Jangan Pernah Tinggalkan Sholat
January 20, 2012
Peliharalah semua sholat
(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu)
dengan khusyu’ (QS. Al-Baqarah: 238).
[Redaksi KhotbahJumat.com]
***
Jangan Pernah Tinggalkan Sholat
KHUTBAH JUM’AT PERTAMA
الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
خَلَقَ الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ، وَفَضَّلَهُ عَلَى كَثِيْرٍ مِمَّنْ
خَلَقَ بِالْإِنْعَامِ وَالتَّكْرِيْمِ، فَإِنِ اسْتَقَامَ عَلى طَاعَةِ اللهِ
اسْتَمَرَّ لَهُ هذَا التَّفْضِيْلُ فِي جَنَّاتِ النَّعِيْمِ، وَإِلاَّ رُدَّ فِي
الْهَوَانِ وَالْعَذَابِ الْأَلِيْمِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَهُوَ الْخَلاَّقُ الْعَلِيْمِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ شَهِدَ لَهُ رَبُّهُ بِقَوْلِهِ: {وَإِنَّكَ
لَعَلى خُلُقٍ عَظِيْمِ} صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ
الَّذِيْنَ سَارُوْا عَلَى النَّهْجِ القَوِيْمِ وَالصِّرَاطِ المُسْتَقِيْمِ،
وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً كَثِيْرًا، أَمَّ بَعْدُ:
أَيُّهَا النَّاسُ، اتَّقُوْا اللهَ تَعَالىَ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ سُبْحَانَهُ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ، وَإِنَّمَا يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
أَيُّهَا النَّاسُ، اتَّقُوْا اللهَ تَعَالىَ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ سُبْحَانَهُ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ، وَإِنَّمَا يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
حَافِضُوا عَلَى
الصَّلَوَاتِ وَالصَّلاَةِ الْوُسْطَى وَقُومُوا للهِ قَانِتِينَ
Peliharalah semua
shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam
shalatmu) dengan khusyu’. (QS.
Al-Baqarah: 238).
Puji syukur kita
panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala karunia,
hidayah dan berjuta kenikmatan tak terhingga yang telah Dia anugerahkan kepada
kita semua.
Salawat dan salam semoga
selalu tercurahkan ke haribaan baginda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa
sallam, beserta keluarga, sahabat, dan semua orang yang mengikutnya hingga
hari kemudian.
Selanjutnya marilah kita
meningkatkan takwa kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan
sebenar-benar takwa, yakni dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi
segala larangan-Nya.
Kaum muslimin ‘azzakumullah
Di zaman yang semakin
dekat dengan hari akhir ini, kita menyaksikan suatu fenomena memprihatinkan
yang menimpa kaum muslimin, yaitu sebuah realita banyaknya orang yang mengaku
beragama Islam namun tidak memahami hakikat agama Islam yang dianutnya, bahkan
tingkah laku keseharian mereka sangatlah jauh dari nilai-nilai Islam itu
sendiri.
Di antaranya adalah
banyaknya kaum muslimin di masa sekarang yang mulai meremehkan dan
menyia-nyiakan salat, bahkan tidak sedikit dari mereka yang berani
meninggalkannya dengan sengaja dan terang-terangan. Padahal dalam Agama Islam,
salat memiliki kedudukan yang tidak bisa ditandingi oleh ibadah lainnya.
Keistimewaan tersebut tergambar dengan peristiwa isra’ dan mi’raj
dimana Rasullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menerima wahyu perintah
salat. Setelah beliau sampai di Sidratul Muntaha, Allah Subhanahu wa Ta’ala
berbicara langsung kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Yang
demikian itu menunjukkan bahwa betapa agung kedudukan ibadah salat dalam Islam,
karena ia adalah tiang agama, di mana agama ini tidak akan tegak kecuali
dengannya. Dalam suatu hadis sahih Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
رَأْسُ الأَمْرِ
الإِسْلَامُ وَعَمُوْدُهُ الصَلَاةُ وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الجِهَادُ فِي سَبِيْلِ
اللهِ
“Pokok agama adalah
Islam (berserah diri), tiangnya adalah salat, dan puncaknya adalah jihad di
jalan Allah.” (HR. At-Tirmidzi no. 26160).
Sidang Jumat yang
dimuliakan Allah
Salat adalah ibadah yang
pertama kali diwajibkan setelah ikhlas dan tauhid, sebagaimana Firman Allah Subhanahu
wa Ta’ala,
وَمَآ أُمِرُوْا إِلاَّ
لِيَعْبُدُوْااللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ حُنَفَآءَ وَيُقِيْمُوْا
الصَّلَوةَ وَيُؤْتُوْا االزَّكَوةَ وَذَلِكَ دِيْنُالْقَيِّمَةِ
“Dan tidaklah mereka
disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya
dalam menjalankan agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan
zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah: 5)
Dan sebagaimana sabda
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam,
أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ
النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوْا أَنْ لاَ إِله إِلاّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا
رَسُوْلُ اللَّه ، وَيُقِيْمُوا الصَّلاَةَ، وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ، فَإِذَا
فَعَلُوْا ذَلِكَ، عَصَمُوْا مِنِّيْ دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلاَّ بِحَقِّ
الْإِسْلاَمِ، وَحِسَابُهُمْ عَلَى الله.
“Aku telah
diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwasanya tiada
tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah,
kemudian mendirikan salat dan menunaikan zakat. Apabila mereka melakukan itu,
maka mereka menjaaga darah dan harta mereka dariku kecuali dengan hak Islam,
dan perhitungan mereka diserahkan kepada Allah.” (HR. al-Bukhari dan
Muslim)
Salat juga merupakan
amal pertama kali yang akan dihisab di Hari Kiamat kelak, seperti tersebut
dalam hadis dari sahabat Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
إِنَّ أَوَّلَ مَا
يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلاَتُهُ، فَإِنْ
صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ، وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ.
“Sesungguhnya yang
pertama kali dihisab dari amal seorang hamba pada Hari Kiamat adalah salat.
Apabila salatnya baik, maka ia telah berbahagia dan sukses, tetapi apabila
salatnya jelek, maka ia telah celaka dan rugi.” (HR. At-Tirmidzi, no. 413)
Di samping itu, salat
adalah wasiat terakhir Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam kepada
umatnya, sebagaimana telah diriwayatkan dari Ummu Salamah bahwasanya ia
berkata,
كَانَ مِنْ آخِرِ
وَصِيَّةِ رَسُوْلِ اللَّه الصَّلاَةَ الصَّلاَةَ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ.
“Wasiat terakhir
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah ‘Kerjakanlah salat, Kerjakanlah
salat, dan tunaikanlah kewajiban kalian terhadap budak-budak yang kalian miliki.”
(HR. Ahmad, no. 25944)
Hadirin yang Dirahmati
Allah
Inilah gambaran agungnya
kedudukan ibadah salat dalam agama Islam yang kita anut. Alquran dan Sunah yang
sahih memberikan ancaman keras bagi orang yang meninggalkan salat. Dalam surat
Al-Mudatstsir ayat 42-43 Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
مَاسَلَكَكُمْ فِي سَقَر.
قَالُوا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ
“Apakah yang
memasukkan kamu ke dalam Saqar (Neraka)?” Mereka menjawab, “Kami dahulu (di
dunia) tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan salat.”
Adapun di dalam Sunah
disebutkan bahwa orang yang meninggalkan salat diancam akan dikumpulkan bersama
Qarun, Firaun, Haman, dan Ubay bin Khalaf. Beliau shalallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
مَنْ حَافَظَ عَلَيْهَا
كَانَتْ لَهُ نُوْرًا وَبُرْهَانًا وَنَجَاةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ لَمْ
يُحَافِظْ عَلَيْهَا لَمْ يَكُنْ لَهُ نُوْرٌ وَلاَ بُرْهَانٌ وَلاَ نَجَاةٌ،
وَكَانَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ قَارُوْنَ، وَفِرْعَوْنَ، وَهَامَانَ، وَأُبَيِّ
بْنِ خَلَفٍ.
“Barangsiapa yang
menjaganya (salat fardhu) maka pada Hari Kiamat dia akan memperoleh cahaya,
bukti nyata (yang akan membelanya), dan keselamatan. Dan barangsiapa yang tidak
menjaganya, maka dia tidak memiliki cahaya, bukti nyata (yang akan membelanya),
dan keselamatan, serta pada Hari Kiamat dia akan (dikumpulkan) bersama Qarun,
Firaun, Haman, dan Ubay bin Khalaf.” (HR. Ahmad, no. 6540, Ad-Darimi,
no. 2721, Sahih Ibnu Hibban, no. 1476. Syu’aib al-Arna’uth mengatakan ‘Isnadnya
sahih.’ Didhaifkan oleh al-Albani di dalam Dhaif al-Jami no. 2851).
Jama’ah Jum’at
hafizhakumullah
Lantas, apa hukum orang
yang meninggalkan salat?
Seluruh ulama umat Islam
sepakat bahwa orang yang meninggalkan salat karena mengingkari kewajibannya
adalah kafir. Namun kemudian mereka berbeda pendapat tentang orang yang
meninggalkan salat tanpa mengingkari kewajibannya. Di antara mereka ada yang
berpendapat bahwa ia telah kafir dan keluar dari Islam. Sementara yang lain
menyatakan bahwa hukumnya masih berada di bawah kesyirikan dan kekafiran.
Para ulama juga berbeda
pendapat tentang hukuman yang layak bagi orang yang meninggalkan salat.
Sebagian mereka berpendapat bahwa hukumannya adalah didera dan dipenjara,
sedangkan yang lain mengatakan bahwa ia harus dibunuh sebagai hukum had
baginya, bukan karena murtad.
Akan tetapi jamaah
sekalian, terlepas dari perbedaan pendapat para ulama tentang hukum dan hukuman
bagi orang yang meninggalkan salat dengan sengaja, hendaknya seorang muslim
merasa takut apabila keislamannya diperdebatkan oleh para ulama dengan sebab
meninggalkan salat. Meski seharusnya sudah cukup bagi kita untuk merasa takut
jikalau meninggalkan salat dikarenakan ancaman yang begitu keras dari Allah Subhanahu
wa Ta’ala maupun dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Sehingga Ibnu Qayyim berkata, “Orang yang meninggakan salat telah berbuat dosa
besar daripada berzina, mencuri, dan minum khamar. Orang yang meninggalkan
salat akan mendapatkan hukuman dan kemurkaan Allah di dunia dan di Akhirat.” (Kitab
Ash-Shalah wa Hukmu Tarikiha, Hal. 9).
Salat adalah kebutuhan
batin seorang hamba, layaknya makan dan minum sebagai kebutuhan lahirnya.
Sehari saja manusia tidak makan, maka badannya akan terasa lemas dan tidak
berdaya. Makan adalah hajat manusia dan penopang kesehatan badannya. Kebutuhan
jasmani terhadap makanan harus dipenuhi, sebagaimana kesehatan rohani juga
harus dipenuhi. Kebutuhan hati kita harus dipenuhi dengan banyak berdzikir
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan di antaranya adalah dengna
mengerjakan salat.
Hadirin rahimakumullah
Perhatikanlah
orang-orang yang tidak salat! Hidupnya tidak mengalami ketenangan, meskipun
secara lahiriyah hidupnya kaya raya dan mempunyai harta yang berlimpah, namun
mereka sama sekali tidak mengalami ketenangan dan tidak juga kenyamanan.
Berbeda dengan orang yang salat, ia merasa tenang dan bahagia. Melaksanakan
salat dapat menenangkan hati, karena di dalam salat mengandung dzikrullah
(mengingat Allah) dan itu mebawa kepada ketenangan batin, sebagaimana Firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala,
الَّذِينَ ءَامَنُوا
وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللهِ أَلاَبِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ
الْقُلُوبُ
“Ketahuilah, hanya
dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.” (QS. Ar-Ra’d: 28)
Jiwa orang yang
melakukan salat akan mengalami ketenangan dan akan mendapatkan thuma’ninah
dalam hidup. Berbeda dengan orang yang enggan salat. Hidupnya mengalami
was-was, tidak tentang, ketakutan, dan selalu diganggu oleh setan.
Tunaikanlah salat karena
ajal begitu dekat. Laksanakanlah perintah-Nya selagi amal masih dicatat.
Segeralah bertaubat sebelum pintu-Nya tertutup rapat. Jadilah hamba yang taat
demi meraih surga-Nya yang penuh dengan nikmat.
بَارَكَ الله لِيْ
وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ
مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ
اللهَ لِيْ وَلَكُمْ
KHUTBAH JUM’AT KEDUA
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ
نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ
أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ
وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ
وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا
Ma’asyiral muslimin
a’azzanallah waiyyakum
Jika meninggalkan salat
memang perkara yang boleh disepelekan atau ditolerir, niscaya orang yang sedang
sakit tidak akan diperintahkan untuk mengerjakannya. Logika manakah yang
membenarkan diperbolehkannya meninggalkan salat bagi orang yang sehat,
sementara orang yang sakit saja diwajibkan untuk mengerjakannya? Ini
menunjukkan bahwa orang yang meninggalkan salat cenderung menuruti hawa
nafsunya, mengikuti keinginan syahwat, serta mengabaikan jalan yang lurus dan
sesuai dengan logika akal manusia.
Bagaimana pun keadaan
yang kita alami, maka salat wajib kita lakukan. Baik ketika sehat ataupun
sedang sakit, dalam keadaan safar maupun bermukim. Salat wajib yang lima waktu
harus tetap dikerjakan, bagaimana pun kondisi kita.
Oleh sebab itu hadirin
sekalian, dalam khutbah yang singkat ini khatib ingin menasihati khatib pribadi
dan jamaah sekalian janganlah sekali-kali kita meremehkan salat apalagi
meninggalkannya. Jadilah kita termasuk hamba-hamba Alah yang selalu menjaga
salat, karena kita tidak tahu berapa umur kita yang tersisa. Berapa pun
panjangnya usia kita, namun kita meyakini bahwa kita pasti akan meninggalkan
dunia yang fana ini. Dan setiap orang yang mengadakan perjalanan pasti
membutuhkan bekal. Sementara perjalanan yang satu ini adalah perjalanan yang
sangat panjang dan tidak akan kembali lagi. Barangsiapa yang dalam perjalanan
tersebut tidak memiliki bekal, maka ia berarti telah menderita kerugian yang
tak akan tergantikan dan tidak ada bandingannya. Bagaimana seseorang selalu lalai,
sementara usianya berlalu bagaikan awan yang berarak di angkasa. Tiba-tiba saat
ia dipanggil untuk memenuhi janji yang tidak dapat ditunda-tunda (kematian),
maka ia pun kemudian mencari bekal, hanya saja yang ia dapati cuma tanah yang
menghimpitnya, sementara ia tidak mendapatkan orang yang dapat menyelematkannya
atau menolongya, wal’iyadzu billah.
Mudah-mudahan Allah
memberikan kita petunjuk untuk melaksanakan salat yang lima waktu dan
melaksanakan kebaikan sesuai dengan syariat. Mudah-mudahan Allah menjadikan
hari-hari kita penuh dengan amal saleh yang akan membawa kita kepada
kebahagiaan dan ketenangan di dunia dan di akhirat. Mudah-mudahan Allah
senantiasa memberikan hidayah pada segala urusan kita dan memberikan petunjuk
kepada kita semua dalam menapaki jalan-Nya yang lurus, jalan orang-orang yang
Allah berikan nikmat kepada mereka, jalan para nabi, orang-orang yang jujur,
dan para syuhada, serta orang-orang yang saleh, bukan, jalan orang-orang
tersesat.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،
إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا
وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا
اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً
وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا
وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى
الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
وَصَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. وَأَقِمِ الصَّلاَةَ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. وَأَقِمِ الصَّلاَةَ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar