BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diare
hingga kini masih merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian pada bayi dan
anak-anak. saat ini morbiditas (angka kesakitan) diare di Indonesia mencapai
195 per 1000 penduduk dan angka ini
merupakan yang tertinggi di
antara negara –negara di ASEAN (kalbe.co.id).Diare juga masih merupakan masalah
kesehatan yang penting di indonesia .walaupun angka mortalitasnya telah menurun
tajam ,tetapi angka morbiditas masih cukup tinggi penanganan diare yang di
lakukan secara baik selama ini membuat angka kematian akibat diare dalam 20 tahun terakhir menurun
tajam. Walaupun angka kematian sudah menurun tetapi angka kesakitan masih cukup
tinggi .lama diare serta frekuensi diare pada penderita akut belum dapat di
turunkan ( Lisa Ira,2002).
Diare
merupakan keadaan di mana seseorang menderita mencret-mencret, tinjanya
encer,dapat bercampur darah dan lendir kadang di sertai muntah-muntah. Sehingga
diare dapat menyebabkan cairan tubuh terkuras keluar melalui tinja.bila
penderita diare banyak sekali kehilangan cairan tubuh maka hal ini dapat
menyebabkan kematian terutama pada bayi dan anak-anak usia di bawah lima tahun
(Ummualiya,2008).
Dampak
negatif penyakit diare pada bayi dan anak-anak antara lain adalah menghambat
proses tumbuh kembang anak yang pada akhirnya dapat menurunkan kualitas hidup
anak.penyakit diare di masyrakat indonesia lebih di kenal dengan istilah
“Muntaber”. Penyakit ini mempunyai Konotasi yang mengerikan serta menimbulkan
Kecemasan dan kepanikan warga masyarakat karena bila tidak segera di
obati,dalam waktu singkat (± 48 jam )penderita akan meningal ( Triatmodjo
,2008).
Secara
klinis penyebab diare dapat di kelompokan dalam golongan 6 besar yaitu karena
infeksi,malobsorsi ,alergi,keracunan,immuno defisiensi, dan penyebab lain,
tetapi yang sering di temukan di lapangan ataupun klinis adalah diare yang di
sebabkan infeksi dan keracunan.(Depkes RI,2002).Adapun Penebab-penyebab
tersebut sangat di pengaruhi oleh berbagai faktor misalnya keadaan
gizi,kebisaan atau perilaku,sanitasi lingkungan,dan sebagainya.pada tahun
2004,Diare merupakan penyakit dengan frekuensi KLB kelima terbanak setelah
DBD,Campak,Tetanus Neonatorium dan keracunan makanan.
Secara
Khusu di Rumah Sakit umum anutapura palu pada bulan Januari –Desember tahun 2008
jumlah penyakit diare pada balita adalah 228 orang yang dirawat di ruangan
Nuri, sesual dengan latar belakang yang telah di uraikan di atas maka peneliti
tertarik mengangkat “ dalam .
B. Rumusan
Masalah
Berdasarakan
uraian di atas, dapat di rumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah
:”Bagaimana pengetahuan ibu tentang penyakit diare pada Balita (1-5 Tahun) di
ruang Nuri RSU Anutapura tahun 2009 ?”
C. Tujuan
Penelitian
1. Tujuan
Umum
Untuk mengetahui gambaran
pengetahuan ibu tentang penyakit diare
pada Balita (1-5 Tahun )di RSU Anutapura Pada tahun 2009.
2. Tujuan Khusus.
a. Untuk mengetahui Pengetahuan ibu tentang diare di tinjau dari umur ibu
b. Untuk mengetahui Pengetahuan
ibu tentang diare di tinjau dari Pendidikan ibu.
c. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang diare di tinjau dari pekerjaan ibu.
D. Manfaat penelitian
1.
Sebagai bahan informasi bagi instansi Akademi perawatan Kabupaten
Donggala.
2. Sebagai
bahan Sumbangan Ilmiah yang di harapkan Dapat bermanfaat bagi pembaca dan peneliti
lain.
3. Bagi peneliti sendiri merupakan
pengalaman berharga dalam memperluas wawasan dan pengetahuan
tentang penyakit Diare.
BAB II
TINJAUAN PUSAKA
A.
Konsep
Dasar Teori Penyakit Diare
1.
Pengertian
a. Diare
adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme termasuk bakteri,
virus dan parasit lainnya seperti jamur, cacing, dan protozoa (Cary and
Bhatnager, 2000 mengacu pada Doonenberg, 2001).
b. Diare
adalah penyakit yang ditandai dengan bertambah frekuensi berak lebih dari
biasanya (3 atau lebih per hari) yang disertai perubahan bentuk dan konsistensi
tinja dari penderita (Depkes RI, 2002).
c. Diare
adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja yang lbih banyak dari biasanya
(normal 100 – 200 ml perjam tinja) dengan tinja berbentuk cairan atau setengah
cair (stengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat
(Mansur dkk).
d. Diare
adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari (WHO, 1980)
2.
Penyebab diare
a. Infeksi
bakteri beberapa jenis bakteri dapat termakan melalui makanan atau minuman yang
terkontaminasi dan menyebabkan diare contohnya Campy lobaker, Salmonella,
Shigella dan Secherichia.
b. Infeksi
virus beberapa virus yang menyebabkan diare yaitu rota virus, Norwalt virus,
Cytomegalovirus virus herpes simplex dan virus hepatitis.
c. Intolenransi
makanan contohnya pada orang yang tidak dapat mencerna komponen makanan seperti
laktosa (gula dalam susu).
d. Parasit-parasit
yang masuk ke dalam tubuh memlalui makanan atau minuman dan menetap dalam
sistem pencernaan. Contohnya Giardialambia, Emtamoeba histolytica dan
Ceryptospordium.
e. Reaksi
obat contoh anti biotik, obat-obat tekanan darah dan antisida yang mengandung
magnesium
3.
Gejala penyakit diare
Gejala
diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4 kali atau lebih
sehari, yang kadang disertai :
a. Muntah
b. Badan
lesu atau lemah
c. Panas
d. Tidak
nafsu makan
e. Darah
dan lendir dalam kotoran rasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare
yang disebabkan olah infeksi virus, infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan
diare, muntah, tinja berdarah, demam penurunan nafsu makan atau kelesuan,
selain itu dapat pula mengalami sakit perut dan kejang perut, serta
gejala-gejala lain seperti flu misalnya agak demam nyeri otot atau kejang, dan
sakit kelapa. Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang menyebabkan tinja
mengandung darah atau demam tinggi. (Depkes, 2007).
4.
Jenis-jenis diare
a. Diare
akut merupakan diare yang disebabkan oleh virus yang disebut rotavirus yang
ditandai dengan buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang
frekuensi biasanya (3 kali atau lebih dalam sehari) yang berlangsung kurang
dari 14 hari. Diare rotavirus ini merupakan virus usus patogen yang menduduki
urutan pertama sebagai penyebab diare akut pada anak.
b. Diare
bermasalah merupakan diare yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteeri,
parasit, intoleransi laktosa, alergi, protein susu sapi, penularan secara
fecal-oral, kontak dari orang ke orang atau kontak orang dengan alat rumah
tangga. Diare ini umumnya diawali oleh diare cair kemudian pada hari kedua atau
ketiga baru muncul darah, dengan cairan kemudian pada hari yang kedua dan
ketiga baru muncul darah, dengan maupun tanpa lendir, sakit perut diikuti
munculnya tenismus panas disertai hilangnya nafsu makan dan badan terasa lemah.
c. Diare
persisten merupakan diare akut yang menetap, dimana titik sentral patogenesis
diare persisten adalah kerusakan mukosa usus. Penyebab diare persisten sama
dengan diare akut. (Depkes RI, 2007).
5.
Patofisiologi
Proses
terjadinya diare dipengaruhi dua hal pokok, yaitu konsistensi feses dan
motilitas usus, umumnya terjadi akibat pengaruh keduanya gangguan proses
mekanik dan enzimatik disertai gangguan mukosa, akan mempengaruhi pertukaran
air dan elektonik, sehingga mempengaruhi konsistensi air dan elektronik,
sehingga mempengaruhi konsistensi feses yang berbentuk peristaltik saluran
cerna yang teratur akan mengakibatkan proses cerna enzimatik berjalan baik.
Sedangkan peningkatan motilitas berakibat terganggunya proses cerna secara
enzimatik, yang akan mempengaruhi pola defekasi.
6.
Penatalaksaan medik
Menurut
Ngastiyah (1997), penatalaksaan medik penderita diare, yaiu:
a. Pemberian
cairan: jenis cairan, jumlah pemberiannya. Pemberian cairan pada pasien diare,
harus memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan umum.
1. Jenis
cairan
Pada diare akut
yang ringan, dapat diberikan oralit. Diberikan cairan RL bila tidak tersedia
dapat diberikan cairan NaCl isotonik ditambah satu ampul natrium bikarbonat
7,5%.
2. Jumlah
cairan
Jumlah cairan
yang diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang dikeluarkan
b. Pengobatan
diabetik
Untuk
anak di bawah umur satu tahun, dan di atas satu tahun, dan berat badan kurang
dari 7 kg, jenis makanan yang diberikan yaitu:
1. Susu
(ASI atau formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tidak jenuh,
misalnya LLM, amiron atau jenis lainnya).
2. Makanan
setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim), bila anak tidak mau minum
susu karena dirumah tidak bisa diberikan susu.
3. Susu
khusus yang disesuaikan dengtan kelainan ditemukan, misalnya susu tidak
mengandung laktosa atau asam lemak yang berantai sedang atau tidak jenuh.
c. Obat-obatan
Prinsip
pengobata diare adalah menggantikan cairan yang hilang melalui tinja dengan
atau tanpa muntah dengan cairan yang mengandung elektronik dan glukosa atau
karbohidrat lain (gula, tepung, tepung beras dan sebagainya).
1. Obat
anti sekresi
Asetasol
25 mg/hari dengan dosis minimum 30 mg, klorpromasin dosis 0,5 – 1 mg/kg
BB/hari.
2. Obat
spasmolitik dan lain-lain
Umumnya
obat spasmolitik seperti papaverin, ekstrabeladona, opium loperamid tidak
digunakan untuk mengatasi diare akut lagi. Obat pengeras tinja seperti kaolin,
chracoal, tidak ada manfaatnya untuk mengatasi diare, sehingga tidak diberikan
lagi.
3. Antibiotik
Umumnya
antibiotik tidak dapat diberikan, tidak diketahui penyebab yang jelas. Bila
penyebabnya kolera, diberikan tetraksilin 25 – 50 mg/kgBB/hari. Antibiotik juga
diberikan bila terdapat penyakit otitis media akut, faringitis, bronchitis atau
bronchopneumonia.
·
Untuk bayi usia 2 – 5
bulan, berikan setelah tablet zink (10 mg) sekali sehari selama 10 hari
berturut-turut.
·
Untuk anak usia 6 bulan
– 12 bulan, berikan 1 tablet zink (20 mg) sekali sehari selama 10 hari
beturut-turut.
·
Larutkan tablet
tersebut dengan sedikit (beberapa tetes) air matang atau ASI dalam sendok teh.
·
Jangan mencampur tablet
zink dengan oralit/LGGG.
·
Tablet harus diberikan
selama 10 hari penuh (walaupun diare telah berhenti sebelum 10 hari).
·
Apabila anak muntah
sekitar setengah jam setelah pemberian tablet zink, berikan lagi tablet zink dengan
cara memberikan potongan lebih kecil dan berikan beberapa kali hingga satu
dosis penuh.
·
Bila anak menderita
dehidrasi berat dan memerlukan cairan infus, tetap berikan tablet zink segera
setelah anak dapat minum atau makan.
Menurut
Ngastiyah, (1997) bagian-bagian penting dalam perawatan diare adalah:
A. Mencegah
terjadinya dehidrasi
Dehidrasi biasanya
dapat dicegah dirumah, bila anak minum cairan-cairan ekstra segera setelah
diare timbul. Seorang anak sebaiknya diberikan satu dari cairan-cairan yang
dianjurkan olah pengobatan diarea di rumah. Cairan-cairan ini meliputi larutan
oralit, cairan-cairan rumah tangga (seperti sop, air beras dan minuman-minuman
yogurt) dan air putih. Larutan oralit dapat digunakan untuk mencegah maupun
mengobati dehidrasi. Bila anak berumur kurang dari 6 bulan dan belum
menggunakan makanan padat, maka sebaiknya diberikan larutan oralit atau ar
daripada cairan tumah tangga.
B. Mengobati
dehidrasi
Bila terjadi
dehidrasi maka anak sebaiknya dibawa ke petugas kesehatan atau pusat kesehatan
masyarakat untuk mendapatkan pengobatan. Pengobatan terbaik untuk dehidrasi
adalah terapi oral dengan suatu larutan yang dibuat dengan oralit. Larutan
oralit saja dapat digunakan untuk merehidrasi 95% atau lebih pasien dengan
dehidrasi. Pasien dengan dehidrasi berat pada awalnya membuthuhkan. Rehidrasi
dengan cairan-cairan intravena, tetapi sebaiknya diberikan larutan oralit
sebagai tambahan terhadap cairan-cairan intravena segera setelah mereka dapat
minum. Sebaiknya hanya digunakan larutan oralit saja bila tanda-tanda dehidrasi
berat telah hilang.
C. Pemberian
makanan
Pemberian makana
selama diae harus dapat menyediakan zat-zat gizi yang diperlukan olah anak-anak
untuk pertumbuhan dan menjadi kuat dan mencegah kehilangan berat badan. Cairan-cairan
yang diberikan untuk mencegah atau mengobati dehidrasi, seperti larutan oralit
atau cairan rumah tangga yang dianjurkn, tidak menyediakan zat-zat gizi yang
dibutuhkan, pemberian makanan ang sering dengan jumlah makanan bergizi dan ade
kuat adalah sangat penting
Anak-anak yang masih
menyusui pada ibunya, sebaiknya diberikan ASI dnegan sering. Anak-nak lain
harus diberikan susu yang biasa mereka gunakan. Anak-nak yang berumur 6 bulan
atau lebih tua (atau bayi-bayi yang telah menggunakan makanan padat) harus
sering diberikan makanan dengan jumlah bahan bergizi yang sedikit dan mudah
dicernakan. Setelah diare berhenti, makanan ekstra sebaiknya diberikan setiap
hari selama 2 minggu untuk membantu anak-anak mendapatkan kembali berat
badannya yang hilang selama sakit.
7.
Perawatan
Menurut
Ngastiyah, (1997), penyakit diare walaupun tidak semua menular (misalnya diare
karena faktor malabsorbsi), tetapi perlu perawatan di kamar yang terpisah
dengan perlengkapan cuci tangan untuk untuk mencegah infeksi (selalu tersedia
desinfektan dan air bersih) serta tempat pakaian kototr tersendiri.
Masalah
pasien diare yang perlu diperhatikan ialah resiko terjadi gangguan sirkulasi
darah, kebutuhan nutrisi, resiko terjadi komplikasi gangguan rasa aman dan
nyaman, kurangnya pengetahuan orang mengenai penyakit diare.
8.
Komplikasi
Menurut
Ngastiyah, (1997), akibat diare kahilangan cairan dan elektrolit secara
mendadak dapa terjadi berbagai komplikasi sebagai berikut:
a. Dehidrasi
(ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik, hipertonik).
b. Renjatan
hipovolemik
c. Hipokalemia.
d. Hipogligkemia
e. Intolenransi
skunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktosa
f. Kejang
terjadi pada dehidrasi hipertonik
g. Mall
nutrisi protein.
B.
Konsep
Dasar yang berhubungan dengan Variabel
1.
Pengetahuan
Pengetahuan
menurut Notoadmodjo, (2003) adalah suatu hasil setelah seseorang melakukan
pengideraan terhadap suatu objek terntentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indera manusia yakti penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melaui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kongnitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (over bhaviour). Perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan labih baik dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan.
a. Tahu
(know)
Tahu di artikan sebagai
meningkat materi yang telah di pelajari sebelumnya,termasuk pengetahuan dalam tingkat
ini adalah mengingat kembali (Recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh
bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah di terima,oleh sebab itu ini
adalah merupakan tingkat yang paling rendah.kata kerja untuk mengukur bahwa
orang tahu tentang apa yang di pelajari antara lain menyebutkan
menguraikan,mengidentifikasi dan sebagainya.
b. Memahami
(Comprehension)
Memahami diartiakan sebagai
kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang di ketahui dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar.orang yang telah paham
terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan dan sebagainya tentang obyek yang di pelajari.
c. Aplikasi
(Aplication)
Aplikasi dapat di artikan
sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di pelajari pada situasi
dan kondisi sebenarnya.Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi
penggunaan hukum-hukum ,rumus,metode,prinsip dan sebagainya dalam konteks atau
situasi yang lain.
d. Analisis
(Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan
untuk menjabarkan materi atau obyek kedalam komponen-komponen,tetapi masih di
dalam satu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitanya satu sama lain.
e. Sintesis
(Synthesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu
kemampuan untuk menyusun,merencanakan,meringkaskan ,menyesuaikan dan sebagainya
terhadap suatu teori atau rumusan.
f. Evaluasi
(Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan
untuk melakukan justifikasi atau penelitian suatu obyek.penilaian-penilaian itu
berdasarkan suatu kriteria-kriteria yang ada.
2.
Umur
Umur
adalah usia seseorang sebagaimana yang di tunjukan dengan hari kelahiranya atau
lamanya dia hidup sejak tanggal lahirnya. Dengan bertambahnya usia maka
perkembangan seseorang berlangsung terus hingga kematangan –kematangan
tertentu. Bertambahnya usia seseorang juga menumbuhkan kapasitas intelektual
(Soemanto, 1998).
Purwanto (1999)
menyimpulkan bahwa makin bertambah umur makin banyak nampak jelas dalam
kematangan proses berpikir, struktur intelejensi mengalami sesuatu transformasi
kontinyu sebagai hasil interaksi antara kematangan dan pengaruh luar berbentuk
pengalaman.
Menurut Muchsin (1996)
perkembangan usia di pandang sebagai suatu keadaan yang menjadi dasar
kematangan dan perkembangan seseorang .kematangan individu dapat dilihat secara
subyektif dengan periode umur sehingga bebagai proses pengalaman ,pengetahuan
,ketrampilan ,kemandirian terkait sejalan dengan bertambahnya umur individu.
Menurut Long (1996),
berpendapat semakin tua umur seseorang semakin Konstruktif dalam menggunakan
koping terhadap masalah yang di hadapai.semakin mudah umur seseorang dalam
menghadapi masalah maka akan sangat mempengaruhi konsep dirinya .Adapun krteria
umur menurut Gouldadalah masa dewasa dini (18-40 Tahun),Dewasa madya (41-60
Tahun),dewasa lanjut ( > 60 Tahun).
3.
Pendidikan
Pendidikan
adalah suatu proses ilmiah yang terjadi pada manusia.pendidikan merupakan suatu
“Conditio Sine Quanum” dan telah ada sejak peradaban umat manusia secara umum
pendidikan dapat di artikan sebagai
usaha manusia untuk memebina kepribadiannya sesuai dengan nilaidalam
msyarakat dan kebudayaan.menurut “dictionary of education” pendidikan dapat di
artikan pendidikan mempakan suatu prosez di mna seseorang mengembangkan
kemampuan sikap dan bentuk tingkah laku lainya dan kebudayaan (Handoyo (1997).
Pendapat Hastodo
(2001)bahwa makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin muda orang tersebut
menerima informasi sehingga masi banyak pula pengetahua yang di milikinya.
Demikian pula sebaliknya
pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap
nilai-nilai yang baru di perkenalkan. Notoatmodjo (1996) yang mengatakan bahwa
semakin tinggi pendidikan, semakin tinggi pula tingkat pengetahuanya.
4. Pekerjaan
Pekerjaan adalah
merupakan kegiatan utama atau sumber penghasil an utama dalam kehidupan
manusia (Narkoba , 2002 ) Notoatmodjo
2000 memasukan kesibukan pekerjaan dalam komponen predisposing yang mencakup
pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan,sistem nilai di anut masyarakat tinggi pendidikan dan tingkat sosial
ekonomi.yang mempengaruhi perilaku.seseorang atau kelompok untuk memanfaatkan
pelayanan kesehatan .dalam penelitian Notoatmodjo menyebutkan bahwa pekerjaan
sehari-hari membuat seseorang sibuk sehingga tidak sempat memanfaatkan
pelayanan kesehatan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis
Penelitian
Jenis penelitian
ini bersifat deskriptif. Variabel penelitian ini adalah (umur, pendidikan,
pekerjaan ) dan pengetahuan ibu tentang penyakit diare yang mencakup :
pengertian, penyebap, gejala, tindakan, pengobatan/ perawatan.
B. Lokasi
dan Waktu Penelitian
Penelitian ini
dilakukan di RSU Anutapura palu yaitu di ruangan Nuri, penelitian ini di
lakukan pada bulan Juli 2012 selama dua minggu.
C. Populasi
dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam
peneltian ini adalah semua ibu yang membawa anak balitanya yang di rawat di
ruang Nuri RSU Anutapura palu tahun 2012.
2. Sampel
Sampel dalam
penelitian ini adalah semua ibu, dari anak penderita diare yang di rawat di
ruang Nuri RSU Anutapura palu pada bulan Juli tahun 2012. Teknik pengambilan
sampel menggunakan teknik Accidental
Sampling.
Besar sampel
dalam penelitian ini adalah 57 orang, di peroleh dari hasil perhitungan dengan
menggunakan rumus Slovin.
Keterangan
:
N= Jumlah
populasi
d= Derajat
ketepatan (0,1)
n= Besar
sampel
n = 130
1 + 130 (0,12)
n = 130
1 + 130 (0,01)
n = 130
1+ 1,3
n = 130
2,3
n
= 57
Jadi, jumlah
sampel secara keseluruhan adalah 57 responden.
D. Variabel
dan Defenisi Operasional
1. Variabel
Dependen
Pengetahuan Ibu
a.Defenisi : Pemahaman responden tentang
penyakit diare yang mencakup : Pengertian, Penyebap, Gejala, Tindakan perawatan
/ pengobatan
b.Cara ukur : Pengisian Quesioner
c.Alat ukur : Quesioner
d.Skala
ukur : Ordinal
e.Hasil
ikur : 0 = Kurang Baik (
Jika score < 7 ) 1 = Baik ( Jika score > 7)
2. Variabel
Independen
Umur
a.Defenisi : Kurun waktu yang telah di
lalui oleh seseorang sejak ia di lahirkan sampai terakhir saat penelitian ini
dilakukan
b.Cara ukur : Pengisian Quesioner
c.Alat ukur : Quesioner
d.Skala
ukur : Ordinal
e. Hasil
ukur : 1 = 18-40 tahun (
dewasa Dini ) 2 = 41-60 tshun ( Dewasa Madya ) 3 = > 60 tahun ( Dewasa
Lanjut )
Menurut
Gould
Pendidikan
a.Defenisi : Pendidikan formal yang di
dapat melalui bangku sekolah berdasarkan kepemilikan ijazah terakhir.
b.Alat ukur : Pengisian Quesioner
c.Cara ukur : Quesioner
d.Skala ukur : Ordinal
e. Hasil ukur : Rendah ( < SMP ) Tinggi (
> SMA )
Pekerjaan
a.Defenisi : Pendapatan merupakan
kegiatan dan mempunyai penghasilan utama dalam kehidupan responden.
b.Cara ukur : Pengisian Quesioner
c.Alat ukur : Quesiener
d.Skala ukur : Nominal
e.Hasil ukur : 0 = Bekerja (Pegawai,
Wiraswasta, Petani, Buruh, Penjahit) 1 = Tidak bekerja ( URT )
D.
Pengumpulan Data
1. Data Primer adalah data yang di
kumpulkan langsung dengan wawancara dan menggunakan kuesioner sebagai acuan
pertanyaan yang di ajukan pada responden
2. Data skunder adalah data yang di peroleh
dari pihak RSU Anutapura Palu
F.
Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolaan Data
a. Editing
Data, Yaitu : memeriksa adanya kesalahan atau kekurangan data yang di
peroleh dari lapangan.
b. Coding,
Yaitu pemberian nomor kode atau bobot pada jawaban yang bersifat kategori
c. Tabulating
data, yaitu menghitung dan mentabulasi data secara manual.
d. Cleaning
Data, yaitu melakukan pengecekan kembali bila ada kesalahan yang di hitung.
e. DescribingData,
yaitu menggambarkan atau menjelaskan data yang sudah di kumpulkan.
2. Analisa Data
Analisa data di lakukan secara
deskriptif dengan menggunakan rumus (Sujana, 1991)
f
n
|
Keterangan : P : Proporsi
F : Frekuensi
N : Sampel
G.
Penyajian Data
Data di sajikan dalam bentuk tabel dan
nasari.
BAB
IV
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Penelitian
Untuk mengetahui
gambaran distribusoi masing-masing
variabel tersebut adalah sebagai berikut:
1. Analisis
univariat
a. Pengetahuan Ibu
pengetahuan ibu tentang penyakit
diare pada balita. Pengethuan dikategorikan berdasarkan nilai 0 kurang baik
(jika score
67%) dan 1 = baik (jika scor
67%). Hasil anila dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel
1
Diatribusi
Responden Menurut Pengetahuan Ibu
di
Ruang Nuri RSU Anutapura Palu
Tahun
2012
NO
|
Pengetahuan
|
Frekuensi
(f)
|
Persentase
(%)
|
1
2
|
Baik
Kurang
Baik
|
38
19
|
66,
67
33,
33
|
|
Jumlah
|
57
|
100%
|
Sumber : Data Primer
2012
Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa
pengetahuan responden tentang penyakit diare yang memiliki pengetahuan baik
adalah sebanyak 66, 67%, dan yang memiliki pengetahuan kurang baik adalah
sebanyak 33,33%.
b. Umur Ib u
Tabel
2
Diatribusi
Responden Menurut Umur Ibu
di
Ruang Nuri RSU Anutapura Palu
Tahun
2012
NO
|
Umur
|
Frekuensi
(f)
|
Persentase
(%)
|
1
2
3
|
Dewasa
Dini
Dewasa
Madya
Dewasa
Lanjut
|
30
17
10
|
52,
64
29,82
17,54
|
|
Jumlah
|
57
|
100%
|
Sumber : Data Primer
2012
Berdasarkan pada tabel 2, dapat
dilihat responden paling banyak ditemukan pada dewasa dini, yaitu berjumlah 30
orang (52,64%), dan responden yang paling sedikit ditemukan pada dewasa lanjut
yaitu berjumlah 10 orang (17,54)
c. Pendidikan Ibu
Tabel
3
Diatribusi
Responden Menurut Pendidikan
di
Ruang Nuri RSU Anutapura Palu
Tahun
2012
NO
|
Pendidikan
|
Frekuensi
(f)
|
Persentase
(%)
|
1
2
|
SMP
SMA
|
26
31
|
45,61
54,39
|
|
Jumlah
|
57
|
100%
|
Sumber : Data Primer
2012
Berdasarkan pada tabel 3dapat dilihat bahwa pendidikan responden
yang paling banyak adalah
SMA sebanyak 31 orang (54,39%) dan pengetahuan
paling sedikit adalah yaitu
SMP sebanyak 26 orang (45,61%)
d. Pekerjaan
Ibu
Tabel 4
Diatribusi Responden
Menurut Pekerjaan
di Ruang Nuri RSU
Anutapura Palu
Tahun
2012
NO
|
Pekerjaan
|
Frekuensi
(f)
|
Persentase
(%)
|
1
2
|
Bekerja
Tidak
Bekerja
|
27
30
|
47,37
52,63
|
|
Jumlah
|
57
|
100%
|
Sumber : Data Primer
2012
Berdasarkan pada tabel 4, dapat dilihat bahwa responden
yang bekerja sebanyak 27 orang (47,37%) sedangkan yang tidak bekerja sebanyak
30 orang (52,63%).
2. Analisa
Bivariat
a.
Pengetahuan Berdasarkan Umur
Untuk distribusi responden menurut
umur dan pengetahuan responden dapat dilihat tabel berikut
Tabel 5
Diatribusi Responden
Menurut Pengetahuan Ibu Tentang Penyakit Diare
Pada Balita (1-5 tahun)
Berdasarkan Umur di Ruang Nuri
RSU Anutapura Palu Tahun
2012
NO
|
Umur
|
Pengetahuan
Ibu Tentang Penyakit Diare Pada Balita
|
Total
|
||||
Baik
|
Kurang
Baik
|
||||||
F
|
%
|
F
|
%
|
N
|
%
|
||
1
2
3
|
Dewasa
Dini
Dewasa
Madya
Dewasa
Lanjut
|
27
7
4
|
90
41,18
40
|
3
10
6
|
10
58,82
60
|
30
15
12
|
100
100
100
|
Sumber : Data Primer
2012
Berdasarkan tabel 5 diatas terlihat
bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik paling banyak pada dewasa dini
sebanyak 27 orang (90%) sedangkan responden yang memiliki pengatuan kurang baik
terdapat pada Dewasa dini sejumlah 3 orang (10%).
b. Pengetahuan berdasarkan pendlidikan
Tabel 6
Diatribusi Responden
Menurut Pengetahuan Ibu Tentang Penyakit Diare
Pada Balita (1-5 tahun)
Berdasarkan Pendlidikan di Ruang Nuri
RSU Anutapura Palu Tahun
2012
NO
|
Pendidikan
|
Pengetahuan
Ibu Tentang Penyakit Diare Pada Balita
|
Total
|
||||
Baik
|
Kurang
Baik
|
||||||
F
|
%
|
F
|
%
|
N
|
%
|
||
1
2
|
Dewasa
Dini
Dewasa
Madya
|
11
27
|
42,30
87,10
|
15
4
|
57,70
12,90
|
26
31
|
100
100
|
Sumber : Data Primer
2012
Berdasarkan tabel 6 di atas terlihat
bahwa responden yang memiliki tingkat pengetahauan baik paling banyak yaitu
pendidikan
SMA berjumlah 27 orang (87,10), sedangkan
responden yang memiliki tingkat pengetahuan kurang baik paling banyak
berpendidikan
SMP yaitu berjumlah 11 orang (42,30).
c. Pengetahuan
Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 7
Diatribusi Responden
Menurut Pengetahuan Ibu Tentang Penyakit Diare
Pada Balita (1-5 tahun)
Berdasarkan pekerjaan di Ruang Nuri
RSU Anutapura Palu Tahun
2012
NO
|
Pekerjaan
|
Pengetahuan
Ibu Tentang Penyakit Diare Pada Balita
|
Total
|
||||
Baik
|
Kurang
Baik
|
||||||
F
|
%
|
F
|
%
|
N
|
%
|
||
1
2
|
Bekerja
Tidak
bekerja
|
20
21
|
74,18
70
|
7
9
|
25,92
30
|
27
30
|
100
100
|
Sumber : Data Primer 2012
Berdasarkan tabel 7
di atas terlihat bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik paling banyak
terdapat pada responden yang tidak
bekerja yaitu berjumlah 21 orang ( 70%),
sedangkan responden yang memiliki pengetahuan kurang baik terdapat pada
responden yang berjumlah 7 orang (25,92%).
B. Pembahasan
1.
Pengetahuan berdasarkan
Umur
Hasil penelitian berdasarkan umur memperlihatkan bahwa
responden yang memiliki pengetahuan baik paling banyak yaitu umur 18-40 tahun
sebanyak 27 orang (90%), sedangkan responden yang memiliki pengetahuan kurang
baik banyak pada umur 41-60 tahun sejumlah 10 orang (58,82%).
Menurut pendapat peneliti, didapatkannya ibu yang memiliki
pengetahuan baik paling banyak 18-40 tahun karena pada umur tersebut pada ibu
sudah matang dalam proses berpikir serta struktur intelegensinya sudah banyak
mengalami perubahan dan dengan adanya pengaruh dari luar yang berbentuk suatu
pengalaman bagi responden tersebut. Dan didapatkannya ibu yang memiliki
pengetahuan kurang baik pada umur 41-60 tahun. Hal ini disebabkan karena
kurangnya wawasan dan kurangnya rasa keingintahuan responden tentang kesehatan
terutama penyakit diare.
Menurut Muchsin (1996) perkembangan usia dipandang sebagai
suatu keadaan yang menjadi dasar kematangan dan perkembangan seseorang.
Kematangan individu
dapat dilihat secara subjektif dengan periode umur sehingga berbagai proses
pengalaman, pengetahuan, keterampilan, kemandirian terkait sejalan dengan
bertambahnya umur individu.
2.
Pengetahuan Berdasarkan
Pendidikan
Berdasarkan dari hasil analisis bivariat didapatkan bahwa
responden yang memiliki pengetahuan baik paling banyak yaitu berpendidikan
SMA berjumlah 27 orang (87,10%) sedangkan
responden yang memiliki pengetahuan kurang baik paling banyak berpendidikan
SMP yaitu berjumlah 15 orang (57,70%). Menurut
pendapat peneliti hal ini disebabkan makin tinggi pendidikan seseorang makin
mudah orang tersebut menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan
yang dimiliki.
Pernyataan tersebut diatas sesuai teori yang dikemukakan oleh
Hastono (2001) yang mengatakan bahwa makin tinggi pendidikan seseorang makin
mudah orang tersebut menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan
yang dimiliki.
3.
Pengetahuan Berdasarkan
Pekerjaan
Bedasarkan dari hasil analisis bivariat didapatkan data bahwa
responden yang memiliki pengetahuan baik terdapat pada responden yang tidak
bekerja 21 orang (70%) dan responden yang memiliki pengetahuan kurang baik
terdapat pada responden yang bekerja yaitu 7 orang (25,92%). Menurut pendapat
peneliti responden yang tidak bekerja memiliki pengetahuan yang baik
dikarenakan kurangnya kesibukan mereka sehari-hari sehingga mereka bisa
menyempatkan diri serta rajin mencari (mendengarkan) informasi tentang
kesehatan baik dari media massa maupun penyuluhan yang dilakukan tenaga
kesehatan yang berhubungan dengan penyakit diare. Begitupun sebaliknya
responden yang bekerja memiliki pengetahuan kurang baik disebabkab karena
kesibukan mereka sehari-hari, sehingga mereka kurang mendapatkan informasi
tentang masalah kesehatan yang berhubungan dengan penyakit diare.
Notoatmodjo 2000 memasukkan kesibukan pekerjaan dalam komponen
predisposing yang mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap hal-hal
yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai dianut masyarakat tinggi
pendidikan dan tingkat sosial ekonomi. Yang mempengaruhi perilaku seseorang
atau kelompok untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan.
BAB
V
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan, maka penulis mencoba mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan penelitian dan penilaian
memperlihatkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik adalah
sebanyak 66,67% dan memiliki pengetahuan
kurang baik sebanyak 33,33%.
2. a. Berdasarkan
penelitian dan penilaian memperlihatkan bahwa responden
yang memilik pengetahuan baik paling banyak terdapat pada umur 18-40 tahun
sebanyak 27 orang (90%)sedangkan responden memiliki pengetahuan kurang baik
terdapat pada umur 41-60 tahun sejumlah 10 orang (58,82%)..
b. Berdasarkan penelitian dan penilaian
memperlihatkan bahwa responden
yang memiliki pengetahuan baik paling banyak yaitu berpendidikan ≥ SMA berjumlah 27 orang
(87,10%), sedangkan responden
yang memiliki pengetahuan kurang baik paling banyak berpendidikan ≤ SMP yaitu
berjumlah 15 orang (57,70%).
c. Berdasarkan penelitian dan penilaian
memperlihatkan bahwa responden
yang memiliki pengetahuan baik paling banyak terdapat pada responden yang tidak
bekerja yaitu berjumlah 21 orang (70%),sedangkan responden yang memiliki
pengetahuan kurang baik terdapat pada responden yang bekerja yaitu 7 orang (25,92%).
B.
Saran
Dari kesimpulan di atas maka penulis memberikan saran-saran
sebagai berikut :
1. Bagi
rumah sakit di harapkan dapat meningkatkan penyuluhan kepada pasien dan orang
tua maupun keluarga klien yang berkunjung ke ruang nuri sehingga dapat
mengatasi dan mencegah terjadinya diare yang lebih parah serta dapat meningkatkan perilaku hidup sehat.
2. Bagi
institusi Akademi di harpakan agar dapat membekali peserta didiknya dengan kemampuan melakukan penyuluhan tenteng diare.
3. Bagi
peneliti selanjutnya di harapkan dapat mengembangkan penelitian ini dengan
menggunakan variabel yang lebih luas seperti penyebab, gejala, tindakan,
pengobatan/perawatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar