do-not-copy { -webkit-user-select:none; -khtml-user-select:none; -moz-user-select:none; -ms-user-select:none; user-select:none;

Jumat, 22 Juni 2012

Peluang Usaha Tenun dalam melestarikan budaya leluhur

Saat menyusuri ruas-ruas jalan di Dusun Gamplong, jangan heran jika Anda melihat onggokan lidi, mendong, enceng gondok, agel, pandan dan akar wangi berserakan di depan rumah warga. Benda-benda itu bukan benda tak bertuan. Ia juga bukan sengaja dikumpulkan, untuk selanjutnya dibuang percuma. Benda-benda itu sengaja dikumpulkan oleh Warga Gamplong. Ia bahkan punya nilai ekonomi. Sebab, ia adalah bahan dasar untuk membuat kerajinan tenun. Oleh tangan-tangan terampil para pengrajin di Gamplong, dan dengan menggunakan alat tenun bukan mesin atau ATBM, ia akan dibentuk menjadi tas, taplak meja, hiasan dinding dan barang kerajinan lainnya.

Tidak mudah menemukan Dusun Gamplong, Sumber Rahayu, Moyudan, Sleman, terutama bagi pengunjung atau wisatawan. Papan penunjuk arah maupun informasi papan informasi menuju Dusun Gamplong terbilang minim. Hanya dengan berkali-kali bertanya kepada sejumlah warga, langkah terayun sampai ke Dusun Gamplong.

Sejak pagi hari, terlihat beberapa warga mulai menenun di rumah masing-masing. Sari (42) misalnya, sejak pukul 07.00 pagi, ibu empat orang anak ini sudah sibuk dengan alat tenunnya. Kedua tangannya piawai memasukkan satu persatu benang ke dalam ATBM. Alat tenun itu, konon usianya sudah mencapai ratusan tahun.

“Kalau ditanya belajarnya dari siapa, pasti jawabannya dari orang tua. Karena ini kan memang profesi turun turun temurun. Jadi kami memang sudah biasa. Umur mesin dibandingkan dengan umur pengrajinnya juga lebih tua umur mesinnya. Soalnya, mesinnya dari kayu jati. Semua mesin tenun milik warga Gamplong merupakan warisan dari orangtua mereka dulu,” terangnya.

Sebelum terkenal sebagai sentra kerajinan tenun dan handycraft, sejak dulu dusun yang terletak di Jalan Raya Wates – Yogya KM 14 ini sudah tersohor sebagai salah satu daerah pemasok setagen (kain yang dipakai untuk melilit bagian perut perempuan) untuk wilayah Yogya dan sekitarnya. Ciri khas motif setagen buatan warga Dusun Gamplong adlaah polos orisinil.

“Dulu, sekitar tahun 1950 – 1988, selain jadi petani, mayoritas penghasilan warga ditopang dari hasil sebagai pembuat tenun untuk setagen. Produk-produk Gamplong biasanya dijual sampai luar Yogya, seperti Kudus, Semarang, Surabaya bahkan sampai ke Jakarta,” jelasnya.

Kondisi mulai berubah pada tahun 1998. Saat itu harga benarng melonjak sebagai imbas dari krisis ekonomi yang menimpa Indonesia. Tak hanya itu, datang pula pesanan dalam jumlah besar dari seorang eksportir. Beberapa pengrajin tenun akhirnya mengalihkan bahan dasar tenun mereka. Mereka mulai menggunakan serat-serat alam, seperti lidi kelapa mendong, enceng gondok, agel, pandan dan akar wangi.

Satu di antara pengrajin itu adalah umartono (65), pemilik Nopi Craft.

“Saat krisis moneter para perajin tenun di sini justru kebanjiran order. Cuma bahan dasar tenun yang diinginkan memang dari serat alam. Mulai saat itu, banyak pengrajin pindah dari benang ke serat alam. Ini juga yang membuat Gamplong dinobatkan sebagai salah satu desa wisata oleh Pem Kab Sleman, “ ujarnya.

Predikat sebagai Desa Wisata berdampak positif bagi warga Gamplong, termasuk Sumartono. Banyak pedagang besar mulai berdatangan ke Gamplong. Mereka memesan berbagai kerajinan tenun dan hanycraft kepada para pengrajin Gamplong.

“Sekarang yang lagi laris justru material tenun. Material ini dapat diolah jadi apa saja, seperti tas, kotak tisu, maupun hiasan dinding,” katanya.

Ekspor

Untuk memajukan usaha kerajinan tenun dan handycraft para pengrajin di Dusun Gamplong memutuskan untuk membuat paguyuban “Tegar”, begitu nama paguyuban pengrajin di Gamplong. “Tegar” adalah singkatan dari Teguh Ekonomis Gigih Amanah dan Rajin. Melalui payung Paguyuban, para pengrajin Gamplong mulai tampil dalam berbagai pameran kerajinan yang digelar di Yogya maupun di luar Yogya.

“Saat ini, di Gamplung ada sekitar 24 pengrajin. Umumnya mereka bergerak di bidang kerajinan tenun. Kami juga mulai serin ikut pameran berskala nasional maupun internasional. Utamanya untuk memperkenalkan berbagai produk kerajinan tenun dan hadndycraft karya warga Dusun Gamplong” ungkap Arif Jaka Triyanta, ketua Paguyuban Tegar.

Usaha keras itu telah berbuah hasil. Sejak beberapa tahun terakhir ini, banyak karya pengrajin di Dusun Gamplong berhasil menembus pasar ekspor. Beberapa di antaranya cukup diminati pasar kerajinan di Malaysia, Maladewa, Singapura, Pakistan bahkan Amerika Serikat.

“Mayoritas barang-barang yang rutin di ekspor keluar negeri sudah dalam bentuk jadi, seperti hiasan dinding, taplak, tas, sarung bantal yang emmakai serat alam,” pungkasnya.

Tak hanya itu, “Tegar” juga memberikan pelatihan singkat kepada masyarakat umum yang ingin belajar menenun dan membuat berbagai macam kerajinan. Materinya meliputi cara menenun,d ari proses pemilihan bahan sampai dengan proses penenunnya.

“Menjaga itu lebih sulit. Kami sengaja memperbolehkan siapa saja yang ingin belajar menenun di sini. Ini menjadi satu usaha kami untuk melestarikan kerajinan tenun warisan nenek moyang,” tandasnya.

Tidak ada komentar: