6 PENINGGALAN SEJARAH KEBUDAYAAN HINDU
BUDDHA INDONESIA
1.
Agama
Peninggalan
sejarah di bidang keagamaan yang muncul sejak abad ke-2 adalah agama Buddha dan
Hindu. Agama Buddha mungkin telah memasuki Indonesia sekitar abad ke-2 sampai
ke-5 Masehi berdasarkan penemuan beberapa arca Buddha di Sempaga, Jember, Jawa
Timur, dan di Bukit Siguntang.
Agama
Buddha mengalami perkembangan yang pesat sejak abad ke-7 ketika Kerajaan Sriwijaya berperan sebagai pusat penyebaran agama
Buddha. Sedangkan agama Hindu pertama kali muncul di Kerajaan Kutai sekitar awal abad ke-5, kemudian berkembang
di kerajan-kerajaan lainnya di Indonesia.
Semenjak
dahulu, para penganut Hindu dan Buddha Nusantara telah mengembangkan sikap
saling menghormati dan menghargai antar umat beragama. Mereka bahkan saling
membantu dalam pembuatan tempat peribadatan, saling menghormati dalam
melaksanakan ibadah masing-masing, dan merayakan hari raya besar keagamaan.
Kerukunan umat Hindu
dan Budha
masa Kerajaan patutlah dicontoh bagi umat beragama di era modern ini.
2.
Seni bangunan
Peninggalan
sejarah di bidang seni bangunan (arsitektur) bercorak HIndu Buddha di Indonesia
berupa candi, stupa, arca, wihara,keraton, petirtaan, gapura, dan pertapaan.
- Candi adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan atau penanaman abu jenazah seorang raja. Misalnya : candi Sumberjati di Blitar tempat pemakaman Raden Wijaya dan candi Rara Jonggrang di desa Prambanan.
- Stupa adalah bangunan yang berkaitan dengan agama Buddha yang berfungsi dhatugarbha (tempat menyimpan peninggalan keramat Buddha Gautama) dan caitya (tempat untuk memperingati kejadian penting dalam kehidupan Buddha Gautama). Misalnya : stupa Borobudur dan Stupa Kalasan di Yogyakarta.
- Arca adalah patung yang terutama dibuat dari batu yang dipahat menyerupai bentuk manusia atau binatang. Misalnya : arca Joko Dolok di Surabaya dan Arca Amoghapasa di Padang Roco.
- Wihara adalah tempat tinggal para bhiksu yang dibuat dari kayu. Misalnya Wihara yang diduga pernah berada di dekat stupa Kalasan.
- Keraton adalah bangunan rumah tempat tinggal raja atau ratu. Misalnya Keraton kuno Majapahit di daerah Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur.
- Petirtaan adalah tempat pemandian suci yang sering digunakan oleh kalangan istana kerajaan. Misalnya : petirtaan di Jolotundo dan Tirta Empu di Bali.
- Gapura adalah bangunan yang berupa pintu gerbang, ada yang beratap serta berdaun pintu dan ada yang menyerupai candi yang terbelah dua.
- Pertapaan adalah bangunan yang dicerukkan pada suatu gua batu dan difungsikan sebagai tempat tinggal para pertapa. Mislanya : Goa Selomangleng di Kediri, Jawa Timur yang menjadi tempat wisata, dan Goa Gajah di Bedudu, Bali.
Candi
Brobodudur yang kaya stupa
3.
Karya sastra
Peninggalan
karya sastra yang dihasilkan para pujangga Nusantara sampai abad ke-15 antara
lain sebagai berikut :
- Arjuna Wiwaha, karya Empu Kanita
- Sutasoma, karya Empu Tantular
- Negarakertagama, karya Empu Prapanca
- Hariwangsa dan Gatotkacasraya, karya Empu Panuluh
- Smaradhana, karya Empu Dharmaja
- Lubdaka dan Wertasancaya, karya Empu Tanakung
- Kresnayana, karya Empu Triguna
- Sumanasantaka karya Empu Monaguna
4.
Tulisan dan bahasa
Peninggalan
sejarah dalam bidang tulisan dan bahasa yaitu tulisan Palawa dan bahasa
Sansekerta. Saat ini, tulisan Pallawa tidak lagi digunakan oleh masyarakat
Indonesia, karena terdesak oleh penggunaan tulisan Latin dan Arab. Namun,
bahasa Sansekerta masih banyak digunakan dan ikut memperkaya kosakata dalam
bahasa Indonesia.
5.
Sistem penanggalan
Di
India, dikenal perhitungan tahun berdasarkan peredaran bulan, yaitu 1 tahun
sama dengan 12 bulan, 1 tahun sama dengan 29 1/2 hari (tidah). Juga perhitungan
tahun berdasarkan peredaran matahari yang terkenal dengan nama tarikh saka,
yang digunakan semenjak kekuasaan Raja Kaniskha.Perbedaan waktu tahun saka
dengan tahun Masehi adalah 78 tahun. Misalnya Prasasti Canggal berangka tahun
654 saka, maka akan dibaca dengan tahun masehi yaitu 654 + 78 = 732
Masehi.
6.
Sistem pemerintahan
Sistem
pemerintahan berbentuk kerajaan telah dikenal orang-orang India. Dalam sistem
ini kelompok-kelompok kecil masyarakat bersatu dengan kepemilikan wilayah yang
luas. Kepala suku yang terbaik dan terkuat berhak atas tampuk kekuasaan
kerajaan.
KERAJAAN-KERAJAAN
HINDU-BUDDHA
di
wilayah Nusantara, seperti : Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya, Singasari ataupun
Majaphit, adalah kerajaan-kerajaan yang menerapkan sistem pemerintahan yang
berasal dari tradisi bangsa India. Sistem kerajaan itu diambil dan digunakan
karena sistem tersebut dianggap cocok.
Kerajaan
Kutai | Inilah sejarah kerajaan kutai dimulai dari berdirinya dan pendiri kerajaan kutai sampai runtuhnya kerajaan kutai.
Kemudian kita juga akan membahas beberapa peninggalan kerajaan kutai berupa
prasasti dan sililah serta letak kerajaan kutai. Materi sejarah ini adalah
materi yang dibuat untuk anda yang masih duduk dibangku SMP dan SMA karena
penjelasannya sangat mudah untuk ditangkap oleh anda yang masih duduk dibangku
smp sma.
Letak
kerajaan kutai berlokasi di daerah kutai, kalimantan Timur. Adapun keterangan
tentang keberadaan dari kerajaan ini telah diketahui atas ditemukannya tujuh
buah prasasti yang berbahasa sansekerta dan huruf pallawa yang berasal dari
India. Untuk penggunaan bahasanya pada saat itu masyarakat kutai masih belum
mempunyai bahasa yang baku dan huruf tersendiri. Para ahli sejarah,
memperkirakan bahwa prasasti atau yupa itu mulai ditulis pada sekitaran tahun
400 M. Untuk perkiraan tersebut didapatkan mengacu pada perbandingan dengan
huruf yang sama dan memiliki usia yang telah ditemukan didaerah India.
Pada
salah satu yupa tersebut, diketahui bahwa yang menjadi cikal bakal dari
kerajaan kutai adalah kundungga, yang diteruskan kepada Aswawarman. Kemudian
adapun pengganti dari Aswawarman yang memiliki putra sebanyak tiga orang yaitu
Mulawarman. Nampaknya, pada zaman Mulawarman disitulah kerajaan kutai mencapai
kejayaan tersebut.
SEJARAH KERAJAAN
KUTAI YANG LENGKAP
Kejayaan
ini dapat dilihat dari aktivitas ekonomi. Dalam salah satu Yupa tersebut telah
dikatakan bahwa pada Raja Mulawarman telah melakukan sebuah upacara korban emas
yang sangat banyak. Kemajuan dari kerajaan kutai ini juga terlihat dari tanda
adanya golongan terdidik. Mereka terdiri dari para golongan ksatrian dan
brahmana yang kemungkinan telah bepergian ke India atau pada pusat-pusat
penyebaran agama Hindu yang ada di Asia Tenggara. M asyarakat tersebut mendapat
kedudukan yang terhormat dalam kerajaan kutai
Referensi:
IPS Terpadu (Sosiologi, Geografi, Ekonomi, Sejarah), Mamat Ruhimat, Nana
Supriatna dan Kosim. 2006
Meskipun
kutai itu tak terletak dalam sebuah jalur perdagangan internasional, akan
tetapi kerajaan tersebut telah memiliki hubungan dagang dengan india dan sudah
berkembang dari sejak awal. Pada hal tersebut kemudian, Pengaruh Hindu-Budha
mulai tersebar. Salah satu yang menjadi bukti yang menerangkan mengenai
kerajaan kutai dimana Yupa diidentifikasi yang merupakan suatu peninggalan
Hindu-Buddha dan bahasa yang telah digunakan yaitu bahasa sansekerta. Bahasa
sansekerta ialah bahasa Hindu asli. Tulisan atau bentuk dari hurufnya itu
dinamakan huruf pallawa, yaitu tulisan yang digunakan pada tanah Hindu Selatan
sekitar ditahun 400 masehi. Dengan melihat adanya bentuk huruf dari prasasti yang
telah ditemukan maka para ahli menyatakan bahwa Yupa itu telah dibuat sekitar
abad kelima. Jadi bisa disimpulkan bahwa kerajaan kutai adalah kerajaan hindu
yang pertama ada di Indonesia.
Letak
kerajaan kutai di daerah tepi sungai Mahakam yang ada di Kalimantan timur,
dimana terdapat di sekitaran pertemuan sungai mahakam bersama anak-anak
sungainya. Sungai mahakam mampu dilayari dari pantai hingga masuk ke Muarakaman
yang dapat memudahkan suatu kegiatan perdagangan dan akhirnya dapat
memperlancar kerajaan kutai.
Adapun
bukti yang selanjutnya mengacu dari prasasti yang telah dikeluarkan oleh Raja
Mulawarman yang menyatakan bahwa terdapat tiga penguasa yang ada didaerah
tersebut. Mulawarman ialah cucu kudungga yang menurut dari para ahli yang
merupakan suatu nama Indonesia asli. Hal tersebut terjadi dikarenakan nama
Kudungga yang hampir mirip dengan nama yaitu bugis kadungga. Yang sangat
menarik dari prasasti tersebut ialah adanya berita yang menyatakan bahwa
pendiri kerajaan kutai ialah Aswawarman, bukan kudungga yang telah dianggap
telah menjadi raja pertama. Kudunggu mungkin merupakan suatu kepala suku yang
setelah ia berinteraksi dengan kebudayaan Hindu-Buddha akan mengubah struktur
pemerintahan yang menjadi kerajaan dan akan menurunkan kekuasaannya pada
seluruh keturunannya. Kata warman kerajaan pada nama seseorang yang tampaknya
menjadi salah satu yang menjadi ciri bahwa seseorang tersebut ialah suatu
penganut hindu dengan secara penuh. Dari kriteria nama yang telah disandang
Aswawarman tersebut maka dapa disimpulkan bahwa aswawarman ialah pendiri
kerajaan kutai tersebut.
Kehidupan
Sosial
Pada kerajaan Kutai memiliki golongan masyarakat yang telah menguasai bahasa sansekerta dan bisa menulis huruf Pallawa yaitu golongan para Brahmana. Golongan yang lain ialah suatu golongan ksatria yang terdiri atas kerabat dari Raja Mulawarman. Pada masyarakat kutai akan sendiri merupakan suatu golongan penduduk yang masih erat memegang teguh suatu kepercayaan asli dari leluhur mereka. Mulawarman kemudian menjadi penganut agama hindu syiwa dan golongan para brahmana.
Pada kerajaan Kutai memiliki golongan masyarakat yang telah menguasai bahasa sansekerta dan bisa menulis huruf Pallawa yaitu golongan para Brahmana. Golongan yang lain ialah suatu golongan ksatria yang terdiri atas kerabat dari Raja Mulawarman. Pada masyarakat kutai akan sendiri merupakan suatu golongan penduduk yang masih erat memegang teguh suatu kepercayaan asli dari leluhur mereka. Mulawarman kemudian menjadi penganut agama hindu syiwa dan golongan para brahmana.
Kehidupan
politik
Kudungga tak dianggap menjadi sebagai pendiri dari dinasti karena menggunakan konsep keluarga raja di zaman tersebut masih terbatas di para keluarga raja yang sudah menyerap kebudayaan india pada setiap kehidupan dalam sehari-hari. Raja mulawaranman juga menciptakan adanya stabilitas politik dimana pada masa pemerintahannya tersebut. Itu terlihat dari adanya Yupa yang menyebutkan bahwa Mulawarman menjadi raja berkuasa, kuat dan bijaksana.
Kudungga tak dianggap menjadi sebagai pendiri dari dinasti karena menggunakan konsep keluarga raja di zaman tersebut masih terbatas di para keluarga raja yang sudah menyerap kebudayaan india pada setiap kehidupan dalam sehari-hari. Raja mulawaranman juga menciptakan adanya stabilitas politik dimana pada masa pemerintahannya tersebut. Itu terlihat dari adanya Yupa yang menyebutkan bahwa Mulawarman menjadi raja berkuasa, kuat dan bijaksana.
Kehidupan
Ekonomi.
Adapun mata pencaharian yang utama dalam masyarakat zaman kerajaan kutai merupakan beternak sapi. Pada mata pencaharian yang lain ialah bercocok tanam dan lewat berdagang. ini dilihat dari letak kerajaan kutai berada ditepian sungai mahakam yang sangat subur sehingga cocok untuk pertanian.
Adapun mata pencaharian yang utama dalam masyarakat zaman kerajaan kutai merupakan beternak sapi. Pada mata pencaharian yang lain ialah bercocok tanam dan lewat berdagang. ini dilihat dari letak kerajaan kutai berada ditepian sungai mahakam yang sangat subur sehingga cocok untuk pertanian.
Silsilah
Kerajaan kutai
Penguasa kerajaan kutai yang pertama ialah kudungga yang kemudian digantikan oleh Raja Aswawarman. Kemudian Aswawarman akan digantikan oleh putrannya yang bernama yaitu Raja Mulawawrman. Raja Mulawarman disebut raja yang paling masyhur dari kerajaan kutai dan sebagai pengatu agama Hindu Siwa. Dan juga diterangkan bahwa raja Mulawarman memiliki jalinan yang baik dengan para rakyat dan brahmana. Hal itu dilihat dari adanya pemberian hadiah kurban emas dan sejumlah 20.000 ekor lembu untuk seluruh para brahmana sebagai wujud terimakasih. Sementara itu untuk sebagai peringatan tentang upacara kurban tersebut, para brahmana kemudian mendirikan sebuah yupa.
Penguasa kerajaan kutai yang pertama ialah kudungga yang kemudian digantikan oleh Raja Aswawarman. Kemudian Aswawarman akan digantikan oleh putrannya yang bernama yaitu Raja Mulawawrman. Raja Mulawarman disebut raja yang paling masyhur dari kerajaan kutai dan sebagai pengatu agama Hindu Siwa. Dan juga diterangkan bahwa raja Mulawarman memiliki jalinan yang baik dengan para rakyat dan brahmana. Hal itu dilihat dari adanya pemberian hadiah kurban emas dan sejumlah 20.000 ekor lembu untuk seluruh para brahmana sebagai wujud terimakasih. Sementara itu untuk sebagai peringatan tentang upacara kurban tersebut, para brahmana kemudian mendirikan sebuah yupa.
Kutai
yang berada di tepian sunga, mulai mendorong masyarakatnya untuk mengembangkan
di bidang pertanian. Selain di bidang pertanian, mereka kemudian banyak
menjalan kegiatan perdagangan. Bahkan telah diperkirakan bahwa telah terjadi
hubungan dagang ke beberapa wilayah yang ada dari luar. Pada jalur perdagangan
internasional waktu ini sudah ada dari India yang melewati selat makassar,
sampai terus mengarah ke Filipina dan hingga di Cina. Didalam pelayarannya
tersebut dimungkinkan para pedagang tersebut akan singgah terlebih dahulu di
Kutai untuk melakukan penjualan dan pembelian barang dagangan dengan sekaligus
untuk menyiapkan beberapa berbekalan untuk pelayaran.Hal inilah yang membuat
kerajaan kutai semakin ramai dan rakyat akhirnya hidup makmur.
PROSES TERJADINYA KERAJAAN SRIWIJAYA BESERTA PRASASTINYA
merupakan
kerajaan Budha yang berdiri pada abad ke-7 dibuktikan dengan adanya prasasti
kedukan Bukit di Palembang (682). Sriwijaya menjadi salah satu kerajaan yang
kuat di Pulau Sumatera. Nama Sriwijaya berasal dari bahasa Sanskerta berupa
"Sri" yang artinya bercahaya dan "Wijaya" berarti
kemenangan sehingga dapat diartikan dengan kemenangan yang bercahaya atau
gemilang.
Pada catatan perjalanan I-Tsing, pendeta Tiongkok yang pernah mengunjungi Sriwijaya pada tahun 671 selama 6 bulan menerangkan bahwa pusat Kerajaan Sriwijaya berada pada kawasan Candi Muara Takus (Provinsi Riau sekarang). Kerajaan Sriwijaya dipimpin oleh Dapunta Hyang Sri Jayanasa sebagai raja pertama.
Pada catatan perjalanan I-Tsing, pendeta Tiongkok yang pernah mengunjungi Sriwijaya pada tahun 671 selama 6 bulan menerangkan bahwa pusat Kerajaan Sriwijaya berada pada kawasan Candi Muara Takus (Provinsi Riau sekarang). Kerajaan Sriwijaya dipimpin oleh Dapunta Hyang Sri Jayanasa sebagai raja pertama.
Kejayaan Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan
Sriwijaya berjaya pada abad 9-10 Masehi dengan menguasai jalur perdagangan
maritim di Asia Tenggara. Sriwijaya telah menguasai hampir seluruh kerajaan
Asia Tenggara, diantaranya, Jawa, Sumatera, Semenanjung Malaya, Thailand,
Kamboja, Vietnam, dan Filipina. Sriwijaya menjadi pengendali rute perdaganagan
lokal yang mengenakaan bea cukai kepadaa setiap kapal yang lewat. Hal ini
karena Sriwijaya menjadi penguasa atas Selat Sunda dan Malaka. Selain itu,
Kerajaan Sriwijaya juga mengumpulkan kekayaannya dari jasa pelabuhan dan gudang
perdagangan yang melayani pasar Tiongkok dan India.
Keruntuhan Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan
Sriwijaya mengalami keruntuhan ketika Raja Rajendra Chola, penguasa Kerajaan
Cholamandala menyerang dua kali pada tahun 1007 dan 1023 M yang berhasil
merebut bandar-bandar kota Sriwijaya. Peperangan ini disebabkan karena Kerajaan
Sriwijaya dan Kerajaan Cholamandala bersaing pada bidang perdagangan dan
pelayaran. Dengan demikian, tujuan dari serangan Kerajaan Cholamandala tidak
untuk menjajah melainkan untuk meruntuhkan armada Sriwijaya. Hal ini
menyebabkan ekonomi Kerajaan Sriwijaya semakin melemah karena para pedagang
yang biasanya berdagang di Kerajaan Sriwijaya terus berkurang. Tidak hanya itu,
kekuatan militer Sriwijaya juga semakin melemah sehingga banyak daerah
bawahannya yang melepaskan diri. Akhirnya, Kerajaan Sriwijaya runtuh pada abad
ke-13.
PROSES
TERJADINYA KERAJAAN TARUMANEGARA BESERTA
PRASASTINYA
Sejarah
kerajaan Tarumanegara merupakan kerajaan Hindu yang berdiri setelah kerajaan
Kutai, yakni pada abad ke-4 hingga abad ke-7 M. Kerajaan yang berkuasa di
wilayah Pulau Jawa bagian barat ini berasal dari kata Tarum dan Nagara. Tarum
berarti sungai yang membelah Jawa Barat yang sekarang menjadi sungai Citarum
dan Nagara berarti Kerajaan atau Negara.
Berdirinya kerajaan Tarumanegara masih menjadi perdebatan para ahli. Namun, menurut naskah Wangsakerta, pada abad ke-4 M terdapat sejumlah pengungsi dari India yang melarikan diri ke pulau dan beberapa wilayah Nusantara untuk mencari perlindungan. Mereka mengungsi ke wilayah Nusantara karena terdapat perang besar di India, yakni kerajaan Palawa dan Calankayana yang melawan Kerajaan Samudragupta.
Berdirinya kerajaan Tarumanegara masih menjadi perdebatan para ahli. Namun, menurut naskah Wangsakerta, pada abad ke-4 M terdapat sejumlah pengungsi dari India yang melarikan diri ke pulau dan beberapa wilayah Nusantara untuk mencari perlindungan. Mereka mengungsi ke wilayah Nusantara karena terdapat perang besar di India, yakni kerajaan Palawa dan Calankayana yang melawan Kerajaan Samudragupta.
Sebagian
besar para pengungsi berasal dari kerajaan Palawa dan Calankayana, pihak yang
kalah dalam peperangan tersebut. Salah satu rombongan pengungsi Calankayana
dipimpin oleh Jayasingawarman yang tidak lain adalah Maharesi. Kemudian
Jayasingawarman membuka pemukiman baru di dekat Sungai Citarum yang diberi nama
Tarumadesya atau Desa Taruma. Menginjak sepuluh tahun, banyak penduduk
berdatangan ke Desa Taruma sehingga berkembang menjadi desa yang besar yang
pada akhirnya menjadi kota (Nagara). Semakin pesatnya berkembangan kota Taruma,
Jayasingawarman membentuk menjadi Kerajaan yang bernama Tarumanegara pada tahun
358.
Kejayaan Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan
Tarumanegara yang mengalami masa pemerintahan kerajaan sebanyak 12 kali telah
mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintatahan Raja Purnawarman (395-434 M).
Purnawarman merupakan Raja ketiga yang berkuasa setelah Dharmayawarman (382-395
M). Pada masa Raja Purnawarman, Kerajaan Tarumanegara memperluas wilayahnya
dengan menakhlukkan beberapa kerajaan disekitarnya. Kejayaan Raja Purnawarman
juga tertulis pada prasati Ciaruteun yang berisi, "Ini (bekas) dua kaki,
yang seperti kaki Dewa Wisnu ialah kaki Yang Mulia Sang Purnawarman, raja di
negeri Taruma, raja yang gagah berani di dunia".
Runtuhnya Kerajaan Tarumanegara
Runtuhnya
kerajaan Tarumanegara akibat adanya pengalihan kekuasaan, yakni dari Raja ke-12
Linggawarman kepada menantunya, Tarusbawa. Pada pemerintahan Tarusbawa, pusat
Kerajaan Tarumanegara dialihkan ke kerajaannya sendiri, yakni Kerajaan Sunda
(bawahan Tarumanegara) yang pada akhirnya Kerajaan Tarumanegara diganti dengan
nama Kerajaan Sunda. Demikian tentang Sejarah Kerajaan Tarumanegara yang
meliputi berdirinya kerajaan, masa kejayaan dan keruntuhan, serta raja
yang memerintah Kerajaan Tarumanegara.
PROSES
TERJADINYA KERAJAAN MATARAM HINDU BESERTA PRASASTINYA
Pada
abad ke-8 di pedalaman Jawa Tengah berdiri Kerajaan Mataram Hindu. Pendirinya
adalah Raja Sanjaya. Munculnya Kerajaan Mataram diterangkan dalam Carita Parahyangan.
Kisahnya adalah dahulu ada sebuah kerajaan di Jawa Barat bernama Galuh.
Rajanya
bernama Sanna (Sena). Suatu ketika, ia diserang oleh saudaranya yang
menghendaki takhta. Raja Sanna meninggal dalam peristiwa tersebut, sementara
saudara perempuannya, Sannaha, bersama keluarga raja yang lainnya berhasil
melarikan diri ke lereng Gunung Merapi.
Anak
Sannaha, Sanjaya, di kemudian hari mendirikan Kerajaan Mataram dengan ibu kota
Medang ri Poh Pitu. Tepatnya pada tahun 717 M.
Bukti
lain mengenai keberadaan Kerajaan Mataram Hindu atau sering juga
disebut Mataram Kuno adalah prasasti Canggal yang
dikeluarkan oleh Sanjaya. Prasasti ini berangka tahun Cruti Indria
Rasa atau 654 Saka (1 Saka sama dengan 78 Masehi, berarti 654 Saka
sama dengan 732 M), hurufnya Pallawa, bahasanya Sanskerta, dan letaknya di
Gunung Wukir, sebelah selatan Muntilan.
Isinya
adalah pada tahun tersebut Sanjaya mendirikan lingga di Bukit Stirangga
untuk keselamatan rakyatnya dan pemujaan terhadap Syiwa, Brahma, dan
Wisnu, di daerah suci Kunjarakunja. Menurut para ahli sejarah, yang
dimaksud Bukit Stirangga adalah Gunung Wukir dan yang dimaksud
Kunjarakunja adalah Sleman (kunjara = gajah = leman; kunja =
hutan). Lingga adalah simbol yang menggambarkan kekuasaan, kekuatan,
pemerintahan, lakilaki, dan dewa Syiwa.
Raja-raja
wangsa Sanjaya, seperti dimuat dalam prasasti Mantyasih (Kedu), sebagai
berikut.
1)
Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya (717 – 746 M)
Raja
ini adalah pendiri Kerajaan Mataram sekaligus pendiri wangsa
Sanjaya. Setelah wafat, ia digantikan oleh Rakai Panangkaran.
2)
Sri Maharaja Rakai Panangkaran (746 – 784 M)
Dalam
prasasti Kalasan (778 M) diceritakan bahwa Rakai Panangkaran
(yang dipersamakan dengan Panamkaran Pancapana) mendirikan candi Kalasan
untuk memuja Dewi Tara, istri Bodhisatwa Gautama, dan candi Sari untuk
dijadikan wihara bagi umat Buddha atas permintaan Raja Wisnu dari dinasti
Syailendra.
Ini menunjukkan
bahwa pada masa pemerintahan raja ini datanglah dinasti
Syailendra dipimpin rajanya, Bhanu (yang kemudian digantikan Wisnu), dan
menyerang wangsa Sanjaya hingga melarikan diri ke Dieng, Wonosobo. Selain
itu, Raja Panangkaran juga dipaksa mengubah kepercayaannya dari Hindu ke
Buddha. Adapun penerus wangsa Sanjaya setelah Panangkaran tetap beragama
Hindu.
3)
Sri Maharaja Rakai Panunggalan (784 – 803 M)
4)
Sri Maharaja Rakai Warak (803 – 827 M)
Dua
raja ini tidak memiliki peran yang berarti, mungkin karena kurang
cakap dalam memerintah sehingga dimanfaatkan oleh dinasti Syailendra untuk
berkuasa atas Mataram. Setelah Raja Warak turun takhta sebenarnya sempat
digantikan seorang raja wanita, yaitu Dyah Gula (827 – 828 M), namun
karena kedudukannya hanya bersifat sementara maka jarang ada sumber
sejarah yang mengungkap peranannya atas Mataram Hindu.
5)
Sri Maharaja Rakai Garung (828 – 847 M)
Raja
ini beristana di Dieng, Wonosobo. Ia mengeluarkan prasasti Pengging (819
M) di mana nama Garung disamakan dengan Patapan Puplar (mengenai Patapan
Puplar diceritakan dalam prasasti Karang Tengah – Gondosuli).
6)
Sri Maharaja Rakai Pikatan (847 – 855 M)
Raja
Pikatan berusaha keras mengangkat kembali kejayaan wangsa Sanjaya dalam
masa pemerintahannya. Ia menggunakan nama Kumbhayoni dan
Jatiningrat (Agastya). Beberapa sumber sejarah yang menyebutkan nama
Pikatan sebagai berikut.
a)
Prasasti Perot, berangka tahun 850 M, menyebutkan bahwa Pikatan adalah raja yang
sebelumnya bergelar Patapan.
b)
Prasasti Argopuro yang dikeluarkan Kayuwangi pada tahun 864 M.
c)
Tulisan pada sebelah kanan dan kiri pintu masuk candi Plaosan
menyebutkan nama Sri Maharaja Rakai Pikatan dan Sri Kahulunan.
Diduga
tulisan tersebut merupakan catatan perkawinan antara Rakai Pikatan dan Sri
Kahulunan. Sri Kahulunan diduga adalah Pramodhawardhani, putri
Samaratungga, dari dinasti Syailendra. Mengenai pernikahan mereka
dikisahkan kembali dalam prasasti Karang Tengah.
Rakai
Pikatan sendiri mengeluarkan tiga prasasti berikut.
1)
Prasasti Pereng (862 M), isinya mengenai penghormatan kepada Syiwa dan
penghormatan
kepada Kumbhayoni.
2)
Prasasti Code D 28, berangka tahun Wulung Gunung Sang Wiku atau 778
Saka (856 M). Isinya adalah
(1)
Jatiningrat (Pikatan) menyerahkan kekuasaan kepada putranya,
Lokapala (Kayuwangi dalam prasasti Kedu);
(2)
Pikatan mendirikan bangunan Syiwalaya (candi Syiwa), yang dimaksud adalah
candi Prambanan;
(3)
kisah peperangan antara Walaputra (Balaputradewa) melawan
Jatiningrat (Pikatan) di mana Walaputra kalah dan lari ke Ungaran (Ratu
Boko).
3)
Prasasti Ratu Boko, berisi kisah pendirian tiga lingga sebagai tanda
kemenangan.
Ketiga
lingga yang dimaksud adalah Krttivasa Lingga (Syiwa sebagai
petapa berpakaian kulit harimau), Tryambaka Lingga (Syiwa menghancurkan
benteng Tripura yang dibuat raksasa), dan Hara Lingga (Syiwa sebagai dewa
tertinggi atau paling berkuasa).
Sebagai
raja, Pikatan berusaha menguasai seluruh Jawa Tengah, namun
harus menghadapi wangsa Syailendra yang saat itu menjadi penguasa Mataram
Buddha. Untuk itu, Pikatan menggunakan taktik menikahi Pramodhawardhani,
putri Samaratungga, Raja Mataram dari dinasti Syailendra. Pernikahan ini
memicu peperangan dengan Balaputradewa yang merasa berhak atas tahta
Mataram sebagai putra Samaratungga. Balaputradewa kalah dan Rakai Pikatan
menyatukan kembali kekuasaan Mataram di Jawa Tengah.
7)
Sri Maharaja Kayuwangi (855 – 885 M)
Nama
lain Sri Maharaja Kayuwangi adalah Lokapala. Ia mengeluarkan, antara lain,
tiga prasasti berikut.
a)
Prasasti Ngabean (879 M), ditemukan dekat Magelang. Prasasti ini terbuat
dari tembaga.
b)
Prasasti Surabaya, menyebutkan gelar Sajanotsawattungga untuk Kayuwangi.
c)
Prasasti Argopuro (863 M), menyebutkan Rakai Pikatan pu
Manuku berdampingan dengan nama Kayuwangi.
Dalam
pemerintahannya, Kayuwangi dibantu oleh dewan penasihat merangkap staf
pelaksana yang terdiri atas lima orang patih. Dewan penasihat ini
diketuai seorang mahapatih.
8)
Sri Maharaja Watuhumalang (894 – 898 M)
Masa
pemerintahan Kayuwangi dan penerus-penerusnya sampai masa pemerintahan
Dyah Balitung dipenuhi peperangan perebutan kekuasaan. Itu
sebabnya, setelah Kayuwangi turun takhta, penggantinya tidak ada yang
bertahan lama.
Di antara
raja-raja yang memerintah antara masa Kayuwangi dan Dyah Balitung
yang tercatat dalam prasasti Kedu adalah Sri Maharaja Watuhumalang.
Raja-raja sebelumnya, yaitu Dyah Taguras (885 M), Dyah Derendra (885 – 887
M), dan Rakai Gurunwangi (887 M) tidak tercatat dalam prasasti tersebut
mungkin karena masa pemerintahannya terlalu singkat atau karena Balitung
sendiri tidak mau mengakui kekuasaan mereka.
9)
Sri Maharaja Watukura Dyah Balitung (898 – 913 M)
Raja
ini dikenal sebagai raja Mataram yang terbesar. Ialah yang berhasil
mempersatukan kembali Mataram dan memperluas kekuasaan dari Jawa
Tengah sampai ke Jawa Timur. Dyah Balitung menggunakan beberapa nama:
a)
Balitung Uttunggadewa (tercantum dalam prasasti Penampihan),
b)
Rakai Watukura Dyah Balitung (tercantum dalam kitab Negarakertagama),
c)
Dharmodaya Mahacambhu (tercantum dalam prasasti Kedu), dan
d)
Rakai Galuh atau Rakai Halu (tercantum dalam prasasti Surabaya).
Prasasti-prasasti
yang penting dari Balitung sebagai berikut.
a)
Prasasti Penampihan di Kediri (898 M).
b)
Prasasti Wonogiri (903 M).
c)
Prasasti Mantyasih di Kedu (907 M).
d)
Prasasti Djedung di Surabaya (910 M).
Sebenarnya,
Balitung bukan pewaris takhta Kerajaan Mataram. Ia dapat naik takhta
karena kegagahberaniannya dan karena perkawinannya dengan putri
Raja Mataram. Selama masa pemerintahannya, Balitung sangat
memerhatikan kesejahteraan rakyat, terutama dalam hal mata pencaharian,
yaitu bercocok tanam, sehingga rakyat sangat menghormatinya.
Tiga
jabatan penting yang berlaku pada masa pemerintahan Balitung
adalah Rakryan i Hino (pejabat tertinggi di bawah raja), Rakryan i Halu,
dan Rakryan i Sirikan. Ketiga jabatan itu merupakan tritunggal dan terus
dipakai hingga zaman Kerajaan Majapahit.
Balitung
digantikan oleh Sri Maharaja Daksa dan diteruskan oleh Sri
Maharaja Tulodhong dan Sri Maharaja Wana. Namun, ketiga raja ini sangat
lemah sehingga berakhirlah kekuasaan dinasti Sanjaya.
Ketika
Mataram diperintah oleh Panangkaran (wangsa Sanjaya), datanglah
dinasti Syailendra ke Jawa. Ada beberapa pendapat mengenai asal-usul
dinasti Syailendra ini. Dr. Majumdar, Nilakanta Sastri, dan Ir. Moens
berpendapat bahwa dinasti Syailendra berasal dari India. Adapun Coedes
berpendapat bahwa dinasti Syailendra berasal dari Funan.
Dinasti
ini lalu berhasil mendesak wangsa Sanjaya menyingkir ke Pegunungan Dieng,
Wonosobo, di wilayah Jawa Tengah bagian utara. Di sanalah wangsa Sanjaya kemudian
memerintah. Sementara itu, dinasti Syailendra mendirikan Kerajaan
Syailendra (Mataram Buddha) di wilayah sekitar Yogyakarta dan menguasai
Jawa Tengah bagian selatan.
Sumber-sumber
sejarah mengenai keberadaan dinasti Syailendra sebagai berikut.
1)
Prasasti Kalasan (778 M)
2)
Prasasti Kelurak (782 M)
3)
Prasasti Ratu Boko (856 M)
4)
Prasasti Nalanda (860 M)
Raja-raja
dinasti Syailendra sebagai berikut.
1)
Bhanu (752 – 775 M)
Bhanu
berarti matahari. Ia adalah raja Syailendra yang pertama. Namanya disebutkan
dalam prasasti yang ditemukan di Plumpungan (752 M), dekat Salatiga.
2)
Wisnu (775 – 782 M)
Nama
Wisnu disebutkan dalam beberapa prasasti.
a)
Prasasti Ligor B menyebutkan nama Wisnu yang dipersamakan dengan
matahari, bulan, dan dewa Kama. Disebutkan pula gelar yang diberikan
kepada Wisnu, yaitu Syailendravamsaprabhunigadata Sri Maharaja, artinya
pembunuh musuh yang gagah berani.
b)
Prasasti Kalasan (778 M) menyebutkan desakan dinasti Syailendra
terhadap Panangkaran.
c)
Prasasti Ratu Boko (778 M) menyebutkan nama Raja Dharmatunggasraya.
3)
Indra (782 – 812 M)
Raja
Indra mengeluarkan prasasti Kelurak (782 M) yang menyebutkan
pendirian patung Boddhisatwa Manjusri, yang mencakup Triratna (candi
Lumbung), Vajradhatu (candi Sewu), dan Trimurti (candi Roro Jongrang).
Setelah wafat, Raja Indra dimakamkan di candi Pawon. Nama lain candi ini
adalah candi Brajanala atau Wrajanala. Wrajanala artinya petir yang
menjadi senjata dewa Indra.
4)
Samaratungga (812 – 832 M)
Raja
ini adalah raja terakhir keturunan Syailendra yang memerintah di
Mataram. Ia mengeluarkan prasasti Karang Tengah yang berangka tahun Rasa
Segara Krtidhasa atau 746 Saka (824 M). Dalam prasasti tersebut disebutkan
nama Samaratungga dan putrinya, Pramodhawardhani. Disebutkan pula
mengenai pendirian bangunan Jimalaya (candi Prambanan) oleh
Pramodhawardhani.
Nama
Samaratungga juga disebutkan dalam prasasti Nalanda (860 M)
yang menceritakan pendirian biara di Nalanda pada masa pemerintahan
Raja Dewapaladewa (Kerajaan Pala, India). Pada masa pemerintahannya,
Samaratungga membangun candi Borobudur yang merupakan candi besar agama
Buddha. Samaratungga kemudian digantikan oleh Rakai Pikatan, suami
Pramodhawardhani yang berasal dari wangsa Sanjaya. Kembalilah kekuasaan
wangsa Sanjaya atas Mataram Kuno sepenuhnya.
Kerajaan
Mataram Kuno merupakan negara agraris yang bersifat tertutup. Akibatnya,
kerajaan ini sulit berkembang secara ekonomi, terutama karena
segi perdagangan dan pelayaran sangat kering. Kejayaan baru diperoleh pada
masa pemerintahan Balitung. Ia membangun pusat perdagangan seperti
disebutkan dalam prasasti Purworejo (900 M).
Dalam prasasti Wonogiri (903 M) diterangkan bahwa desa-desa yang terletak di kanan-kiri Sungai Bengawan Solo dibebaskan dari pajak dengan syarat penduduk desa tersebut harus menjamin kelancaran hubungan lalu lintas melalui sungai.
Dalam prasasti Wonogiri (903 M) diterangkan bahwa desa-desa yang terletak di kanan-kiri Sungai Bengawan Solo dibebaskan dari pajak dengan syarat penduduk desa tersebut harus menjamin kelancaran hubungan lalu lintas melalui sungai.
Ketika
wangsa Sanjaya menyingkir ke Pegunungan Dieng sejak masa
Panangkaran hingga Rakai Pikatan, banyak didirikan candi yang kini dikenal
sebagai kompleks candi Dieng. Kompleks candi ini, antara lain, terdiri
atas candi Bimo, Puntadewa, Arjuna, dan Nakula. Adapun di Jawa Tengah
bagian selatan ditemukan candi Prambanan (Roro Jonggrang), Sambi Sari,
Ratu Boko, dan Gedung Songo (Ungaran) sebagai hasil budaya Mataram Kuno.
PROSES TERJADINYA KERAJAAN KEDIRI BESERTA PRASASTINYA
Kerajaan
Kediri terletak di Jawa Timur, di sekitar Sungai Brantas, dan beribu kota di
Daha. Sejarah kerajaan Kediri terdapat dalam prasasti-prasasti peninggalan
Kerajaan Kediri :
·
Prasasti Sirah Keting, berangka tahun 1104 M. Berisi tentang
pemberian hadiah berupa tanah dari Raja Jayawana kepada rakyat desa.
·
Prasasti Tulungagung dan Kertosono, diperkiran berangka
tahun 1118 M – 1130 M. Berisi tentang permasalahan yang berkaitan dengan hal
keagamaan.
·
Prasasti Ngantang, berangka tahun 1135 M. Berisi tentang
Jayabaya memberikan hadiah berupa tanah yang bebas dari pajak kepada rakyat di
Desa Ngantang.
·
Prasasti Jaring, berangka tahun 1181 M, ditulis oleh Raja
Gandra. Berisi tentang sejumlah nama hewan yang dijadikan pangkat atau gelar
pejabat kerajaan Kediri (misalnya Kebo Waruga atau Tikus Jinada)
·
Prasasti Kamulan, berangka tahun 1194 M. Berisi tentang
Kertajaya yang berhasil mengalahkan musuh yang menggangu istana di
Katangkatang.
Raja-raja
yang pernah memerintah Kerajaan Kediri antara lain adalah Sri Samarawijaya
(1040 – 1059 M), Sri Bameswara (1112 – 1130 M), Jayabaya (1135 – 1157 M), Sri
Sarweswara, Aryeswara, Sri Gandra, Kameswara (1182 – 1185 M), dan terakhir
Kertajaya atau Dandang Gendis (1185 – 1222 M).
Sri
Samarawijaya ketika memerintah, antara Kerajaan Kediri dengan Kerajaan Jenggala
selalu muncul pertikaian yang memperebutkan wilayah kekuasaan. Pada saat masa
pemerintahan Jayabaya, Kerajaan Kediri mengalami masa kejayaan. Pada masa
pemerintahan Jayabaya, Mpu Sedah berhasil menyusun kitab Baratayudha, di
dalamnya terdapat nama Jayabaya, karyanya dilanjutkan oleh Mpu Panuluh.
Jayabaya menulis buku Jangka Jayabaya atau Keropak Jayabaya yang mana di
dalamnya terdapat ramalam Jayabaya yang menulis ‘kelak akan ada Ratu Adil yang
akan memerintah Indonesia’.
Pada
masa pemerintahan Kertajaya, banyak terjadi perselisihan dengan kaum Brahmana
yang dimanfaatkan oleh Ken Arok. Upaya Ken Arok untuk merebut Kerajaan Kediri
pun berhasil dengan cara menyerbu Kerajaan Kediri dan pertempuran benar-benar
terjadi Desa Ganter tahun 1222 M. Kertajaya gugur dan berakhirlah Kerajaan
Kediri.
Namun,
masih ada prestasi-prestasi dan peninggalan lainnya selain prasasti yang
ditinggalkan Kerajaan Kediri, yaitu Candi Tuban, Candi Panataran, Candi
Tangkilan, Keropak Jayabaya (Jayabaya), Cerita Gatutkacasraya dan Hariwangsa
(Mpu Panuluh) serta Kitab Baratyudha (Mpu Sedah). Kerajaan Kediri juga membuat
dua prestasi, yaitu memiliki mata uang emas dan memeliki aturan pajak yang
baik.
PROSES
TERJADINYA KERAJAAN SINGASARI BESERTA PRASASTINYA
Setelah Ken Arok berhasil mengalahkan Kertajaya, ia segera
membangun dinasti baru yang diberi nama Dinasti Rajasa dan sekaligus
mendirirkan Kerajaan baru bernama Singasari pada tahun 1222 M. Kerajaan
Singasari terletak di Malang, Jawa Timur. Sumber sejarah-sejarah Kerajaan
Singasari berasal dari beberapa kitab, peninggalan purbakala, dan berita Cina.
1.
Prasasti Mula Malurung yang dikeluarkan oleh kerabat Raja
Singasasri pada masa pemerintahan Wisnuwardhana. Berisi tentang keadaaan
politik Kerajaan Singasari tahun 1255 M.
2.
Kitab Pararaton yang menceritakan tentang keberadaan
raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Singasari, salah satunya Ken Arok. Di
kitab ini diceritakan bahwa Ken Arok adalah anak titisan Dewa Brahma yang
dilahirkan oleh wanita petani. Saat muda, Ken Arok dilindungi oleh dewa-dewa
apa pun aktivitasnya. Dengan bantuan Danghyang Lohgawe, Ken Arok dapat mengabdi
kepada Tunggul Ametung (Bupati di Tumapel).
3.
Kitab Nagarakartagama yang Menjelaskan hubungan silsilah
raja-raja Majapahit dengan raja-raja Singasari.
4.
Berita Cina yang Menyatakan bahwa Kaisar Khubilai Khan dari
Cina mengirim pasukkannya untuk menyerang Singasari.
5.
Candi dan arca. Candi Singasari (tempat penyimpanan abu raja
Kartanagara), Candi Kidal (tempat menyimpan abu Anusapati), Arca Ken Dedes,
Candi Kidal, Candi Jago, Candi Jawi.
Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Singasari adalah
Ken
Arok
(1222 – 1227 M), Anusapati atau Kalagemet (1227 – 1248 M), Tohjaya (1248 M),
Ranggawuni (1248 – 1268 M), dan Kartanagera atau Joko Dolok (1268 – 1292 M).
Setelah Ken Arok berhasil mengalahkan Tunggul Ametung, kedudukan Tunggul
Ametung digantikan oleh Ken Arok. Istri Tunggul Ametung, Ken Dedes, diperistri
oleh Ken Arok. Kemudian, ia mempersatukan wilayah Tumapel dan Kediri menjadi
Kerajaan Singasari. Anusapati naik tahta menggantikan Ken Arok dan memerintah
selama 21 tahun.
Tohyaja naik tahta Setelah ia mengalahkan Anusapati dengan
perlombaan menyabung ayam. Tohyaja hanya memerintah beberapa bulan saja karena
pemerintahannya selalu diberontak oleh saudara tirinya, Ranggawuni dan Mahesa
Campaka. Ranggawuni bergelar Sri Jaya Wisnuwardhana, namun pada prasasti
Maribog, Ranggawuni bergelar Mapanji Sminingrat. Ranggawuni dibantu oleh Mahesa
Campaka yang menjabat sebagai Ratu Angabaya dengan gelar Narasinghamurti.
Kartanagara naik tahta menggantikan ayahnya (Ranggawuni) dan
bergelar Sri Maharajadhiraja Sri Kartanagara. Ia merupakan raja terbesar di
Singasari. Pada masa pemerintahannya ia berkali-kali mendapat utusan dari
Kubilai Khan. Kartanagara mendapat ancaman yang sangat serius, namun
Kartanagara tetap tidak mau mengakui kekuasaan Cina-Mongol. Ia pun membuat
garis pertahanan “Pahang – Tanjungpura”. Tahun 1289, dating rombongan utusan
dari Kerajaan Cina-Mongol, dipimpin oleh Meng-ki agar Kertanagara mengakui
kekuasaan Kaisar Kubilai-Khan. Raja Kartanagara menolak dengan cara melukai
utusan dan disuruh pulang. Upaya untuk membalasnya, Khubilai-Khan (Kubilai-Khan,
atau juga bisa Kublai-Khan) menyiapkan tentara untuk menghukumnya, namun karena
perjalan jauh dari Cina ke Jawa butuh waktu yang lama, maka tahun 1292 M,
ketika tentara Cina sudah sampai, Raja Kartanagara sudah gugur karena diserang
oleh Jayakatwang dari Kediri. Tamatlah riwayat Kerajaan Singasari karena sudah
dikuasai oleh Jayakatwang.
Peninggalan-peninggalan Kerajaan Singasari antara lain
adalah Candi Kidal, Candi Jago, Patung Ken Dedes, Patung Joko Dolok. Singasari
juga sudah berhasil menguasai jalur pelayaran dan perdagangan di Selat Malaka.
PROSES
TERJADINYA KERAJAAN MAJAPAHIT BESERTA PRASASTINYA
Prasasti adalah bukti sumber tertulis
yang sangat penting dari masa lalu yang isinya antara lain mengenai kehidupan masyarakat
misalnya tentang administrasi dan birokrasi pemerintahan, kehidupan ekonomi,
pelaksanaan hukum dan keadilan, sistem pembagian bekerja, perdagangan, agama,
kesenian, maupun adat istiadat (Noerhadi 1977: 22).
Seperti juga isi prasasti pada umumnya, prasasti dari masa Majapahit lebih banyak berisi tentang ketentuan suatu daerah menjadi daerah perdikan atau sima. Meskipun demikian, banak hal yang menarik untuk diungkapkan di sini, antara lain, yaitu:
Seperti juga isi prasasti pada umumnya, prasasti dari masa Majapahit lebih banyak berisi tentang ketentuan suatu daerah menjadi daerah perdikan atau sima. Meskipun demikian, banak hal yang menarik untuk diungkapkan di sini, antara lain, yaitu:
Prasasti Kudadu (1294 M)
Mengenai pengalaman Raden Wijaya
sebelum menjadi Raja Majapahit yang telah ditolong oleh Rama Kudadu dari
kejaran balatentara Yayakatwang setelah Raden Wijaya menjadi raja dan bergelar
Krtajaya Jayawardhana Anantawikramottunggadewa, penduduk desa Kudadu dan Kepala
desanya (Rama) diberi hadiah tanah sima.
Prasasti Sukamerta (1296 M) dan Prasasti Balawi (1305 M)
Mengenai Raden Wijaya yang telah memperisteri keempat putri Kertanegara yaitu Sri Paduka Parameswari Dyah Sri Tribhuwaneswari, Sri Paduka Mahadewi Dyah Dewi Narendraduhita, Sri Paduka Jayendradewi Dyah Dewi Prajnaparamita, dan Sri Paduka Rajapadni Dyah Dewi Gayatri, serta menyebutkan anaknya dari permaisuri bernama Sri Jayanegara yang dijadikan raja muda di Daha.
Mengenai Raden Wijaya yang telah memperisteri keempat putri Kertanegara yaitu Sri Paduka Parameswari Dyah Sri Tribhuwaneswari, Sri Paduka Mahadewi Dyah Dewi Narendraduhita, Sri Paduka Jayendradewi Dyah Dewi Prajnaparamita, dan Sri Paduka Rajapadni Dyah Dewi Gayatri, serta menyebutkan anaknya dari permaisuri bernama Sri Jayanegara yang dijadikan raja muda di Daha.
Prasasti Waringin Pitu (1447 M)
Mengungkapkan bentuk pemerintahan dan sistem birokrasi Kerajaan Majapahit yang terdiri dari 14 kerajaan bawahan yang dipimpin oleh seseorang yang bergelar Bhre, yaitu Bhre Daha, Bhre Kahuripan, Bhre Pajang, Bhre Wengker, Bhre Wirabumi, Bhre Matahun, Bhre Tumapel, Bhre Jagaraga, Bhre Tanjungpura, Bhre Kembang Jenar, Bhre Kabalan, Bhre Singhapura, Bhre Keling, dan Bhre Kelinggapura.
Mengungkapkan bentuk pemerintahan dan sistem birokrasi Kerajaan Majapahit yang terdiri dari 14 kerajaan bawahan yang dipimpin oleh seseorang yang bergelar Bhre, yaitu Bhre Daha, Bhre Kahuripan, Bhre Pajang, Bhre Wengker, Bhre Wirabumi, Bhre Matahun, Bhre Tumapel, Bhre Jagaraga, Bhre Tanjungpura, Bhre Kembang Jenar, Bhre Kabalan, Bhre Singhapura, Bhre Keling, dan Bhre Kelinggapura.
Prasasti Canggu (1358 M)
Mengenai pengaturan tempat-tempat
penyeberangan di Bengawan Solo.
Prasasti Biluluk (1366 M0, Biluluk II (1393 M), Biluluk III (1395 M).
Menyebutkan tentang pengaturan sumber air asin untuk keperluan pembuatan garam dan ketentuan pajaknya.
Prasasti Biluluk (1366 M0, Biluluk II (1393 M), Biluluk III (1395 M).
Menyebutkan tentang pengaturan sumber air asin untuk keperluan pembuatan garam dan ketentuan pajaknya.
Prasasti Karang Bogem
(1387 M)
Menyebutkan tentang pembukaan daerah perikanan di Karang Bogem.
Prasasti Marahi Manuk (tt) dan Prasasti Parung (tt)
Mengenai sengketa tanah, persengketaan ini diputuskan oleh pejabat kehakiman yang menguasai kitab-kitab hukum adat setempat.
Menyebutkan tentang pembukaan daerah perikanan di Karang Bogem.
Prasasti Marahi Manuk (tt) dan Prasasti Parung (tt)
Mengenai sengketa tanah, persengketaan ini diputuskan oleh pejabat kehakiman yang menguasai kitab-kitab hukum adat setempat.
Prasasti Katiden I (1392 M)
Menyebutkan tentang pembebasan daerah bagi penduduk desa Katiden yang meliputi 11 wilayah desa. Pembebasan pajak ini karena mereka mempunyai tugas berat, yaitu menjaga dan memelihara hutan alang-alang di daerah Gunung Lejar.
Menyebutkan tentang pembebasan daerah bagi penduduk desa Katiden yang meliputi 11 wilayah desa. Pembebasan pajak ini karena mereka mempunyai tugas berat, yaitu menjaga dan memelihara hutan alang-alang di daerah Gunung Lejar.
Prasasti Alasantan (939 M)
Menyebutkan bahwa pada tanggal 6 September 939 M, Sri Maharaja Rakai Halu Dyah Sindok Sri Isanawikrama memerintahkan agar tanah di Alasantan dijadikan sima milik Rakryan Kabayan.
Menyebutkan bahwa pada tanggal 6 September 939 M, Sri Maharaja Rakai Halu Dyah Sindok Sri Isanawikrama memerintahkan agar tanah di Alasantan dijadikan sima milik Rakryan Kabayan.
Prasasti Kamban (941 M)
Meyebutkan bahwa apada tanggal 19 Maret 941 M, Sri Maharaja Rake Hino Sri Isanawikrama Dyah Matanggadewa meresmikan desa Kamban menjadi daerah perdikan.
Meyebutkan bahwa apada tanggal 19 Maret 941 M, Sri Maharaja Rake Hino Sri Isanawikrama Dyah Matanggadewa meresmikan desa Kamban menjadi daerah perdikan.
Prasasti Hara-hara (Trowulan VI) (966 M).
Menyebutkan bahwa pada tanggal 12 Agustus 966 M, mpu Mano menyerahkan tanah yang menjadi haknya secara turun temurun kepada Mpungku Susuk Pager dan Mpungku Nairanjana untuk dipergunakan membiayai sebuah rumah doa (Kuti).
Menyebutkan bahwa pada tanggal 12 Agustus 966 M, mpu Mano menyerahkan tanah yang menjadi haknya secara turun temurun kepada Mpungku Susuk Pager dan Mpungku Nairanjana untuk dipergunakan membiayai sebuah rumah doa (Kuti).
Prasasti Wurare (1289 M)
Menyebutkan bahwa pada tanggal 21 September 1289 Sri Jnamasiwabajra, raja yang berhasil mempersatukan Janggala dan Panjalu, menahbiskan arca Mahaksobhya di Wurare. Gelar raja itu ialah Krtanagara setelah ditahbiskan sebagai Jina (dhyani Buddha).
Menyebutkan bahwa pada tanggal 21 September 1289 Sri Jnamasiwabajra, raja yang berhasil mempersatukan Janggala dan Panjalu, menahbiskan arca Mahaksobhya di Wurare. Gelar raja itu ialah Krtanagara setelah ditahbiskan sebagai Jina (dhyani Buddha).
Prasasti Maribong (Trowulan II) (1264 M)
Menyebutkan bahwa pada tanggal 28 Agustus 1264 M Wisnuwardhana memberi tanda pemberian hak perdikan bagi desa Maribong.
Menyebutkan bahwa pada tanggal 28 Agustus 1264 M Wisnuwardhana memberi tanda pemberian hak perdikan bagi desa Maribong.
Prasasti Canggu (Trowulan I)
Mengenai aturan dan ketentuan kedudukan hukum desa-desa di tepi sungai Brantas dan Solo yang menjadi tempat penyeberangan. Desa-desa itu diberi kedudukan perdikan dan bebas dari kewajiban membayar pajak, tetapi diwajibkan memberi semacam sumbangan untuk kepentingan upacara keagamaan dan diatur oleh Panji Margabhaya Ki Ajaran Rata, penguasa tempat penyeberangan di Canggu, dan Panji Angrak saji Ki Ajaran Ragi, penguasa tempat penyeberangan di Terung.
Mengenai aturan dan ketentuan kedudukan hukum desa-desa di tepi sungai Brantas dan Solo yang menjadi tempat penyeberangan. Desa-desa itu diberi kedudukan perdikan dan bebas dari kewajiban membayar pajak, tetapi diwajibkan memberi semacam sumbangan untuk kepentingan upacara keagamaan dan diatur oleh Panji Margabhaya Ki Ajaran Rata, penguasa tempat penyeberangan di Canggu, dan Panji Angrak saji Ki Ajaran Ragi, penguasa tempat penyeberangan di Terung.
Kerajaan
Majapahit – Kerajaan Majapahit terletak di selatan Sungai Brantas, tepatnya di
Kecamatan Trowulan. Oleh para ahli arkeolog Pusat pemerintahannya diperkirakan
di sekitar Mojokerto, Jawa Timur. Kerajaan Majapahit mengalami masa kejayaannya
pada tahun 1350 sampai 1389 Masehi. Rajanya pada masa itu adalah Hayam Wuruk
dengan maha patihnya Gajah Mada. Hayam Wuruk berarti “Ayam Jantan Muda“,
dengan gelarnya Rajasanagara. Ia juga dikenal dengan sebutan Bhra Hyang
Wekasingsuka.
Pada
zaman Hayam Wuruk, Majapahit memiliki tata pemerintahan yang teratur dan
cermat. Sang raja bersama patihnya Gajah Mada mampu membangun kerajaan
Majapahit. Wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit meliputi hampir seluruh
Nusantara sampai ke semenanjung Malaka, termasuk Tumasik yang sekarang masuk
wilayah negara Singapura.
Hubungan
dengan negara-negara tetangga terjalin cukup baik. Misalnya hubungan dengan
Syangka (Thailand), Marutma (Myanmar), Campa, Kamboja, Yawana (Tonkin Amman),
India, Cina. Hubungan baik dengan negara-negara tetangga pada masa Majapahit
disebut Mitreka Satata.
Pengaturan
pemerintahan Kerajaan Majapahit
Kerajaan
Majapahit mengatur kekuasaan dan pengelolaan negara dengan teratur. Pengaturan
ini dapat dilihat pada bidang-bidang berikut :
1.
Bidang pemerintahan
Kekuasaan
pemerintahan tertinggi dipegang oleh raja. Untuk menjalankan roda pemerintahan,
kerajaan membagi kekuasaan menjadi 3 lembaga, yaitu :
a.
Sapta Prabhu, yang beranggotakan keluarga raja. Keluarga raja disebut juga
dewan kerajaan. Dewan ini bertugas mengurus masalah keluarga raja, seperti
penggantian mahkota kerajaan dan keputusan kerajaan.
b.
Dewan Menteri Besar, yang dipimpin langsung oleh Mahapatih Gajah Mada. Dewan
ini beranggotakan 5 orang. Tugasnya mengatur urusan kenegaraan, kejaksaan, dan
angkatan perang.
c.
Dewan Menteri, yang beranggotakan 3 orang menteri. Dewan ini bertugas
melaksanakan perintah raja.
Kerajaan
Majapahit mengatur wilayah pemerintahan menjadi beberapa kadipaten. Setiap
Kadipaten dipimpin oleh seorang adipati. Adipati merupakan wakil raja di
daerahnya. Para adipati memegang kekuasaan tertinggi di wilayahnya. Agar tidak
terjadi pemberontakan oleh adipati, maka dibuat ikatan yang kuat antara raja
dan adipati. Pengikat hubungan tersebut dilakukan dengan cara menikahkan para
adipati dengan keluarga raja.
Untuk
mengawasi para adipati di kadipaten, maka setiap 12 tahun sekali dilakukan upacara
srada. Upacara ini untuk menghormati arwah nenek moyang. Upacara srada
dihadiri oleh segenap pejabat, adipati, dan rakyat Majapahit.
Upacara
Srada merupakan sarana untuk mengontrol kesetiaan para adipati kepada raja
Majapahit. Pada upacara ini, adipati harus hadir dan membawa upeti untuk
diserahkan kepada raja sebagai tanda kesetiaannya. Suksesnya upacara Srada
merupakan lambang tingginya kewibawaan kerajaan di mata para adipati.
Hal
lain yang dilakukan raja untuk mengontrol wilayahnya, yaitu dengan melakukan
perjalanan yang megah ke daerah-daerah. Disamping mengamati kehidupan
rakyatnya, raja juga mengawasi kinerja para adipati.
2.
Bidang Perdagangan
Perdagangan
masa Kerajaan Majapahit berkembang cukup pesat. Banyak pedagang dari luar
kerajaan singgah di pelabuhan yang berada di muara Sungai Brantas. Mereka juga
berlabuh di daerah Tuban, Gresik, dan Pasuruan. Hal ini membuktikan ramainya
perdagangan di zaman Majapahit.
3.
Bidang Pertanian
Di
daerah pedalaman, rakyat Majapahit giat bercocok tanam. Kerajaan membangun
sarana pengairan, tanggul, dan saluran-saluran air. Hasil pertanian seperti
padi dan lada cukup melimpah.
4.
Bidang Kebudayaan
Kerajaan
Majapahit sangat memperhatikan bidang kebudayaan terutama bidang sastra. Banyak
karya sastra yang dihasilkan pada masa Kerajaan Majapahit, misalnya :
–
Kitab Negarakertagama yang ditulis Mpu Prapanca
–
Kitab Sutasoma yang ditulis Mpu Tantular
Dalam
Kitab Sutasoma tertulis makna budaya yang luhur, Yaitu Bhinneka Tunggal ika.
Selain sastra, kebudayaan dalam bantuk bangunan candi berkembang cukup pesat.
Raja
Pertama di Kerajaan Majapahit adalah Raden Wijaya. Raden Wijaya merupakan
keturunan dari penguasa kerajaan Singasari. Ketika pasukan Jayakatwang yang
dibantu pasukan Andaraja mengalahkan Kerajaan Singasari,
Raden Wijaya dan pasukannnya meloloskan diri ke Pulau Madura dengan tujuan
Sumenep. Ia meminta perlindungan Bupati Arya Wiraraja. Atas nasihatnya, Raden
Wijaya kemudian mengabdi ke Kerajaan Kadiri.
Raden
Wijaya kemudian meminta tanah di hutan Tarik untuk dijadikan tempat tinggalnya.
Permohonan itu dikabulkan oleh Jayakatwang. Raden Wijaya beserta pengikutnya
dibantu rakyat Madura kemudian membuka hutan tarik untuk dijadikan tanah
pertanian yang subur.
Awal mula nama Majapahit
Di
sinilah asal muasal nama Majapahit. Ketika sedang membuka hutan, ada seorang
pekerja yang kelaparan, kemudian memakan buah maja. Setelah dimakan, ternyata
rasanya pahit sekali. Oleh karena itu, daerah itu diberi nama Majapahit.
Tidak
lama kemudian, tentara Cina yang dikirim oleh Kubilai Khan mendarat di Tuban.
Tujuannya untuk menghukum Raja Kertanegara yang telah menghina Cina dengan
melukai Mengchi, seorang utusan Kaisar Cina. Pada saat tentara itu datang,
Kertanegara sudah meninggal dunia.Kedatangan pasukan Cina merupakan kesempatan
emas bagi Raden Wijaya untuk membalas sakit hatinya terhadap Jayakatwang.
Mereka kemudian bergabung menyerang Kerajaan Kadiri. Oasukan Jayakatwang dapat
dikalahkan.
Ketika
tentara Cina sedang merayakan kemenangan, pasukan Raden Wijaya yang dibantu
oleh Arya Wiraraja secara mendadak menyerang dan membuat tentara Cina porak
poranda.
Setelah
Jayakatwang runtuh dan kembalinya tentara Cina ke negerinya, pada tahun 1293
Raden Wijaya mendirikan kerajaan yang diberi nama Majapahit. Raden Wijaya
menobatkan dirinya sebagai raja Majapahit yang pertama dengan gelar “Kertarajasa
Jayawardhana“.
Raden
Wijaya wafat pada tahun 1309, dan digantikan oleh putranya yang bernama
Kalagemet. Setelah menjadi raja ia bergelar Sri Jayanegara. Sri Jayanegara
memerintah dari tahun 1309 – 1328. Pada masa pemerintahannya banyak terjadi
pemberontakan. Pemberontakan tersebut adalah :
–
Rangga Lawe yang berkedudukan di Tuban tahun 1309
–
Pemberontakan Sora terjadi tahun 1311
–
Pemberontakan Nambi (putra Arya Wiraraja) tahun 1316
Semua
pemberontakan di atas dapat ditumpas. Namun, pada tahun 1319 muncul
pemberontakan Kuti. Pemberontakan ini membahayakan kerajaan, karena Kuti
berhasil menduduki ibu kota Kerajaan Majapahit.
Raja
Jayanegara dengan dikawal pasukan Bhayangkari sebanyak 15 orang yang dipimpin
oleh Gajah Mada menyingkir ke Badander, sebuah tempat di Jawa Timur. Akhirnya
Gajah Mada berhasil menyusun kekuatan dan berhasil menumpas pemberontakan Kuti,
sehingga Jayanegara dapat kembali ke istana Majapahit.
Karena
jasanya, Gajah Mada diberi kedudukan sebagai patih Kahuripan yang kemudian
menjadi patih Kadiri. Inilah prestasi awal Gajah Mada di Majapahit menuju
puncak kejayaannya.
Raja
Jayanegara wafat pada tahun 1328 tanpa meninggalkan keturunan. Orang yang
berhak menggantikannya menjadi raja adalah Putri Gayatri. Karena ia menjadi
Bhiksuni (pendata wanita agama Buddha), maka ia diganti putranya Bhre Kahuripan
yang kemudian bergelar Tribuwanatunggadewi Jayawisnu Wardhani.
Pada
masa pemerintahnnya, terjadi pemberontakan Sadeng pada tahun 1331. Karena
Perdana Menteri Arya Tadah sedang sakit, maka Gajah Mada diangkat menjadi
Panglima Majapahit. Gajah mada berhasil menumpas pemberontakan Sadeng. Ratu
Tribuwana kemudian mengangkat Gajah Mada menjadi mangkubumi atau perdana
menteri menggantikan Arya Tadah.
Pada
waktu pelantikan Gajah Mada, beliau mengucapkan sumpah yang sangat terkenal
hingga sekarang, yaitu “Sumpah Palapa“. Ia bertekad ingin menyatukan
Nusantara dibawah naungan Majapahit. Untuk mewujudkan cita-citanya Gajah Mada
membangun armada angkatan laut Kerajaan Majapahit. Armada tersebut dipimpin
oleh Laksamana Nala atau Mpu Nala. Pada tahun 1340 Gajah Mada bersama armada
tersebut menguasai Dompo.
Pada
tahun 1343 Gajah Mada dibantu Adityawarman, putra Majapahit keturunan Melayu
berhasil menguasai Bali. daerah-daerah lain yang berhasil dikuasai Majapahit
adalah Sumatra, Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, Tumasik
(Singapura), dan Semenanjung Malaya.
Pada
tahun 1364 Gajah Mada meninggal dunia. Sepeninggal beliau Kerajaan Majapahit
kesulitan mencari penggantinya.
Peninggalan
sejarah Kerajaan Majapahit di antaranya berupa karya sastra dan bangunan
bersejarah, antara lain : Negarakertagama karangan Mpu Prapanca, Sutasoma
karangan Mpu Tantular, Candi Kedaton, Candi Tikus, Candi Sawentar, dan Candi
Jabung.
Keruntuhan
Majapahit berawal dari meninggalnya Hayam Wuruk dan Gajah Mada. Para
penggantinya tidak secakap beliau keduanya. Beberapa penyebab kemunduran
Majapahit adalah sebagai berikut :
1.
Perang Paregrek, yaitu perang saudara yang terjadi antara Wirakramawardhana dan
Bhre Wirabumi pada tahun 1401 – 1406.
2.
Mulai kuatnya pengaruh agama Islam di pesisir Jawa. Hal ini dibuktikan dengan
berdirinya Kerajaan Demak Bintoro
13 ORGANEL SEL TUMBUHAN DAN FUNGSINYA
13 Organel Sel
Tumbuhan dan Fungsinya - Tumbuhan memiliki bentuk yang kaku di banding hewan.
Strukur tubuh tumbuhan disusun oleh sel yang memiliki organel-organel sebagai
berikut:
1. Dinding Sel
Dinding sel
merupakan struktur terluar sel tumbuhan. Struktur dinding sel dibangun oleh
senyawa selulosa yang tersusun secara bertautan seperti anyaman yang sangat
rapat sehingga akan memiliki struktur yang kuat. Struktur demikian sangat
keras, bersifat impermeable (tak dapat ditembus) terhadap partikel atau senyawa
kimia apapun. Oleh karena itu dengan struktur yang demikian rupa menyebabkan
sel tumbuhan memiliki bentuk yang tetap dan kaku. Lalu bagaimana proses
transportasi zat pada sel tumbuhan??? Dinding sel memiliki struktur yang
berlubang, plasmodesmata yang akan menghubungan sitoplasma sel satu dengan sel
lain. Pertukaran atau tranportasi zat pada sel tumbuhan terjadi melalui
plasmodesmata.
Dinding sel sejatinya berfungsi untuk memperkuat bentuk sel dan melidungi sel. Struktur dinding sel lebih tebal dibanding membran plasma. Pada sel muda, baru terbentuk dinding sel primer (utama). Saat sel berkembang menjadi dewasa, akan terbentu dinding sel sekunder di sebelah dalam dinding sel primer. Antara dinding sel primer sel satu dengan sel lainnya terdapat lamella yang tersusun atas zat pektin. Lamella akan melekatkan sel satu dengan sel lain dengan senyawa pektin yang dimiliki. Dengan demikian akan menopang dan memperkuat bentuk tumbuhan.
Dinding sel sejatinya berfungsi untuk memperkuat bentuk sel dan melidungi sel. Struktur dinding sel lebih tebal dibanding membran plasma. Pada sel muda, baru terbentuk dinding sel primer (utama). Saat sel berkembang menjadi dewasa, akan terbentu dinding sel sekunder di sebelah dalam dinding sel primer. Antara dinding sel primer sel satu dengan sel lainnya terdapat lamella yang tersusun atas zat pektin. Lamella akan melekatkan sel satu dengan sel lain dengan senyawa pektin yang dimiliki. Dengan demikian akan menopang dan memperkuat bentuk tumbuhan.
2. Membran Plasma
Membran plasma
merupakan selaput selektif permeable baik. Membran plasma tersusun atas lapisan
bilayer fosfoslipid. Lipid bagian yang hidrofobik (hidro, air + fobia, takut)
terletak di bagian dalam, sedangkan pospat merupakan bagian hidrofilik (hidro,
air + filia, suka) terletak dibagian tepi. Selai itu, membran sel disusun oleh
protein membran yang memperkuat struktur membran. Membran plasma berfungsi
sebagai sawar selektif yang mengatur materi tertentu masuk dan ke luar sel.
Membran sel juga berfungsi terhadap pengenal dan pengaturan spesifik melalui
reseptor yang terdapat di permukaan selnya.
3. Sitoplasma
Komponen sel
paling besar, mengisi sebagian besar ruangan sel. Sitoplasma merupakan cairan
sel (plasma sel). Komponen yang penyusunnya sebagian besar adalah air, senyawa
kimia (karbohidrat, lemak, dan protein), enzim, pigmen, dan lain-lain.
Sitoplasma merupakan tempat berlangsungnya beberapa reaksi kimia, seperti
respirasi anaerob dan sintesis protein. Selain itu, sitoplasma merupakan tempat
bagi organel-organel.
4. Inti Sel
Inti sel atau
nukleus merupakan organel yang berperan mengatur semua kegitan sel. Inti sel
bertanggung jawab dalam reproduksi, yang mana di dalam inti sel mengandung
materi genetik (DNA) yang akan diwariskan kepada sel berikutnya. Struktur inti
sel tersusun atas membran rangkap yang berpori. Adanya membran ini (membran
inti/nukleoplasma) yang digunakan dalam klasifikasi basic sel makhluk hidup.
5. Retikulum Endoplasma (RE)
RE merupakan
organel double membran yang keluar dari membran inti sel. RE bersama dengan
inti akan melaksanakan fungsi sintesis protein, selain itu juga sintesis lipid
dan karbohidrat, serta bertanggung jawab dalam transportasi produk
sintesis. RE dibedakan menjadi dua, RE kasar dan RE halus. RE kasar, permukaan
membran RE terdapat banyak ribosom yang menempel. Sehingga terlihat seperti
tumpukan membran yang bergeririgi (bergranul). RE jenis ini dikhususkan untuk
melaksanakan fungsi sintesis protein. RE halus, merupakan RE yang tidak memiliki
ribosom di permukaan membrannya, sehingga terlihat licin, halus, dan tidak
bergranul. RE halus berfungsi dalam sintesis lemak, oksidasi biologi,
detoksifikasi serta transfer produk sintesis.
6. Apparatus Golgi (AG)
Organel ini merupakan tumpukan sisterna
yang berentuk pipih dan melengkung. Terdapat banyak vesikel kecil
disekitar tumpukan ini. AG menjalankan fungsi pengemasan dan sintesis produk
sintesis protein yang merupkan proses lanjutan.
Advertisement
7. Ribosom
Partikel kecil non membran
yangberfungsi sebagai tempat berlangsungnya penerjemahan kode-kode genetik mRNA
menjadi deretan asam amino pada sintesis protein. Ribosom tersusun atas 65%
rRNA dan 35% protein ribosom. Ribosom tersebar di sitoplasma atau menempel di
membran retikulum.
8. Lisosom
Lisosom merupakan organel hidrolitik,
berperan dalam “pencernaan sel”. Lisosom tersusun atas selapis membran yang
terbentuk dari vesikula aparatus golgi. Lisosom berisi enzim hidrolitik (enzir
penghancur). Sehingga dengan enzim ini, lisosom akan memakan sel yang tidak
digunakan. Lisosom pada sel tumbuhan jumlahnya sangat sedikit, bahkan terkadang
tidak ditemukan.
9. Kloroplas
Kloroplas merupakan plastida yang
menyimpan pigmen hijau (klorofil) yang sangat penting dalam fotosintesis. Organel
ini sangat penting bagi tumbuhan tingkat tinggi. Kloroplas berperan dalam
proses fotosintesis, suatu reaksi kimia dalam mensintesis karbohidrat dari
senyawa anorganik. Kloroplas merupakan organel kompleks dengan membran rangkap,
dalam dan luar. Cairan kloroplas (stroma) menjadi tempat berlangsungnya reaksi
gelap (siklus Calvin) fotosintesis. Sedangkan grana (tumpukan tilakoid yang
tersebar di dalam stroma) merupakan tempat reaksi terang fotosintesis. Hal ini
karena klorofil (pigmen hijau) yang dapat menangkap energi cahaya terletak di
membran-membran tilakoid. Sedang pada stroma terdapat senyawa dan enzim-enzim
yang dibutuhkan saat fotosintesis berlangsung. Adanya kloroplas, memberikan
kemampuan kepada sel tumbuhan maupun tumbuhan itu sendiri untuk membuatnya
sendiri kebutuhan pangannya melalui fotosintesis. oleh karena itu, tumbuhan
tergolong makhluk autotrof.
Kloroplas memiliki DNA ekstrakromosom yang memungkinkan kloroplas untuk melakukan sintesis enzim-enzim fotosintesis di dalm stroma.
Kloroplas memiliki DNA ekstrakromosom yang memungkinkan kloroplas untuk melakukan sintesis enzim-enzim fotosintesis di dalm stroma.
10. Vakuola
Vakuola merupakan organel terbesar pada
sel tumbuhan memiliki ukuran, bahkan lebih besar dibanding nukleus. Vakuola
berfungsi sebagai tempat penyimpanan makanan, pigmen, maupun enzim. Vakuola
dibatasi oleh membran tonoplas. Selain itu, vakuola bertanggung jawab dalam
menjaga turgiditas (tekanan turgor) sel tumbuhan.
11. Mitokondria
Mitokondria merupakan organel penghasil
energi. Tempat berlangsungnya proses oksidasi biologi (respirasi aerob) yang
menghasilkan energi yang tinggi untuk mencukupi kebutuhan tubuh. Sel hewan dan
sel tumbuhan akan memerlukan sejumlah energi untuk pertumbuhan, pertahanan,
dll. Mitokondria disebut juga sebagai rumah energi merupakan tempat lanjutan
dari respirasi seluler yang menggunakan oksigen. Hasil energi yang diperoleh
dari mitokondria jauh lebih besar dibanding respirasi yang hanya berlangsung di
sitoplasma sel saja. Mitokondria tersusun atas membran rangkap (membran luar
dan membran dalam), yang mana membran dalam mengalami pelipata-pelipatan
disebut dengan kristae. Pelipatan-pelipatan ini membuat luas wilayah membran
dalam lebih besar. Krista merupakan tempat berlangsungnya proses puncak dari
respirasi, yang mana dari tahap ini dihasilkan energi paling besar. Sedangkan
bagian tengah mitokondria berisi cairan yang mengandung enzim-enzim respirasi,
disebut dengan matriks. Mitokondria memiliki DNA ekstrakromosom dan ribosom
sendiri yang memungkin kan mitokondria dapat membelah diri dan melakukan
sintesis protein. Hal ini biasanya terjadi pada organ yang memiliki aktivitas
yang tinggi. Seperti sel otot pada hewan.
12. Sitoskleton
Sitoskleton
atau rangka sel merupakan protein strukturan no membran berfungsi untuk
mempertahankan bentuk sel serta mengakomodir pergerakan sel. Terdapat tiga
macam sitoskleton yaitu mikrotubul, filamen intermediet, dan mikrofilamen.
13. Glioksisome
Glioksisom
memiliki struktur yang hampir sama dengan lisosom, hanya dibatasi oleh selapis
membran. Hanya saja, glioksisom terbentuk dari protein-protein yang disintesis
di sitoplasma. Glioksisome pada tumbuhan mengandung enzim-enzim yang berperan
mengubah amilum (karbohidrat) menjadi lemak.
11 ORGANEL SEL HEWAN DAN FUNGSINYA
Nukleus (inti
sel) adalah organel yang menyimpan materi genetik sel berupa DNA di dalam
kromosom. Nukleus terdiri dari pori nukleus, selubung nukleus, kromatin, dan
nukleolus. Pori-pori nukleus adalah pori-pori yang terdapat pada selubung
nukleus. Fungsi pori nukleus adalah untuk memasukkan molekul atau mengeluarkan
RNA di nukleus. Selubung nukleus (membran inti) adalah dua lapis membran yang
menyelubungi nukleus. Kromatin adalah benang berwarna kompleks yang terdiri
dari DNA, protein histon, dan protein non histon. Nukleolus (anak inti) adalah
struktur tanpa membran yang terdiri dari protein dan DNA.
2. Badan Golgi
Badan golgi
(aparatus golgi) adalah organel yang berperan dalam proses ekskresi sel.
Bentuknya seperti kantung-kantung berbentuk cakram yang bercabang. Secara tidak
langsung, badan golgi dapat membentuk membran plasma pada sel dengan cara
melepaskan kantung yang berisi zat yang harus dibuang.
3. Lisosom
Lisosom adalah
organel berupa kantung bermembran yang mengandung enzim hidrolitik. Fungsi
lisosom adalah untuk melakukan pencernaan intraseluler dan fagositosis.
Fagositosis adalah proses pencernaan mikroorganisme seperti bakteri yang
berhasil masuk ke dalam sel.
4. Sentriol
Sentriol adalah
organel berbentuk tabung yang berperan dalam proses pembelahan sel, pembentukan
silia, dan pembentukan flagela. Sentriol terdiri dari beberapa mikrotubulus
yang tersusun menyerupai kincir. Sentriol hanya dapat dilihat dengan mikroskop
elektron.
5. Sitoplasma
Sitoplasma
adalah bagian yang berada di antara membran sel dan membran inti. Wujudnya
adalah cair yang menjadi perantara antara organel satu dengan organel yang
lain. Pada sitoplasma terdapat sitoskeleton dan organel-organel.
6. Retikulum
Endoplasma
Retikulum
endoplasma (RE) adalah organel sel yang terdiri dari beberapa membran. Ada dua
jenis RE, yaitu RE kasar dan RE halus. Pada RE kasar terdapat ribosom yang
berperan dalam sintesis protein. Sedangkan RE halus berfungsi sebagai
metabolisme beberapa zat dan sintesis lipid.
7. Ribosom
Ribosom adalah
organel yang berukuran kecil dan padat yang tersebar di sitoplasma atau
menempel pada RE kasar. Ribosom terdiri dari RNA dan protein ribosom. Fungsi
ribosom adalah membentuk rantai polipeptida dengan menerjemahkan mRNA dengan
bantuan asam amino hasil dari translasi tRNA.
8. Sitoskeleton
Sitoskeleton
adalah kerangka sel yang tersusun atas jaring-jaring protein. Sitoskeleton
terdiri dari tiga bagian utama yaitu mikrofilamen, mikrotubulus, dan filamen
penghubung. Fungsi sitoskeleton adalah untuk mempertahankan bentuk sel.
9. Peroksisom
Peroksisom
adalah organel yang terdiri dari membran tunggal dan lipid. Pada sel hewan
hanya terdapat satu peroksisom. Fungsi peroksisom adalah menyederhanakan rantai
asam lemak. Proses tersebut menghasilkan hidrogen peroksida yang beracun. Enzim
katalase pada peroksisom berfungsi untuk memecah hidrogen peroksida tersebut.
10. Mitokondria
Mitokondria
adalah organel yang berperan dalam proses respirasi sel. Mitokondria terdiri
dari dua lapis membran. Karena memiliki DNA sendiri, banyak yang sempat
berpikir bahwa mitokondria adalah makhluk hidup independen yang bersimbiosis
dengan sel eukariotik.
11. Membran Sel
Membran sel
adalah lapisan luar sel hewan yang memisahkan sitoplasma dengan lingkungan
diluar sel. Membran sel tersusun dari fosfolipid, protein, oligosakarida,
glikopid, dan kolesterol. Fungsi membran sel adalah untuk mengatur zat yang
masuk atau keluar sel dan untuk menjaga agar organel di dalam sel tidak keluar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar