beberapa keluarga yang tinggal bersama atau saling
berdekatan dan menggunakan barang-barang pelayanan seperti dapur, sumur yang
sama.
10) Blended family
Keluarga yang dibentuk dari janda atau duda dan membesarkan
anak dari perkawinan sebelumnya.
11) Keluarga usila
Keluarga terdiri dari suami dan istri yang ssudah usia
lanjut, sedangkan anak sudah memisahkan diri.
b. Tipe keluarga non
tradisional
1) Keluarga Orang Tua Tunggal Tanpa
Menikah (The unmerrid teenage mother).
Keluarga yang terdiri dari 1 orang dewasa terutama ibu dan
anak dari hubungan tanpa nikah.
2) The step parents family
Keluarga dengan orang tua tiri.
3) Commune family
Keluarga yang terdiri dari lebih dari satu paangan monogami
yang menggunakan fasilitas secara bersama.
3. Fungsi
Keluarga
Menurut (Friedman, 2009), mengidentifikasi lima fungsi dasar
keluarga yaitu :
a. Fungsi afektif
Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang merupakan
basis kekuatan keluarga. Berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial.
Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagian dan kegembiraan
dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling mempertahankan
iklim yang positif. Hal tersebut dipelajari dan dikembangan melalui interaksi
dan hubungan dalam kelurga. Dengan demikian kelurga yang berhasil melaksanakan
fungsi afektif, seluruh keluarga dapat mengembangkan konsep diri yang positif.
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam fungsi afektif adalah :
1) Saling mengasuh, cinta
kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung antar anggota keluarga.
Setiap anggota yang mendapatkan kasih sayang dan dukungan dari anggota yang
lain maka kemampuan untuk memberikan kasih sayang akan maningkat yang pada
akhirnya tercipta hubungan yang hangat dan saling mendukung. Hubungan intim
didalam keluarga merupakan modal dasar memberi hubungan dengan orang lain
diliat keluarga atau masyarakat.
2) Saling menghargai bila
anggota keluarga saling menghargai dan mengakui keberadaan dan hak setiap
anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim yang positif maka fungsi
afektif akan tercapai.
3) Ikatan dan identifikasi,
ikatan dimulai sejak pasangan sepakat memulai hidup baru. Ikatan anggota
keluarga dikembangkan melalui proses identifikasi dan penyesuian pada berbagai
aspek kehidupan anggota keluarga. Orang tua harus mengemban proses identifikasi
yang positif sehingga anak-anak dapat meniru perilaku yang positif tersebut.
Fungsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan
kabahagian keluarga keretakan keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau
masalah kelurga timbul karena fungsi afektif keluarga tidak terpenuhi.
b. Fungsi sosialisasi
Individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar
berperan dalam lingkungan sosial. Sosialisasi dimulai sejak lahir, keluarga
merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi. Keberhasilan
perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar
anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar
disiplin, belajar norma-norma, budaya dan perilaku melalui hubungan dan
interaksi dengan keluaarga.
c. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah
sumber daya manusia.
d. Fungsi ekonomi
Keluarga memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang seperti
kebutuhan makanan, tempat tinggal dan lain sebagainya.
e. Fungsi perawatan
kesehatan
Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan
kesehatan yaitu mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan merawat anggota
keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga memberikan asuahan kesehatan
mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan kelurga melaksanakan
pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang
dilaksanakan.
Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut :
1) Mengenal masalah.
2) Membuat keputusan tindakan
yang tepat.
3) Memberikan perawatan pada
anggota keluarga yang sakit.
4) Mempertahankan atau
menciptakan suasana rumah yang sehat.
5) Mempertahankan hubungan
dengan fasilitas kesehatan masyarakat.
4. Dimensi dasar struktur
keluarga
Menurut
(Friedman, 2009), struktur keluarga terdiri atas:
a. Pola dan proses
komunikasi
Pola interaksi keluarga yang berfungsi:
1) Bersifat terbuka dan jujur.
2) Selalu menyelesaikan
konflik keluraga.
3) Berfikir positif.
4) Tidak mengulang-ulang isu
dan pendapatnya sendiri.
Karakteristik komunikasi keluarga yang berfungsi:
a. Karakteristik pengirim:
1) Yakin dalam
mengemukakan pendapat.
2) Apa yang
disampaikan jelas dan berkualitas.
3) Selalu minta
maaf dan menerima umpan balik.
b. Karakteristik penerima :
1) Siap mendengar.
2) Memberikan
umpan balik.
3) Melakukan
validasi.
b. Struktur peran
Peran adalah serangkaian prilaku yang diharapkan sesuai
dengan posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status
individu dalam masyarakat misalnya sebagai suami atau istri atau anak.
5. Peran Perawat Keluarga
Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang
ditujukan pada keluarga sebagai unti pelayanan untuk mewujudkan keluarga sehat.
Fungsi perawat membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan dengan
cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan
kesehatan keluarga (Suprajitno, 2004). Peran perawat dalam melakukan perawatan
kesehatan keluarga adalah sebagai berikut (Suprajitno, 2004) :
a. Pendidik
Perawat perlu melakukan pendidikan kesehatan kepada keluarga
agar :
1) Keluarga dapat melakukan
program asuhan kesehatan secara mandiri.
2) Bertanggung jawab terhadap
masalah kesehatan keluarga
b. Koordinator
Koordinasi diperlukan pada perawatan agar pelayanan
komperhensif dapat dicapai. Koordianasi juga diperlukan untuk mengatur program
kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang
tindih dan pengulangan.
c. Pelaksanaan
Perawat dapat memberikan perawatan langsung kepada klien dan
keluarga dengan menggunakan metode keperawatan.
d. Pengawas kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan harus melaksanakan hime visit
yang teratur untuk mengidentifikasi dan melakukan pengkajian tentang kesehatan
keluarga.
e. Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi
masalah kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat, hubungan
perawat dan klien harus terbina dengan baik , kemampuan perawat dalam
menyampaikan informasi yang disampaikan secara terbuka dapat dipercaya.
f. Kolaborasi
Bekerja sama dengan pelayanan kesehatan seperti rumah sakit
dan anggota tim kesehatan lain untuk mencapai kesehatan keluarga yang optimal.
g. Fasilisator
Membantu keluarga dalam menghadapi kendala seperti masalah
sosial ekonomi, sehingga perawat harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan
seperti rujukan dan penggunaan dana sehat.
h. Penemu kasus
Menemukan dan mengidentifikasi masalah secara dini di masyrakat
sehingga menghindari dari ledakan kasus atau wabah.
i. Modifikasi
lingkungan
Mampu memodifikasi lingkungan baik lingkungan rumah maupun
masyarakat agar tercipta lingkungan sehat.
6. Tingkat Pencegahan
Mengembangkan sebuah kerangka kerja, yang disebut sebagai tingkat pencegahan, yang digunakan
untuk menjelaskan tujuan dari keperawatan keluarga. Tingkat pencegahan tersebut
mencakup seluruh spektrum kesehatan dan penyakit, juga tujuan – tujuan yang sesuai
untuk masing – masing tingkat. Leavell dkk. (1965, dalam
Friedman, 1998). Ketiga tingkatan tersebut adalah adalah :
1. Pencegahan primer yang meliputi peningkatan kesehatan ddan
tindakan preventif khusus yang dirancang untuk menjaga orang bebas dari
penyakit dan cedera.
2. Pencegahan sekunder yang
terdiri dari atas deteksi dini, diagnosa, dan pengobatan.
3. Pencegahan tertier, yang
mencakup tahap penyembuhan dan rehabilitasi, dirancang untuk meminimalkan
ketidakmampuan klien dan memaksimalkan tingkat fungsinya.
Ketiga tingkat pencegahan itu, merupakan tujuan dari
keperawatan keluarga. Tujuan – tujuan tersebut terdiri atas peningkatan,
pemeliharaan, pemulihan terhadap kesehatan ( Hanson, 1987 dalam Friedman, 1998). Peningkatan kesehatan
merupakan pokok terpenting dari keperawatan keluarga. Akan tetapi, sudah tentu,
pendeteksian secara dini, diagnosa dan pengobatan merupakan tujuan penting
pula. Pencegahan tertier atau rehabilitasi dan pemulihan kesehatan secara
khusus menjadi tujuan yang penting bagi keperawatan keluarga saat ini,
mengingat perkembangan keperawatan kesehatan dirumah dan pravelensi penyakit –
penyakit kronis, serta ketidakberdayaan dikalangan lanjut usia yang populasinya
semakin meningkat dan cepat (Friedman, 1998).
Konsep Keperawatan Keluarga Dengan
Keluarga Dewasa Pertengahan
1.
Pengertian
Dewasa pertengahan merupakan usia sekitar 35-40 tahun &
berakhir sekitar 60-65 tahun (Schaie & Willis,1996 dlm Psikologi
Perkembangan). Dewasa Pertengahan adalah masa – menyesuaikan diri &
kesedaran bahawa ia bukan lagi muda & masa depannya tidak lagi dipenuhi
dengan kemungkinan-kemungkinan yg tidak terhadapi, hasilnya membawa satu masa
krisis, (Craig, 1976). Usia dewasa tengah (Middle adulthood) disebut sebagai
periode perkembangan yang dimulai kira-kira 35-45 tahun hingga memasuki usia
60an tahun. (Santrock, 1995)
Keluarga
dewasa pertengahan merupakan salah satu tahap usia pertengahan bagi orang tua,
dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun
atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini biasanya dimulai ketika orang tua
memasuki usia 45-55 tahun dan berakhir pada saat seorang pasangan pensiun,
biasanya 16-18 tahun kemudian. Biasanya pasangan suami istri dalam usia
pertengahan merupakan sebuah keluarga inti meskipun masih berinteraksi dengan
orangtua mereka yang lanjut usia dan anggota keluarga lain dari keluarga asal
mereka dan juga anggota keluarga dari hasil perkawinan keturunannya.
2. Karakteristik keluarga dewasa pertengahan
Tahun pertengahan meliputi perubahan-perubahan pada
penyesuaian perkawinan (seringkali lebih baik), pada distribusi kekuasaan
antara suami dan istri (lebih merata), dan pada peran (diferensi peran
perkawinan meningkat) (Leslie dan Korman, 1989, dalam Friedman 1988, hal 130).
3. Masalah yang biasa ditemukan oleh keluarga dewasa pertengahan
Menurut
fridman (1998, hal 132) pada fase ini, masalah kesehatan yang dapat terjadi
pada keluarga dewasa pertengahan yaitu :
a. Kebutuhan promosi
kesehatan, istirahat yang tidak cukup, kegiatan waktu luang dan tidur yang
kurang, nutrisi yang tidak baik, program olahraga yang tidak teratur,
pengurangan berat badan hingga berat badan yang optimum, berhenti merokok,
berhenti atau mengurangi penggunaan alkohol, pemeriksaan skrining kesehatan
preventif.
b. Masalah-masalah hubungan
perkawinan.
c. Komunikasi dan
hubungan dengan anak-anak, ipar, dan cucu, dan orang tua yang berusian lanjut.
d. Masalah yang berhubungan
dengan perawatan : membantu perawatan orang tua yang lanjut usia atau tidak
mampu merawat diri.
4. Tugas Perkembangan
Usia dewasa pertengahan yang merupakan usia rata-rata dimana
para orang tua melepaskan anak mereka yang terakhir ditandai sebagai masa
kehidupan yang “terperangkap” yaitu terperangkap antara tuntutan kaum kaum muda
dan terperangkap antara dunia kerja dan tuntutan yang bersaing dan keterlibatan
keluarga, dimana seringkali tampaknya tidak mungkin memenuhi tuntutan-tuntutan
dari kedua bidang tersebut.
Tugas
perkembangan keluarga dewasa menurut Fridman (1998, hal 131) yang penting pada
fase ini adalah :
a.
Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan.
Dalam masa ini upaya untuk melaksanakan gaya hidup sehat
menjadi lebih menonjol bagi pasangan, meskipun kenyataanya bahwa mungkin mereka
telah melakukan kebiasaan-kebiasaan yang sifatnya merusak diri selama 45-64
tahun. Meskipun dapat dianjurkan sekarang, karena “lebih baik sekarang dari
pada tidak pernah” adalah selalu benar, agaknya terlalu terlambat untuk
mengembalikan begitu banyak perubahan-perubahan fisiologis yang telah terjadi,
seperti tekanan darah tinggi akibat kurangnya olahraga, stress yang
berkepanjangan, menurunnya kapasitas vital akibat merokok.
b.
Mempertahankan hubungan-hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan para
orangtua lansia dan anak-anak.
Dengan menerima dan menyambut cucu-cucu mereka kedalam
keluarga dan meningkatkan hubungan antar generasi, tugas perkembangan ini
mendatangkan penghargaan yang tinggi (Duvall, 1977 dalam friedman , 1988, hal
131). Tugas perkembangan ini memungkinkan pasangan usia pertengahan terus
merasa seperti sebuah keluarga dan mendatangkan kebahagiaan yang berasal dari
posisi sebagai kakek-nenek tanpa tanggung jawab sebagai orang tua selama 24
jam. Karena umur harapan hidup meningkat, menjadi seorang kakek-nenek secara
khusus terjadi pada tahap siklus kehidupan ini (Sprey dan Matthews, 1982, dalam
Friedman, 1988, hal 132). Kakek nenek memberikan dukungan besar kepada anak dan
cucu mereka pada saat-saat krisis dan membantu anak-anak mereka melalui
pemberian dorongan dan dukungan(Bengston dan Robertson, 1985, dalam Friendman,
1988, hal 132).
c.
Memperkokoh hubungan perkawinan
Sekarang perkembangan tersebut benar-benar sendirian setelah
bertahun-bertahun dikelilingi oleh anggota keluarga dan hubungan-hubungan.
Meskipun muncul sebagai sambutan kelegahan, bagi kebanyak pasangan merupakan
pengalaman yang menyulitkan untuk berhubungan satu sama lain sebagai pasangan
menikah dari pada sebagai orang tua. Wright dan Leahey (1984, dalam Friedman,
1988, hal 132) melukiskan tugas perkembangan ini sebagai “reinvestasi identitas
pasangan dengan perkembangan keinginan independen yang terjadi secara
bersamaan. Keseimbangan dependensi-indepedensi antara pasangan perlu diuji
kembali, seperti keinginan independen lebih besar dan juga perhatian satu sama
lain yang penuh arti.
d.
Memantapkan pengalaman nilai-nilai agama
e.
Mencapai tanggung jawab sosial sebagai warga negara
f.
Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan – perubahan yang terjadi pada
aspek fisik (penurunan kemampuan atau fungsi)
g.
Memantapkan keharmonisan hidup berkeluarga
h.
Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan
i.
Memantapkan peran perannya sebagai orang dewasa
Tugas
– tugas perkembagan itu tadi pada dasarnya merupakan tuntutan atau harapan
sosio – kultural dimana manusia itu hidup dalam masyarakat kita sejak dulu
hingga kini tetap memiliki harapan sesuai diatas bagian penentu sebagai orang
dewasa pertengahan. Khusus mengenai hidup berkeluarga dalam masa dewasa
pertengahan terdapat dua hal pokok yang mendorong terciptanya hubungan hidup berkeluarga. kebutuhan individu pada
suatu pihak dan tugas perkembangan pada lain pihak. Pemanduan antara keduanya
menimbulkan energi yang membangkitkan gerak bagi individu orang dewasa untuk
bersatu dalam satu jalinan hubungan berkeluarga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar