Naskah Drama Bawang Merah Bawang Putih
Disusun Oleh:
Kelompok 1 Kelas : VIII2
Anggota : 1. PUPUT SEKARAWANGI
2.
FARADHIA REZKY AMALIA
3.
FIDIATI
4.
HARNIATI
5.
FADIL SIRAJD AL- FATIH
6. MUH. ALI FATAH
7. FARID RAHMAM LA ODE
8. ASMIN
9. ALI
ADIT ZULFIKAR
10. ARDIN
TAHUN AJARAN 2015 / 2016
SMP NEGRI 2 RAHA
Pemeran Drama Bawang
Merah dan Bawang Putih :
1. Bawang Merah (PUPUT SEKARWANGI)
2. Bawang Putih (FIDIATI)
3. Ibu Bawang Daun
(HARNIATI)
4. Ibu Bawang Merah
(FARADHIA REZKY AMALIA)
5. Peri (HARNIATI)
6. Ayah Bawang Merah
(FADIL SIRAJD AL- FATIH)
7. Kucing Ajaib (ASMIN)
8. Pangeran (MUH. ALI FATAH)
9. Pengawal 1 dan 2 (ARDIN DAN ALI ADIT ZULFIKAR)
10.
Penghulu (FARID RAHMAN LA ODE)
Zaman
dahulu kala, di
sebuah desa yang bernama “Desa Bumbu” tinggalah sebuah keluarga yang bahagia dan sejahtera. Keluarga tersebut
adalah Ayah Bawang, Ibu Bawang Daun, dan Bawang Putih.
Ayah Bawang : “Bu , Nak , Ayah pamit kerja ya. Hati – hati di
rumah.”
Ibu Bawang Daun : “Iya Yah hati-hati di jalan. Nanti Bawang Putih
mengantarkan makan siang
untukmu
ke pasar.”
Bawang Putih :
“Semoga jualan Ayah laku ya.”
Ayah Bawang pun pergi ke pasar untuk berjualan di toko besarnya.
Bawang Putih
: “Bu, Bawang Putih pergi ke sungai dulu
ya Bu. Asalamualaikum.”
Ibu Bawang Daun
: “Ya hati-hati ya Nak.
Walaikumsalam.”
Bawang
Putih
pergi ke sungai untuk menyuci. Di balik pohon Bawang Merah dan Ibunya tersenyum jahat.
Ibu Bawang Merah : ”Ini saatnya kita menjalankan rencana.”
Bawang Merah :
“Ya benar Bu ! Ayo cepat mumpung Ibu Bawang
Daun lagi sendiri tuh!”
Ibu Bawang Merah : “Selamat pagi Jeng. Sendirian aja nih? “
Ibu Bawang Daun
: “Eh ibu iya nih. Kenapa Jeng?”
Bawang Merah
: “Ini Bi, kami bawakan nasi kuning yang
sangat enak!”
Ibu Bawang Merah :
“Iya Jeng. Habiskan ya, saya khusus
membuatkannya untuk Jeng Bawang Daun.”
Ibu Bawang Daun
: “Wah. Sepertinya enak sekali. Terima
kasih ya. Saya pasti menghabiskannya. Ayo makan “
Bawang Merah
: “Ah Bi, kami sudah makan. Lebih baik Bibi saja.”
Ibu Bawang Merah :
“Kita pulang dulu ya. Asalamualaikum.”
Ibu Bawang Daun
: “Walaikumsalam. Terima kasih ya.”
Ibu
Bawang Daun memakan nasi kuning itu.
Ibu Bawang Merai
:
“Hahaha rasain kamu.! Sebentar lagi suamimu akn menikahiku! Dan sebentar lagi
hartanya akan menjadi milikku”
Bawang Merah
: “Rasain! Dan ini kesempatanku untuk
menyikasa Bawang Putih!”
Pada saat itu juga Ibu Bawang Daun tewas di tempat.
Bawang Putih
: “Bu !!!!
Ibu !!! Ibuuuuuuuuuuuuuuu!!! Bangun!!!”
Ayah Bawang : “Istriku !!! Istriku !!! Bangguuun !!!”
Ayah Bawang : “Istriku !!! Istriku !!! Bangguuun !!!”
Setelah
Ibu Bawang Daun meninggal Ayah Bawang menikahi Ibu Bawang Merah.
Ayah
Bawang
: “Saya terima nikahnya ibu bawang merah
dengan mas kawin seperangkat bumbu dapur di bayar tunai.”
Penghulu
: “Bagaimana saksi ? Sah??”
Saksi :
“Saaaaaah.......alhamdulilah.”
Beberapa hari kemudian..
Ibu Bawang
Merah : “Hey kau Bawang Merah, sapu sapu dong yang
rajin kayak Bawang Putih. Sapu
sampai bersih. “
Bawang Merah
: “Ya! “
Bawang Putih
: “Biar aku bantu ya..”
Bawang Merah
: “Tidak usah! “
Ibu Bawang Merah
: “Sudah sudah, Bawang Putih sini nak.
Kamu duduk bersama ibu
dan ayah.”
Ayah Bawang
: “Ah....aku harus pergi ke pasar.”
Ibu Bawang Merah
: “Ah...minum teh dulu.”
Bawang Merah
: “Udah! Ayo cepet kita ke sungai!”
Bawang Putih
: “Untuk apa ?”
Bawang Merah
: “Udah ayo antar aku !!”
Bawang
Putih dan
Bawang Merah pun pergi ke sungai lalu Ayah Bawang meminum teh itu dan mati di
tempat.
Ibu Bawang Merah : “Rasain kau !! Sekarang semuanya menjadi miliku ! Haha. “
Bawang
Putih : “Ayaaaaaaaaaaah !!! Ayah bangun – bangun !!”
Peri : “Lihat saja. Kelak akan ada bencana yang
menghampiri Bawang Merah dan Ibunya. Karna semua yang mereka perbuat akan mendapat balasan yang
setimpal.” Triiiiiiiing.
Setelah Ayah Bawang Putih meninggal, Bawang Putih selalu
di jadikan pembantu di rumahnya sendiri.
Ibu Bawang
Merah : “Heh heh ! Tuh masih ada yang kotor ! Yang bener doong !!!!”
Bawang Merah
: “Kalo nyapuu itu harus sampai bersih.” (sambil terus menjatuhkan tisu tisu
di lantai)
Bawang Putih
: “Bawang Merah, hentikan. Lantai tak akan
bersih jika kau terus mengotorinya seperti ini.”
Ibu Bawang
Merah : “Berani kau !! Diam ! Kerjakan yang benar!!”
Bawang Merah
: “Dan jangan lupa cucikan semua bajuku
! Nih !”
Ibu
Bawang dan
Bawang Merah hanya bersantai – santai saja di rumah sedangkan Bawang Putih di belakang
rumah harus
membereskan pekerjaan rumah.
Kucing
Ajaib
: “Bawang Putih - Bawang Putih kau tak kenapa – kenapa
? “
Bawang Putih
: “Aku baik - baik saja. Hay kucing
baik, ada apa datang kemari ? “
Kucing
Ajaib
: “Ini aku mengantarkan undangan pesta
panen dari pangeran. Pangeran mengundang semua warga di desa bumbu ini. Kau
jangan lupa datang ya. Kalau bisa kau jangan beritahu Bawang Merah dan Ibu Bawang ! Biar mereka tau
rasa.”
Tiba – tiba Bawang Merah dan Ibunya muncul.
Bawang Merah
: “Bawang Putih, apa yang sedang kamu bawa ?? Berikan undangan itu padaku !!”
Ibu Bawang
Merah : “Hey bocah ingusan ! Berani-beraninya kau !! Pergi sana !! “
Kucing
Ajaib
: “Mereka memang
benar -benar jahat.”
Bawang
putih pergi ke sungai dan Kucing Ajaib mengikutinya.
Ibu Bawang Merah
: “Hanya kita berdua saja yang boleh
datang ke
pesta panen ini. Dan biarkan Bawang Putih sendirian disini !”
Setelah bawang putih datang di sungai, dia mencuci baju
milik Ibu Bawang Merah. Tidak sengaja, tiba-tiba baju itu hanyut terbawa arus
sungai. Bawang
Putih
mengejar baju yang hanyut itu tapi sayangnya baju itu sudah menghilang entah hanyut kemana.
Bawang
Putih
: “Aduh, bagaimana ini. Tidak mungkin aku akan terus mencari baju itu, hari
sudah semakin gelap.”
Akhirnya Bawang Putih pulang ke rumah dan menceritakan kepada Ibunya tentang baju yang hanyut itu.
Ibu Bawang
Merah : “Dasar
anak ceroboh !!”
Bawang Putih : “Maafkan saya bu !”
Bawang Merah : “Maaf maaf ! Cari baju itu sampai ketemu !!”
Ibu Bawang Merah : “Heh ! Jangan pulang sampai baju itu ditemukan !!”
Bawang Putih : “Maafkan saya bu !”
Bawang Merah : “Maaf maaf ! Cari baju itu sampai ketemu !!”
Ibu Bawang Merah : “Heh ! Jangan pulang sampai baju itu ditemukan !!”
Dengan
sedih Bawang Putih terus mencari baju itu sampai larut malam.
Bawang Putih
: “Bagaimana ini, sudah larut malah tapi
baju itu belum di temukan.”
Peri
: “Tenanglah Nak, aku akan membantumu.”
Bawang Putih
: “Suara siapa itu ? Siapa kau?”
Peri
: “Bawang Putih. Aku adalah Peri, aku akan membantumu untuk
menemukan baju Ibu
Tirimu. Bawang pergilah
ke sebuah istana. Disanalah kau akan menemukan baju itu.”
Bawang Putih
: “Istana Pangeran yang akan mengadakan pesta
panen itu ? “
Peri : “Iya.”
Bawang Putih : “Terima kasih Peri.”
Peri : “Iya.”
Bawang Putih : “Terima kasih Peri.”
Bawang
putih pun segera pergi ke istana. Di lain tempat Ibu Bawang Merah dan Bawang Merah sedang bersiap-siap untuk pergi ke pesta panen.
Ibu Bawang
Merah : “Pasti anak itu sedang pusing mencari baju itu. Haha...”
Bawang Merah : “Iya, emangnya enak di bohongin.“
Bawang Merah : “Iya, emangnya enak di bohongin.“
Bawang
Merah dan
Ibunya pergi ke
pesta panen yang diadakan oleh Pangeran.
Bawang Putih
: “Peri, disinikah ? Tapi bagaimana bisa ?
Aku dekil, pasti tidak di boleh kan untuk masuk. “
Peri
: “Cobalah masuk.”
Pengawal
: “Heh ! Mana undangannya ? Jika kau
punya maka kau boleh masuk.”
Bawang Putih
: “Undangan apa ? Aku tak punya undangan
yang kalian maksut
!”
Pengawal
: “Dasar gembel ! Pergi kau !!”
Bawang Putih
: “Peri bagaimana ini ? Aku harus menemukan baju itu dimana?
Peri
: “Kemarilah.....pegang tanganku. Aku akan membuat
pengawal – pengawal itu mengijinkan mu masuk. 1.2.3 “
Bawang Putih
: “Bolehkah aku masuk?”
Pengawal : “Tentu saja, silahkan.”
Pengawal : “Tentu saja, silahkan.”
Bawang
Putih
masuk ke istana.
Peri
: “Bawang Putih, pergilah ke belakang istana tempat dimana air sungai
mengalir, disana akan ada baju orangtuamu.”
Bawang
Putih
pergi ke belakang istana.
Bawang Merah
: “Halo pangeran. Apa kabar ? “
Pangeran
: “Baik.... Terimakasih atas kedatangan kalian.”
Ibu Bawang Merah
: “Wah wah. Kau sangat tampan malam ini.
Begitu pula dengan putriku yang cantik.”
Pangeran
: “Terimakasih. Kudengar kau mempunyai
sudara bernama Bawang Putih. Dimana dia ?”
Bawang Merah
: “Apa ??? Bawang Putih ?? Dia bukan saudaraku lagi !!”
Pangeran
: “Benarkah? Apa kau tak membohongiku??”
Bawang Merah
: “Sungguh ! Aku tak membohongimu.
Di
belakang istana, akhirnya Bawang Putih bisa mendapatkan baju yang hanyut itu.
Bawang Putih
: “Terima kasih Peri. Kau sangat baik.”
Peri
: “Ini sudah menjadi tugasku. Ini aku
punya beberapa perhiasan untukmu. Pakailah. Jika ada oranglain yang memakainya,
maka orang itu akan mendapatkan bahaya. “
Bawang Putih
: “Terima kasih Peri.”
Bawang
Putih berjalan
menuju gerbang istana untuk pulang. Pangeran melihat Bawang Putih yang berjalan
terburu-
buru menuju gerbang.
Pangera
: “Kau !! Kau !! Kau bawang putih ??”
Bawang Putih
: “Pangeran?”
Pangeran
: “Tunggu! Apa yang sedang kau lakukan ?”
Bawang Putih : “Maaf pangeran. Tadi aku
mengambil baju Ibu Tiriku yang hanyut di aliran sungai belakang istana ini.”
Ibu Bawang
Merah : “Bawang Putih? Kenapa kau ada di sini ? Seharusnya kau membersihkan
rumah!”
Bawang Merah
: “Dasar kau ! Malah keluyuran !”
Bawang Putih
: “Maafkan aku. Aku akan segera pulang Bu.”
Pangeran
: “Oh jadi benar Bawang Putih adalah saudara kalian.
Kenapa kalian memperlakukannya seperti itu?”
Bawang Merah
: “Tidak pangeran! Sungguh dia hanyalah pesuruh, Lihatlah pengaran! Bawang Putih mencuri kotak perhiasanku, berikan!!”
Bawang Putih
: “Jangan Bawang Merah , jangan !”
Ibu Bawang
Merah : “Dasar kau ! Anak tak punya malu !!”
Bawang Merah
: “Lihat pangeran, perhiasan ini lebih
cocok dipakai olehku dan Ibu ku. “
Bawang
Merah Dan Ibu Bawang Merah memakai perhiasan itu.
Bawang Merah
: “Ah tidak ! Kenapa kulitku gatal gatal
begini perih !! Ada apa ini.”
Ibu Bawang
Merah : “Kulitku gatal sekali !!”
Pangeran
: “Kalian pasti selalu jahat pada Bawang
Putih. Dan itu ganjaran untuk kalian. Sekarang cepat minta maaf pada bawang
putih !!”
Peri :
“Apa yang kalian lakukan pada Bawang
Putih selama ini sungguh sangat jahat. Dan sekarang kalian telah mendapatkan
balasan yang setimpal. Cepat minta maaf pada Bawang Putih, jika tidak keadaan
kalian akan terus seperti ini.”
Pangeran :
“Sungguh aku tak menyangka, kalian
akan sejahat itu pada Bawang Putih.”
Bawang Merah
: “Bawang Putih ! Aku mohon maafkan
aku. Maaf karna sikapku selalu jahat padamu. Sungguh aku minta maaf.”
Ibu Bawang
Merah : “Maafkan
Ibu Nak, ibu sudah berperilaku
kasar padamu. Maafkan ibu.”
Bawang Putih
: “Sudahlah. Aku sudah memaafkan kalian.
Aku yakin kalian bisa berubah.”
Ibu Bawang
: “Terimakasih Bawang Putih. Kau memang
sangat baik.”
Pangeran
: “Sekarang, maukah kalian menjadi
sahabatku? Ibu Bawang Merah,
Bawang Merah, dan Bawang Putih. Tinggalah di istanaku
ini. Aku ingin kalian menjadi bagian dari keluargaku.”
Akhirnya
Ibu
Bawang Merah dan Bawang Merah bertaubat, dan Pangeran mengajak Bawang Putih dan
keluarganya untuk tinggal di istananya yang megah. Kini Bawang Putih hidup
rukun dengan Bawang Merah dan hidup bahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar